Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. P


DENGAN MASALAH KETIDAKBERDAYAAN

Disusun guna memenuhi tugas PKK 3 Stase Keperawatan Komunitas Jiwa di desa
Merjosari RT 04 RW 01

Disusun oleh :
Dian Permatasari
1810.14201.662

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN KETIDAKBERDAYAAN DI


KELURAHAN MERJOSARI RT 04 RW 01
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Oleh:
Dian Permatasari 1810.14201.662

Disetujui pada:

Hari : Jum’at
Tanggal : 19 Juli 2019

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Mizam Ari K., S.Kep., Ns., M.Kep Lina Sriyatun., Amd.Kep


NIDN. 0728108206 NIP. 198012312011012002

Penanggungjawab Lahan

Elif Yuniarti., S.Kep., Ners


NIP. 197106191998032007
1. TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku
atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan
atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien
sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi
(NANDA, 2012).
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang
bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan
ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian
atau situasi tertentu.
Ketidakberdayaan adalah Persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak
akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang kontrol terhadap situasi
tertentu atau kejadian baru yang dirasakan (Townsend, 1998).
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis
ketidak-berdayaan, yaitu;
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan.
Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan mungkin lebih bermanfaat
jika digunakan untuk menggambarkan individu yang mengalami ketidakberdayaan
dasar dibandingkan ketidakberdayaan situasional.

B. Proses terjadinya / psikodinamika


Proses terjadinya ketidakberdayaan berasal dari ketidakmampuan individu dalam
mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan
respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan
konteks serebri mengirimkan sinyal hipotalamus, kemudian ditangkap oleh sistem
limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung
jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem
hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan
malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan,
kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau
merasa gagal terus menerus.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala (Capernito, 2009):
a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
e. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.Menunjukkan perilaku
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
f. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
g. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
h. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
i. Gagal mempertahankan ide atau pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
j. Apatis dan pasif.
k. Ekspresi muka murung.
l. Bicara dan gerakan lambat.
m. Tidur berlebihan.
n. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
o. Menghindari orang lain.
D. Rentang Respon

Respon Respon Maladaftif


adaftif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak Berdaya Putus


Asa
a. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu
memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan
individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan.
Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan hampa,
kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

E. Dampak atau akibat yang di timbulkan


Ketidakberdayaan yang terjadi dapat berdampak pada masalah fisik seperti
kelemahan, berkurangnya energi, dan ketahanan tubuh yang rerndah. Selain itu,
ketidakberdayaan juga dapat mempengaruhi aspek kehidupan individu seperti
kesehatan, sosialisasi, mobilisasi, dan fungsi kognitif (Dryer, 2007). Ketidakberdayaan
terjadi pada area klinis yang menyebabkan seseorang menjadi kehilangan kontrol
terhadap dirinya, perilaku, maupun lingkungan (Shives, 1998)
Ketidakberdayaan yang terjadi dapat berdampak pada masalah fisik seperti
Ketidakberdayaan yang terjadi dapat berdampak pada masalah fisik seperti
Ketidakberdayaan yang terjadi dapat berdampak pada masalah fisik seperti
Menurut Carpenito (2009), seseorang yang mengalami ketidakberdayaan dan tidak
segera ditangani dapat menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan berbeda dengan
ketidakberdayaan. Dalam hal ini, individu yang putus asa tidak melihat adanya solusi
untuk mengatasi masalahnya atau jalan untuk mencapai keiinginannya, bahkan saat ia
merasa memegang kendali atas hidupnya. Seseorang yang tidak berdaya mungkin
melihat alternatif jawaban untuk masalahnya tetapi tidak mampu berbuat apapun
karena persepsi tentang kontrol dan sumber yang ada

F. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
G. Rencana Tindakan Keperawatan
No Intervensi Tujuan Tindakan Keperawatan
Generalis
1 Pada Pasien Pasien mampu: a. Mendiskusikan ketidakberdayaan yang
a. Mengenali dan mengekspresikan
dirasakan pasien yaitu penyebab, proses
emosinya.
terjadinya masalah, tanda dan gejala dan
b. Memodifikasi pola kognitif yang
akibat.
negatif.
b. Mendiskusikan kondisi kesehatan yang
c. Berpartisipasi dalam
tidak dapat dikontrol oleh pasien.
pengambilan keputusan yang
c. Mendiskusikan pemikiran negatif
berkenaan dengan perawatannya
tentang kesehatan yang dapat
sendiri.
menurunkan kondisi pasien.
d. Memotivasi diri untuk aktif
d. Melatih meningkatkan pemikiran positif,
mencapai tujuan yang realistis.
logis dan rasional.
e. Melatih mengembangkan pikiran dan
harapan positif (latihan afirmasi positif).
f. Melatih kegiatan yang masih dapat
dilakukan walau dalam kondisi sakit.
2 Pada Keluarga mampu: a) Mendiskusikan kondisi pasien:
a) Mengenal masalah
Keluarga ketidaberdayaan, penyebab, proses
ketidakberdayaan pada anggota
terjadi dan tanda dan gejala
keluarganya b) Melatih keluarga merawat
b) Merawat anggota keluarga yang
ketidakberdayaan pasien
mengalami ketidakberdayaan c) Melatih keluarga melakukan follow up
c) Melakukan follow up anggota
keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan

H. Implementasi
Strategi Pelaksanaan
1. Pada Pasien
SP 1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif serta
afirmasi
a) Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disukai
2) Menjelaskan tujuan interaksi dengan melatih pengendalian
ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat
b) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
ketidakberdayaan
c) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
2) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan
3) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan
d) Bantu mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak mampu dikontrol oleh
pasien
e) Diskusikan pemikiran negatif pasien yang dapat menurunkan kondisi pasien
f) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif, logis dan rasional
g) Latih mengembangkan pemikiran dan harapan positif (latihan afirmasi positif)

SP 2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan pikiran,


dan harapan positif dan latihan afirmasi mengontrol
perasaan ketidakberdayaan serta latih kegiatan yang masih
dapat dilakukan walaupun sedang sakit
a) Pertahankan rasa percaya pasien
1) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
2) Asesmen ulang ketidakberdayaan dan kemampuan mengembangkan
pikiran dan harapan positif
b) Membuat kontrak ulang yaitu latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
c) Diskusikan dan latih kondisi tubuh yang dapat dikontrol oleh pasien dan
kegiatan yang masih dapat dilakukan walaupun sedang sakit
2. Pada Keluarga
SP 1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
a) Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan
cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
b) Membuat kontrak (informed consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
ketidakberdayaan pasien
c) Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan:
1) Menjelaskan ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,
serta akibatnya
2) Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu
mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan
memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada pasien
d) Sertakan keluarga saat melatih pasien melakukan afirmasi positif

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan


mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up
a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan
peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol bagian tubuh
yang masih dapat dilakukan pasien walaupun sedang sakit. Anjurkan keluarga
memberikan semangat dan memuji jika pasien melakukannya
d) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi
pasien yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan
cara merujuk pasien.

Sp 1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berfikir positif serta afirmatif


ORIENTASI
“Selamat pagi. Perkenalkan, nama saya Fitri Rachmawati, panggil saja saya Fitri. Saya
mahasiswi profesi PSIK UR yang sedang dinas di RW 16 ini. Saya datang untuk merawat
bpk/ibu. Namanya siapa? Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaannya hari ini?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan ketidakberdayaan yang
bpk/ibu rasakan?” “Mau berapa lama? bagaimana kalau 30 menit? Mau di mana kita
berbincang-bincang? Di ruang tamu?”
KERJA
“Bagaimanaa perasaan bpk/ibu terhadap ketidakberdayaan yang bpk/ibu rasakan? Apa
penyebab ketidakberdayaan yang bpk/ibu rasakan? Bpk/ibu merasa tidak berdaya setelah
usia bpk/ibu semakin tua terutama penglihatan bpk/ibu semakin kabur sehingga sulit
melakukan aktivitas sehari-hari. Coba bpk/ibu sebutkan harapan yang ingin bpk/ibu
masih ingin wujudkan? Bagus sekali, bpk/ibu sudah mengungkapkan perasaan dan
harapan. Baiklah bpk/ibu, walaupun sekarang bpk/ibu memiliki pandangan yang kabur
tapi bpk/ibu masih memiliki kodisi fisik tubuh lainnya yang masih baik dan itu perlu
disyukuri.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita berbincang-bincang? Baiklah, besok kita
bertemu lagi jam 9 untuk membicarakan mengenai kemampuan bpk/ibu yang masih
dapat dilakukan walaupun penglihatan sudah mulai kabur? Mau jam berapa? Baik,
sampai jumpa.”

Sp 2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan pikiran, dan


harapan positif serta latihan afirmasi mengontrol perasaan
ketidakberdayaan serta latih kegiatan yang masih dapat dilakukan
ORIENTASI
“Selamat pagi bpk/ibu. Bagaimana perasaannya pagi ini? Baik, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang kemampuan yang masih dapat bpk/ibu lakukan? Mau berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit? Mau berbicara dimana? Baiklah, kita bicara diruang
tamu.”
KERJA
“Bpk/ibu selama ini apa yang telah dilakukan agar penglihatan bpk/ibu bisa berfungsi
dengan baik? Apa yang bpk/ibu lakukan untuk membantu melihat?” (beri pujian jika
jawaban pasien positif). “ Baiklah, bpk/ibu sudah melakukan beberapa tindakan untuk
membantu penglihatan bpk/ibu namun karena usia yang semakin tua penglihatan dan
kondisi fisik dapat semakin menurun. Bpk/ibu bisa mencoba menggunakan kacamata
sehingga dapat membantu penglihatan bpk/ibu. Coba bpk/ibu sebutkan kemampuan yang
dapat dilakukan walaupun penglihatan sudah kabur? Wah, bagus sekali yah bpk/ibu.
Selain itu, bpk/ibu dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman lain melalui
berbagai aktivitas mengunjungi teman atau saudara yang dekat dengan bpk/ibu agar
bpk/ibu memiliki kesibukkan dan perasaan tidak berdaya itu menghilang. Bpk/ibu dapat
memasukkan kegiatan tersebut dalam jadwal yang ada.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita berbincang-bincang? Baik, besok kita bertemu
lagi ya jam 9. Kita akan berbicara tentang kegiatan yang sudah bpk/ibu lakukan. Sampai
jumpa.”

Sp 1 keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat


ORIENTASI
“Selamat pagi. Perkenalkan, nama saya Fitri Rachmawati, panggil saja saya Fitri. Saya
mahasiswi profesi PSIK UR yang sedang dinas di RW 16 ini. Nama bpk/ ibu siapa?
Panggilannya, Pak? Ibu namanya? Panggilannya? Bagaimana perasaan bpk/ ibu pada hari
ini? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit tentang masalah
kesehatan bpk/ ibu? Kita mau duduk dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Apa yang bpk/ ibu rasakan selama merawat bpk/ibu yang penglihatan semakin kabur?
bpk/ ibu sendiri bagaimana perasaannya melihat kondisi bpk/ ibu? Iya, benar, bpk/ ibu
merasa tidak berdaya karena penglihatannya semakin kabur sehingga sulit melakukan
aktivitas. Penglihatan kabur tersebut terjadi karena usia yang semakin tua dan ini
merupakan proses yang sudah pasti akan terjadi pada kita semua. Nah keluarga dapat
melakukan perawatan terhadap bpk/ibu yang penglihatan semakin kabur, bisa dengan
cara memberikan kacamata untuk membantu melihat dan selalu memberi pujian terhadap
setiap kegiatan yang bpk/ ibu dapat lakukan sehingga bpk/ibu merasa ia masih memiliki
keluarga yang memperhatikannya dan perasaan tidak berdaya yang selama ini ia rasakan
dapat menghilang. Bagaimana bpk/ibu?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bpk/ ibu setelah kita berbincang-bincang? Coba bpk/ ibu sebutkan
cara merawat bpk/ ibu? Bagus sekali. Besok saya akan datang lagi, kita akan
membicarakan hal-hal yang telah bpk/ ibu lakukan dan mendiskusikan cara perawatan
lebih lanjut. Sampai jumpa.”

Sp 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol


perasaan ketidakberdayaan dan follow up
ORIENTASI
“Selamat pagi, bpk/ ibu. Dapatkah kita berbincang-bincang? Baik, bagaimana keadaan
bpk/ ibu? Sudah bpk/ ibu coba cara yang kita diskusikan kemaren? Bagaimana hasilnya?
bpk/ ibu, Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang masih dapat
bpk/ ibu lakukan tanpa terganggu dengan bagian tubuh yang sakit dan perawatan di
rumah yang juga dapat dilakukan? Berapa lama kita bicara? Baik kita bicara selama 30
menit. Di ruang tamu saja ya?”
KERJA
“Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? Bagus sekali. Wah, bpk/ ibu hebat dong.
Bagaimana perasaan bpk/ ibu setelah melakukan kegiatan tadi? Bpk/ibu walaupun
penglihatannya sudah kabur, masih banyak yang dapat dilakukan apalagi sekarang
bpk/ibu sudah meggunakan alat bantu penglihatan (kacamata) dan keluarga harus tetap
mendukung bpk/ibu dalam melakukan kegiatannya. Baiklah bpk/ ibu, jika nanti kondisi
bpk/ ibu perlu dirujuk, maka bpk/ibu bisa membawa ke pelayanan kesehatan terdekat.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bpk/ ibu apalagi yang perlu dilakukan untuk bpk/ ibu? Kapan bpk/
ibu mau melakukannya? Bagus. Baiklah besok saya kembali. Nanti kita bicarakan
harapan bpk/ ibu yang kemungkinan masih dapat diwujudkan. Sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9.
Jakarta: EGC.
2. NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014 terj. Made Sumarwati. Jakarta: EGC
3. Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri. Ed.3. Jakarta: EGC.
4. Wilkonson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai