Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEGAWATAN NEUROSENSORI

“IRIGASI TELINGA”

Disusun oleh :

Oleh Kelompok 4:

1. LILIK KURNIAWATI (P0722020020)


2. MUHAMMAD ARIFINNUR (PO722020021)
3. MUHAMMAD FAHMI (P0722020022)
4. MUHAMMAD IMADUDIN (P0722020023)
5. MUKHTAR (P0722020024)
6. OVITA MULYANINGSIH (P0722020025)
7. RATNAWATY (P0722020026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHAP SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan
judul “Irigasi Telinga”

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan program Diploma IV Keperawatan di Politeknik Kesehatan
Samarinda.

Dalam penyusunan Makalah ini, Kami kadang menemui kesulitan dan hambatan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulisan Makalah ini dapat
diselesaikan.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna dan mungkin masih
terdapat banyak kesalahan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu
Kami sangat mengharapkan sekali adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan Makalah di masa yang akan datang. Akhirnya Kami
mengharapkan semoga apa yang Kami tuangkan dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi
rekan sejawat, khususnya penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Bontang, Oktober 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... 1

Kata Pengantar ........................................................................................................... 2

Daftar Isi .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4


1.2 RumusanMasalah……………………………………………………......... 4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat....................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Irigasi Telinga …………………………………………………. 6
2.2 Anatomi Telinga …………………………………………………... 7
2.3 Fisiologis Telinga……………………………………………………….. 8
2.4 Prinsip Kerja ……………………………….…………………….... 8
2.5 Indikasi …………………………………………………………… 9
2.6 Kontra Indikasi ………………………………………………………. 10
2.7 Kemungkinan Komplikasi …………………………………………… 11
2.8 Bahaya ……………………………………………………………….. 11
2.9 Hal Yang Harus Diperhatikan ……………………………………….. 11
2.10 Obat Irigasi Telinhga ……………………………………………….. 12
2.11 Prosedur Irigasi Telinga ……………………………………………. 12

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................... 13

Daftar Pustaka................................................................................................................ 14

Lampiran

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serumen adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Tipe basah bersifat
dominan. Ciri-ciri tipe serumen basah itu adalah basah, lengket, dan berwarna madu
yang dapat berubah warna menjadi gelap bila terpapar. Sedangkan tipe kering bersisik
seperti beras. (Suzanne C Smeltzer. 2001). Serumen basah dan kering diketahui
memiliki fungsi proteksi dan bersifat bakterisidal. Dapat berfungsi sebagai sarana
pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane timpani.
Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan
pembentukan fisura pada epidermis. Liang telinga dapat tersumbat oleh serumen atau
secret atau purulen. Pembersihan liang telinga harus dilakukan dengan hati-hati,
sesedikit mungkin atau jangan sampai menyakiti pasien. Serumen dapat dikeluarkan
dengan sendok serumen atau forset alligator dengan bantuan speculum telinga. Jika
cairan dalam liang telinga dapat digunakan penghisap ataupun aplikator logam yang
diberi kapas pada ujungnya untuk membersihkannya. Jika tidak ada perforasi
membrane timpani, telinga dapat pula dibersihkan secara irigasi menggunakan air
dengan suhu mendekati suhu tubuh. Jika digunakan suhu berbeda dapat terjadi vertigo
dan atau rasa tidak enak. ( George L Adams, 1997).
Mata merupakan indera penglihatan yang harus dijaga kesehatan dan
kebersihannya. Oleh karena itu ada cara yang disebut irigasi okuler untuk
membersihkan bagian dalam mata, menangani berbagai inflamasi konjungtiva,
mempersipkan pasien untuk pembedahan mata dan untuk mengangkat sekresi
inflamasi. Juga dipergunakan untuk efek antiseptiknya. ( Suzanne C Smeltzer. 2001)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Dimaksud Dengan Irigasi Telinga ?
2. Bagaimanakah Anatomi Serta Fisiologi Dari Telinga ?
3. Apakah Prinsip Dari Irigasi Telinga ?
4. Apa Saja Indikasi Dan Kontraindikasi Dari Irigasi Telinga ?
5. Apasajakah Yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Irigasi Telinga ?
6. Bagaimana Prosedur Tentang Irigasi Telinga ?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Dengan Irigasi Telinga.
2. Untuk Mengetahui Anatomi Dan Fisiologi Dari Telinga.
3. Untuk Mengetahui Prinsip Dari Irigasi Telinga.
4. Untuk Mengetahui Indikasi Dan Kontraindikasi Dari Irigasi Telinga.
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Irigasi.
6. Untuk Mengetahui Prosedur Dalam Irigasi Telinga.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Irigasi Telinga


Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk
membersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda – benda asing.
Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan (air hangat kuku) ke
dalam telinga. Tujuan: Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari
dalam telinga.

2.2 Anatomi Telinga


Telinga manusia terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga
bagian luar, tengah dan koklea pada telinga bagian dalam merupakan alat –alat
pendengaran, sedangkan saluran semisirkularis dan bagian-bagian lain pada telinga
dalam mengontrol keseimbangan.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan saluran pendengaran luar; suara
masuk ke dalam saluran hingga sampai ke gendang telinga. Saluran pendengaran
merupakan rongga pada tubuh manusia yang hanya dilapisi dengan jaringan epidermis
(kulit). Saluran eksternal mempunyai panjang kira-kira 2,6 cm, dan pembengkakan
pada saluran telinga ini akan terasa sangat menyakitkan karena tidak ada jaringan sub
kutan untuk mengurangi tekanan dan peregangan kulit.
Infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna) biasanya meliputi sakit ketika
menarik atau memindahkan cuping telinga, dan mungkin pula terjadi pengaliran lilin
telinga. Kadang – kadang diperlukan untuk memindahkan kotoran dan lilin telinga
(serumen) dengan membasuh saluran telinga dan kemudian menambahkan larutan
asam (asam asetat atau aluminium asetat yang diencerkan) untuk menghambat
pertumbuhan jamur dan bakteri.
Telinga tengah terdiri dari gendang telinga dan rongga timpani. Lubang
timpani adalah kantung yang berisi udara yang mengandung tulang – tulang
pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Rongga ini dihubungkan ke faring
melalui saluran eustachius yang berfungsi menjaga tekanan udara pada kedua sisi
gendang telinga agar tetap berada dalam kesetimbangan. Infeksi telinga tengah
biasanya bersamaan dengan infeksi pada bagian nasofaring melalui saluran
eustachius. Pembengkakan pada telinga tengah disebut sebagai otitis media.

6
Telinga bagian dalam atau labirin merupakan rangkaian kompleks dari saluran
saluran yang berisi cairan yang dalam sebagian besar berperan mengontrol
keseimbangan seseorang.

2.3 Fisiologi Telinga


Proses mendengarkan diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani kemudian diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran., perbandingan membrane timpani dan
tingkap lonjong. Energy getar yang telah diamplifikasikan ini diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong. Sehingga paralimfe pada skala vestibule
bergerak.

Getaran diteruskan melalui membrane reisner yang mendorong endolimfe,


sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membrane
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
deflekasi stereosila sel-sel rambut. Sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan
ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus
temporalis.

Secara fisiologis telinga dapat mendengar nada antara 20 ± 20.000 Hz, untuk
pendengaran sehari-hari bentuk percakapan yang paling efektif antara 500 ± 2000 Hz,
Hz adalah singkatan dari herts, yang merupakan istilah kontemporer dari siklus
perdetik sebagai satuan frekuensi. Semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi pula
nadanya. Oleh karena itu, untuk memeriksa pendengaran digunakan garputala. (Roger
Watson. 2002)

2.4 Prinsip Kerja


Telinga irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc
(suntik 20-30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan
lubang yang besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik
untuk arah lebih mudah fluida. Dengan menggunakan metode ini, cairan yang disedot
ke dalam jarum suntik dan disemprotkan ke dalam liang telinga. Metode lain
menggunakan larutan IV dan tubing, dengan konektor irigasi telinga pakai yang pas

7
dan ke atas telinga luar. Bila menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus fluida
oleh gravitasi ke telinga untuk menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas
harus sekitar 6 inci (15 cm) atau kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan
tekanan fluida yang tepat.
Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus
diadakan kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum
suntik atau kateter irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan
telinga tidak boleh disentuh. Saluran telinga tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak
akan dapat berlari kembali keluar dari telinga Dengan lembut mengarahkan aliran
larutan irigasi terhadap aspek atas dari saluran telinga eksternal, perawat harus jarum
suntik atau menjalankan dalam cairan IV pada tingkat lambat, stabil, yang
memungkinkan cairan untuk melarikan diri keluar dari saluran telinga dan ke baskom.
Jika menggunakan alat PIK gigi, pengaturan terendah harus digunakan.. Mengerahkan
terlalu banyak tekanan dapat memaksa benda asing atau oklusi lilin lebih ke dalam
liang telinga. Cairan kembali kemudian harus diperiksa sebelum jarum suntik diisi
ulang-atau setelah 100cc cairan untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi seorang anak.
Perawat harus menyelidiki apakah objek lilin atau asing telah mengguyur dari telinga.
Bila oklusi telah dihapus, 500cc cairan irigasi harus digunakan untuk-dewasa 100cc
untuk anak, atau seperti yang diperintahkan oleh dokter. Prosedur ini harus terputus
jika pasien mengeluh sakit atau pusing.

2.5 Indikasi :
1. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory
eksternal.
2. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
3. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal.

2.6 Kontra Indikasi :


1. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder, pembedahan,
miringitomi).
2. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
3. Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah.
4. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang),
jangan diirigasi karena bahan-bahan tersebut mengmbang dan sulit dikeluarkan.
8
2.7 Kemungkinan Komplikasi :
1. Ruptur (pecah) pada membran tympani.Kehilangan pendengaran.
2. Trauma/injury kanal teling dalam.
3. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi,
kemudian ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperatur yang cocok untuk
mencegah berulangnya gejala.

2.8 Bahaya :
1. Infeksi Pecahnya gendang telinga.
2. Ruptur membran timpani.
3. Kehilangan pendengaran.
4. Trauma/injury kanal telinga dalam.

2.9 Hal Yang Harus Diperhatikan


1. Kanal telinga anak-anak lebih kecil.
2. Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang.
3. Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint untuk menghindari pergerkan.
4. Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untuk
menyentuh air atau mendengarkan suara air.

2.10 Obat Irigasi Telinga :


1. Diuretic
2. Obat kemoterapi
3. Antimalaria
4. Obat anti – imflamasi
5. Bahan kimia
6. Antibiotika Aminoglikosida
7. Antibiotika lain
8. Logam berat

2.11 Prosedur Irigasi Telinga


A. Alat dan Bahan :
Baki berisi alat – alat yang steril
9
1. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c.
2. Semprot telinga berupa syringe 50ml ukuran 18G atau 20G
3. Pinset telinga.
4. Corong telinga atau otoskop
5. Pemilin telinga.
6. Pengail telinga.
7. Sarung tangan

Baki berisi alat – alat yang tidak steril :


1. Bengkok 1 buah.
2. Perlak dan alasnya.
3. Lampu kepala.
4. Kapas dalam tempatnya.
5. Ember kotoran

B. Persiapan Pasien
a. Jelaskan kepada klien mengenai tujuan dari tindakan keperawatan yaitu
irigasi telinga.
b. Kaji kembali keluhan klien dan disesuaikan dengan indikasi serta rencana
tindakan yang ingin diberikan kepada klien.
c. Meminta persetujuan dari klien atau keluarga mengenai tindakan yang akan
diberikan (informed consent).
d. Kontrak waktu dengan klien: kapan dan berapa lama waktu pelaksanaan
tindakan keperawatan.

C. Prosedur Kerja
Fase orientasi
1. Mengucapkan salam kepada klien.
2. Mengidentifikasi klien dengan: nama, tanggal lahir dan mencocokkan
nomor rekam medis klien.
3. Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien. Jelaskan bahwa
klien mungkin merasakan penuh, hangat dan sekali-kali rasa tidak nyaman
ketika cairan mengalami kontak dengan membran tympani.

10
Fase kerja
4. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di
pangku sambil dipegang kepalanya. Bantu klien untuk duduk atau berbaring
dengan kepala dibalik pada telingan yang ditindaki. Cairan dapat mengalir
dari telinga ke bengkok.
5. Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan
dibersihkan.
6. Pasang lampu kepala.
7. Perawat cuci tangan.
8. Periksa telinga dengan otoskop.
9. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah
di flamber terlebih dahulu.
10. Isikan cairan irigasi ke dalam spuit.
11. Sesuaikan suhu cairan dengan suhu tubuh klien menggunakan thermometer.
12. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang
bengkok dengan posisi di bawah telinga.
13. Luruskan canalis auditorius. Pada anak-anak, tarik pelan-pelan pinna ke arah
bawah, pada dewasa, tarik pinna ke arah atas belakang. Canalis auditorius
diteruskan sehingga cairan dapat mengalir ke sepanjang saluran.
14. Masukkan ujung spoit ke dalam meatus auditorius dan arahkan cairan
perlahan-lahan pada bagian atas pada canalis. Cairan akan mengalir di
seluruh saluran dan keluar pada bagian bawah. Cairan di instilasi dengan
pelan-pelan karena tekanan yang kuat dari cairan dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman dan kerusakan membran tympani.
15. Lanjutkan instilasi cairan sampai semua cairan yang digunakan atau
sampai saluran bersih, tergantung pada tujuan irigasi. Perhatikan jangan
menahan aliran cairan keluar dengan spoit.
16. Setelah irigasi, inspeksi lagi saluran telinga dari kotoran/serumen / benda
asing dengan otoskop.
17. Ulangi irigasi apabila kotoran masih ada (istirahatkan klien di antara irigasi)
18. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin
dan di flamber.
19. Rapikan alat-alat.
20. Perawat cuci tangan.
11
Fase terminasi
21. Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan tindakan irigasi telinga.
22. Mengevaluasi secara subjektif adanya perubahan saat atau setelah dilakukan
tindakan irigasi telinga. Pada irigasi, kaji klien adanya ketidaknyamanan dan
cairan yang keluar, keadaan dan baunya.
23. Kontrak waktu untuk tindakan lanjut jika diiperlukan
24. Mengucapkan salam kepada klien
25. Mendokumentasikan tindakan keperawatan irigasi telinga yang telah
diberikan kepada klien

D. Sikap
a. Ramah dan sopan (menjaga perasaan klien)
b. Teliti dan hati-hati dalam melakukan tindakan keperawatan.
c. Cermat dalam mengambil langkah-langkah tindakan keperawatan.

E. Dokumentasi
a. Catat semua pengkajian dan intervensi keperawatan yang berhubungan
dengan prosedur.
b. Pada irigasi termasuk jenis, konsentrasi, jumlah dan temperatur cairan yang
digunakan, keadaan haluaran dan adanya rasa tidak nyaman.
c. Pada instilasi meliputi waktu, dosis dan berbagai keluhan nyeri. Banyak
institusi menggunakan flow sheet, yang lain mungkin memerlukan bahwa
pencatatan dibuat pada catatan keperawatan.

F. Perhatian
Apabila perawatan ini tidak berhasil, misalnya karena serumen keras dan besar,
laporkan pada dokter. Biasanya akan diberikan obat tetes telinga. Kemudian
setelah 3 hari perawatan irigasi diulang kembali.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan liang
telinga luar dari nanah, serumen, dan benda – benda asing. Irigasi telinga adalah suatu
usaha untuk memasukkan cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga. Tujuan: Untuk
membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga. Telinga manusia terdiri
dari 3 bagian : telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga bagian luar, tengah dan koklea
pada telinga bagian dalam merupakan alat –alat pendengaran, sedangkan saluran
semisirkularis dan bagian-bagian lain pada telinga dalam mengontrol keseimbangan.
Irigasi telinga di anjurkan untuk Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing
dari kanal audiotory eksternal. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan
lartutan antiseptic. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal.
Telinga irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc
(suntik 20-30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan
lubang yang besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik
untuk arah lebih mudah fluida. Dengan menggunakan metode ini, cairan yang disedot
ke dalam jarum suntik dan disemprotkan ke dalam liang telinga. Metode lain
menggunakan larutan IV dan tubing, dengan konektor irigasi telinga pakai yang pas
dan ke atas telinga luar. Bila menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus fluida
oleh gravitasi ke telinga untuk menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas
harus sekitar 6 inci (15 cm) atau kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan
tekanan fluida yang tepat.

3.2 Saran
a. Diharapkan dengan tersusunya makalah ini mahasiswa dapat melakukan irigasi
telinga dengan benar, agar tidak terjadi konplikasi dan dalam melakukan prosedur
tersebut, mahasiswa harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien.
b. dan kepada perawat diharapkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan bagi
pasien dengan baik dan benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adams, L George. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarata: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EG

Kathleen S Oman. 2008. Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta : EGC

Kozier & Erb. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC

Wong, L Donna. 2008. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik : Volume 1. Jakarta : EGC

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC

Guendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif : Volume 2.

Jakarta : EGC

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGC

14
POLITEKNIK Standar Operasional Prosedur (SOP)
KESEHATAN IRIGASI TELINGA
KEMENKES
KALTIM Definisi : suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan
liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda – benda asing

Tujuan: Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari


dalam telinga.

Persiapan Alat :
A. Alat dan Bahan :
Baki berisi alat – alat yang steril
Jl. Wolter
1. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c.
Monginsidi No. 38
2. Semprot telinga berupa syringe 50ml ukuran 18G atau 20G
Samarinda
3. Pinset telinga.
4. Corong telinga atau otoskop
5. Pemilin telinga.
6. Pengail telinga.
7. Sarung tangan

Baki berisi alat – alat yang tidak steril :


1. Bengkok 1 buah.
2. Perlak dan alasnya.
3. Lampu kepala.
4. Kapas dalam tempatnya.
5. Ember kotoran

Persiapan Pasien:
a. Jelaskan kepada klien mengenai tujuan dari tindakan keperawatan
yaitu irigasi telinga.
b. Kaji kembali keluhan klien dan disesuaikan dengan indikasi serta
rencana tindakan yang ingin diberikan kepada klien.
c. Meminta persetujuan dari klien atau keluarga mengenai tindakan
yang akan diberikan (informed consent).
d. Kontrak waktu dengan klien: kapan dan berapa lama waktu
pelaksanaan tindakan keperawatan.

Prosedur :
Fase orientasi
1. Mengucapkan salam kepada klien.
2. Mengidentifikasi klien dengan: nama, tanggal lahir dan mencocokkan nomor rekam
medis klien.
3. Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien. Jelaskan bahwa klien mungkin

15
merasakan penuh, hangat dan sekali-kali rasa tidak nyaman ketika cairan mengalami
kontak dengan membran tympani.

Fase kerja
1. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di pangku
sambil dipegang kepalanya. Bantu klien untuk duduk atau berbaring dengan kepala
dibalik pada telingan yang ditindaki. Cairan dapat mengalir dari telinga ke bengkok.
2. Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan.
3. Pasang lampu kepala.
4. Perawat cuci tangan.
5. Periksa telinga dengan otoskop.
6. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di flamber
terlebih dahulu.
7. Isikan cairan irigasi ke dalam spuit.
8. Sesuaikan suhu cairan dengan suhu tubuh klien menggunakan thermometer.
9. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang bengkok
dengan posisi di bawah telinga.
10.Luruskan canalis auditorius. Pada anak-anak, tarik pelan-pelan pinna ke arah bawah,
pada dewasa, tarik pinna ke arah atas belakang. Canalis auditorius diteruskan sehingga
cairan dapat mengalir ke sepanjang saluran.
11. Masukkan ujung spoit ke dalam meatus auditorius dan arahkan cairan perlahan-lahan
pada bagian atas pada canalis. Cairan akan mengalir di seluruh saluran dan keluar pada
bagian bawah. Cairan di instilasi dengan pelan-pelan karena tekanan yang kuat dari
cairan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan kerusakan membran tympani.
12. Lanjutkan instilasi cairan sampai semua cairan yang digunakan atau sampai saluran
bersih, tergantung pada tujuan irigasi. Perhatikan jangan menahan aliran cairan keluar
dengan spoit.
13. Setelah irigasi, inspeksi lagi saluran telinga dari kotoran/serumen / benda asing dengan
otoskop.
14. Ulangi irigasi apabila kotoran masih ada (istirahatkan klien di antara irigasi)
15. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di
flamber.
16. Rapikan alat-alat.
17. Perawat cuci tangan.

16
Fase terminasi :
1. Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan tindakan irigasi telinga.
2. Mengevaluasi secara subjektif adanya perubahan saat atau setelah dilakukan tindakan
irigasi telinga. Pada irigasi, kaji klien adanya ketidaknyamanan dan cairan yang keluar,
keadaan dan baunya.
3. Kontrak waktu untuk tindakan lanjut jika diiperlukan
4. Mengucapkan salam kepada klien
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan irigasi telinga yang telah diberikan kepada
klien

Evaluasi :
Apabila perawatan ini tidak berhasil, misalnya karena serumen keras dan besar, laporkan
pada dokter. Biasanya akan diberikan obat tetes telinga. Kemudian setelah 3 hari perawatan
irigasi diulang kembali

Dokumentasi :
a. Catat semua pengkajian dan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan prosedur.
b. Pada irigasi termasuk jenis, konsentrasi, jumlah dan temperatur cairan yang digunakan,
keadaan haluaran dan adanya rasa tidak nyaman.
c. Pada instilasi meliputi waktu, dosis dan berbagai keluhan nyeri. Banyak institusi
menggunakan flow sheet, yang lain mungkin memerlukan bahwa pencatatan dibuat pada
catatan keperawatan.

Referensi :
Kathleen S Oman. 2008. Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta : EGC
Kozier & Erb. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai