Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWAATAN LANSIA DENGAN

KEBUTUHAN SEKSUAL

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Ibu Rika Maya Sari, M.Kes

Disusunoleh kelompok 4/3B :

1. Octavia husna (17613084)


2. Nichen vivi (17613070)
3. Winda nisma (17613077)
4. Ahmad ghalib (17613066)
5. Almas nabila (17613063)
6. Lia hiyasari (17613058)
7. Uswatun khasanah (17613051)
8. Evita Widyawati (17613044)
9. Eko A. (17613040)

D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ ASUHAN

KEPERAWATAN LANSIA DENGAN KEBUTUHAN SEKSUAL” makalah

ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan

terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr H. Sulton M,Si selaku rektor Universitas Muhammadiyah

Ponorogo yang telah mendukung pembuatan makalah ini.

2. Bapak Sulistyo Andarmoyo, S.Kep.,M.kes selaku dekan fakultas ilmu

kesehatan

3. Ibu Rika Maya Sari, M.Kes selaku kaprodi D III Keperawatan

4. Ibu Ririn Nasriati, M. Kep selaku Dosen Wali 3B DIII Keperawatan

5. Ibu Rika Maya Sari, M.Kes Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak.

6. Kedua orang tua kami yang senantiasa selalu mendukung kami.

7. Semua rekan-rekan kelas 3B DIII Keperawatan yang telah membantu

kegiatan dalam pembuatan makalah ini.

Kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Mengingat kemampuan yang kami miliki,

dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan baik

pada materi maupun teknis penulisan materi. Untuk itu kritik dan saran

i
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan, demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Ponorogo, 17 September

2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB 1 ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. DEFINISI SEKSUALITAS DAN PERUBAHAN AUTONOMIK
GENETALIA PADA LANSIA WANITA DAN PRIA ............................................. 3
B. PERUBAHAN FISIOLOGIK AKTIVITAS SEKSUAL AKIBAT PROSES
MENUA ..................................................................................................................... 8
C. PENURUNAN FUNGSI DAN POTENSI SEKS PADA LANSIA ................ 11
D. HAMBATAN SEKSUAL PADA LANSIA .................................................... 12
E. MASALAH YANG TERJADI PADA LANSIA ............................................. 12
F. PENATALAKSANAAN MASALAH SEKSUAL PADA LANSIA .............. 20
G. CARA MEMPERTAHANKAN KESEHATAN SEKSUAL PADA LANSIA
20
H. TERAPI MODALITAS, ANALISA SWOOT DAN RENCANA
STRATEGI .............................................................................................................. 22
BAB III ............................................................................................................................ 28
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA KEBUTUHAN SEKSUAL......... 28
BAB IV ............................................................................................................................ 33
PENUTUP ................................................................................................................... 33
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 33
B. SARAN ............................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 34

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Definisi Seksualitas adalah ekspresi fisiologis dan psikologis dari

perilaku seksual. Periode usia bayi, remaja, dewasa dan post-klimakterik

memiliki manifestasi karakteristik seksualitas berbeda. Seksualitas adalah

istilah komposit yang mengacu pada totalitas kedirian. Seksualitas

menunjukkan karakter manusia kita, bukan hanya tindakan seksual kita

dan memiliki implikasi tentang arti total sebagai pria atau wanita.

Seksualitas berkaitan dengan variabel biologis, psikologis, sosiologis dan

spiritual dari kehidupan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian

dan hubungan interpersonal. Hal ini termasuk persepsi diri, harga diri,

sejarah pribadi, kepribadian, konsep cinta dan keintiman, citra tubuh, dll.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi seksualitas dan perubahan autonomik genetalia pada lansia

wanita dan pria

2. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses menua

3. Penurunan fungsi dan potensi seks pada lansia

4. Hambatan seksual pada lansia

5. Penatalaksanaan masalah seksual pada lansia

6. Cara mempertahankan kesehatan seksual pada lansia

1
C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang seksualitas dan perubahan autonomik genetalia

pada lansia wanita dan pria

2. Mengetahui bagaimana Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat

proses menua

3. Mengetahui tentang Penurunan fungsi dan potensi seks pada lansia

4. Bagaimana Hambatan seksual pada lansia

5. Bagaimana Penatalaksanaan masalah seksual pada lansia

6. Menjelaskan bagaimana Cara mempertahankan kesehatan seksual

pada lansia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI SEKSUALITAS DAN PERUBAHAN AUTONOMIK

GENETALIA PADA LANSIA WANITA DAN PRIA

Definisi Seksualitas adalah ekspresi fisiologis dan psikologis dari

perilaku seksual. Periode usia bayi, remaja, dewasa dan post-klimakterik

memiliki manifestasi karakteristik seksualitas berbeda. Seksualitas adalah

istilah komposit yang mengacu pada totalitas kedirian. Seksualitas

menunjukkan karakter manusia kita, bukan hanya tindakan seksual kita

dan memiliki implikasi tentang arti total sebagai pria atau wanita.

Seksualitas berkaitan dengan variabel biologis, psikologis, sosiologis dan

spiritual dari kehidupan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian

dan hubungan interpersonal. Hal ini termasuk persepsi diri, harga diri,

sejarah pribadi, kepribadian, konsep cinta dan keintiman, citra tubuh, dll.

Perubahan Fungsi Seksualitas pada Lanjut Usia

Proses penuaan dapat berdampak terhadap perubahan fungsi seksualitas

pada lanjut usia, yaitu meliputi perubahan dalam hal sebagai berikut :

 Usia

Sebenarnya tidak ada batas usia untuk melakukan aktivitas seksualitas

seperti yang disampaikan oleh Masters dan Johnson (1999)

mengidentifikasi bahwa tidak ada batas waktu penutup aktivitas fungsi

seksualitas yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Perubahan

seksualitas dan aktivitas seksual tidak datang berakhir Sebagai bagian

3
normal dari penuaan, keinginan seksualitas dan aktivitas seksual terus

berlanjut ke dalam kehidupan selanjutnya, dan usia bukan alat pencegah

untuk kehidupan seksualitas yang sehat dan bahagia, meskipun ada

penurunan aktivitas seksual dengan usia, terutama pada lanjut usia wanita.

Pfeiffer (1999) menyatakan bahwa sekitar 70 % dari lanjut usia pria

dengan usia rata-rata 68 tahun secara teratur masih tetap melakukan

fungsi seksualitas.

 Hasrat dan respon lanjut usia

Lichtenberg (1997 dalam Miller, 2004) menjelaskan bahwa

perubahan fungsional yang berhubungan dengan fungsi seksualitas pada

lanjut usia yaitu melibatkan respon terhadap rangsangan seksualitas, dan

minat serta partisipasi dalam aktivitas seksualitas. Hasil penelitian

Bretschneider dan McCoy, (2004) mengidentifikasi bahwa hambatan yang

paling penting adalah pengalaman seksualitas sebagai ketidakadanya

pasangan (60%), usia (32%) dan kurangnya hasrat atau keinginan (24%).

Pada lanjut usia pria, kegagalan ereksi sejauh ini merupakan masalah

yang paling sering ditemui, sedangkan masalah utama pada lanjut usia

wanita yaitu hilangnya minat seksualitas dan motivasi (Feldman et al,

1994), begitu juga The DSMIV (American Psychiatric Association, 1994)

mengusulkan tujuh kategori seksuality dys-fungsi. Tiga yang pertama

berkaitan dengan gangguan keinginan, gairah dan orgasme. Kategori 4-6

menentukan masalah-masalah seksualitas yang berhubungan dengan rasa

4
sakit, fisik sakit, dan obat-obatan dan alkohol, dan kategori tujuh

mendefinisikan gangguan yang tidak dinyatakan khusus.

 Kekuatan fisik lanjut usia

Pangkahila (2008), menjelaskan bahwa masalah seksualitas pada

lanjut usia disebabkan oleh faktor fisik dan psikis yang bergabung

menjadi satu. Gangguan fisik seperti gangguan fungsi jantung dan

pembuluh darah, gangguan metabolisme, perubahan hormonal, penurunan

system persyarafan, vaginitis, pasca operasi, kekurangan gizi serta

penggunaan obat-obat tertentu sering kali berhubungan dengan potensi

seksualitas (Pangkahila, 2008). Ginsberg (2005) mengidentifikasi

penyakit-penyakit yang sering menyebabkan menurunnya kemampuan

seksual pada lanjut usia adalah penyakit arthritis (49%), hipertensi (40%)

dan penyakit jantung (25%). Perubahan fisiologis yang mempengaruhi

seksualitas lanjut usia biasanya berlangsung secara bertahap dan

menunjukkan status dasar dari aspek vaskular, hormonal dan neurologic

PERUBAHAN ANATOMIK PADA SISTEM LANSIA :

1. WANITA

- Vagina

Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina

mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula

serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium,

vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita

belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti

5
berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-

mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh

keber¬langsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut

dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan geni¬talia

eksterna.

- Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya

menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit

dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak

menon¬jol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding

jaringan.

- Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permu¬kaannya

menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat

dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium

menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel.

Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna

dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi,

pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang

pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

- Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita

yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung.

6
Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi

kelenjar payudara saja.

Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun

fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras”

dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu

menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul

pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis

mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh

kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala

menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa

klimakterik.

2. PRIA

- Prostat

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria

lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat

pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak

sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping

itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari

komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini

dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul

mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat

pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun,

tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu

7
hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan

problem medik.

Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena

meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi

tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi

pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya

selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan

timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi

menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.

- Testis

Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan

berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel

Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga

sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal

ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas

menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode

refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan

aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

B. PERUBAHAN FISIOLOGIK AKTIVITAS SEKSUAL AKIBAT

PROSES MENUA

Alexander dan Allison mengatakan bahwa pada dasarnya

perubahan fisiologik yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia lanjut

biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari

8
aspek vaskular, hormonal dan neurologiknya. Perubahan fisiologik

aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian

tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1. Fase desire

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan

pasangan, harapan kultural, kesemasan akan kemampuan seks. Hasrat

pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia,

tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada

lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak

usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.

2. Fase arousal

- Lansia wanita : Pembesaran payudara berkurang; terjadi

penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina

dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dankandung kemih.

- Lansia pria : Ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan

kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40

tahun akibat penurunan testoteron; elevasitestis ke perineum

lebih lambat.

3. Fase orgasmic (fase muskular)

a. Lansia wanita tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih

sedikit konstraksi kemampuan mendapatkan orgasme multipel

berkurang.

9
b. Lansia pria kemampuan mengontrol ejakulasi membaik;

kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat

menurun.

4. Fase pasca orgasmic

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan

gairah sampai timbulnya faseorgasme berikutnya lebih sukar terjadi.

Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan

fisiologik saja,terdapat banyak penyebab lainnya seperti:

- Penyebab iatrogenic

Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang

lain yang mungkin membuat adekuat konseling tentang efek

prosedur operasi terhadap fungsi seksual.

- Penyebab biologik dan kasus medis

Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu

berhubungan langsung atau tidak dengan seks dan system

reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik.

Beberapa masalag umum yangs sering timbul dalam gangguan

seksual pada lansia adalah sebagai berikut :

 Gangguan hasrat

 Tahap pemanas

 Orgasme

 Rasa nyeri

 Sakit fisik

 Obat dan alkohol

10
 Gangguan yang tidak khusus

C. PENURUNAN FUNGSI DAN POTENSI SEKS PADA LANSIA

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung,

gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai

operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan

kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat

tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada

lansia

b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya.

c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

d) Pasangan hidup telah meningg.

e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya

kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple pathology ),

misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi

makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik

seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara

berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan

11
fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat

menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.Dalam

kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka

perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi

psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk

mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia

harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan,

tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

D. HAMBATAN SEKSUAL PADA LANSIA

Pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan untuk melakukan

aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang

datang dari lingkungan dan hambatan internal yang terutama berasal dari

subyek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan

sosial ,yang menganggap bahwa aktivitas sosial tidak layak. Pada lansia

yang berada diinstitusi, misalnya di panti wreda hambatan terutama

adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi tersebut.

Hambatan internal psikologis sering kali sulit dipisahkan secara jelas

degan hambatan eksternal. Obat-obatan yang sering diberikan pada

penderita usia lanjut dengan patologi multipel juga sering menyebabkan

berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.

E. MASALAH YANG TERJADI PADA LANSIA

1. Andropause pada Pria Lansia

a. Definisi Andropause pada pria lansia

12
Andropause berasal dari kata “Andro = kejantanan” dan “pause =

istirahat”. Andropause dapat diartikan sebagai perubahan akibat

proses menua pada sistem reproduksi pria mungkin di dalamnya

termasuk perubahan pada jaringan testis, produksi sperma dan

fungsi ereksi. Ada yang memberi istilah andropause sebagai

klimakterium laki-laki yang berarti seorang laki-laki sedang

berada pada tingkat kritis fase kehidupannya, dimana terjadi

perubahan fisik, hormon, dan psikis serta penurunan aktivitas

seksual. Perubahan-perubahan ini biasanya terjadi secara

bertahap. Tingkah laku, stress psikologik alkohol, trauma,

ataupun operasi, medikasi, kegemukan dan infeksi

dapatmemberikan kontribusi pada onset terjadinya andropause

ini.

b. Gejala dan efek yang ditimbulkan

 Andropause berhubungan erat dengan kadar testosterone

yang rendah. Beberapa gejala yang timbul seperti :

 Depresi

 Kelelahan

 Iritabilitas

 Libido menurun

 Sakit dan nyeri

 Berkeringat dan flushing

 Penurunan performa seksual atau disfungsi ereksi

 Sulit berkonsentrasi

13
 Pelupa

 Insomnia

c. Terapi

Terapi yang dapat diberikan pada andropause yaitu dengan

testosterone replacement therapy baik secara injeksi maupun oral.

2. Klimakterium pada Wanita Lansia

Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan

masa senium. Berlangsung 6 tahun sebelum menopouse dan berakhir

6-7 tahun setelah menopause.

 Tanda-tanda Klimakterium adalah:

 Menstruasi tidak lancar atau tidak teratur

 Haid banyak ataupun sangat sedikit

 Sakit kepala terus menerus

 Berkeringat

 Neuralgia

 Gejala Psikologis pada masa klimakterimum :

 Kemurungan

 Mudah tersinggung/ mudah marah

 Mudah curiga

 Insomia

 Tertekan

 Kesepian

 Tidak sabar

 Tegang dan cemas

14
 Syndrome Menopouse pada masa klimakterimum :

 Berhentinya menstruasi, makin jarang dan makin sedikit

 Mengalami atropi pada sistem reprosuksi

 Penampilana kewanitaan menurun

 Keadaan fisik kurang nyaman

 Kemerah-merahan pada leher, dahi, bagian atas dada,

berkeringat, pusing dan iritasi

 Perubahan berat badan

 Perubahan kepribadian

 Perubahan Kejiwaan pada masa klimakterimum

 Merasa tua

 Tidak menarik lagi

 Rasa tertekan karena takut menjadi tua

 Mudah tersinggung

 Mudah kaget

 Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami

 Rasa takut karena suami menyeleweng

 Gangguan psikologis pada masa klimakterium pada wanita lansia

 Ketakutan

 Ketergantungan fisik dan ekonomi

 Sakit-sakitan yang kronis

 Kesepian

 Kebosanan karena tidak diperlukan

 Perubahan mental

15
 Kurang mampu belajar yang baru

 Terlalu berhati-hati dalam mengungkapkan alasan

 Berkurangnya kreatifitas

 Berkurangnya rasa humor

 Gangguan mental

 Kemarahan dan rasa tidak senang yang kuat

 Kecemasan yang tidak berobyektif

 Sedih dan pesimis

 Rasa sakit yang tidak berpenyebab

3. Menopause pada Wanita Lansia

a. Definisi Menopause

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam

perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu prose salami

sejalan dengan bertambahnya usia. Seorang wanita yang sudah

menopause akan mengalami berkentinya haid. Fase ini terjadi

karena ia tidak lagi menghasilkan esterogen yang cukup untuk

mempertahankan jaringan yang responsive dalam suatu cara yang

fisiologi.

b. Gejala dan efek menopause

Menopause dianggap sebagai masyarakat sebagai awal

dari kemunduran fungsi kewanitaan secara keseluruhan, bahkan

ada yang menganggap menopause sebagai bencana di usia senja.

Banyak perempuan menopause merasa menjadi tua, yang

16
diasosiasikan dengan ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat

seksual (Rachmawati, 2006).

Ada empat kemungkinan mengapa para suami enggan

berhubungan seksual lagi dengan istrinya yaitu tidak tertarik lagi,

ada anggapan salah bahwa menopause berarti padamnya

dorongan seksual, kesulitan berhubungan intim akibat perlendiran

vagina kurang, dan penolakan istri karena merasa sakit saat

berhubungan (Pangkahila, 1998). Perubahan yang terjadi pada

organ tubuh wanita menopause disebabkan oleh bertambahnya

usia dan juga faktor fisik, faktor psikis dapat mempengaruhi

kehidupan mereka. Gejala psikologis yang menonjol ketika

menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan,

gugup, kesepian, tidak sabar, cemas, depresi, dan merasa

kehilangan daya tarik fisik dan seksual, sehingga ia takut

ditinggalkan suaminya (Purwoastuti, 2008).

c. Upaya pencegahan tergadap keluhan/masalah menopause yang

dapat dilakukan

1) Pemeriksaan alat kelamin

2) Pap smear

3) Perabaan payudara

4) Penggunaan bahan makanan yang mengandung fito-estrogen

seperti kedelai( tahu, tempe, kecap), papaya dan semanggi

merah

5) Penggunaan bahan makanan sumber kalsium

17
6) Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi

dan alkohol.

4. Senium Pada Wanita Lansia

Yaitu masa sesudah pasca menopause. Ditandai dengan telah

tercapainya keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga

tidak ada lagi gangguan vegetative maupun psikis.

5. Impotensi atau Disfungsi Ereksi pada Pria Lansia

a. Definisi impotensi atau disfungsi ereksi pada pria lansia

Impotensi atau Disfungsi Ereksi (DE) adalah ketidakmampuan

secara konsisten untuk mencapai dan/ atau mempertahankan ereksi

sedemikian rupa sehingga mencapai aktivitas seksual yang

memuaskan (Vinik, 1998). Secara umum impotensia dibedakan

menjadi impotensi coendi (ketidakmampuan untuk melakukan

hubungan seksual), impotensia erigendi (tidak mampu ber-ereksi)

dan impotensia generandi (tidak mampu menghasilkan keturunan).

Prevalensi DE sekitar 52% pada pria di antara 40-70 tahun dan

bahkan lebih besar pada pria yang lebih tua. Untuk timbul ereksi

diperlukan adanya rangsangan yang bisa berasal dari rangsangan

psikologik (fantasi, bayangan erotik), olfaktorik (bau-bauan) dan

rangsangan sentuh atau rabaan. Rangsangan tersebut melalui jalur

kortiko-talamikus, limbik maupun talamo-retikularis dan

sebaliknya kemudian akan diteruskan ke susunan saraf otonom

(parasimpatis) akan menyebabkan vasodilatasi korpus kavernosa

penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf simpatis akan

18
membantu terjadinya ejakulasi. Dari gambaran tersebut dapat

disimpulkan bahwa proses ereksi menyangkut berbagai fungsi

diantaranyasaraf, vascular, hormonal, psikologik dan kimiawi.

1) DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai

penyebab utama DE, namun menurut penelitian hal ini tidak

benar. Justru penyebab utama DE pada lansia gangguan

organik, walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan.

DE jenis ini yang berpotensi reversible potensial biasanya

yang disebabkan oleh kecemasan, depresi, rasa bersalah,

masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan

gagal dalam hubungan seksual. Ada pendapat yang

mengatakan bahwa impotensi merupakan akibat masturbasi

yang dahulu atau karena terlalu sering ejakulasi atau

sebaliknya karena terlalu lama menahan dan tidak disalurkan

hasrat seks-nya itu. Namun penelitian membuktikan bahwa

ejakulasi atau tidak ejakulasi dalam waktu yang lama tidak

langsung mengganggu kesehatan. Masters dan Johnson

mengatakan bahwa ereksi dan ejakulasi tidak dapat dipelajari

karena hal ini terjadi secara reflektoris. Selain yang telah

disebutkan diatas, sekitar 25% DE disebabkan oleh obat-

obatan terutama obat antihipertensi (Reserpin, blocker,

guanethidin, antipsikotik, antidepresan, lithium, hipnotik

sedative, dan hormon-hormon seperti estrogen dan

progesteron.

19
F. PENATALAKSANAAN MASALAH SEKSUAL PADA LANSIA

1. Bimbingan psikososial

Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana

manajemen gangguan seks dan dikombinasikan dengan

penyembuhan farmakologi.

2. Penyembuhan hormone

Pada pria lansia : penggunaan suplemen testosterone untuk

menyembuhkan “viropause” andropause pada pria (pemanasan

dan ejakulasi)

Pada wanita lansia : terapi pengganti hormone (HRT) dengan

pemberian estrogen pada klimakterium

3. Penyembuhan dengan obat

a. Yohimbine, pemakaian krim vasoaktif

b. Oral phentholamin

c. Tablet apomorphine sublingual

d. Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif

e. Penempatan intra-uretral prostaglandin

G. CARA MEMPERTAHANKAN KESEHATAN SEKSUAL PADA

LANSIA

 Lansia pria

1. Mempertahankan Gaya Hidup Sehat

2. Menjaga Kebersihan dengan Baik

20
3. Berhenti Merokok

4. Membatasi Konsumsi Alkohol

5. Bicaralah dengan Dokter Tentang Obat yang Dikonsumsi

 Lansia perempuan

1. Untuk usia 50 tahun ke atas

a. Memperhatikan jika gejala menopause telah muncul

Rata-rata usia menopause awal adalah sekitar 51 tahun.

Dengan menopause datang maka akan terjadi penurunan

hormon yang dapat menyebabkan libido lebih rendah,

perubahan suasana hati, dan kekeringan vagina. Sehingga

wanita cenderung untuk menghindari hubungan seksual sama

sekali.

Tetapi dengan bantuan dokter, maka akan dapat mengelola

gejala-gejala menopause dengan baik.

b. Menggunakan pelumas vagina

Kadar hormon yang lebih rendah dapat menyebabkan jaringan

vagina yang tipis dan kering. Sehingga hubungan seksual

dapat menjadi tidak nyaman dan tidak diinginkan. Bagi banyak

wanita, sedikit pelumas atau pelembab akan membantu, tetapi

yang lain mungkin perlu krim resep yang mengandung

estrogen untuk meringankan kekeringan dan peradangan.

2. Untuk usia 60 dan 70 tahun ke atas

a. Jangan berhenti melakukan hubungan seksual

21
Banyak wanita di atas usia 60 tahun yang tetap aktif secara

seksual. Banyak orang yang berusia lebih dari 60 tahun

berhubungan seksual secara teratur akan cenderung lebih sehat

daripada yang berhubungan seksual kurang sering atau tidak

sama sekali.

b. Hubungan seksual dengan ritme lebih lambat

Hubungan seksual mungkin akan memakan waktu cukup lama

bagi Anda dan pasangan. Lakukan foreplay sesuai kebutuhan.

c. Persiapkanlah hubungan seksual dengan baik

Dengan obat disfungsi ereksi (DE) kehidupan seksual dapat

lebih aktif pada orang tua. Bagi pasangan wanita jangan

menggunakan sabun untuk mencuci vagina. Sebaiknya,

mencari pembersih yang memiliki pH sama dengan vagina

yang sehat, yaitu antara 3,8-4,5.

H. TERAPI MODALITAS, ANALISA SWOOT DAN RENCANA

STRATEGI

1. Definisi

Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan

yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien lanjut usia

dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

Terapi modalitas seksualitas pada lansia adalah suatu pendekatan

penanganan klien lanjut usia dengan gangguan yang bervariasi yang

bertujuan mengubah perilaku seksualitas klien lanjut usia dengan perilaku

seksualitas maladaptifnya menjadi perilaku seksualitas yang adaptif.

22
2. Jenis Terapi Modalitas

Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:

- Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien lanjut usia dengan

pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang

klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan

klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah

hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan

sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan

tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal

hubungan. Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi : tahapan

orientasi, tahapan kerja, dan tahapan terminasi.

- Terapi lingkungan (milleu therapy)

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan

agar terjadi perubahan perilaku hubungan seksualitas pada klien dari

perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan

semua lingkungan rumah dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah

memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan

memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

- Terapi biologis atau terapi somatic

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model

medical di mana lanjut usia dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda

dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa lanjut usia

23
murni adalah gangguan pada lanjut usia semata, tidak mempertimbangkan

adanya kelaianan patofisiologis

- Terapi kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap

yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang

diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan

kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan

keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut.

- Terapi keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh

anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan

terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.

Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang

mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang

dituntut oleh anggotanya.

- Terapi kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien lanjut usia

yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku

melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat

berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya

adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan

interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya

meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

- Terapi perilaku

24
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa

perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh

karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak

sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah :

role mode, kondisioning operan, desensitisasi sistematis,

pengendalian diri, dan terapi aversi atau rileks kondisi.

Analisa SWOT Dan Rencana Strategi Pemecahan Masalah


Berdasarkan analisa data yang telah dilaksanakan maka kami
mencoba membuat analisa SWOT baik (Strength) kekuatan,
Wellness (kelemahan), opportunisty sumber peluang serta theratment
(ancaman). Yang dapat dilihat di bawah ini :
strengt weakness opportunity threatened
 memberikan  Banyak  Semakin  Adanya
nasehat dan lansia mempererat kondisi perta
tuntunan menyembuny hubungan mbahan usia
pada lansia ikan pasangan di yang semakin
untuk permasalahan masa tua memperberat
mempertaha psikologis  Menjaga hubungan
nkan yang terjadi keharmonisan seksual
hubungan padanya rumah tangga  Takut
seksualitas terhadap yang sudah perasaan
secara aman pasangan dan dibina sejak berhubungan
dan nyaman keluarga awal pernikahan tidak seperti
 Sebagian  Tidak ada  Memberi contoh semasa muda
lansia mulai motivasi hubungan yang  Merasa tidak
mengubah pasangan baik terhadap kuat / tidak
posisi saat untuk anak-anaknya jantan lagi
hubungan mempertahan  Menepis bagi lansia,
agar tidan kah anggapan bahwa karena cepat
menyakitkan hubungan masa lansia lela
pasangan seksual tidak bisa  Adanya
 Menjaga  Permasalah mengekspresika perasaan
kesehatan keluarga n perasaan tabu, risih
lansia secara terutama terhadap karena mitos
fisik dan anak yang pasangan yang
psikologis membebani  Mengurang berkembang
 Terbinanya lansia angka kejadian di
hubungan  Terpisahnya perceraian dan masyarakat
pasangan tempat berganti-ganti tentang
suami istri tinggal pasangan di seksualitas

25
yang pasangan masa hari tua pada lansia
harmonis lansia karena
mengikuti
anak
 Perasaan
tidak
nyaman,
takut
menyakiti
pasangan

26
Berdasarkan analisa SWOT tersebut diatas tampak beberapa garis besar
permasalahan para lanjut usia tentang gangguan seksualitas yaitu :

Kondisi perubahan fisik dan psikologis yang mempengaruhi dalam


hubngan seksualitas. Keadaan ini karena kurangnya peranan keluarga dan
perawat dalam mendampingi para lansia serta kurangnya pengawasan
terhadap lansia terutama dalam pemenuhan kebutuhan hubungan
seksualitas.

Rencana Strategi Pemecahan Masalah


masalah Rencana jangka pendek Rencana jangka
panjang
Tenaga profesional Mengoptimalkan SDM Penambahan dan
bidang pelayanan yang ada melalui pengembangan sesuai
keperawatan gerontik y1) Seminar dengan kebutuhan
ang masih kurang 2) Pelatihan (1 perawat 3 klien)
Pendidikan
berkelanjutan
Kondisi psikologis Mulai merelaksasikan diri Rencana perubahan
yang mempunyai o Berani mengungkapkan psikologis pada lansia
peranan penting dalam masalah pribadi kepada dari perilaku mal
hubungan seksualitas pasangan, keluarga atau adaptif menjadi
perawat perilaku adaptif
o Menciptakan kondisi
yang membuat nyaman
Kurangnya Mendampingi lanjut Mulai membuka
pengarahan terhadap usia dan permasalahan diri pada
lansia dalam keterlibatan keluarga demi pasangan tentang apa
pemenuhan hubungan pasangan yang dirasakan
kebutuhan aktivitas harmonis
seksual sehari-hari o Adanya kegiatan-kegiatan
yang dapat yang yang ditekankan
menimbulkan resiko pada terapi kelompok.
o Adakan diskusi untuk
memecahkan masalah
o Mencegah masalah
seksualitas berlanjut

27
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA KEBUTUHAN SEKSUAL

A. PENGKAJIAN

Pengkajian terdiri dari data objektif dan data subjektif yang bersandar dari

batasan-batasan karakteristik. Data subjektif adalah data yang diperoleh

dari keluhan pasien dan wawancara pasien atau keluarga pasien. Data

objektif berasal dari pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat terhadap

pasien.

a. Identitas Klien

 Nama Klien

 Umur

 Agama

 Suku

 Pendidikan

 Alamat

 Pekerjaan

 Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

 Status social ekonomi keluarga

b. Dapatkan riwayat seksual

 Pola seksual biasanya

 Kepuasan (individu, pasangan)

 Pengetahuan seksual

 Masalah (seksual, kesehatan)

 Harapan

28
 Suasana hati, tingkat energi

Dalam memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan

aktivitas sexual pada usia lanjut perlu dipertimbangkan mengenai :

1. Secara fisiologis dan psikologis mampu melakukan aktivitas seksual tanpa

memandang perubahan anatomi dan fisiologis karena proses penuaan.

2. Aktivitas seksual sering bermanfaat pada lansia karena dapat menurunkan

anxietas dan mempertinggi kualitas hidup.

3. Pada lansia wanita terjadi penurunan tanus payudara, vagina kurang elastis,

penurunan lubrikasi vagina, dan ukuran vagina memendek, hal ini disebabkan

karena penururnan hormon esterogen, keadaan ini menyebabkan lansia wanita

kurang suka (merasa sakit) untuk melakukan hubungan seksual.

4. Pada lansia pria, terjadi penurunan produksi sperma, penurunan kekuatan

ereksi dan ejakulasi, testis menjadi kecil, stimulasi langsung mungkin diperlukan

mungkin diperlukan untuk ereksi.

5. Kebutuhan untuk hubungan intim dan rabaan sangat penting bagi lansia

untuk mencapai hubungan yang berarti.

6. Fungsi seksual masa lalu (minat, kesenanganm dan frekuensi) menjadi

prediksi dalam aktivitas sexual lansia.

7. Fungsi seksual pada lansia paling dipengaruhi oleh mitos dan

ketidakmengertian.

29
8. Aktivitas seksual pada pasangan lansia bukanlah yang tak bermoral, tidak

pantas, dan negative

Model yang digunakan dalam ruang lingkup asuhan keperawatan yang

berhubungan dengan aktivitas seksual adalah dengan menggunakan model

PLISSIT, yaitu :

P : Permission (Mengijinkan)

Untuk mulai mendiskusikan masalah sexual pada lansia, yang sangat

penting adalah mendapatkan ijin dari klien.

LI : Limited information (keterbatasan informasi)

Memberkan informasi pada klien dan pasangan terbatas untuk kebutuhan fungsi

seksual.

SS : Spesific sugestion (saran khusus)

Memberikan saran khusus pada klien dan pasangan untuk dapat memfasilitasi

fungsi positif seksual.

IT : Intensive therapy (Terapi intensif)

Memberikan terapi intensif tentang hal-hal yang berhubungan dengan

seksualitas klien dan pasangan serta merujuknya ke profesional lain (misalnya

: terapi seks, ahli andrologi, dan ahli bedah, dan lain-lain)

N Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi


o.

30
1. Disfungsi Seksual NOC : NIC :
Definisi : - Pemulihan dari 1. Bantu pasien
Kondisi ketika Penganiyaan: Seksual: mengekspresikan perubahan
individu mengalami Tingkat penyembuhan fungsi tubuh termasuk
perubahan fungsi cedera fisik dan organ seksual seiring
seksual selama fase psikolois akibat dengan bertambahnya usia
respons gairah seksual, eksploitasi atau 2. Diskusikan beberapa
rangsang seksual, dan/ penganiyaan seksual pilihan agar dicapai
atau orgasme, yang - Penuaan Fisik: kenyamanan
dipandang tidak Perubahan fisik normal 3. Berikan pendidikan
memuaskan, tidak ada yang terjadi seiring kesehatan tentang
penghargaan, atau proses penuaan normal penurunan fungsi seksual
tidak adekuat - Kendali Resiko:
Penyakit Menular
Seksual (PMS):
Tindakan pribadi untuk
mencegah, mengurangi,
atau menghilangkan
perilaku yang dapat
menyebabkan penyakit
menular seksual
- Fungsi Seksual:
Integrasi aspek fisik,
sosioemosi, dan
intelektual ekspresi di
performa seksual
- Identitas Seksual:
Pengenalan dan
penerimaan identitas
seksual pribadi

Kriteria hasil :
- Mengekspresikan
kenyamanan
- Mengeksresikan
kepercayaan diri
2. Gangguan Citra NOC: NIC:
Tubuh -Adaptasi dengan 1. Persiapkan pasien
Definisi: ketunadayaan fisik terhadap krisis
Konfusi pada - Citra tubuh perkembangan atau krisis
gambaran mental fisik - Penyesuaian situasional
diri seseorang psikososial 2. Tingkatkan presepsi
Harga diri untuk beradaptasi dengan
persepsi stressor,
Kriteria Hasil: perubahan, atau ancaman
- Gangguan citra tubuh yang menghambat
berkurang yang pemenuhan runtutan hidup
dibuktikan oeh selalu dan peran hidup

31
menunjukkan adaptasi 3. Analisis faktor resiko
dengan ketunadayaan potensial, menetapkan
fisik, penyesuaian risiko kesehatan, dan
psikososial: Perubahan memprioritaskan strategi
hidup, citra tubuh positif, menurunkan risiko untuk
tidak mengalami individu atau kelompok
keterlambatan dalam 4. Bantu pasien untuk
perkembangan anak, dan meningkatkan penilaian
harga diri positif personal terhadap harga diri
- Menunjukkan citra
tubuh, yang dibuktikan
oleh indikator
1. Kesesuiaian antara
realistastubuh, ideal
tubuh, dan perwujudan
tubuh
2. Kepuasan terhadap
penampilan dan fungsi
tubuh
3. Keinginan untuk
menyentuh bagian tubuh
yang mengalami
gangguan
3. Ketidakefektifan NOC: NIC:
pola seksualitas - Pemuliahn dari 1. Tingkatkan persepsi
Definisi: penganiyaan seksual sadar dan persepsi bawah
Ekspresi kekhawatiran - Citra tubuh sadar serta sikap pasien
tentang seksualitas -Maturasi fisik terhadap tubuhnya
individu - Penampilan peran 2. Bantu pasien
- Harga diri menyesuaikan diri denan
- Identitas seksual persepsi stresor, perubahan,
atau ancaman yang
menghambat pemenuhan
tuntutan hidup dan peran
3. Bantu pasien, orang
terdekat, atau keluarga
untuk meningkatkan
hubungan dengan
mengklarivfikasi dan
menambah perilaku peran
tertentu
4. Bantu pasien
meningkatkan penilaian
pribadi tentang harga diri

32
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seksualitas adalah ekspresi fisiologis dan psikologis dari perilaku

seksual. Perubahan autonomic pada wanita terjadi pada vagina mengalami

kontraktur ,Uretra mengalami atrofi ,di Ovarium ukuran sel telur mengecil

dan pada payudara mengalami penyusutan ukuran. Sedangkan pada laki-

laki pada prostat mengalami pembesaran , di Testis mengalami penurunan

ukuran dan berat. Perubahan fisiologik pada lansia ditinjau dari 4 tahapan

yaitu Fase desire, aurosal, prgasmic dan pasca orgasmic. Berbagai

masalah yang terjadi pada lansia antara lain DE ,Andropause

,klimakterium ,menopause dan senium.

B. SARAN
Perawat sebaiknya memberikan penyuluhan dan informasi tentang

seksualitas pada lansia. Diharapkan pada lansia mengerti dan memahami

perubahaan tubuh yang terjadi secara degenerative. Sebagai pemberi

asuhan keperawatan diharapkan perawat belajar untuk mendapatkan ilmu

baru dan agar dalam pemberian asuhan keperawatan terlaksana sesuai.

Sebagai petugas medis mampu mendampingi dan mengarahkan masalah

seksualitas dengan baik. Dan untuk penulis selanjutnya semoga makalah

ini bisa menjadi acuan untuk penulisan makalah selanjutnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia


lanjut ). Jakarta : FKUI

https://library.uns.ac.id/perubahan-anatomik-organ-tubuh-pada-penuaan/

Rachmawati, april lia, dkk. 2015. Masalah seksual pada wanita. Makalah.
Universitas respati Indonesia, program pasca sarjana, ilmu kesehatan masyarakat.

https://www.academia.edu/28217956/MASALAH_SEKSUAL_PADA_LANSIA
_WANITA

Wilkinson, Judith. 2011. BUKU SAKU DIAGNOSIS KEPERAWATAN:


DIAGNOSIS NANDA, UNTERVENSI NIC, KRITERIA HASIL NOC, Ed. 9.
Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai