Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PERSALINAN INDUKSI

Dosen Pengampu : Dr.Lumastri Ajeng Wijayanti, S.Kp., M.Kes., Sp.Mat

Disusun oleh :

1. Ika Rahmawati (202101045)


2. Rismatul Husna (202101055)
3. Faiqdatus Chanani (202101063)
4. Yuvi fernanda (202101065)
5. Dewi Mazroatut Toyibah (202101066)
6. Onisfu Dafiq S (202101067)
7. Rahma lailatul H (202101072)
8. Saiyidah Fatimatuz Z (202101082)
9. Rika Putri Evitasari (202101084)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayat Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul induksi Persalinan dengan tepat waktu.

Asuhan keperawatan ini merupakan tugas yang diberikan oleh ibu Dr.Lumastri Ajeng
Wijayanti, S.Kp., M.Kes., Sp.Mat selaku dosen pada mata kuliah Keperawatan Matemitas yang
berisi tentang pembahasan asuhan keperawatan pada induksi persalinan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan di dalam penulisan tugas ini, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi perbaikan penulisan asuhan
keperawatan selanjutnya.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan proses fisiologis yang akan dialami pada kebanyakan perempuan
hamil. Di dalam proses persalinan terdapat proses pengeluaran bayi, plasenta, cairan ketuban,
dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung secara normal maupun resiko atau bahkan
telah terjadi gangguan proses persalinan (dystocia). Gangguan persalinan ini erat kaitannya
dengan factor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan yang dikenal dengan 5 P yaitu
power, passenger, passageway, posisi, psykologis. Salah satu cara mengatasi gangguan proses
persalinan (dystocia) khusunya terkait dengan power dan passageway adalah dengan tindakan
induksi persalinan.
Setiap ibu hamil tentu menginginkan ketika saatnya persalinan nanti tiba semuanya
berjalan lancar dan normal. Kemudian bayi yang dikandung selama sembilan bulan dapat
terlahir dengan selamat dan sempurna. Namun, adakalanya persalinan normal yang diharapkan
terjadi karena salah satunya dibantu oleh tindakan induksi.
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari
tidak ada tanda-ada persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan
mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari
rahim secara normal. Dan dimakalah ini akan dijelaskan tentang seluk beluk persalinan
induksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Induksi Persalinan?
2. Apa etiologi Induksi Persalinan?
3. Bagaimana patofisiologi Induksi Persalinan?
4. Apa saja resiko Induksi Persalinan?
5. Apa komplikasi dari Induksi Persalinan?
6. Bagaimana Asuhan keperawatan pada Induksi Persalinan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari Induksi Persalinan?
2. Untuk mengetahui etiologi Induksi Persalinan
3. Untuk mengetahui patofisiologi Induksi Persalinan
4. Untuk mengetahui resiko Induksi Persalinan
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Induksi Persalinan
6. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada Induksi Persalinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Induksi Persalinan adalah dimulainya komraksi persalinan sebelum awitan spontannya
untuk tujuan mempercepat kelahiran. Induksi dapat dindikasikan untuk berbagai alasan medis
dan kebidanan, termasuk hipertensi akibat kehamilan, diabetes melitus dan masalah medis
maternal lain, kehamilan pascapartum, bahaya janin yang dicurigai (misalnya pertumbuhan
janin terhambat), faktor-faktor logistik, jarak dari rumah sakit, dan kematian janin) Dalam
kondisi-kondisi tersebut, kelahiran anak tidak terlalu berisiko untuk bayi baru lahir atau janin
daripada jika kehamilan dilanjutkan (Dunn, 1990)
Baik metode kimia maupun mekanis digunakan untuk menginduksi persalinan. Oksitosin
intravena dan amniotomi ialah me tode yang paling umum digunakan di Amerika Serikat.
Metode lain yang jarang digunakan antara lain stimulasi puting susu, minum castor oil, enema
dengan air sabun, stripping membran dan akupuntur (Tal, dkk, 1988: ACOG, 1991).
Angka keberhasilan lebih tinggi bila serviks dapat diinduksi. Sistem penilaian seperti Nilai
Bishop, dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan untuk diinduksi. Misalnya, nilai
sembilan atau lebih pada skala nilai 13 menandakan serviks lunak, anterior mendatar 50% dan
berdilatasi 2 cm atau lebih bagian presentasi telah masuk Induksi persalinan akan lebih berhasi
jika nilai Bishop adalah lima atau lebih untuk multipara dan sembilan atau lebih untuk nulipara
2.2 Etiologi
Induksi persalinan dilakukan disebabkan Kehamilannya sudah memasuki tanggal
perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan
yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran COO sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah
menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan:
a) Pertumbuhan janin makin melambat
b) Terjadi perubahan metabolisme janin
c) Air ketuban berkurang dan makin kental
d) Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksa
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan
lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well
born baby dan well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius,
atau menderita diabetes. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan
selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi :
a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat
konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan)
b. Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan eklamsi.
Precklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal.
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan
hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini
timbul saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta
lahir. Kira- kira 85% preck lamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama.
Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak.
gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat
kesadaran. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului
ganguan neurologis.
c. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius, infeksi ini bersifat serius
karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis
Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada
kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat Dapat mengancam
kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan
Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga
akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin. Membran ketuban pecah
sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dim) Ketika selaput
ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong
amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua
jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur
d. Mempunyai riwayat hipertensi. Gangguan hipertensi pada awal kehamilan
mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah matemal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Precklamsi,
cklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam
kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi
kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil. Hipertensi
sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama
nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya. Hipertensi kronis
didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau
didiagnosis schelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap
Ichih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan schugai hipertensi
kronis.
2.3 Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta
yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini.
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan
reseptor terhadap oksitosin schingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada
kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan,
karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi
kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi
plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun
setelah 42 minggu ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental
laktogen.
2.4 Indikasi
1. Indikasi Janin
a. Kehamilan lewat waktu
(penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang
mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak
diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksio sesaria pada kelompok yang diinduksi
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak dinduksi). Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/02 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam
rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan :
• Pertumbuhan janin makin melambat
• Terjadi perubahan metabolisme jamin
• Air ketuban berkurang dan makin kental
• Saat persalinan jamin lebih mudah mengalam asfiksia Risiko kematian perinatal
kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan
atem. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi,
posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum.
b. Ketuban Pecah Dini
Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam
kantong amnion. Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi
antara lain bila suhu ibu 238°C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya
infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki
aterm maka perlu dilakukan induksi.
• Janin mati
• Restriksi Pertumbuhan Intrauteri
Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/
membahayakan hidup janin/kematian janin.
• Isoimunisasi Dan Penyakit Kongenital Janin Yang Mayor
Kelainan kongenital mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak
besar pada bidang medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai
risiko kesakitan dan kematian tinggi, misalnya: anensefalus, hidrosefalus,
hidronefrosis, hidrops fetalis.
2. Indikasi Ibu
1. Berdasarkan penyakit yang diderita :
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
c. Penyakit jantung
d. Penyakit ginjal
e. Keganasan mammae dan portio
2. Berdasarkan Komplikasi kehamilan ibu :
a. Pre-eklamsia
b. Eklamsia
3. Berdasarkan Kondisi fisik Ibu :
a. Kesempitan Panggul
b. Kelainan Bentuk Panggul
c. Kelainan bentuk tulang belakang
3. Indikasi Kontra
• Malposisi dan malpresentasi janin
• Insufisiensi plasenta
• Disproposi sefalopevik
• Cacat rahim, misalnya pemah mengalami sectio caesaria, enukleasi miom
• Grade multipara
• Gemelli
• Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidroamnion
• Plasenta previa
2.5 Kontra Indikasi
Maksud kontraindikasi pada induksi persalinan per vagina yaitu, apabila tindakan induksi
yang dilakukan lebih merugikan dibandingkan tindakan seksio langsung. Kontaindikasi
tersebut adalah :
1. Terdapat Distosia Persalinan
• Panggul sempit atau disprorosi sefalopelvik
• Kelainan posisi kepala janin
• Terdapat kelainan letak janin dalam rahim
• Kesempitan panggul absolut (CD-<5,5 cm)
• Perkiraan bahwa berat janin> 4000 gr.
2. Terdapat Kedudukan Ganda
• Tangan bersama kepala
• Kaki bersama kepala
• Tali pusat menumbung terkemuka
3. Tendapat "Overdistensi' Rahim
• Kehamilan ganda
• Kehamilan dengan hidrammion
4. Terdapat Anamnesa Pendarahan Antepartum
5. Terdapat Bekas Operasi Pada Otot Rahim
• Bekas seksio sesarca
• Bekas oprasi mioma uteri
6. Pada Grandmultipara Atau Kehamilan > 5 Kali
7. Terdapat Tanda-Tanda Atau Gejala Intrauterine Fetal Distress
2.6 Faktor yang mempengaruhi induksi persalinan
Keberhasilan induksi persalinan per vagina ditentukan oleh berapa faktor :
1. Kedudukan Bagian Terendah
Semakin rendah kedudukan bagian terendah janin kemungkinan keberhasilan induksi
akan semakin besar, olch kama dapat menekan pleksus frankenhauser.
2. Penempatan (Presentasi)
Pada letak kepala lebih berhasil dibandingkan dengan kedudukan bokong. kepala lebih
membantu pembukaan dibandingkan dengan bokong
3. Kondisi Serviks
• Serviks yang kaku, menjurus kebelakang sulit berhasil dengan induksi persalinan
• Serviks lunak, lurus atau kedepan lebih berhasil dalam induksi.
4. Paritas
Dibandingkan dengan primidravida, induksi pada multipara akan lebih berhasil karena
sudah terdapat pembukaan.
5. Umur Penderita Dan Umur Anak Terkecil
• Ibu dengan umur yang relatif tua (diatas 30-35 tahun) dan umur anak terakhir yang
lebih dari 5 tahun kurang berhasil
• Kekuatan serviks menghalangi pembukaan sehingga lebih banyak dikerjakan
tindakan oprasi.
6. Umur kehamilan
Pada kehamilan yang semakin aterm induksi persalinan per- vagina akan semakin berhasil.
2.7 Resiko Melakukan induksi
• Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam
pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani.
• Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin
(stress pada bayi). Itu schubnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus
memantau gerak janin.
• Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya
pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
• Emboli. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan
menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi. dapat merenggut nyawa ibu
seketika.
2.8 Klasifikasi
1. Secara medis
• Metode steinsche
• Oksitosin
• Prostaglandin
• Cairan hipertonik intrauterin
2. Secara manipulatif
• Amniotomi
Amniotomi artifasialis dilakukan denga cara memecahkan ketuban baik dibagian
bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan suatu
alat khusus (Drewsmith cateter macdonald klem). Samp sekarang belum diketahui
dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya
kontraksi rahim.
• Stripping of the membrane
Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari
dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari
tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his.
• Pemakaian rangsangan listrik
Dengan dua elektrode, yang satu diletakkan dalam serviks, sedang yang lain
ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan
memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim,
• Rangsangan putting susu
Rangsangan puting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk
mengeluarkan oksitosin sehingga terjadi kontraksi rahim.
• Pemasangan laminaria stiff
Induksi persalinan sengan memasang laminaria stiff hampir seluruhnya
dilakukan pada janin yang telah meninggal. Pemasangan lamunaria stiff untuk janin
hidup tidak diindikasikan, karena bahaya infeksi.
2.8 Manifestasi klinis
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin
terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri.
Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan Nam
pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa
sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian
dilakukan operasi caesar.
2.9 Komplikasi
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu
memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat di penuhi. Kematian
perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin
dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan.
Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus
selalu diperhitungkan.
2.10 Pemeriksaan penunjang
• Hitung darah lengkap dengan diferensial: menentukan adanya anemia dan infeksi,
serta tingkat hidrasi.
• Golongan darah dan faktor Rh bila tidak dilakukan sebelumnya.
• Urinalisis Menunjukkan infeksi traktus urinarius, protein, atau glukosa.
• Rasio lesitin terhadap sfingomielinfrasio L/S): Memastikan pecah ketuban.
• pH kulit kepala: Menandakanderajat hipoksia.
• Ultrasonografi: Menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya gerakan jantung
janin, dan lokasi plasenta.
• Pelvimetri: Mengidentifikasi disproporsi sefalopelvik (CPD) atau posisi janin.
• Tes stres kontraksi atau tes nonstres: Mengevaluasi janin fungsi plasenta
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep asuhan keperawatan pasien dengan induksi ketuban pecah dini proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan terdiri
atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi
intelektual problem-solving dalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan (Nur Salam,
2013). Asuhan keperawatan pada pengkajian ini memakai model keperawatan Dorothea E
Orem menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti
menghilangkan self care deficit. Pengkajian Dorothea E Orem difokuskan pada : Universal Self
Care Requisite, Developmental Self Care Requisite, Health Deviation Self Care, Nursing
System dan Nursing Agency, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi
dan Evaluasi.

3.1 Pengkajian
1. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah (TD), yang dapat menandakan ansietas atau hipertensi
karena kehamilan (HKK); penurunan TD dapat menandakan hipotensi telentang atau
dehidrasi.
2. Makanan/cairan
Penurunan berat badan ibu 2,5-3 1b dapat dihubungkan dengan pascamaturitas atau
penurunan berat badan janin. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan :
(1) Kemampuan / ketidak mampuan
(2) Kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya
(3) Kondisi pemasukan / input asupan nutrisi
3. Aktivitas dan istirahat
a. Tingkat aktivitas sehari-hari
1) Pola aktivitas sehari-hari
2) jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik
b. Tingkat kelelahan
1) Aktivitas yang membuat lelah
2) Riwayat sesak nafas
c. Gangguan pergerakan
1) Penyabab ngangguan pergerakan
2) Tanda dan gejala
3) Efek dan gangguan pergerakan
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Postur atau bentuk tubuh.
3) Ekstremitas
4. Neurosensori
Refleks tendon dalam mungkin cepat 3+ pada HKK; adanya klonus menandakan
eksitabilitas berat.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Palpasi uterus dapat menunjukkan pola kontraksi.
6. Keamanan
Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa kontraksi (pada atau mendekati term).
Peningkatan suhu (infeksi pada adanya pecah ketuban lama). Denyut jantung janin
(DJJ) mungkin lebih dari 160 dpm bila praterm, hipoksik, atau septic. Ukuran janin
dapat menandakan penurunan berat badan; kematian janin. Cairan amnion kehijauan
menandakan distres janin pada presentasi verteks. Fundus dapat lebih rendah dari yang
diantisipasi untuk term, pada retardasi pertumbuhan intrauterus berkenaan dengan
keterlibatan vaskular maternal. Riwayat adanya imunisasi Rh, korioamnionitis,
diabetes HKK tidak terkontrol dengan terapi medis, hipertensi kronis, pascamaturitas,
penyakit jantung maternal sianotik, atau penyakit ginjal.
7. Seksualitas
Persalinan yang tergesa-gesa (atau cepat) pada kehamilan sebelumnya; klien tinggal
jauh dari rumah sakit. Serviks mungkin matang (kira-kira 50% penonjolan dan dilatasi
2-3) inersia uterus dapat terjadi. Tampilan berdarah mungkin ada pada dilatasi.
Peningkatan perdarahan vagina mungkin menandakan plasenta previa atau abrupsio
plasenta. Mungkin gestasi lebih dari 42 minggu.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah menggunakan pengkajian Teori dorothea orem penegakan diagnosa mengacu
pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem masih
lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah
lain sesuai kebutuhan dasar. Diagnosa Ibu :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis dd mengeluh nyeri, tampak meringis
(D.0077).
b. Ansietas b.d krisis situasional dibuktikan dengan meras khawatir, tampak gelisah
(D.0080).
c. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat dd (D.0070).
d. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan dd (D.0074).
e. Risiko infeksi d.d Ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142).
f. Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber informasi (D.0111).

Diagnosa Bayi

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas (D.0001).
b. Pola nafas tidak efektif b.d sindrom ventilasi (D.0005).
c. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah (D.0131).
d. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0032).
3.3 Intervensi
Intervensi Keperawatan Diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang
dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Berikut
intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi keperawatan Indonesia (Tim
Pokja Siki DPP PPNI, 2018).
Intervensi ibu
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan tingkat
nyeri dapat menurun (L.08066).
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
Rencana tindakan (I.03121) :
1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik

1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Edukasi

1. Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan


Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
kenyamanan pasien meningkat(L.08064).
Kriteria Hasil :
1) Keluhan tidak nyaman menurun
2) Gelisah menurun

Rencana tindakan I.14561 :

Observasi

1) Monitor tanda tanda vital


2) Timbang berat badan

Terapeutik

1) Pertahankan postur tubuh yang benar


2) Lakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut secara teratur
3) Jaga kebersihan vulva dan vagina
Edukasi

1) Anjurkan menghindari kelelahan


2) Ajarkan teknik relaksas

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemeriksaan labolatorium


3. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
antepartum pasien membaik(L.07059).
Kriteria hasil:
1) Nausea menurun
2) Muntah menurun
3) Tekanan darah membaik

Rencana tindakan I.12437 :

Observasi

1.) Identivikasi tingkat pengetahuan pasien

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan


2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1.) Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan


2.) Anjurkan ibu cukup nutrisi
3.) Anjurkan ibu mengenali bahaya persalinan
4. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status tingkat
ansietas pasien menurun(L.09093).
Kriteria hasil :
1) Prilaku gelisah menurun
2) Pola tidur membaik Rencana tindakan I.09314
Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Monitor tanda tanda ansietas

Terapeutik

1.) Pahami situasi yang membuat ansietas


2.) Dengarkan dengan penuh perhatian
3.) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Edukasi

1) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu


2) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu


5. Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
tingkat infeksi pasien menurun(L.14137).
Kriteria hasil :
1) Demam menurun
2) Nyeri menurun
3) Kadar sel darah putih membaik Rencana tindakan I.14539:

Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemi

Terapeutik

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi


2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu


6. Defisit Pengetahuan b.d Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan tingkat
pengetahuan pasien meningkat (L.12111).
Kriteria hasil :
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang satu topic meningkat
2) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik

Rencana tindakan I.12383 : 58

Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Informasi

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Edukasi

1) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Intervensi bayi

1. Bershihan jalan napas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas


Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan bersihan
jalan nafas pasien meningkat(L.01001).
Kriteria hasil :
1) Produksi sputum menurun
2) Frekuensi nafas membaik
3) Pola nafas membaik Rencana tindakan I.01011
Observasi

1) Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)


2) Monitor bunyi nafas tambahan
3) Monitor sputum

Terapeutik

1) Berikan oksigen bila perlu

Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 15 ml/hari

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, jika perlu


2. Pola nafas tidak efektif b.d Sindrom hipoventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan pola
nafas pasien membaik(L.01004).
Kriteria hasil :
1) Dipsnea menurun
2) Frekuensi nafas membaik
3) Kedalaman nafas membaik

Rencana tindakan I.01011 :

Observasi

1) Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)


2) Monitor bunyi nafas tambahan
3) Monitor sputum

Terapeutik

1) Berikan oksigen bila perlu

Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 15 ml/hari


Kolaborasi

1.) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, jika perlu

3. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan
termoregulasi pasien membaik(L.14134)
Kriteria hasil :
1) Menggigil menurun
2) Suhu tubuh membaik
3) Suhu kulit membaik
Rencana tindakan I.14507
Observasi
1) Monitor suhu tubuh
2) Identifikasi penyebab hipotermi
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, incubator)
2) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
3) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat
selimut hangat, perawatan metode kangguru)
Edukasi
1) Anjurkan makan atau minum hangat
4. Risiko defisit nutrisi d.d Ketidakmampuan mencerna makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
nutrisi pasien membaik (L.03030).
Kriteria hasil :
1) Berat badan membaik
2) Indeks massa tubuh / IMT membaik
Rencana tindakan I.03119 :
Observasi
1) Monitor berat badan
3.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilaksanakan sesuai intervensi
keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi, akan ada respon hasil dari pasien
setiap harinya. keperawatan ini dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri (Self care) dengan penyakit yang ia alami sehingga pasien
mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN MASA PERSALINAN DENGAN INDUKSI

4.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien (data subyektif)
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 19 Tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : IRT
6. Alamat : Mojokerto
7. Tgl MRS : 03-06-2022
B. Keluhan utama
Nyeri diakibatkan induksi persalinan
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan usia kehamilan sudah memasuki 45 minggu, sehingga
dilakukan tindakan penyuntikan oksitosin atau tindakan induksi persalinan
yang mengakibatkan ibu merasa nyeri dan cemas.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan pernah mengalami penyakit diabetes melitus gestasional
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga maupun suaminya tidak ada riwayat
penyakit menurun (Asma, Hipertensi) maupun penyakit menular (TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS)
D. Riwayat perkawinan
1) Status Perkawinan : Sah
2) Suami ke :1
3) Kawin Usia : Umur 18 tahun, dengan suami umur 19 tahun.
E. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : Pertama kali haid umur 13 tahun
2. Siklus : Siklus haidnya 28 hari
3. Lama : Lama haidnya 7 hari
4. Teratur/tidak teratur : haidnya teratur tiap bulan
F. Riwayat kontrasepsi
Ibu menggunkan metode KB kondom
G. Riwayat obstetrik
Ibu mengatakan sering mual muntah diusia kehamilan 2 minggu.
H. Riwayat kehamilan
Pasien belum pernah melahirkan
a. HPHT : 6 Agustus 2021
b. HPL : 13 Mei 2022
I. Pola eliminasi
• BAB 1 kali/hari konsistensi lembek, berwarna kuning kecoklatan.
• BAK 6 kali/hari warna kuning jerih, bau khas urine.
J. Pola istirahat
a. Sebelum induksi : tidur siang kurang lebih 2 jam dan tidur malam kurang lebih
8 sampai 9 jam.
b. Saat induksi : ibu mengeluh kesulitan tidur karena nyeri, tidur malam 5 jam
K. Sosial budaya
a. Perasaan menghadapi persalinan ini : Ibu mengatakan merasa cemas karena
perasaannya sudah melebihi hari perkiraan lahirnya.
b. Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan seluruh keluarga
sangat mendukung dengan kehamilannya.
L. Pemeriksaan (data objektif)
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
d. Berat Badan Sekarang : 60 kg
e. Berat Badan Sebelum Hamil: 51 kg
f. Kenaikan Berat Badan : 9 kg
g. Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah: 110 / 70 mmHg
- Nadi: 85 × per menit
- Pernapasan: 22 × per menit
- Suhu: 36,0 ° C
h. Karakteristik nyeri
P : Nyeri semakin terasa saat dibuat bergerak
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri hilang timbul
R : Nyeri perut bagian bawah menyebar ke daerah punggung dan paha
S : Skala nyeri 9
T : Waktu 45 menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Pandangan mata tidak kabur, sclera putih, konjungtiva
pucat.
b. Payudara : Simetris, areola dan puting susu menghitam, ada
pengeluaran, kolostrum, puting susu payudara kiri menonjol namun
puting susu payudara kanan tenggelam.
c. Ekstremitas: Simetris, ada oedema pada ekstremitas atas dan bawah.
3. Pemeriksaan Khusus
➢ Obstetri
a. Abdomen
1. Inspeksi: Perut membesar, tampak linea nigra, stiare
albican,tidak ada bekas luka.
2. Palpasi
• Leopold I: Teraba bulat, lunak, tidak melenting di fundus
uteri, TFU : 3 jari di bawah prosesus xipoideus.
• Leopold II: Teraba keras dan memanjang seperti papan
disebelah kiri serta teraba bagian-bagian kecil janin
disebelah kanan.
• Leopold III: Teraba bulat, keras, bagian terendah janin
tidak dapat digoyangkan.
• Leopold IV: Divergen (3/5).
TFU: 29 cm.
Taksiran Berat Janin: 2790 gram.
Nyeri di daerah uterus
3. Auskultasi : 132 ×/menit (Teratur)
4.2 Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data subyektif Peningkatan kadar oksitosin Nyeri akut berhubungan


dengan agen pencedera fisik
- Klien meringis menahan Kontraksi uterus
dibuktikan dengan mengeluh
nyeri
Penipisan serviks nyeri, tampak meringis,
- Klien mengatakan nyeri
Korteks serebri gelisah, frekuensi nadi
di daerah uterus
meningkat, dan sulit tidur.
Data obyektif Nyeri perut bagian bawah
menyebar ke daerah
P : Nyeri semakin terasa saat
punggung dan paha
dibuat bergerak

Q : Nyeri seperti ditusuk-


tusuk. Nyeri hilang timbul

R : Nyeri perut bagian bawah


menyebar ke daerah
punggung dan paha

S : Skala nyeri 9

T : Waktu 45 menit

- Klien terlihat
mengernyitkan dahi
- Klien terlihat meringis
menahan nyeri
- Nyeri di daerah uterus
- Klien terlihat berkeringat
banyak
- Klien terlihat gelisah
- Adanya perubahan
psikologi dari klien
- Peningkatan kontraksi
yang berlebihan di uterus

Data subyektif Kurang informasi Ansietas berhubungan dengan


krisis situasional dibuktikan
- Pasien mengatakan Kurang pengetahuan
dengan merasa khawatir
khawatir akan kondisinya
Defisit Pengetahuan dengan akibat dari kondisi
- Pasien mengatakan sulit
Krisis situasional yang dihadapi, tampak
tidur
gelisah, dan sulit tidur.
Data obyektif Ansietas

- Pasien terlihat tegang,


cemas dan takut.
- Pasien terlihat gelisah.

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri,
tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, dan sulit tidur.

4.4 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL

Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama


dengan agen pencedera keperawatan selama 1x60
Manajemen Nyeri
fisik dibuktikan dengan menit diharapkan tingkat
mengeluh nyeri, tampak nyeri dan kontrol nyeri 1. Monitor tanda-tanda vital

meringis, gelisah, meningkat, dengan kriteria 2. Identifikasi karakteristik,

hasil: durasi, frekuensi, intensitas


nyeri
frekuensi nadi meningkat, 1. Tingkat nyeri 3. Identifikasi faktor yang
dan sulit tidur. memperberat dan
- Keluhan nyeri menurun
memperingan nyeri
- Meringis menurun
4. Monitor denyut jantung janin,
2. Kontrol nyeri Dengan his, vagina toucher (VT),
kriteria hasil: status portio, warna air

- Kemampuan mengenali ketuban

penyebab nyeri 5. Berikan teknik

meningkat nonfarmakologis untuk

- Kemampuan mengurangi rasa nyeri


menggunakan teknik 6. Kontrol lingkungan yang

non farmakologis memperberat rasa nyeri (mis.

meningkat Suhu ruangan, pencahayaan,


kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
9. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4.5 Implementasi

HARI/TGL IMPLEMENTASI TTD

Jum’at, 03 Juni a. Memonitor tanda-tanda vital


2022
b. Mengidentifikasi karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri

c. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri
d. Memonitor denyut jantung janin, his, vagina toucher,
status portio, warna air ketuban

e. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri

f. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

g. Memfasilitasi istirahat dan tidur

h. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

4.6 Evaluasi

HARI/TGL EVALUASI TTD

Minggu, 05 Juni S (Subjektif) :


2022
- Pasien mengatakan nyeri berkurang

O (Objektif)

- Pasien mampu mengontrol nyeri


- Pasien mampu mengenali penyebab nyeri
- Pasien mampu menggunakan teknik non
farmakologis
- Skala nyeri 5

A (Assesment)

- Masalah teratasi sebagian

P (Planning)

- Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
o Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran
(dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini
dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim
secara normal.
o Induksi persalinan dilakukan disebabkan Kehamilannya sudah memasuki tanggal
perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana
kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan.
o Indikasi persalinan induksi dapat ditinjau dari indikasi dari ibu berdasarkan
penyakit yang diderita, komplikasi kehamilan, berdasarkan kondisi fisik.
Sedangkan indikasi dari janin yaitu kehamilan lewat waktu, plasenta previa, solusio
plasenta, kematian intrauteri, kematian berulang dalam rahim, kelaianan
kongenital, dan ketuban pecah dini.
o Kontaindikasi persalinan induksi terdapat distosia persalinan, terdapat kedudukan
ganda, terdapat ‘overdistensi’ rahim, terdapat anamnesa: pendarahan antepartum,
terdapat bekas oprasi pada otot rahim, pada grandmultipara atau kehamilan > 5 kali,
dan terdapat tanda-tanda atau gejala intrauterine fetal distress.
o Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan induksi persalinan yaitu,
kedudukan bagian terendah, penempatan, kondisi serviks, paritas, umur penderita
dan umur anak terkecil, dan umur kehamilan.
o Induksi persalinan terbagi menjadi dua bentuk yaitu secara medis dan secara
mekanis.
o Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit
penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin,
ketuban pecah dini
o Dalam induksi persalinan dapat diangkat beberapa diagnosa yang umum biasanya
terjadi pada seorang pasien antara lain :
DAFTAR PUSTAKA
Abarca, R. M. (2021). Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Nyeri Melahirkan. Nuevos Sistemas de
Comunicación e Información, 2013–2015.

Anda mungkin juga menyukai