Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN ENDOMETRIOSIS

DOSEN PENGAMPU : Catur Prasasti LD., S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH : Kelompok 8


ANGGOTA KELOMPOK :
1. Dewi Mazroatut Toyiba (202101066)
2. Rika Putri Evitasari (202101084)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG.......................................................................................................3
1.2. TUJUAN......................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................6
2.1.DEFINISI.........................................................................................................................6
2.2.ETIOLOGI.......................................................................................................................7
2.3. MANIFESTASI KLINIS.................................................................................................9
2.4. KLASIFIKASI..............................................................................................................10
2.5. PATOFISIOLOGI....................................................................................................11
2.6. PENATALAKSANAAN..............................................................................................13
2.7. PENCEGAHAN............................................................................................................14
2.8. KOMPLIKASI..............................................................................................................15
2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................................15
BAB III....................................................................................................................................17
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................17
3.1. PENGKAJIAN.............................................................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................21
PENUTUP...............................................................................................................................21
4.1. KESIMPULAN..............................................................................................................21
4.2. SARAN........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kista endometriosis atau chocolate cyst adalah tumor jinak yang sering terjadi
pada sistem reproduksi perempuan saat ini. Perempuan dengan masalah ini akan
mengalami gangguan pada kualitas hidup seorang perempuan baik secara fisik,
psikospiritual, lingkungan maupun sosiokultural. Resiko lainnya adalah timbulnya
keganasan pada sistem reproduksi. Kejadian endometriosis diperkirakan terjadi pada
7-10% perempuan pada populasi umum, dan 2-50% terjadi pada perempuan infertil
serta 71-87% perempuan akan mengalami nyeri kronik (Ozawa, Y., Murakami, T.,
Terada, Y. 2006); (Ozkan, S. & Arici 2009). Endometriosis dapat menyebabkan nyeri
panggul yang kronis berkisar 70%, risiko untuk terjadi tumor ovarium 15-20%, angka
kejadian infertilitas berkisar 30-40%, risiko berubah menjadi ganas 0,7-1% dan
gangguan psikis (Tedja Danudja Oepomo 2007). Endometriosis selama kurang lebih
30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Menurut (T. Z.
Jacoeb 2007), angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum
ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-
69,5% pada kelompok infertilitas. Kista endometriosis tidak hanya mengakibatkan
nyeri pada saat haid atau di luar siklus haid, namun kondisi ini dapat mengganggu
ovulasi, mengganggu kondisi organ reproduksi bagian dalam sehingga interaksi sel
telur dan sperma terganggu dan mengganggu implantasi (Harzif 2014); (Ricci, S.S. &
Kyle 2009).
Endometriosis yaitu satu keadaan dimana jaringan endometrium yang math
berfungsi berada ih luar kavum inert Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma,
terdapat di dalam endometrium mataupun di luar uterus. Hila jaringan endometrium
endapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut
endometriosis. Pembagian ini sudah tidak diam lagi, kareta secara putologik, klinik
ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomicsis secara
klinis lebih banyak persamaan dengan miona uteri, Adenomiosis sering ditemukan
pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada
wanita yang lebih muda dan yang infertile (Sarwono Prawirohardjo 2008)
Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduk dan pada 30% dari wanita yang
mengalami infertilitas. Implantas endometriosis bisa terdapat pada ovarium
Tigmentosakrouterina, kavum dasglasi, ligamentum latum dan Tigamentum

3
rotundum, tubo fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal (servika, vagina
vuhra, dan kelenjar-kelenjar limfe). Penampakan karamya hisa dalam bentuk luka
berapa sebuah peninggian atan kista yang berisi darah haru, merah atau biru-titam.
Karena termakan waktu, luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwama coklat
nu. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kocil dari 10 cm
Diperkirakan prevalensinya tahan demi tahun meningkat. Meskipun
endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namas telah ditemukan pula
endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena ini untuk setiap
nyor huid back pada waktu remaja maupun pada pasca menoapuse perlu dipikirkan
adanya endometriosis. Endometriosis selama kurung lebih dari 30 tahun terakhir ini
menunjukkan angka kejadian yang meningkat Angka kejadian antara 5-15% dapar
ditemukan di semua operasi pelvie, Yang menarik perhatian adalah bahwa
endometrious lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia muda
dan yang tidak memiliki banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang ter
us menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya
endometriosis.
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.
Prevalen endometrio cenderung meningkat senap tahan. walaupun data pastinya
belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di Indonesia belum
dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di
rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-6,5% pada kelompok infertilitas. Hila persentase
tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang. maka di negeri ini akan
ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum
perempuan tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan
nyeri bebat pada saat haid in (Widhi, 2007).
Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik. gangguan
sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan berkembang,
serta pengaruh pengaruh dari lingkungan Sumber lain menyebutkan bahwa pestisida
dalam makanan dapat menyebabkan ketidakseimbang hormon Faktor-faktor
lingkungan seperti pemakaian wadah plak, microwave, dan alat memasak dengan
jenis tertentu dapat menjadi penyebab endometriosis.
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia coproduktif. Angka
kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50%
terjadi pada wanita perimenopotese Gejala endomemosis sangat tergantung podu letak

4
sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada
panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan.
Nyeri kronis hebat pada saat hand, dan hanya 38% yang muncul akibat
keluhan infertil (mandul. Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa
menopause dan habkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% passen herkin
(pengangkatan nihim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada
mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keharganya (Widhi, 2007)

1.2. TUJUAN
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami secara teoretis mengenai endometriosis
2. Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien endometriosis
3. Menganalisa data untuk menentukan diagnose keperawatan pada pasien
endometriosis
4. Merencanakan diagnose keperawatan pada pasien endometriosis
5. Melaksanakan Tindakan pada pasien endometriosis

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI
Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus,
paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang kambuh dan
dapat menginvasi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar luas (jarang),
dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). Etiogi nya tidak diketahui, tetapi ada
beberapa mekanisme yang mungkin berperan penting dalam patogenesis. Endometriosis
mewakili masalah yang sangat bermakna dalam bidang ginekologi, menyerang 10%-20%
wanita yang masih mengalami menstruasi. Ditemukan pada 30%-45% wanita infertil.
Endometriosis menyebabkan 20% dari seluruh operasi di bidang ginekologi dan
merupakan satu-satunya penyebab perawatan inap non kebidanan (>5%) pada wanita
berumur 15-44 tahun.
Endometriosis adalah terdapatnya dan bertumbuhnya jaringan endometrium di
luar uterus. Jaringan ini dapat terimplantasi di ovarium, daerah cul-de-sac, ligamen
uterus, septum rektovaginal, kolon sigmoid, peritonium panggul, serviks, atau area
inguinal. Lesi endometrium telah ditemukan dalam vagina dan pada jaringan parut bekas
operasi pada vulva, perineum, dan kandung kemih dan pada tempat-tempat yang jauh
dari daerah panggul, seperti rongga thoraks, kantung empedu, dan jantung. Kista cokelat
adalah area kistik dari endometriosis pada ovarium. Darah lama menyebabkan
pewarnaan yang gelap pada isi kista. Jaringan endometrium mengandung kelenjar dan
stoma serta berespons terhadap siklik stimulasi hormonal dengan cara yang sama seperti
endometrium di dalam uterus namun sering kali tanpa disertai fase. Selama fase
proliferasi dan sekretoris dari siklus, jaringan endometrium bertumbuh.
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan
dan pertumbuhan jaringan endometrium di hur aterus. Jaringan endometrium bisa
tumbuh di ovarium, tuba falops, legamim pembentuk uterus, atau bisa juga tambah di
apendiks, colon, reter dan pelvis (Scom, 2002). Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi
dengan sel-sel yang serupa dengan sel sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang
dalam rongga pelvis diluar uterus( Suddarth, 2002). Endometriosis adalah suatu masalah
yang relative biasa selama masu produktif dicirikan oleh adanya poliferasi jaringan
endometrium pada berbagai tempat di tur kavum endometri (Prawirohardjo 2014).
Endometriosis merupakan implantasi jaringan endometrium di luar uterus yang dijumpai
pada asia relative muda (Chandramita, 2010). Endometriosis adalah suatu keadaan di
mana jaringan endernatrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri yang
terdiri atau kelenjar kelenjar dan stroma (Wiknjostro, 2005)

6
Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atas permukaan organ
perut. Endometam yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung selur)
dan ligament penyokong rahim Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus
halus dan usus besar. ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung
kemih), kandung kemih vagina jarangan panis di dalam perut atau lapisan rongga dada.
Kading jaringan endomeni tumbuh di dalans paru-paru . Endometriosis bisa diturunkan
dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara
perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya endometriosis adalah
memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan
kulit putik

2.2. ETIOLOGI
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah
dikemukakan:
1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai
ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).
Teori Penyebab Endometriosis Ada teori penyebab endometriosis yang
dinyatakan oleh para ahli menurut (Wood, 2008):
1. Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan
normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam
beberapa kasus untuk dukungan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa peneliti
mempercayai hal ini terjadi pada embrio, kompilasi pembentukan rahim pertama.
Lebih lanjut tentang beberapa sel dewasa mempertahankan kemampuan mereka di
dinding embrionik untuk mengubah menjadi jaringan penggantian.
2. Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur melalui saluran
tuba (disebut "aliran mundur") dan disimpan pada organ panggul dan tumbuh menjadi
kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar
melekat dan tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para
peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.
3. Predisposisi Genetika
Penelitian telah membuktikan wanita dengan statistik keluarga tentang
kemungkinan terjadinya endometriosis lebih tinggi untuk penyebab penyakit ini. Dan
kompilasi diturunkan maka penyakit ini berubah menjadi lebih buruk pada generasi
berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung adalah studi Endogene.
4. Pengaruh Lingkungan
Beberapa studi telah menunjuk faktor lingkungan yang dapat menjadi kontributor
terhadap perkembangan endometriosis, khususnya komposisi-komposisi yang

7
berhubungan dengan efek pada hormon-hormon reproduksi dan sistem kekebalan
tubuh, meskipun teori ini tidak terbukti dan masih kontroversial. Hipotesis berbeda
telah diajukan sebagai penyebab endometriosis. Sayangnya, tak satu pun dari teori-
teori ini sepenuhnya terbukti, juga tidak sepenuhnya menjelaskan semua yang
berkaitan dengan perkembangan penyakit. Dengan demikian, penyebab
endometriosis masih belum diketahui. Sebagian besar peneliti, yang membahas
endometriosis ini diperparah oleh estrogen.

2.3. MANIFESTASI KLINIS


Penderita endometriosis bosa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid. infertilitas, disparenia, penfarhan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah
ketika kencing stau poda rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometrious datangnya
berkala dun bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita
endometriosis yang tidak bergejala, dan serdapat sedikit korelasi antara bebataya gejala
dengan beratnya penyakit. Adapan gambaran klinis endometriosis menurut Scon (2002)
yaitu :
1. Nyeri
A. Dismenore sekunder
B. Dismenore primer yang buruk
C. c)dispareunia
D. Nyeri ovulasi
E. Nyeri pelvis terumi berat dan nyeri menyebar ke dalam pah, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah lama siklus menstruasi
F. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
G. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dolder
2. Perdarahan abortual
a) Hipermenorea
b) Menoragia
c) Spotting sebelum moutai
d) Darah menstruasi yang bewuma gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a) Nyeri sebelern, pada saat dan sesudah buang air besar
b) Durah pada feces
c) Diare, konstipasi dan kolik.
Endometriosis dapat ditemukan di berbagai tempat dan hal ini mempengaruhi
gejala yang ditimbulkan. Tempat yang paling sering ditemukan di belakang kavum uteri,
pada jaringan rektum dan vagina, dan permukaan rektum. Kadang-kadang ditemukan
juga di tuba Falopii, ovarium, otot pengikat rahim, kandung kencing, dan dinding
samping panggul.

2.4. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut letak endometriosis:

8
A. Endometriosis Interna (adenomiosis uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yong khas buat aidenonionis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid
- Pendarahan haid yang banyak atau haid memanjang
B. Endometriosis Tuba
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba. Akibatnya adalah:
 Saluran tuba tertutup, terjadi infertilitas.
 Resiko terjadinya kehamilan ektopik
 Hematosalping
C. Endometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista
coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan
membentuk suatu konglomerasi.
D. Endometriosis Retroservikalis
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya nyeri saat
BAB. Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah :
 Karsinoma ovornuim
 Metastasis di kavum Douglas
 Mioma multiple
 Karsinoma rectum
E. Endometriosis Retroservikalis.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.
Klasifikasi endometriosis:
a. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada
anterior atau posterior kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau
permukaan ovarium.
b. Sedang, yaitu :
1. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi
atau endometrioma kecil.
2. Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang
mengalami endometriosis.
3. Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan
parut dan retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid.
c. Berat, yaitu :
1. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2
x 2 cm2
2. Perlekatan satuatau dua ovarium tuba atau kavum douglasi
karena endometriosis.

9
3. Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.

2.5 PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan
dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium.Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa,sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba
falopi menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu
ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa
sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional
tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat,jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron
lebih rendah atau berkurang jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan
penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan
permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri
pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi,BAK dan saat
melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopi. Adhesidi uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi dituba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke
uterus menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.

10
2.6 PENATALAKSANAAN
Pengobatannya bergantung pada gejala-gejala pasien, keinginan untuk hamil, dan
keparahan penyakit. Jika pasien tidak menunjukkan gejala, observasi setiap 6 bulan
adalah semua yang diperlukan. Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala
mencakup paliasi, terapi hormone, atau pembedahan.
a. Tindakan paliatif
Tindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor prostaglandin) dan
kehamilan, yang menghilangkan gejala karena tidak adanya menstruasi selama
gestasi.
b. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid,

11
yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun
jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang
endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang
lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang
menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum. Prinsip kedua yaitu
menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara
langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endometriosis.
c. Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh karena itu pada waktu pembedahan harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini,
pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan.
Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya
pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif
sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium
yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu
pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis.
Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis,
maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile
tidak dianjurkan.
d. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

2.7 PENCEGAHAN
Belum banyak cara pencegahan yang dapat di laksanakan, diantarnya:
a) Tidak melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu berlebihan pada
wanita menstruasi, agar tidak terjadi regurgitasi darah menstruasi
melalui tuban kedalam cavum peritoneum
b) Apabila terdapat penyempitan atau obstruksi kanalis servikalis, agar
segera di perbaiki. Keuntungan lainya apabila segera diperbaiki ialah
kerusakan epithelium endoserviks dapat segera dicegah dan hal ini
akan sangat mmebantu migrasi sperma kedalam tuba.
c) Apabila pasien telah menikah di anjurkan segera hamil dengan
demikian apabila ada endometriosis dalam tingkat ringan atau sedang
kehamilan akan dapat menghilangkan ini.
d) Dianjurkan tidak menggunakan pil KB dengan dosis estrogen yang
terlalu besar. Pemakaian pil KB dengan hanya berisiskan progesterone
saja dapat membantu pengobatan enometriosis.
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik
untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang
pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-
sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya

12
mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap
demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu
jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu
haid, oleh karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke
tuba dan ke rongga panggul. (Wiknjosastra, 2005)

2.8 KOMPLIKASI
1.Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis
dekat dengan kolon atau ureter
2.Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
3.Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
(Taber,1994)

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi:
a. Pemeriksaan DL: untuk mengetahui komposisi darah klien secara
menyeluruh, dimana didapatkan peningkatan peningkatan dari WBC.
b. Imaging: dilakukan pada pasien yang tidak memberikan respon
terhadap terapi antimikroba dalam 48-72 jam.
c. CT scanning pada abdomen dan pelvis: untuk membantu untuk
mengeklusi broad ligament masses, septic pelvic thrombophlebitis,
ovarian vein thrombosis, dan phlegmon.
d. USG pada abdomen dan pelvis: dapat memberikan gambaran pada
bagian uterus pada pasien endometritis.
e. Biopsi jaringan endometrium: dilakukan dengan mengambil jaringan
dari rahim dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa lebih
lanjut. Dapat digunakan untuk menilai endometritis kronik pada
nonobstetric population.
f. Pemeriksaan vaginal: dilakukan dengan menggunakan vaginoskop
untuk melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) dan vagina
yang agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim.
Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di
dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi).
g. X-ray khusus: menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari
abdomen dan digunakan untuk melihat organ tubuh lain seperti rahim
dan ovarium.
h. Hysteroscopy: pemeriksaan ini mungkin dilakukan untuk mencari
pembengkakan di dalam rahim, dengan menggunakan hysteroscop
(tabung panjang yang masuk melalui vagina dan ke dalam rahim).

13
Contoh jaringan dari rahim juga dapat diambil selama tes ini.
i. Kultur: diambil sample dari urin, darah, dan cairan vagina dan dikirim
ke laboratorium untuk diperiksa untuk mengetahui jenis bakteri
penyebab infeksi.
j. Pap smear: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya
pembengkakan dan infeksi pada bagian rahim. Pap smear juga dapat
dilakukan untuk memeriksa sel-sel abnormal yang dapat
menyebabkan kanker. Sample sel di leher rahim akan diambil dan
ditempatkan pada slide kaca untuk dikirim ke laboratorium untuk tes.
k. Pemeriksaan serum CA 125
Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada
kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar
CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas yang
rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan pada keadaan infeksi
radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat
digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis
bila nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila
didapati CA 125>65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat
beratnya endometriosis

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Penyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia produktif yaitu
sekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut terjadi peningkatan
estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum diketahui, namun
prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan sangat mempengaruhui
juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung terpapar dengan toksik dari pepsida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah
perkotaan.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu
disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling karakteristik. Nyeri pelvis
yang berat dan mendadak dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat rupturnya
endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu dapat merupakan
gejala-gejala penyerta.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan
nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, serta nyeri akibat latihan
fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh
dokter, Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri sebelum, sesudah dan saat
defekasi, Konstipasi, diare, kolik.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita klien, apakah klien
mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi
maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya endometriosis serta bisa
menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut seperti
gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah memiliki ibu atau saudara
perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis, karena penyakit
endometriosis penyebabnya karena factor genetic yang memiliki resiko tinggi terhadap
angka kejadian endometriosis.
6. Riwayat Obstetri dan Menstuasi
a. Riwayat Menstruasi
Biasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea, menoragia,siklus menstruasi
pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
b. Riwayat Pernikahan

15
Bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada usia
muda dan yang tidak memiliki banyak anak
c. Riwayat Kehamilan
Pasien endometriosis biasanya jarak kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara
anak yang satu dengan anak yang lain.
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien kurang mendapatkan paparan informasi mengenai penyakitnya
b. Nutrisi/metabolic
Terdapat beberapa klien yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen,dan
anoreksia.
c. Pola eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun BAB.
Pada endometriosis biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit terutama pada
waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien endometritis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada
malam hari atau saat istirahat.
e. Pola perceptual
Nyeri bisa berupa akut dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah
antara paha). Nyeri dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan pada
jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan pula pada perut bagian bawah,
punggung, panggul belakang, dan vagina.
f. Pola persepsi diri
Kadang klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat tanda
dan gejala penyakit yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat adanya
infeksi di endometritis klien.
g. Pola peran-hubungan
Klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika klien
harus dirawat di rumah sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien
mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya sehari-hari.
h. h. Pola manajemen koping stres
Pada klien dengan endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi bila
disertai dengan terjadinya perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya cairan vagina
berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih atau kekuningan, dan disertai
kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai penyakitnya.
8. 8. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang
dirasakan ibu, sehingga mempengaruhi ibu secara umum.
2. TTV: mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubugan dengan
keluhan yang dirasakan ibu.
3. Payudara: pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita
terutama dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin.

16
4. Abdomen: mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada masa dan
pembesaran perut abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit
organ reproduksi lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita
gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita.
Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita endometriosis biasanya terdapat masa
pada perut dan ada nyeri tekan.
5. Anogenital: mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema,
serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi. Pada
endometriosis perlu dilakukan VT untuk memastikan asal perdarahan yang dialami
oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda
endometriosis pada vagina.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,keluarga
atau masyaralat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proseskehidupan yang
actual ataupun potensial. Diagnose keperawatan merupakandasardalam penyusunan
rencana tindakan asuhan keperawatan(Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018). Adapun
diagnosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan tindakan adalah :
1. SDKI 2016 : D0083 Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan
dengan gangguan menstruasi
2. SDKI 2016 D0086 Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yang berhubungan
dengan infertile pada endometriosis
3. SDKI 2016: D0077 Nyeri akut yang berhubungan dengan proses perjalanan
penyakit
4. SDKI 2016 : D0080 Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yangdidasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
yangdiharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat berdasarkan
standarintervensi keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018).

a. Dx 1. Promosi citra tubuh (I.09305)


Observasi
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Tarapeutik
1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

17
3. Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan, dan penuaan
4. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis: luka, penyakit,
pembedahan)
5. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri sendiri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis: pakaian, wig, kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis: kelompok sebaya)
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
6. Latih peningkatan penampilan diri (mis: berdandan)
7. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok

b. Dx 2 Promosi harga diri (I.09308)


Observasi
1. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
2. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
3. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Tarapeutik
1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
2. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
3. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
4. Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
5. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
6. Diskusikan persepsi negatif diri
7. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
8. Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih
tinggi
9. Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang
jelas
10. Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
11. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan diri
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep
positif diri pasien
2. Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
3. Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
4. Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
5. Anjurkan mengevaluasi perilaku
6. Ajarkan cara mengatasi bullying
7. Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
8. Latih pernyataan/kemampuan positif diri
9. Latih cara berfikir dan berperilaku positif

18
10. Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi

c. Dx 3 Manajemen Nyeri (I.082386)


Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetikKaji lokasi nyeri dengan memantau
lokasi yang ditunjuk oleh klien.
Tarapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

d. Dx 4 Reduksi Ansietas (I.09314)


Obseervasi
10. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
11. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
12. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Tarapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

19
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengankomponen lain dari
proses keperawatan. Selama implementasi,perawat mengkaji kembali pasien,
modifikasi rencana asuhan,dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan.Untuk implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuanbanyak
tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi danmetode implementasi. Ada tiga
fase implementasi keperawatan. :
A. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi
rencana,pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan
pasiendan lingkungan.
B. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengntujuan.
Implementasi apat dilakukan dengan intervensi independen, dependenatau
interdependen
C. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien
setelahimplementasi dilakukan (A Potter, & Perry 2015).

3.5 EVALUASI
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhankeperawatan
yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan kualitasdata, teratasi atau
tidaknya masalah pasien, pencapaian tujuan serta ketepatanintervensi
keperawatan.Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
rencanakeperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
melaluiperbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan
yangdiberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih dahulu.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang di cerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus jaringan endometrium tersebut bisa tumbuh
di ovarium tuba falopii ligament pembentuk uterus atau juga bisa tumbuh di apendiks colon
ureter dan pelvis. Penyebab dari endometriosis masih belum di ketahui secara pasti namun
dapat di sebabkan karena factor gen atau keturunan factor hormonal yaitu estrogen dan
progesterone dan dapat di sebabkan karena faktor toksik. Resiko yang paling tinggi dari
kejadian endometriosis adalah wanita dengan usia produktif meskipun sering dijumpai pada
masa reproduktif endometriosis juga dapat menyerang usia belasan tahun. Penanganan
endometriosis itu sendiri adalah dari pencegahan terjadinya endometriosis Observasi dan
Pemberian Analgetika terapi hormonal dan pembedahan.
4.2. Saran
Dengan mengetahui dan memahami penyakit endometriosis penulis sarankan kepada
para wanita yang sudah menikah untuk segera memiliki anak untuk menghindari tejadinya
penyakit tersebut. Dan bagi tenaga kesehatan khusunya bidang keperawatan hendaknya
berbagi ilmu dan informasi kepada kerabat dan saudara mengenai endometriosis sehingga
banyak wanita usia produktif yang terhindar dari penyakit tersebut

21
DAFTAR PUSTAKA
A Potter, & Perry, A. G. 2015. “Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik.” EGC : Jakarta.
Harzif, A.K. 2014. “Apakah Kista Ovarium Ganggu Kesuburan.” Halo Cipto, Media
Informasi Dan Edukasi RSCM. Edisi November, 2014. Hal 7, ISSN 1411- 1784.
Ozawa, Y., Murakami, T., Terada, Y. 2006. “Management of the Pain Associated with
Endometriosis: An Update of the Painful Problems.” Tokoku. J. Exp. Med. 210: 175-
188.
Ozkan, S. & Arici, A. 2009. “Advances in Treatment Options of Endometriosis.” Gynecology
and Obstetric Investigation. 2009;67: 81-91. Doi 10.1159/000163071.
Prawirohardjo, 2014. 2014. “Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir.”
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
Ricci, S.S. & Kyle, T. 2009. “Maternity and Pediatric Nursing.” Leesburg, Florida: Wolter
Kluwer, Lippincott William Wilkins.
Sarwono Prawirohardjo. 2008. “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.” Jakarta:
YBPSP.
T. Z. Jacoeb. 2007. “Dicari Formula Pengobatan Endometriosis Yang Tepat.”
(Http://Www.Majalahfarmacia.Com/Rubrik/Magdetail.Asp?Mid=42/One_news.Asp.Ht
m).
Tedja Danudja Oepomo. 2007. “Dampak Endometriosis Pada Kualitas Hidup Perempuan,.”
Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Obstetri Dan Ginekologi Universitas Sebelas
Maret, UNS: Surakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).”
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).” Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai