Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini masyarakat di Indonesia dituntut untuk
serba cepat diantaranya dalam hal ekonomi, kesehatan, maupun informasi. Tidak
sedikit pula wanita yang telah berumah tangga, memilih hanya sebagai ibu rumah
tangga saja, akan tetapi banyak juga wanita yang memilih untuk berkarir. Bukan hal
yang tak lazim lagi apabila sekarang ini banyak sekali wanita di Indonesia yang telah
berkarir dalam bidangnya masing-masing. Tuntutan rutinitas pekerjaan yang begitu
padat serta menyita waktu terkadang menjadi alasan banyaknya wanita sekarang ini
sulit untuk menjaga kesehatan.
Wanita di zaman sekarang ini bisa dibilang memiliki pola hidup yang kurang
baik, seperti tidak rutin berolah raga, tidak mengatur pola makan secara baik, serta
mudah stress, semua itu merupakan pola hidup yang tidak sehat dan bisa memancing
penyakit untuk menyerang kesehatan tubuh setiap wanita di masa kini. Ada sebuah
penyakit yang terbilang cukup menarik untuk diketahui setiap wanita khususnya yang
berusia produktif di Indonesia sekarang ini yakni penyakit kista. Kista memiliki
banyak jenis, diantaranya adalah kista folikel, kista korpus luteum, kista denoma, kista
dermoid, kista hemorrhage,kista lutein, kista polikistik ovarium, kista coklat
(endometriosis).
Pada dasarnya kista dimiliki setiap manusia, baik pria maupun wanita, akan
tetapi kista yang ada di dalam tubuh pria tidak berpotensi untuk menjadi sebuah
penyakit. Sedangkan pada wanita kista berpotensi menjadi penyakit yang berbahaya
apabila mulai aktif di dalam tubuh wanita. Dari sekian banyak jenis penyakit kista,
kista coklat (endometriosis) begitu menarik perhatian untuk diteliti dan di
informasikan kepada masyarakat, terutama untuk wanita di Indonesia yang setiap
tahunnya bertambah banyak penderitanya. Menurut data hasil penelitian di Rumah
Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus
penderita kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya
adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata
768 kasus penderita kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan
70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga (Nasdaldy, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) dalam
Sartika (2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan
yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta
pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012
mencapai 1,2 juta jiwa (WHO dalam Sartika, 2013).
Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan
melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan
bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, dan
obstruksi) (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Laparatomi juga dilakukan pada kasus-
kasus digestif dan kandungan seperti apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker
lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis
dan peritonitis (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Jumlah pasien dengan tindakan operasi
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat mempengaruhi peningkatan
komplikasi pasca operasi seperti resiko terjadinya infeksi luka operasi (ILO) dan
infeksi nosokomial (Haryanti, 2013 dalam Kartawijaya, 2017). Komplikasi pada
pasien post laparatomi adalah nyeri yang hebat, perdarahan, bahkan kematian
(Rustianawati, 2013 dalam Kartawijaya, 2017).
Pasien pasca operasi yang melakukan tirah baring terlalu lama juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh,
gangguan sirkulasi darah, gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun
berkemih bahkan terjadinya dekubitus atau luka tekan (Nainggolan, 2013 dalam
Kartawijaya 2017). Pada pasca pembedahan (pasca operasi) pasien merasakan nyeri
hebat dan 75% penderita mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat
pengelolaan nyeri yang tidak adekuat (Sutanto, 2004 dalam Purwandari dkk, 2014).
Adanya luka yang menyebabkan nyeri tersebut membuat pasien merasa cemas untuk
melakukan mobilisasi dini sehingga pasien cenderung untuk berbaring. Nyeri akut
setelah pembedahan mayor setidak-tidaknya mempunyai fungsi fisiologis positif,
berperan sebagai
Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan di bidang
kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Perawat memberi asuhan
keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan yang memberikan
intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Pasien dan keluarga akan merasakan
ketidaknyamanan yang meningkatkan respon stres sehingga mempengaruhi kondisi
psikologi, emosi, dan kualitas hidup (Ignatavicus & Workman, 2006 dalam
Purwandari dkk, 2014)
Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non
farmakologi. Pada pasien yang mengalami penanganannya dapat dilakukan dengan
teknik non farmakologi. Tindakan non farmakologi diantaranya ialah aromaterapi
dengan menggunakan aromaterapi lemon, yang bertujuan untuk melihat pengaruh
aromaterapi lemon terhadap intensitas nyeri pasien post operasi laparatomi. Bau
berpengaruh langsung terhadap otak manusia, seperti narkotika. Hidung memiliki
kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang
mempengaruhi manusia tanpa disadari. Bau-bauan tersebut masuk kehidung dan
berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls
listrik yang di pancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan
dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005 dalam
Purwandari, 2014). Aromaterapi lemon merupakan jenis aromaterapi yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Biasanya cara penanganan nyeri
dilakukan dengan cara farmakologis berupa pemberian analgesic seperti ketorolax,
asam traneksamat, asam mefenamat, dan paracetamol dan selain itu juga dilakukan
penanganan nyeri secara non farmakologis.
Maka dari itu peneliti melihat fenomena diatas, maka kelompok tertarik untuk
mengambil kasus mengenai kista endometrium post laparatomi di RSUP. Dr. M.
Djamil Padang di Ruang Kebidanan dengan pemberian aromaterapy lemon terhadap
penurunuran skala nyeri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kista
endometriosis post operasi laparatomi di ruang rawat inap kebidanan RSUP DR.
M.Djamil Padang

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan konsep penyakit tentang kista endometriosis
2. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kista endometriosis di ruang
rawat inap kebidanan RSUP DR. M.Djamil Padang
3. Menegakkan diagnosa keparawatan pada pasien dengan kista endometriosis di
ruang rawat inap kebidanan RSUP DR. M.Djamil Padang
4. Memberikan intervensi pada pasien dengan kista endometriosis di ruang rawat
inap kebidanan RSUP DR. M.Djamil Padang
5. Melakukan implementasi dan evaluasi pada pasien dengan kista endometriosis di
ruang rawat inap kebidanan RSUP DR. M.Djamil Padang
6. Menerapkan pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien post laparatomi dengan kista endometriosis di ruang rawat inap kebidanan
RSUP DR. M.Djamil Padang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Endometriosis ialah lapisan selaput yang sepatutnya melapisi dinding dalam
rahim (uterus) ada di luar rongga uterine atau pada otot rahim. Biasanya di atas
permukaan organ dalam pelvik dan abdomen, boleh dianggap tumor atau
pertumbuhan baru (neoplasma) yang bertindak setempat dan boleh merebak. Ia bukan
barah, tetapi bisa merebak seperti barah, biasanya didapati di atas atau bawah ovari,
belakang uterus, atas selaput yang memegang uterus, atas usus atau vesika urinaria
(Winkjosastro, 2009).
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri.Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma,
terdapat di dalam endometriumnataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila brada di luar uterus disebut
endometriosis (Sarwono, 2007).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan
dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2008).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-
sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus.
(Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2012)

B. ETIOLOGI
Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa
beberapa teori,antara lain:
1. Teori Implantasi dan Regurgitasi.
Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis
di luar pelvis.
2. Teori Metaplasia.
Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah
menjadi endometrium. Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan
infeksi atau hormonal pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar
karena epitel germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal
dari epitel coelom yang sama.
3. Teori Hormonal
Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.
Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang
sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat
tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.
4. Teori Imunologik.
Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan
permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis
dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosisn adalah suatu
penyakit autoimun karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita,
bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan,
menunjukkan aktivitas sel B - poliklonal ( Baziad, Ali dkk, 2007).

C. KLASIFIKASI
Menurut rusdi (2009) berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
1. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan
terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak
ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:Nyeri saat
haid, perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
2. Endometriosis Tuba
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba. Akibatnya
adalah : Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas, resiko terjadinya kehamilan
ektopik, hematosalping
3. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista
coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan orga-organ di
sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.
4. Endometriosis Retroservikalis
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum
Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum,
akibatnya adalah : Nyeri pada saat haid, nyeri pada saat senggama.
5. Endometriosis Ekstragenital
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh
tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya
endometriosi

D. ANATOMI FISIOLOGI
Endometrium sebagian besar terdiri dari jaringan mukosa. Endometrium
memiliki dua lapisan: Lapisan pertama, stratum basalis, menempel pada lapisan
jaringan otot polos rahim yang disebut miometrium. Lapisan ini berfungsi sebagai
jangkar untuk endometrium di dalam rahim dan tetap relatif tidak berubah.
Lapisan kedua bersifat dinamis. Ini berubah sebagai respons terhadap fluks
hormon bulanan yang memandu siklus menstruasi. Untuk alasan ini, ini disebut strata
fungsionalis, atau lapisan fungsional. Ini adalah bagian dari endometrium tempat telur
yang dibuahi (atau blastokista) akan ditanamkan jika terjadi pembuahan.
Endometrium terdiri dari epitel prismatik tunggal berlapis dengan atau tanpa
silia (tergantung pada seberapa jauh sepanjang siklus menstruasi) dan lamina yang
basal, kelenjar rahim, dan, jaringan khusus yang kaya sel ikat (stroma) yang berisi
pasokan yang kaya pembuluh darah.
Fungsi endometrium adalah sebagai berikut:

 Perubahan siklik dari kelenjar rahim dan pembuluh darah selama menstruasi,
sebagai persiapan untuk implantasi
 Lokasi di mana blastokista biasanya ditanamkan
 Lokasi di mana plasenta berkembang
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika
menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan
kesuburan, tidak dapat memiliki anak).
1. Nyeri panggul
nyeri yang berkaitan dengan endometriosis adalah nyeri yang dikatakan sebagai
nyeri yang dalam, tumpul, atautajam, dan biasanya nyeri bertambah ketika
menstruasi. Pada umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri yang
terjadi pada satu sisi berkaitan dengan lesi (luka atau gangguan) di indung telur
atau dinding samping panggul. dispareunia terjadi terutama pada periode
premenstruasi dan menstruasi. Nyeri saat berkemih dan dyscheia dapat muncul
apabila terdapat keterlibatan saluran kemih atau saluran cerna.
2. Dismenorea
Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada endometriosis.
3. Infertilitas
Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya gangguan
pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi pada
dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi
perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat
mengganggu transportasi embrio
4. Dismenore sekunder
5. Dismenore primer yang buruk
6. Dispareunia (nyeri ovulasi)
7. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
8. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
9. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
(Misarani, 2009).
F. PATOFISIOLOGI dan WOC
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi
dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi
tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang
menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih.
Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada
hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak.
Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan
tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel
telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh
saluran yang disebut tuba falopii atau saluran telur. Apabila, telur yang sudah matang
tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada
akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa
menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan
waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori
mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa
jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh
di luar rahim.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvik.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan
pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan
hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di
tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya
infertil pada endometriosis.
(Corwin, 2009)

G. KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan
kolon
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini
antara lain:
1. Uji serum
CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami
infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

b. Teknik pencitraan
Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
sensitifitas 11%
MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik

I. PENATALAKSANAAN
1. Kolaboratif
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena
menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita
yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan
endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan
bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin
yang tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik
seperti Danasol dapat juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol
dapat menghentikan perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan
menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada di luar uterus (jaringan
endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya
efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah,
menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
2. Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat
dilaksankan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa
mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi
dan menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah
radikal meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis
bisa berhenti ketika menopause.
3. Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan
kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk
menangani nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).
4. Pencegahan yaitu menunda kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan kasar atau
melakukan kerokan pada haid, Observasi pada pembesaran analgesik yaitu
pemeriksaan periodik dan berkala, Pengobatan hormonal, Pembedahan dilakukan
dengan histeroktomi total salfingo-oferektomi bilateral eksisi tempat
endometriorisis

2. KONSEP NYERI
A. DEFINISI
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut international Association for Study of Pain nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
tersadinya kerusakan.
B. Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri
yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap indi-idu berbeda-beda
antara lain :
1. Bahaya atau merusak
2. Komplikasi seperti infeksi penyakit yang berulang penyakit baru penyakit yang
fatal
3. Ketidakmampuan
4. Kehilangan mobilitas
5. Menjadi tua

C. Skala Pengukuran Nyeri


1) Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling
banyak digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan
memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.
Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang
lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri,
sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator
redanya rasa nyeri.
VAS adalah prosedur penghitungan skala nyeri yang mudah untuk
digunakan. Namun, VAS tidak disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada
pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan
koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.

Berikut adalah visualisasi VAS:

2) Verbal Rating Scale (VRS)


Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal
dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai
jika digunakan pada pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak
begitu bergantung pada koordinasi motorik dan visual.
Skala nyeri versi VRS:

3) Numeric Rating Scale (NRS)


Numeric Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala angka 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih
mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS
juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan
VRS.

Skala nyeri dengan menggunakan NRS:

4) Wong-Baker Pain Rating Scale


Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri
yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara
mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah
yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan rasa nyeri.
Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:

 Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan


 Raut wajah 2, sedikit nyeri
 Raut wajah 3, nyeri
 Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
 Raut wajah 5, nyeri parah
 Raut wajah 6, nyeri sangat parah
5) McGill Pain Questinonnaire (MPQ)
Metode penghitungan skala nyeri selanjutnya adalah McGill Pain
Questinnaire (MPQ). MPQ adalah cara mengetahui skala nyeri yang
diperkenalkan oleh Torgerson dan Melzack dari Universitas Mcgill pada tahun
1971. Sesuai dengan namanya, prosedur MPQ berupa pemberian kuesioner
kepada pasien. Kuesioner tersebut berisikan kategori atau kelompok rasa tidak
nyaman yang diderita.

3. KONSEP OPERASI LAPARATOMI


A. DEFINISI
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi
laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan
fistuloktomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan
tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba
fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total,
radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral (Smeltzer, 2014).

B. TUJUAN
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan (Smeltzer, 2014).

C. INDIKASI
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
1) Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2) Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritoneum) yanG dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis
primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon
(paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan
penyebab peritonitis tersier (Ignativicus & Workman, 2006).

4. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


A. Identitas Klien
Biasanya pada identitas klien meliputi nama,umur,alamat,pekerjaan,No.MR,tanggal
masuk
B. Alasan Masuk
Biasanya dengan keluhan nyeri saat menstruasi dan merasakan
C. Data Kesehatan Umum
1. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Biasanya pada riwayat kesehatan sekarang ini dysmenore primer ataupun
sekunder, nyeri saat latihan fisik, dispareunia, nyeri ovulasi,nyeri pelvis terasa
berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah
selama siklus menstruasi,nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah
hubungan seksual.nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter, hipermenorea,
menoragia, feces berdarah, nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi., konstipasi,
diare, kolik.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada riwayat kesehatan dahulu pada kista endometrium ini yaitu haid
atau menstruasi yang tidak teratur , nyeri saat menstruasi biasanya pernah terpapar
agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan
produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada riwayat kesehatan keluarga yaitu apakah ada riwayat keturunan
atau tidaknya.
4. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi
pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi
atau di akhir menstruasi
5. Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan biasanya bahwa riwayat perkawinan yang sudah
menikah
6. Riwayat Keluarga Berencana
Pada riwayat keluarga berencana biasanya klien memakai kb dengan jenis kb
D. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Biasanya Frekuensi dengan pola nutrisi makan yaitu 3 kali sehari dengan makan
pagi,siang hari dan makan malam. Pada pola minum yaitu 8-10x/hari dengan jenis
Nafsu makan biasanya akhir-akhir ini menurun semenjak sakit yaitu makannya
sedikit
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar
Biasanya waktu dengan 1-2 kali sehari BAB pada pagi hari dengan
konsistensi lembek kadang sedikit keras, bewarna coklat kekuningan.
2. Buang Air Kecil
Biasanya dengan BAK yang bewarna kuning dan dengan frekuensi yang
sedang
c. Pola tidur dan istirahat
Biasanya dengan pola tidur yang kurang karena nyeri
d. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya dengan aktivitas yang terhambat pasca operasi
e. Pola bekerja
Biasanya pada pola bekerja yang di lakukan oleh klien
E. Riwayat Keluarga (Genogram)
Biasanya pada riwayat keluarga di jelaskan silsilah dari orang tua klien sampai anak
klien yang menggunakan bagan.
F. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan
Biasanya di kaji kebersihan lingkungan sekitar dan tempat tinggal klien dengan
bagaimana bahaya serta populasi
G. Aspek Psikososial
Biasnya menjelaskan bagaimana persepsi diri klien terhadap penyakitnya serta
pertahanan koping dan nilai kepercayaan klien terhadap agama
H. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Biasanya normal dan pada nadi bradikardi serta pernafasan yang sedikit cepat
b. Kepala
Rambut
I: Biasanya bersih tidak ada ketombe
P: Biasanya tidak ada benjolan, tidak ada luka
c. Mata
I: biasanya simetris kiri dan kanan , respon pupil mengecil saat diberi cahaya,
konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
d. Mulut
I : biasanya mulut mukosa bibir lembab
P: biasanya tidak ada benjolan di sekitar mulut , tidak ada gangguan
e. Pernafasan
Paru :
I : biasanya simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
P: biasanya fremitus kiri dan kanan sama
P: biasanya terdengar bunyi sonor
A: biasanya suara nafas vesikuler
f. Neurologi
Status mural/ GCS: biasanya tampak sadar total . GCS 15
Saraf kranial : biasanya refleks fisiologis positif
biasanya efleks patologis negatif
g. Muskuloskletal :
Bkeiasanya kuatan otot mengalami sedikit penurunan pasca operasi
Saat di palpasi tidak ada teraba pembengkakan
I. Hasil pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
Di dapatkan hasil Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya
endometirosis ini antara lain: Uji serum CA-125: sensitifitas atau spesifisitas
berkurang, protein plasenta 14 ,mungkin meningkat pada endometriosis yang
mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan. antibodi
endometrial: sensitifitas dan spesifisitas berkurang, teknik pencitraan ultrasound:
dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%,
MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
BAB III
LAPORAN KASUS

1. Ilustrasi Kasus
Ny.A (30 Tahun) Pekerjaan IRT, pendidikan SLTP, islam, suku minang , status
menikah. Klien dirawat di ruang ginekologi/onkologi kebidanan RSUP Dr.M.Djamil
Padang dengan kista endometrium. Ny.A datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri
pada saat hari pertama dan kedua. Pada saat pengkajian tanggal 6 november 2019
setelah operasi ditemukan bahwa klien Ny. M mengeluh nyeri bekas operasi, nyeri
dirasakan meningkat sejak selesai operasi, terasa saat miring dan duduk, klien
mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, diperut bagian bawah, kala nyeri 6 (sedang),
durasi nyeri 2 menit, klien mengatakan banyak gerak menyebabkan nyeri pada luka
operasi bertambah sehingga klien memilih lebih sering tidur terlentang. Dari
pemeriksaan fisik di dapatkan bahwa pemeriksaan tanda-tanda vital dengan TD
120/80 mmHg,suhu 36˚C nadi 80x/i, dan RR 20 x/i. Ny. A mengatakan dahulunya
sering mengeluhkan nyeri pada saat haid, haid sering tidak lancar, pada riwayat
keluarga Ny A mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.

2. Pengkajian
Pengkajian Ginekologi/Onkologi
1. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Taman Jernih Sungai Tutung Kerinci, Jambi
No. MR : 01.06.61.XX
Tanggal Masuk : 4 November 2019

2. Alasan Masuk
Ny. A masuk pada tanggal 6 November 2019 jam melalui IGD rujukan dari
dipindahkan ke ruang rawat inap ginekologi/onkologi kebidanan jam 12.06 WIB,
masuk dengan keluhan nyeri punggul dan nyeri saat haid hari pertama dan kedua
nyeri dirasakan saat datangnya haid, nyeri seperti rasa disayat-sayat, nyeri
dirasakan hilang timbul, skala nyeri 5.
3. Data Kesehatan Umum
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada pengkajian tanggal 6 November 2019 jam 09.00 WIB, di dapatkan
bahwa Ny. A telah selesai dilakukan operasi laparatomi pada tanggal 05
November 2019 jam 12.50 – 14.50 WIB dengan jumlah perdarahan 800 CC ,
operasi dilakukan di area abdomen di 4 titik yaitu, bagian pusar, abdomen
bagian kiri, abdomen kanan atas dan abdomen kiri atas. Saat pengkajian
didapatkan data kesehatan sekarang Ny. A mengeluh nyeri bekas operasi,
nyeri dirasakan meningkat sejak selesai operasi, nyeri terasa saat miring dan
duduk, nyeri seperti tertusuk-tusuk, diperut bagian bawah, kala nyeri 6
(sedang), nyeri dirasakan menetap dan meningkat saat dibawa bergerak. Luka
bekas operasi ditutupi perban. Ny. A mengatakan tidak mampu malakukan
aktivitasnya, mengatakan kesulitan dalam bergerak, aktivitasnya dibantua oleh
suami maupun keluarga yang lain.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian di dapatkan bahwa kesehatan dahulu nya Ny.A
mengatakan sering merasa nyeri pada saat haid hari pertama dan hari kedua,
terkadang jika haid tidak mampu melakukan aktivitas, telah mengetahui
penyakit kista sejak 1 tahun yang lalu namu setelah itu tidak pernah periksa
masalah penyakitnya kembali. Ny. A mengatakan tidak pernah di operasi
sebelumnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian di dapatkan bahwa kesehatan keluarganya Ny.A
mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit
keturunan maupun yang menular.
d. Riwayat Menstruasi
Pada saat pengkajian di dapatkan bahwa riwayat menstruasi Ny.A
mengatakan tidak teratur dalam siklus haidnya paling lama 4-5 hari dalam
siklus 28 hari, bisa maju ataupun mundur, sering mengeluh nyeri, darah yang
keluar sebelum dan sesudah haid berwarna gelap, saat haid hari pertama dan
kedua terkadang tidak melakukan aktivitas.
e. Riwayat Perkawinan
Pada pengkajian di dapatkan bahwa riwayat perkawinan Ny.A
mengatakan telah menikah dan memiliki 2 anak.
f. Riwayat Keluarga Berencana
Pada pengkajian di dapatkan bahwa riwayat keluarga berencana Ny.A
mengatakan memakai kb jenis suntik 1 kali 3 bulan selama 5 tahun dan
sekarang tidak lagi memakai alat kontrasepsi KB.
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari
f. Pola Nutrisi
Berat badan Ny.A : 44 kg
TB Ny.A : 153 cm
1. Frekuensi makan Ny.A sebelum sakit dengan pola nutrisi makan yaitu
3 kali sehari dengan makan pagi yaitu lontong, sate maupun roti pada
siang hari Ny.A makan nasi + lauk pauk serta sayuran dan pada makan
malam Ny.A makan nasi + lauk pauk. Pada pola minum Ny.A yaitu 8-
10x/hari dengan jenis minuman kadang teh maupun air putih dengan
jumlah kurang lebih 2 liter/hari
2. Nafsu makan saat sakit Ny.A akhir-akhir ini menurun semenjak sakit
yaitu makannya sedikit dan jarang menghabiskan makanan yang
diberikan
3. Perubahan BB dalam 3 bulan terakhir
Ny. A tidak mengalami penurunan berat badan.
g. Pola Eliminasi
1) Buang Air Besar
Waktu dengan 1-2 kali sehari BAB pada pagi hari dengan konsistensi
lembek kadang sedikit keras, bewarna coklat kekuningan.
2) Buang Air Kecil
Ny. A saat ini terpasang kateter BAK dengan jumlah kurang lebih 600
mL/10 jam warna nya kekuningan dengan bau yang tidak terlalu
menyengat.
3) Pola tidur dan istirahat
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan pola tidurnya dirumah yaitu
kurang lebih 7 jam/hari dan di rumah sakit pola tidur Ny.A terganggu
karena tidak nyaman dengan kondisinya yang merasa nyeri dengan
bekar operasi tidurnya yaitu pada malam hari kurang lebih 4-6 jam dan
siang kurang lebih 1 jam.
4) Pola aktivitas dan latihan
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan dirumah sakit aktivitas atau
kegiatannya di bantu keluarga nya seperti makan, bersih-bersih dan
berpakaian yang terkadang di bantu oleh perawat.
5) Pola bekerja
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan bekerja sebagai ibu rumah
tangga semestinya yang mengurusi suami dan anak-anaknya.

5. Riwayat Keluarga (Genogram)

Ket :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Klien

6. Riwayat Lingkungan
b. Kebersihan
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan kebersihan lingkungannya sedikit
terjaga bersih tetapi pada bagian selokan tidak bersih karena ada beberapa
sampah
c. Bahaya
Bahaya jika apabila tidak dibersihkan akan berakibatkan buruk yaitu
timbulnya penyakit bisa berakibat DBD.
d. Polusi
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan polusi udara di lingkungannya
lumayan bersih
7. Aspek Psikososial
a. Persepsi diri
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan bahwa yang dipikirkan saat ini yaitu
takut kalau penyakitnya timbul lagi walau sudah di operasi.
b. Harapan setelah menjalani perawatan
Pada saat pengkajian Ny.A mengatakan harapannya saat menjalani
perawatan ini berharap cepat sembuh dan bisa beraktivitas kembali dan
berdoa benar-benar penyakitnya tidak timbul lagi.
c. Pertahanan koping
Yaitu Ny.A mengatakan hanya berdoa dan yakin kalau penyakitnya sembuh
dan baik-baik saja untuk kedepannya. Ny.A mengatakan kalau cobaan ini
sebagai pembelajaran dan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
d. System nilai dan kepercayaan
Ny.A mengatakan dengan beribadah berdoa kepada Allah SWT merupakan
pendekatan diri yang baik serta Ny.A rajin untuk beribadah sholat 5 waktu
dan amal-amalan lainnya.
8. Pemeriksaan Fisik
h. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36˚C
RR : 20 x/i
Nadi : 80x/i
i. Kepala
Rambut
I: rambut Ny.A tampak tidak terlalu bersih, sedikit berketombe
P: tidak ada benjolan, tidak ada luka
j. Mata
I: simetris kiri dan kanan , respon pupil mengecil saat diberi cahaya
k. Mulut
I : Mulut Ny.A sedikit terlihat kering
P: Tidak ada benjolan di sekitar mulut , tidak ada gangguan
l. Pernafasan
Paru :
I : Simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
P: fremitus kiri dan kanan
P: Terdengar bunyi sonor
A: Suara nafas vesikuler
m. Abdomen :
I = perut membuncit, terdapat luka bekas operasi
A = bising usus (+), ± 10 x/menit.
P = nyeri tekan abdomen (+)
P = tympani
n. Neurologi
Status mural/ GCS: Ny.A tampak sadar total . GCS 15
Saraf kranial : Refleks fisiologis Ny.A positif
Refleks patologis Ny.A negatif
o. Muskuloskletal :
Yaitu pada Ny.A kekuatan otot mengalami sedikit penurunan pasca operasi
Saat di palpasi tidak ada teraba pembengkakan
9. Hasil pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
Di dapatkan hasil :
Hemoglobin : 14.4 g/dl
Leukosit : 8.67 /mm3
Hematokrit : 42 /mm3
Trombosit : 265 /mm3
PT : 10.8 detik
APTT : 28.0 detik

ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS : Nyeri akut Agen cidera fisik
Ny. M mengeluh nyeri bekas operasi
P : nyeri dirasakan meningkat sejak
selesai operasi, terasa saat miring
dan duduk
Q : pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : perut bagian bawah
S : skala nyeri 6 (sedang)
T : durasi nyeri 2 menit

DO :
Ny. A tampak meringis
Ny. A tampak gelisah
Ny. A tampak kesulitan bergerak
2. DS : Intoleransi Imobilitas
Ny. A mengatakan badan terasa aktivitas
lemah dan letih
Ny. A mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas
Ny. A mengatakan terasa pusing
Ny. A mengatakan aktivitasnya
dibantu oleh keluarga

DO :
Ny. A tampak lemah
Ny. A tampak tampak dibantu
melakukan aktivitas oleh keluarga

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA TANGGAL TTD TANGGAL TTD
DITEGAKKAN TERATASI
1 Nyeri akut b.d agens 06 November 2019
cedera fisik
2 Intoleransi aktivitas 06 November 2019
b.d imobilitas

RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1 Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
b.d agen Aktivitas Keperawatan :
 Mengetahui
cidera fisik  Lakukan pengkajian nyeri
faktor
secara komperehensif dari
penyebab
lokasi, karakteristik, durasi,
 Mengetahui frekuensi, kualitas, intensitas
pemulaan dan penyebab
nyeri
 Kaji ketidaknyamanan secara
 melaporkan non verbal, terutama untuk
gejala pasien yang tidak bisa
 melaporkan mengkomunikasikannya
kontrol nyeri secara efektif
 Tingkat nyeri  ajarkan relaksasi
 melaporkan  kolaborasi pemberian
nyeri analgesik sesuai indikasi
berkurang  Kontrol faktor lingkungan
 frekuensi yang dapat menimbulkan
nyeri ketidaknyamanan
berkurang  kaji tipe dan sumber nyeri
 lamanya  evaluasi tingkat istirahat
nyeri
berkurang
 lekspresi Manajemen Analgesik
wajah saat Aktivitas Keperawatan :
nyeri  tentukan lokasi karakteristik,
kualitas, derajat, sebelum
pemberian obat
 Cek riwayat alergi obat
 Tentukan jenis analgesic
yang digunakan
 Monitor TTV
 evaluasi aktivitas analgesik
tanda dan gelaja

2. Resiko tinggi Toleransi Aktivitas Peningkatan latihan : latihan


infeksi Indikator : kekuatan
 frekuensi
Aktivitas Keperawatan :
nadi ketika
beraktivitas.
 Berikan pasien pakaian
 Warna kulit
yang longgar.
 kecepatan
 membantu memberikan
berjalan
latihan sesuai dengan
 Tingkat kekuatan otot
ketidaknyam
 memberitahukan untuk
anan
istirahat sejenak
 nyeri tidak
 instruksikan untuk
ada
mengenali tanda dan gejala
 cemas tidak latihan yang tidak / bisa
ada dilakukan
 otot pegal
tidak ada  instruksikan untuk latihan selama
 sesak nafas 3 sesi
tidak ada
CATATAN PERKEMBANGAN
N Hari/Tgl/ No.D Implementasi Hari/Tgl Evaluasi Tanda
O Jam x Kep /Jam tanga
n
1. Rabu / 06 1 1. Melakukan Rabu /06 S :
November pengkajian nyeri Novemb Ny. A mengatakan
2019 2. Mengobservasi er 2019 nyeri bekas operasi
15.00 ketidaknyamanan 16.00 ,nyeri dirasakan
3. Mengobservasi meningkat sejak
lingkungan yang selesai operasi,
mempengaruhi terasa saat miring
4. Mengakaji tipe dan duduk, pasien
dan sumber nyeri mengatakan nyeri
5. Mengecek seperti tertusuk-
riwayat alergi tusuk, perut bagian
6. Memberikan bawah, skala nyeri
aromaterapi 6 (sedang), durasi
lemon nyeri 2 menit
7. Memonitor TTV tidak ada riwayat
8. Mengevaluasi alergi, tidak nyaman
aktivitas jika suasana panas,
nyeri datang jika
dibawa bergerak dan
duduk, istirahat
berkurang, nyeri
sedikit berkurang
setelah diberikan
aroma terapi lemon
O:
Ny. A tampak
meringis, tampak
gelisah
Td : 110/75 mmHg
N : 97x/s S : 37 P :
19x/s
A:
Masalah nyeri akut
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
 Berikan
aromaterapi
lemon
 pengakjian
nyeri
 monitor ttv
 observasi
ketidaknyamana
n
2 Rabu /06 2 1. Menganjurkan Rabu/06 S:
November untuk memakai Novemb Ny. A mengatakan
2019 pakaian yang er 2019 tidak mampu untuk
17.00 nyaman 18.00 melakukan
2. Memberikan aktivitas latihan
latihan sesuai O:
dengan kekuatan Ny. A tampak tidak
otot mampu melakukan
3. Menganjurkan latihan . Tampak
istirahat istirahat sejenak,
4. Menganjurkan tampak melakukan
latihan selama 3 latihan selama 3
sesi sesi
A:
Masalah intoleransi
aktivitas belum
teratasi
P:
 Intervensi
dilanjutkan
latihan kekuatan
 melakukan
latihan 3 sesi
1. Kamis/ 07  Melakukan Kamis/ S :
November pengkajian nyeri 07 Ny. A mengatakan
2019  Mengobservasi Novemb masih merasakan
Jam 16.00 ketidaknyamanan er 2019 nyeri pada bekas
 Mengakaji tipe Jam operasi, terasa saat
dan sumber nyeri 17.00 miring dan duduk,

 Memberikan pasien mengatakan

aromaterapi nyeri seperti

lemon tertusuk-tusuk,

 Memonitor TTV perut bagian

 Mengevaluasi bawah, skala nyeri

aktivitas 4 (sedang), nyeri


hilang timbul, tidak
nyaman jika
suasana panas,
nyeri datang jika
dibawa bergerak
dan duduk, istirahat
berkurang, nyeri
terasa berkurang
setelah diberikan
aroma terapi lemon
O:
Ny. A tampak
meringis, tampak
gelisah
Td : 127/69 mmHg
N : 100x/s S : 336.5
P : 21x/s
A:
Masalah nyeri akut
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
 Berikan
aromaterapi
lemon
 pengakjian
nyeri
 monitor ttv
 observasi
ketidaknyamana
n
2. Kamis/ 07  Menganjurkan Kamis/ S:
November untuk memakai 07 Ny. A mengatakan
2019 pakaian yang Novemb masih kesulitan
Jam 18.00 nyaman er 2019 untuk melakukan
 Memberikan Jam aktivitas latihan
latihan sesuai 19.00 O:
dengan kekuatan Ny. A tampak tidak
otot mampu melakukan
 Menganjurkan latihan . Tampak
istirahat istirahat sejenak,
 Menganjurkan tampak melakukan
latihan selama 3 latihan selama 3
sesi sesi
A:
Masalah intoleransi
aktivitas belum
teratasi
P:
 Intervensi
dilanjutkan
latihan kekuatan
 melakukan
latihan 3 sesi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut teori didapatkan bahwa pada riwayat kesehatan sekarang pasien
biasanya mengeluhkan : Dysmenore primer ataupun sekunder, Nyeri saat latihan
fisik, Dispareunia. Nyeri ovulasi, Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke
dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi,
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada
saat pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah,
Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi, konstipasi, diare, kolik.
Sedangkan pada kasus didpatkan mengeluh nyeri bekas operasi, nyeri
dirasakan meningkat sejak selesai operasi, nyeri terasa saat miring dan duduk,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, diperut bagian bawah, kala nyeri 6 (sedang), nyeri
dirasakan menetap dan meningkat saat dibawa bergerak. Luka bekas operasi
ditutupi perban. Ny. A mengatakan tidak mampu malakukan aktivitasnya,
mengatakan kesulitan dalam bergerak, aktivitasnya dibantua oleh suami maupun
keluarga yang lain.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah
pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah
medis dan sampah perkotaan.
Sedangkan pada kasus sering merasa nyeri pada saat haid hari pertama dan
hari kedua, terkadang jika haid tidak mampu melakukan aktivitas, telah
mengetahui penyakit kista sejak 1 tahun yang lalu namu setelah itu tidak pernah
periksa masalah penyakitnya kembali. Ny. A mengatakan tidak pernah di operasi
sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang
menderita endometriosis.
Sedangkan pada kasus mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit yang
sama atau penyakit keturunan maupun yang menular.

4. Riwayat menstruasi
Menuerut teori Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi
pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi
atau di akhir menstruasi
Sedangkan pada kasus riwayat menstruasi Ny.A mengatakan tidak teratur
dalam siklus haidnya paling lama 4-5 hari dalam siklus 28 hari, bisa maju ataupun
mundur, sering mengeluh nyeri, darah yang keluar sebelum dan sesudah haid
berwarna gelap, saat haid hari pertama dan kedua terkadang tidak melakukan
aktivitas.
5. Riwayat keluarga berencana
Pada kasus pengkajian di dapatkan bahwa riwayat keluarga berencana Ny.A
mengatakan memakai kb jenis suntik 1 kali 3 bulan selama 5 tahun dan sekarang
tidak lagi memakai alat kontrasepsi KB.
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Menurut teori Kebiasaan diet buruk ( misalnya : rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa )
Pada kasus Nafsu makan saat sakit Ny.A akhir-akhir ini menurun semenjak
sakit yaitu makannya sedikit dan jarang menghabiskan makanan yang diberikan
7. Pola eliminasi
Menurut teori didapatkan Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi
urinalis, misalnya masalah nyeri.
Sedangkan pada kasus ditemukan 1-2 kali sehari BAB setiap hari dengan
konsistensi lembek kadang sedikit keras, bewarna coklat kekuningan. Terpasang
kateter BAK dengan jumlah kurang lebih 600 mL/10 jam warna nya kekuningan
dengan bau yang tidak terlalu menyengat.
8. Pemeriksaan fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut teori diagnosa yang muncul
1. Nyeri akut b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.ds gangguan menstruasi

Sedangakan pada kasus ditemukan

1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik


2. Intoleransi aktifitas b.d imobilitas

C. Penerapan pemberian aromaterapi lemon

Anda mungkin juga menyukai