Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGUAN ENDOMETRISIOSIS DI

RUANGAN POLI OBYG RSUD KOTA MAKASSAR

OLEH :

ANDI MISBA

70300121030

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
1. Konsep Dasar Endometriosis
A. Definisi
Endometriosis merupakan kelainan adanya kelenjar endometrium dan stroma yang
tumbuh di luar uterus. Endometriosis merupakan penyakit yang dialami oleh 10-15% melibatkan
organ intraperitoneal maupun ekstraperitoneal. Endometriosis pada organ gastrointestinal
diperkirakan terjadi pada 3-15% wanita usia subur. Organ yang paling sering terlibat adalah
rektosigmoid (71%), yang diikuti oleh appendiks (19%), ileum terminal (6,7%), caecum (5,5%)
dan kolon transversal (0,5%). Endometriosis merupakan penyakit ginekologi jinak yang sering
ditemukan dan secara histologis didefinisikan sebagai adanya kelenjar dan stroma endometrium
di luar lokasi normal yaitu uterus. Endometriosis paling sering ditemukan pada peritoneum
pelvis, ovarium, septum rektovaginal, ureter, serta dapat pula terdapat pada kandung kemih,
perikardium, pleura, dan otak. Endometriosis merupakan terdapatnya sebagian jaringan
endometrium (kelenjar dan stroma) yang tumbuh diluar uterus. Endometriosis dapat
menimbulkan infertilitas pada wanita, sebaliknya beberapa wanita yang tidak terdiagnosis
endometriosis biasanya datang dengan keluhan tidak dapat hamil. Endometriosis juga dapat
menurunkan angka produktifitas kerja secara signifikan pada wanita di berbagai negara.

B. Klasifikasi
Klasifikasi endometriosis yang digunakan saat ini berdasarkan klasifikasi menurut ASRM
(American Society for Reproductive Medicine) yang telah direvisi pada tahun 1997. Klasifikasi
tersebut adalah:12
a. Stadium 1(minimal) dengan skor 1-5 yaitu implantasi di superfisial peritoneum dan
ovarium serta adhesi yang tipis pada satu atau kedua ovarium
b. Stadium 2(ringan) dengan skor 6-15 yaitu implantasi superficial dan agak dalam pada
peritoneum dan ovarium, adhesi tipis dan kista coklat kecil di ovarium
c. Stadium 3(sedang) dengan skor 16-40 yaitu implantasi dalam di peritoneum, kista di
ovarium, adhesi yang padat di tuba falopi dan/atau obliterasi culdesac posterior parsial
d. d. Stadium 4 (berat) dengan skor >40 yaitu implantasi dalam di peritoneum, kista coklat
besar, banyak adhesi padat dan obliterasi culdesac komplit.

2
C. Etiologi
Etiologi endometriosis belum dapat dipastikan, namun ada beberapa teori yang
menjelaskan mengenai penyebab terjadinya endometriosis. Salah satu teori menyebutkan bahwa
endometriosis disebabkan karena adanya penyebaran fragmen-fragmen endometrium yang
menyebar melalui proses operasi, hematogenik, atau limfatik . Hal ini menyebabkan fragmen
endometrium tersebut dapat menyebar ke tempat lain termasuk intestinal. Teori lain
menyebutkan bahwa adanya peranan hormon estrogen, dimana embrio sisa dari saluran
paramesonefrikus bermigrasi dan mengembangkan endometrium dibawah pengaruh estrogen
yang dimulai pada saat masa pubertas. Selain itu, terdapat teori yang menyebutkan bahwa
peritoneum parietal mengalami metaplasia menjadi sel yang mirip dengan endometrium. Jika
sel ini letaknya berdekatan dengan usus, maka endometriosis intestinal dapat terjadi. Teori yang
lainnya menyebutkan bahwa endometriosis melibatkan stem sel. Hal ini terjadi ketika stem sel
dapat berdiferensiasi langsung menjadi sel endometrium. Namun, terdapat pertimbangan lain
bahwa organ ginekologi berdekatan dengan intestinal.

D. Patofisiologi
Ada beberapa teori patogenesis endometriosis, yaitu teori Sampson terkait menstruasi
retrograde, teori metaplasia, penyebaran jaringan endometrial ektopik secara hematogenik, dan
teori genetik/epigenetik. Menurut teori Sampson, sel endometrial yang masih aktif mengalir
secara retrograde melalui tuba falopi dan implantasi pada rongga peritonial ketika menstruasi.
Sel endometrial yang menumpuk tersebut berkembang secara invitro dengan bantuan gravitasi
dan cairan peritonial. Sedangkan teori metaplasia diusulkan karena wanita tanpa uterus dapat
mengalami endometriosis. Hal ini diakibatkan karena Pluripotent stem cells terdapat pada kavitas
peritonial dan endometrium. Apabila stem cells ini diinduksi oleh perubahan genetik, terjadi
metaplasia dan berkembang menjadi endometriosis dan adenomyosis

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

a. Ultrasonografi (USG). Pada USG dapat dilihat adanya uterus yang membesar secara difus
dan gambaran penebalan dinding uterus terutama pada bagian posterior dengan fokus-

3
fokus ekogenik, rongga endometriosis eksentrik, adanya penebalan dengan gambaran
hiperekoik, kantung-kantung kistik 5-7 mm yang menyebar menyerupai gambaran sarang
lebah.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Terlihat adanya penebalan dinding miometrium
yang difus.
c. Serum CA 125. Serum CA 125 merupakan tumor marker yang umum digunakan pada
kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Pemeriksaan
ini memiliki sensitifitas yang rendah, karena kadar CA 125 juga meningkat pada keadaan
infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. Sehingga CA 125
biasanya hanya digunakan sebagai monitor prognostik pascaoperatif endometriosis.
Apabila kadar CA 125 tinggi berarti prognostik kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA
125 > 65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.
d. Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk mendiagnosis endometriosis.
Pada endometriosis yang tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang disebut
endometrioma. Biasanya isinya berwarna cokelat kehitaman sehinggga juga disebut juga
kista cokelat.
e. Pemeriksaan patologi anatomi. Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis yaitu
didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium.

F. Komplikasi
Wanita dengan endometriosis memiliki resiko besar keguguran dan kehamilan ektopik.
Wanita dengan kehamilan lebih dari 24 minggu beresiko mengalami plasenta previa, perdarahan
antepartum atau postpartum, dan sesaria seksio. Beberapa studi juga melaporkan pasien dengan
endometriosis beresiko mengalami kanker ovarium.

G. Penanganan
Penanganan endometriosis lebih bersifat simtomatis dan indikasi sangat tergantung pada
kondisi penderita, misalnya usia, ada tidaknya massa, dan keinginan untuk memiliki anak
(infertilitas). Secara garis besar, penatalaksanaan endometriosis dapat dilakukan dengan cara
terapi dengan medikamentosa, tindakan pembedahan, dan teknologi reproduksi berbantu atau
kombinasi dari semuanya. Dalam penatalaksanaan klinisi perlu memperhatikan bahwa

4
endometriosis adalah penyakit kronis dan penanganannya membutuhkan waktu jangka panjang
dengan mengoptimalkan terapi medikamentosa dan menghindari tindakan pembedahan berulang.

5
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap yang paling awal dan dasar di dalam
proses asuhan keperawatan selain itu adalah tahap yang paling menentukan bagian tahap
selanjutnya, kemampuan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di tahap ini
akan menentukan diagnosis keperawatan oleh karena itu tahap pengkajian harus
dilakukan dengan cermat dan teliti sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien
dapat teridentifikasi (Nursalam, 2016).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama pasien, umur, agama, Pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan,
identitas orang tua
2) Alasan Kunjungan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama harus dijelaskan secara singkat dan jelas, dikaji sesuai
dengan yang dirasakan pasien untuk mengetahui masalah utama yang dialami
pasien mengenai kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dalam pengkajian riwayat kesehatan yang lalu untuk mengetahui
penyakit yang dulu pernah diderita sehingga mempengaruhi penyakit yang
dialami dan bisa memperburuk penyakit yang diderita saat ini
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Dalam pengkajian riwayat penyakit sekarang untuk mengetahui
kemungkinan alasan yang menyebabkan terjadinya keluhan diderita yang
berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama pada penyakit hyperplasia
endometrium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam Riwayat Kesehatan keluarga ini untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.

c) Riwayat Perkawinan

6
Pada Riwayat perkawinan meliputi informasi mengenai status pernikahan
seperti: berapa kali menikah, pada umur berapa nikah dan lama pernikahan
d) Riwayat Menstruasi
Pada Riwayat menstruasi untuk mengetahui tentang menarche disaat umur
berapa, lama menstruasi, banyak menstruasi, siklus, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Perlu diketahui untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan sistem reproduksi sehubungan dengan
menstruasi
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pada Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

f) Riwayat KB
Riwayat KB dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan
hingga sekarang sehingga kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh
pada penyakit yang diderita saat ini

g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


(1) Nutrisi
Nutrisi terkait bagaimana pola makan pasien, pasien suka memakan
makanan yang cepat saji, atau yang belum dimasak atau mentah dan
apakah ibu suka meminum-minuman beralkohol karena dapat menjadi
salah satu penyebab pertumbuhan tumor dalam tubuh
(2) Eliminasi
Pada pasien yang mengalami gangguan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, jumlah dan warna.
(3) Hubungan seksual
Hubungan seksual dapat dikaji untuk mengetahui gangguan kesehatan
reproduksi, apakah terdapat keluhan Ketika melakukan hubungan seksual
(4) Pola istirahat tidur
Selama sakit pola istirahat tidur pasien tetap untuk mengetahui pasien
beristirahat dengan cukup atau tidak.

7
(5) Personal hygiene
Personal hygiene dapat untuk mengetahui bagaimana ibu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalianya
(6) Aktivitas
Aktivitas pasien dapat dikaji sebagai data yang menggambarkan
bagaimana pola aktivitas pasien setiap harinya dan pengaruh aktivitas
terhadap kesehatan pasien
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : untuk melihat keadaan umum pasien
b) Tingkat kesadaran : untuk menilai kesadaran pasien termaksud apakah
pasien mengalami penurunan kesadaran atau tidak
c) TTV : meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, serta temperatur/ suhu.

2) Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan secara head to toe :
a) Kepala : bentuk kepala, kebersihan kepala, keadaan rambut rontok atau
tidak
b) Muka : keadaan muka edema atau tidak, pucat
c) Mata : keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak, tidak ada nyeri tekan
d) Hidung : keadaan hidung simetris atau tidak, ada infeksi atau tidak,
terdapat cuping hidung atau tidak
e) Telinga : apakah ada penumpukan sekret atau tidak, terdapat nyeri tekan
atau tidak
f) Mulut : mukosa bibir pecah-pecah atau tidak, keadaan berlubang atau
tidak, stomatitis atau tidak
g) Leher : pasien mengalami pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, vena
jugularis atau tidak, dan limfe
h) Ketiak : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak

8
i) Dada : kesimetrisan dada kiri dan kanan, apakah terdapat benjolan atau
tidak
j) Abdomen : bentuk abdomen simetris atau tidak, keadaan luka bekas
operasi dan pembesaran pada perut, berapa jumlah jahitan setelah operasi
k) Ekstremitas atas : melihat keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau
tidak, ikterik atau tidak
l) Ekstremitas bawah : keadaan turgor baik atau tidak, sianosis tidak, refleks
patella positif atau tidak, oedem atau tidak
m) Genetalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, ataupun pengeluaran
cairan yang abnormal.
3) Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan suatu diagnosa penyakit dengan cara melakukan
pemeriksaan penunjang atau laboratorium untuk mendukung diagnosa
medis, kemungkinan terjadinya komplikasi,kelainan dan penyakit

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada buku (SDKI, 2017), beberapa masalah keperawatan yang muncul
pada kasus hyperplasia endometrium yaitu:

1. Nyeri Akut
Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan


actual atau fungsional dari interaksi ringan hingga berat yang berkembang secara tiba-tiba
atau lambat dan berlangsung kurang 3 bulan

Penyebab :

a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)


b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

9
Mengeluh Nyeri

Objektif

a. Nampak meringis
b. Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
c. Nampak gelisah
d. Nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan tanda Minor

Subjektif

Tidak tersedia

Objektif

a. Tekanan darah meningkat


b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaphoresis
Kondisi klinis terkait

a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom korener akut
e. Glaucoma

10
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan Intervensi
Nyeri Akut Setelah pemberian Manajemen Nyeri
Tindakan Observasi
keperawatan diharapkan a. Lakukanlah pengamatan
klien pada lokasi, durasi,
dapat menunjukkan durasi, kualitas,
penurunan frekuensi dan
nyeri dengan kriteria b. intensitas nyeri.
hasil : c. Identifikasi skala nyeri
pasien.
a. Keluhan nyeri menurun d. Perhatikan respon nyeri
b. Tekanan darah pada wajah pasien.
membaik e. Identifikasi faktor yang
c. Frekuensi nadi membaik memperberat serta
meringankan nyeri yang
bisa dirasakan
f. oleh pasien.
g. Identifikasi pengetahuan
pasien mengenai nyeri.
h. Identifikasi budaya
pasien terkait respon
nyeri.
i. Pantau keberhasilan
terapi komplementer
yang telah dilakukan.
j. h. Pantau efek samping
dari pemberian obat anti
nyeri

11
Terapeutik
a. Beri teknik non-
farmakologis agar rasa
nyeri dapat berkurang.
b. Kontrol lingkungan agar
rasa nyeri menurun.
c. Bantu fasilitasi istirahat
dan tidur pasien.
d. Pada saat pemilihan
strategi untuk mengatasi
nyeri itu patut untuk
e. mempertimbangkan
sumber dan jenis dari
nyeri itu sendiri.
Edukasi
a. Berikan penjelasan
tentang penyebab,
periode dan pemicu
timbulnya rasa nyerI
b. Ajarkan tentang
bagaimana cara
meredakan nyerI
c. Anjurkan untuk
memonitor rasa nyeri
sendiri
Kolaborasi
a. Kolaborasikan tentang
pemberian analgesic
untuk meredakan nyeri

12
Daftar Pustaka

Iskandar. 2021. Endometriosis. Aceh : Averrous. Vol. 7 No. 2

Wintoko Risal. 2022. Obstruksi Intestinal Total Yang Di Sebabkan Oleh Endometriosis
Intestinal Dan Endometriosis Uterus Pada Wanita 43 Tahun Di Rumah Sakit Abdul Moeloek.
Lampung : Physiol Behav

Maharani Cut Rika. 2021. Pemilihan Terapi Konservatif Dan Operatif Pada Endometriosi. Aceh
: Syiah Kuala

Pramesti Putu Ayu Widya. 2021. Karakteristik Klinik Potologi Penderita Endometriosis.
Dempasar : Doaj. Vol 9 No. 2

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

SIKI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI

13

Anda mungkin juga menyukai