Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN

Kanker Endometrium merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel-sel epitel didalam
endometrium mulai tumbuh diluar kendali. kanker ini terjadi di endometrium tepatnya dilapisan
paling dalam dari dinding uterus, dan sel sel endometrium tersebut tumbuh diluar kendali serta
merusak jaringan-jaringan yang ada disekitarnya, (American Cancer Society, 2019)

Menurut Afiyanti & Pratiwi (2017) kanker endometrium itu sendiri keganasan yang
berkaitan erat dengan produksi estrogen yang ada didalam perempuan. Hal ini terjadi
dikarenakan pertumbuhuhan sel endometrium dirangsang oleh estrogen. Dan beberapa hal
lainnya seperti infertilitas, menopause yang lambat, serta siklus haid yang tidak teratur dan
sebelumnya telah memiliki riwayat endometriosis yang dapat meningkatkan risiko seseorang
perempuan tersebut mengidap kanker endometrium.

B. Epidemiologi

Insidensi kanker endometrium menempati peringkat kelima tertinggi kanker pada wanita,
yaitu sebanyak 319.605 kasus (4,8%).

Di Eropa dan Amerika Utara kanker endometrium termasuk dalam tujuh penyebab paling
umum kematian akibat kanker pada wanita dari seluruh persentase kasus kanker. Sekitar 81.500
perempuan di Uni Eropa menderita penyakit ini setiap tahun dan angka insidensinya terus
meningkat. Usia rata-rata kejadian adalah 63 tahun, sedangkan > 90% wanita lebih dari 50 tahun.

Sebagian besar kanker endometrium terjadi setelah menopause. Insidensi kanker


endometrium pada wanita premenopause 5 kali lebih rendah daripada wanita yang telah
mengalami menopause, Insidensi ini meningkat sesuai bertambahnya usia kemudian menetap
setelah umur 70 tahun.

Di Indonesia, Menurut data World Health Cancer (WHO) tahun 2012, kanker endometrium
merupakan kanker peringkat keenam terbanyak yang diderita wanita Indonesia, dengan insidensi
6.475 kasus (4%).
C. Etiologi Kanker Endometrium

Kanker endometrium hingga kini penyebab pastinya masih belum diketahui. Akan tetapi
beberapa penelitian mengatakan bahwa produksi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus
akan bisa merangsang pertumbuhan kanker endometrium. Kanker endometrium awalnya
didahului oleh proses yang bernama prakanker yaitu hyperplasia endometrium (Rasjidi, 2010).
Menurut The American Cancer Society (2019) menyatakan beberapa factor risiko yang dapat
meningkatkan seorang perempuan terkena kanker endometrium, yaitu:

1. Obesitas

2. Pada bagian ovarium wanita dapat memproduksi sebagian besar estrogen sebelum
menopause. Akan tetapi jaringan lemak dalam tubuh dapat mengubah hormone lain
(disebut androgen) menjadi estrogen. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah estrogen
didalam tubuh, terutama pada saat menopause, yaitu memiliki lebih banyak jaringan
lemak ditubuh dapat meningkatkan kadar estrogen wanita yang dimana dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Selain itu wanita dengan berat
badan 10-25 kg diatas berat badan normal mempunyai risiko 3 kali lipat daripada dengan
wanita yang memiliki berat badan normal.

3. Risiko kanker endometrium semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia


seorang Wanita
4. Usia menarche terlalu dini,

Usia menarche yang terlalu dini (sebelum 12 tahun ) dapat meningkatkan risiko terkena
kanker endometrium. Hal ini dapat meningkatkan risiko sekitar 1,6 kali lebih tinggi daripada
wanita yang mempunyai riwayat menarche setelah usia lebih dari 12 tahun.

5. Kehamilan

Menurut penelitian menunjukkan sekitar 25% penderita dari kanker endometrium beum
pernah melahirkan anak (nulipara). Hal ini bisa terjadi dikarenakan, keseimbangan hormonal
bergeser ke arah peningkatan produksi progesterone selama kehamilan. Jadi wanita yang
sebelumnya pernah hamil membantu melindungi diri dari kanker endometrium. Sedangkan
wanita yang belum pernah hamil memiliki risiko lebih tinggi, terutama jika mereka tidak subur
(infertilitas)
6. Diabetes Militus dan Hipertensi

Kanker endometrium dapat terjadi empat kali lebih berisiko pada wanita dengan diabetes
militus. Diabetes sering terjadi pada orang-orang dengan obesitas dan hal tersebut juga menjadi
salah satu risiko tinggi terkena kanker endometrium. Dan beberapa penelitian lain pun
mengatakan bahwa hipertensi juga menjadi salah satu factor risiko terjadi kanker endometrium.

7. Riwayat penggunaan terapi estrogen jangka panjang

Terapi estrogen sering digunakan untuk terapi sulih hormone atau terapi hormone
menopause. Dimana terapi ini hanya menggunakan estrogen saja tanpa progesterone yang dapat
menyebabkan risiko terkan kanker endometrium pada wanita yang masih memiliki Rahim.

8. Sindrom Ovarium Polikistik

Wanita dengan kondisi ini memiliki kadar hormone abnormal seperti kadar androgen
(hormone pria) dan estrogen yang lebih tinggi dan kadar progesterone yang lebih rendah.
Peningkatan estrogen sendiri relative terhadap progesterone yang dapat meningkatkan risiko
terkena kanker endometrium.

9. Riwayat Keluarga

Jika terdapat anggota keluarga yang terkena kanker ini maka ada kemungkinan bisa
terkena kanker endometrium meskipun presentasenya sangatlah kecil.

D. PENCEGAHAN

Kanker endometrium dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:

a. Menjaga berat badan ideal sesuai indeks massa tubuh

b. Menggunakan pil KB sesuai petunjuk dokter

c. Konsumsi makanan dan gizi seimbang

d. Melakukan Olah raga rutin


E. PATOFISIOLOGI

Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase yang berperan
dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12% dari kanker
endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari kelainan kraniofasial kongenital.
Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masa depan bagi penderita kanker
endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi
endometrium, yaitu dengan menghambat proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan
sebagai onkogen pada karsinoma endometrial. Selain itu, kadar hormon seks estrogen yang
tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak
terdapat cukup progesteron, salah satu hormon seks yang penting pada wanita (Chiang W.2017).

Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium) akan
bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia simpleks. Apabila
situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan uterus. Hal ini disebut
hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan menunjukkan perilaku yang
menyimpang. Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada
beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi estrogen
dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar (Koplajar
M.2017).

F. PATOFLOW

G. MANIFESTASI KLINIK

Penyakit kanker endometrium ini biasanya tersembunyi dan membahayakan. Dalam


banyak kasus, gejala dikaitkan dengan adanya getah vagina yang kemerahan saat menopause
atau setelah menopause (perimenopause). Adanya rasa sakit dan kontraksi pada rahim cukup
sering dikeluhkan. Dengan berlanjutnya proses terjadinya kanker, berbagai keluhan tekanan
akibat membesarnya korpus uterus dapat ditemukan. Sedangkan pembesaran dan fiksasi uterus
akibat infiltrasi sel ganas ke dalam parametrium baru terjadi pada tahap lanjut (Mardjikoen,
2010).

Gejala yang dapat muncul bisa berupa:


a. Perdarahan rahim yang abnormal

b. Siklus menstruasi yang abnormal

c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)

d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.

e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun)

f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul

g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)

h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.(Schorge JO, et al. 2017

H. PROGNOSIS

Kemampuan hidup lima tahun (five years survival rate) karsinoma endometrium yang
terdiagnosissaat masih terlokalisir mencapai 96% sedangkan padastadium lanjut menurun sampai
44%.

Prognosis kanker endometrium juga tergantung dari beberapa faktor berikut ini :

 Usia
 Kedalaman invasi miometrium
 Invasi limfovaskular
 Tipe kanker endometrium
 Ukuran tumor

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologi yang biasanya dilakukan untuk pemeriksaan kanker endometrium


antara lain (American Cancer Society, 2017) :

a) Ultrasonografi transvaginal
Memberikan gelombang suara yang akan memberikan gambar dari uterus dan organ pelvis
lainnya. Gambar ini sering membantu dalam menentukan apakah endometrium lebih tebal dari
biasanya dan melihat pertumbuhan kanker ke lapisan otot uterus, yang merupakan tanda dari
kanker endometrium.

b) Sistoskopi dan proktoskopi

Dilakukan apabila kanker telah menyebar ke bladder atau rektum, bagian dalam organ dapat
dilihat melalui tabung. Untuk sistoskopi, tabung ditempatkan di bladder melalui uretra,
sedangkan untuk proktoskopi, tabung ditempatkan di rektum.

c) Computed tomography scan

(CT Scan) merupakan prosedur yang menggambarkan detail secara cross-sectional tubuh. CT
Scan tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker endometrium. Namun, CT Scan ini dapat
membantu dalam mengetahui penyebaran kanker ke organ lainnya dan dapat melihat apakah
kanker terjadi lagi setelah pengobatan.

d) 4) Magnetic resonance imaging

(MRI) menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat dibanding sinar x. MRI dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pertumbuhan kanker endometrium ke badan uterus
dan membantu menemukan pembesaran kelenjar limfa. Selain pemeriksaan biopsi dan
radiografi, pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap, CA 125, CEA, reseptor
estrogen dan lainnya juga dapat dilakukan sesuai dengan keperluan. Pemeriksaan darah lengkap
biasanya dilakukan untuk mengukur perbedaan sel di darah, seperti sel darah merah, sel darah
putih, dan platelet

J. Penatalaksanaan Kanker Endometrium

Untuk pengobatan standar pada penyakit kanker menurut American Cancer Society (2020)
terdiri dari pengangkatan rahim, leher rahim baik dari salurab tuba maupun ovarium, serta
limfadenektomi pada panggul dan para-aorta.

Adapun penatalaksanaannya sebagai berikut:

a. Histerektomi

Histerektomi yaitu suatu tindakan operasi pengangkatan rahim dan leher rahim. Operasi ini
dilakukan melalui sayatan diperut atau disebut dengan histerektomi abdominal. Namun jika
dilakukan pengangkatan melalui vagina maka dikenal sebagai histerektomi vaginal. Adapun
histerektomi radikal yang dilakukan ketika kanker endometrium telah menyebar hingga ke leher
rahim atau sekitar parametrium. Dalam operasi ini, seluruh Rahim (parametrium dan ligamentum
uterosakrim) serta bagian atas vagina akan diangkat (American Cancer Society, 2020)

b. Terapi Radiasi

Terapi radiasi ini menggunakan suatu radiasi berenergi tinggi (seperti sinar-x) untuk
membunuh sel kanker. Terapi ini dapat diberikan dengan dua cara untuk mengobati kanker
endometrium, seperti memasukkan bahan radioaktif kedalam tubuh atau biasa disebut terapi
radiasi internal atau brakiterapi dan dengan menggunakan mesin yang memfokuskan sinar
radiasi pada tumor atau biasa disebut terapi radiasi sinar eksternal. Untuk terapi radiasi ini
sendiri sering digunakan pada pasien setelah tindakan operasi, untuk membunuh selkanker yang
mungsin masih berada di area tubuh. Pada pasien yang tidak mampu untuk dilakukan operasi,
maka pilihan utama sebagai pengobatannya yaitu terapi radiasi ini (American Cancer Society,
2020).

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan suatu pengobatan pilihan bagi penyakit bermetastasis yaitu dengan
diberikan melalui pembuluh darah atau diminum sebagai pil. Obat ini akan masuk ke aliran
darah dan mencapai seluruh tubuh. Kemoterapi sendiri menjadi pilihan bagi pengobatan kanker
endometrium ketika telah menyebar hingga bagian luar endometrium dan bagian tubuh lainnya
serta tindakan operasi yang tidak dapat dilakukan. Obat kemo dapat diberikan pda satu hari atau
lebih dalam setiap siklusnya. Kombinasi yang paling umum yaitu carboplatin/paclitaxel dan
cisplatin/doxorubicin. Akan tetapi kemo sendiri memiliki efek samping seperti mual, muntah,
hilangnya selera makan, sariawan, rambut rontok, penurunan sel darah putih, jumlah trombosit
menurun, hingga anemia (American Cancer Society, 2020)

d. Terapi Hormon

Pengobatan ini menggunakan hormone atau obat penghambat hormone unruk mengobati
kanker. Ini sering digunakan untuk mengobatai kanker endometrium yang sudah lanjut (stadium
III atau IV) atau telah kembali setelah pengobatan (kambuh). Terapi hormone ini sering
digunakan bersamaan dengan kemoterapi. Ada beberapa macam terapi hormone yang digunakan
seperti progestin, tamoksifen, LHRH agonis dan inhibitor aromatase. Akan tetapi terapi progestin
merupakan pengobatan hormone utama yang sering digunakan, yaitu dengan menggunakan
progesterone atau obat-obatan (American Cancer Society, 2020)

Anda mungkin juga menyukai