KANKER ENDOMETRIUM
A. Pengertian
Kanker endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel
epitel primer lapisan endometrium. Kanker endometrium adalah kanker
yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim.
Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai
tempat tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-
kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa
menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. kanker endometrium
sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan
vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause.
B. Klasifikasi
Klasifikasi stadium kanker endometrium berdasarkan FIGO 2009
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ, lesiparaneoplastik seperti hyperplasia
adenomatosa endometrium atau hyperplasia endometrium atipik
I Tumor masih terbatas pada korpus uteri
IA Tumor terbatas pada endometrium (miometrium intak)
IB Invasi miometrium minimal, kurang dari separuh miometrium
IC Invasi miometrium lebih dari separuh tebal miometrium
II Proses sudah meluas ke servik, tapi tidak meluas ke atas uterus
IIA Keterlibatan kelenjar endoserviks
IIB Sudah melibatkan stroma serviks
III Tumor menyebar secara lokal dan/atau regional
IIIA Tumor menginvasi serosa korpus uteri dan/atau adneksa
IIIB Invasi ke vagina
IIIC Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau para aorta
IV Tumor menginvasi mukosa buli dan/atau usus, dan/atau
metastasis jauh
IVA Invasi ke kandung kemih dan/atau rectum
IVB Metastasis jauh, termasuk metastasis intra abdomen
dan/atau kelenjar getah bening inguinal
C. Penyebab
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker
endometrium, tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan
estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker
endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan
munculnya kanker endometrium :
1. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi
konversi androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini
ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko
utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita
dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai
resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal.
Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka
resiko menjadi 9 kali lipat.
2. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang
mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun.
3. Tidak pernah melahirkan (nuliparitas)
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik
sudah menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan.
Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium
tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan (infertilitas) lebih berperan
daripada jumlah melahirkan (paritas).
4. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon.
Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya
resiko kanker endometrium.
5. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari
jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat
rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut
neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai
sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium
sebesar 23%.
6. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml
merupakan faktor resiko keganasan endometrium. Angka kejadian
diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar
antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar
antara 17-64%.
7. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan
dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian
hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi
secara bermakna daripada populasi kontrol.
8. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka
kejadian keganasan endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara
yang sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di
Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian
keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil
disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga
terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan
endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini
tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke
Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang
pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara
barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan
endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya
9. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat
anggota keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya
sangat kecil.
10. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel
granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
E. Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam
endometrium yang merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim.
Rahim terletak di daerah panggul dan menyerupai bentuk sebuah pepaya
atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang terbentuk di
endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan
kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu
banyak, yang merupakan hormon wanita. Ini adalah ovarium yang
memproduksi estrogen, tetapi mereka juga memproduksi hormon lain
yang disebut progesteron yang membantu untuk menyeimbangkan
estrogen. Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak
estrogen yang diproduksi akan menyebabkan endometrium tumbuh,
sehingga meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada faktor lain yang
meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan
lemak dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan
dengan asupan tinggi lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas,
bersama dengan makanan olahan dan gula halus adalah nomor satu
penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari terutama oleh mereka
yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah melalui
menopause, tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker
payudara, atau sering mengkonsumsi makanan dengan lemak tinggi.
Sebagian besar karsinoma endometrium timbul sebagai massa
polipoid yang menjalar seperti fungus di dalam rongga endometrium.
Uterus seringkali membesar secara tidak simetris. Invasi ke dalam
miometrium terjadi secara dini. Secara mikroskopis, sebagian besar
karsinoma endometrium yang berupa adenokarsinoma berdiferensiasi baik
dengan kelenjar-kelenjar tak beraturan yang dilapisi oleh sel-sel silindris
ganas.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau
bercak. Pendarahan atau bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker,
tetapi ide yang baik untuk segera memeriksakan ke dokter agar diperiksa
lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker endometrium adalah penurunan
berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang air kecil dan nyeri
selama hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita yang
telah melewati menopause.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pap Smear
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias
Papanikolaou, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh
human papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya
di periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk mendapatkan sampel
adalah dengan aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy)
menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang digunakan adalah novak,
serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman),
probet (Hidayat: 2009).
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal,
hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium
I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Angka
ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium menurun
20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil
ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel
kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi
penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau
2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
3. Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh
tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat lain. Tujuan Kemoterapi:
a) Membunuh sel-sel kanker.
b) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
c) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi: nama pasien, alamat, umur, no RM, tanggal MRS, jenis
kelamin, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan paling utama seperti adanya nyeri
pada abdomen, perdarahan yang abnormal, keputihan yang
abnormal.
b. Riwayat penyakit sekarang
yaitu keluhan sampai saat klien pergi kerumah sakit seperti
terjadinya pendarahan pervaginam diluar siklus haid, pendarahan
post koitus, nyeri pada abdomen, amenorrhoe dan hipernorrhoe,
pengeluaran cairan vagina yang berbau.
c. Riwayat penyakit tedahulu
penyakit yang berhubungan dengan kanker seperti
endodermis, diabetes, hipertensi, jantung, mioma. Dikaji juga
tentang penggunaan estrogen lebih dari 3 tahun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti kanker, diabetes militus,
penyakit jantung,hipertensi, stroke.
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche : Usia menarche dini (<12 tahun) berkaitan dengan
meningkatnya risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu
konsisten.
b. Siklus : dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih
panjang (banyak atau bercak)
c. Jumlah : lebih banyak
d. Lamanya : dapat memanjang
e. Sifat Darah : encer atau bergumpal
f. Teratur / tidak : mengalami perubahan
g. Dismenorhea : dapat terjadi
h. Fluor albus : berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah
i. HPHT :
4. Riwayat psikososial
tentang penerimaan klien terhadap penyakitnya serta harapan
terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap klien dari sumber keuangan. Konsep diri klien
meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah klien
yang murung atau sedih serta keluhan klien yang merasa tidak berguna
atau menyusahkan orang lain.
5. Riwayat kebiasaan sehari-hari
meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas klien
sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum, meliputi : kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, suhu, tinggi
badan, dan berat badan.
2. Inspeksi :
a. Kepala : Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
b. Mata : Konjungtiva pucat, icterus pada skelera.
c. Leher : Pembesaran kelenjar limfe, bendungan vena jugularis.
d. Payudara : Kesimetrisan, bentuk adanya massa.
e. Dada : Kesimetrian, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada
inspirasi, frekuensi pernafasan.
f. Abdomen : Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran
vena-vena abdomen, nampak pembesaran, striae.
g. Genetalia : Sekret, keputihan, peradangan, pendaahan, lesi.
h. Ekstermitas : Oedema, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
3. Palpasi :
a. Leher : pembesaran kelenjar limfe leher dan kelenjar limfe sub
mandibularis.
b. Payudara : teraba massa abnormal, nyeri tekan.
c. Abdomen : teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,
5. Auskultasi :
Abdomen, meliputi peristaltik usus, bising aorta abdominalis,
6. Riwayat psikososial klien meliputi reaksi emosional setelah diagnosa
penyakit diketahui : ibu menginginkan mendapatkan pertolongan dokter.
7. Pola kegiatan sehari-hari meliputi : kebiasaan makanan, pemenuhan
kebutuhan nutrisi, eliminasi (BAB/BAK) aktivitas klien sehari-hari,
pemenuhan kebetuhan istirahat dan tidur, rekreasi dan olah raga.
C. Masalah keperawatan
1. Nyeri
2. Ansietas
3. Kurang pengetahuan
4. Gangguan citra tubuh
D. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri Setelah diberikan asuhanNIC:
Defenisi: keperawatn selama x24 jama. Lakukan pengkajian yang
pengalaman diharapkan nyeri pasien teratasi. komprehensif terhadap nyeri, meliputi
sensori danNOC: lokasi, karasteristik, onset/durasi,
emosional yang Pain level frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
tidak Pain control serta faktor-faktor yang dapat memicu
menyenangkan Comfort level nyeri.
yang munculKriteria hasil b. Observasi tanda-tanda non verbal atau
akibat kerusakan a. Klien tidak mengeluh isyarat dari ketidaknyamanan.
jarinbgan yang nyeri. c. Gunakan strategi komunikasi
aktual atau b. Klien tidak merintih terapeutik dalam mengkaji
potensial atau kesakitan pengalaman nyeri dan menyampaikan
digambarkan c. Klien tidak gelisah penerimaan terhadap respon klien
dalam hal d. Wajah klien tampak relaks terhadap nyeri.
kerusakan e. RR dalam batas normal (16- Kaji tanda-tanda vital klien.
d.
sedemikian rupa. 20 kali/menit) e. Kaji pengetahuan dan pengalaman
f. Nadi dalam batas normal klien terhadap nyeri klien.
(60-100 kali/menit) f. Diskusikan bersama klien mengenai
faktor-faktor yang dapat memperburuk
nyeri klien.
g. Evaluasi bersama klien dan tim medis
mengenai riwayat keefektifan
intervensi nyeri yang pernah diberikan
pada klien.
h. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan,
seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
i. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri non farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
j. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
sesuai indikasi.
2 Ansietas Setelah diberikan asuhanNIC:
Defenisi: keperawatn selama x24 jama. gunakan pendekatan yang
perasaan tidakdiharapkan kecemasan pasien menenangkan
nyaman atauteratasi. b. nyatakan dengan jelas harapan
kekwatiran yangNOC: terhadap perilaku pasien
samar disertai Anxiety self control c. jelaskan semua prosedur dan apa yang
respon autonom Anxiety level dirasakan selama prosedur
(sumber sering coping d. pahami prespektif pasien terhadap
kali tidak spesifikkriteria hasil: situasi stres
atau tidak klien mampu temani pasien untuk memberikan
e.
diketahui oleh mengidentifikasikan dan keamanan dan mengurangi takut
individu), mengungkapkan gejalaf. dorong keluarga untuk menemani anak
perasaan takut cemas. g. bantu pasien mengenal situasi yang
yang disebabkan Mengidentidikasi, dan menimbulkan kecemasan
oleh antisipasi menunjukkan teknikh. identifikasi tingkat kecemasan
terhadap bahaya. untuk mengontroli. dorong pasien untuk mengungkjapkan
cemas. perasaan, ketakutan, persepsi.
Vital sign dalam batas Instruksikan pasien menggunakan
j.
normal teknik relaksasi
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA