b. Fisiologi Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan
oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa ke dalam
arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh
oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli
dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui
hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau
pernafasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari
setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan
paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih
banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau
sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam
arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan, dengan penambahan
ventilasi maka terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.
3. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain
kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberculosis. (Soeparman, 1999)
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu yang sistem
imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)
4. Tanda dan Gejala
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40 – 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah muncul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan,
berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus.
5. Fatofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan
yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka
hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif.
Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap
infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk
mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons selular
melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami
perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah
dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan
parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)
6. Pathway Tuberculosis Paru
Mycobacterium menetap/dormant
Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman
Premonia Kecil/sarang
primer
Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru
Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura
Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Batuk Pembuluh
Malaise darah pecah
Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga, BTA (+)
BTA (-) atau
tidak tahu, BTA
tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi buruk
badan/keadaan merah (KMS) (Bb/U < 60%)
gizi (menurut atau BB/U <
KMS) 80%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1cm , jumlah
kelenjar limfe ≥ 1, tidak
leher. Axila, nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor ≥ 6, ( scor maksimal 13)
8. Komplikasi
a. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila
fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar.
Pencarian dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai
dengan sejumlah besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debris
nekrotik kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran
intrapulmonal lebih lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula
keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang
tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi
beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel
subependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa
berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus vertebra
menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi
tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak terapi
antituberkulosis tersedia.
9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari
per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9
bulan.
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per
oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35
mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali
sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang
masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15
mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan
pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis
tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk.
b. Non farmakologi
1) Melakukan postural drainase
2) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar
tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4) memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis
kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan,
dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi PQRST
(palliative, quantitatif, region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan gejala
klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar
seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula
2. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.
3. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang
lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah
berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat
pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti
apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui,
agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui.
Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada bagian
apa, atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau
makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya,
apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di
bawa berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.
g. Imunisasi
Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri
yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun
lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada
imunisasi pasif
Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi
tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau
serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat
sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak
bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam
dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau
panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau
tidak, simetris tidak.
e. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
f. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan
atau tidak, uji pendengaran anak
g. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula.
h. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak)
i. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada
kelemahan
k. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk,
skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga (seperti
kursi)
Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenal
gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-balok
bangunan secara konstruktif.
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya
batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi
yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
3. Intervensi keperawatan
Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, 1. Untuk mengetahui tingkat sakit dan
tidak efektif keperawatan selama .......x24 jam, kecepatan, kedalaman dan tindakan apa yang harus dilakukan
berhubungan dengan bersihan jalan napas efektif dengan penggunaan otot aksesori.
secret kental, upaya kriteria : 2. Catat kemampuan untuk 2. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan
batuk buruk. Sekret berkurang sampai dengan mengeluarkan secret atau batuk pasien
hilang efektif, catat karakter, jumlah
0-2 bulan : 50 s/d < 60 x/menit 3. Berikan pasien posisi semi atau 3. Semi fowler memudahkan pasien untuk
Hiperthermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 1. Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
berhubungan dengan keperawatan selama ......x24 jam, suhu fungsi tubuh ( adanya infeksi)
proses peradangan tubuh kembali normal, dengan kriteria 2. Berikan kompres hangat 2. merangsang pusat pengatur panas untuk
hasil : menurunkan produksi panas tubuh
Suhu tubuh 36-37,5 C o 3. Kolaborasi pemberian antipirektik 3. Kolaborasi pemberian antipirektik
Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Perubahan nurisi kurang setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB menggambarkan status gizi pasien
dari kebutuhan tubuh selama ........x 24 jam, kebutuhan 2. Sajikan makanan dalam porsi kecil 2. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit
berhubungan dengan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil : tapi sering dan mencegah muntah
anoreksia Nafsu makan meningkat 3. Sajikan makanan yang dapat 3. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu
BB meningkat atau normal sesuai menimbulkan selera makan makan pasien
umur 4. Berikan makanan tinggi TKTP 4. Protein mempengaruhi tekanan osmotik
(tinggi kalori tinggi protein) pembuluh darah
5. Jelaskan kepada keluarga tentang 5. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
penyebab malnutrisi, kebutuhan penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pemulihan klien sehingga dapat meneruskan
pengolahan makanan sehat upaya terapi diet yang telah diberikan
seimbang, tunjukkan contoh jenis selama hospitalisasi.
sumber makanan ekonomis sesuai
status sosial ekonomi klien.
6. Laksanakan pemberian roboransia 6. Roborans, meningkatkan nafsu makan,
sesuai program terapi. proses absorbsi dan memenuhi defisit yang
menyertai keadaan malnutrisi.
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji patologi penyakit dan potensial 1. Membantu klien/keluarga agar mau
penyebaran infeksi pada selama .........x24 jam, penyebaran penyebaran infeksi melalui droplet mengerti dan menerima terhadap terapi
diri sendiri maupun infeksi tidak terjadi, dengan kriteria yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
orang lain berhubungan hasil : 2. Identifikasi orag lain yang beresiko 2. Pengetahuan dan terapi dapat
dengan virulensi Klien/keluarga dapat (anggota keluarga/teman) meminimalkan kerentanan terjadinya
kuman, pertahanan mengidentifikasi tindakan untuk penyebaran
primer tidak adekuat, mencegah/menurunkan resiko 3. Anjurkan klien untuk batuk / bersin 3. Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya
kurang pengetahuan infeksi. pada tisu dan menghindari meludah penularan infeksi.
untuk menghindari Klien/keluarga menunjukkan 4. Lakukan tindakan isolasi sebagai 4. Mencegah infeksi yang bersumber dari
pemajanan pathogen. perubahan pola hidup untuk pencegahan susceptible host
meningkatkan lingkungan yang 5. Pertahankan teknik aseptic saat 5. Mencegah terjadinya cross infection
aman. melakukan tindakan perawatan
6. Beritahu klien dan keluarga tentang 6. Pengobatan tuntas sangat penting untuk
pentingnya pengobatan yang tuntas mencegah resistensi kuman terhadap abat
7. Kolaborasi pemberian obat anti 7. Untuk membunuh kuman TBC
tuberculosis
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mengenai kondisi, selama .........x24 jam, pengetahuan keluarga pasien sampai mana
aturan tindakan dan klien/keluarga meningkat, dengan 2. Berikan pendidikan kesehatan 2. Agar keluarga pasien mengetahui dan tidak
pencegahan penyakit kriteria hasil : berkaitan dengan penyakit pasien cemas
berhubungan dengan Klien/keluarga memahami proses 3. Jelaskan setiap tindakan keperawatan 3. Untuk mengurangi kecemasan keluarga
kurang/tidak lengkap penyakit dan kebutuhan yang akan dilakukan pasien
informasi yang ada. pengobatan
Klien/keluarga melakukan
perubahan pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan
Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan 1. Dapat menurunkan stress
keluarga berhubungan selama .........x24 jam, terjadi orang tua untuk informasi dan
dengan hospitalisasi pengurangan ansietas keluarga, dengan dukungan
anak kriteria hasil : 2. Gali perasaan dan masalah seputar 2. Memudahkan dalam pemilihan intervensi
Kecemasan keluarga berkurang hospitalisasi dan penyakit anak
Secara verbal keluarga mengatakan 3. Berikan informasi seputar kesehatan 3. Untuk menurunkan ansietas yang dialami
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC;
1999.
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2001.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001.