b. Fisiologi Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini
dipompa ke dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95
persen jenuh oksigen.
3. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain
kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberculosis. (Soeparman, 2015)
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu yang sistem
imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2014)
4. Tanda dan Gejala
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (2015) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40 – 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non-produktif) kemudian setelah muncul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu
makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
malam.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.
5. Fatofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan
peradangan yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel
T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih
untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons
selular melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh
sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut.
Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang
dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai,
bahan mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat
memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke
orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan
hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa
masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta
reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan
jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)
6. Pathway Tuberculosis Paru
Mycobacterium menetap/dormant
Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman
Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru
Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura
Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Batuk Pembuluh
Malaise darah pecah
Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)
keluarga, BTA
(-) atau tidak
tahu, BTA tidak
jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi
badan/keadaan merah (KMS) buruk (Bb/U <
gizi (menurut atau BB/U < 60%)
KMS) 80%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1cm , jumlah
kelenjar limfe ≥ 1, tidak
leher. Axila, nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor ≥ 6, ( scor maksimal 13)
8. Komplikasi
a. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila
fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang
besar. Pencarian dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang
disertai dengan sejumlah besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan
debris nekrotik kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran
intrapulmonal lebih lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula
keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau
limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang
tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi
beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel
subependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa
berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus vertebra
menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi
tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak terapi
antituberkulosis tersedia.
9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari
per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9
bulan.
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang
aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH
10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35
mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1
kali sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis
yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15
mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan
pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis
tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk.
b. Non farmakologi
1) Melakukan postural drainase
2) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien
agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4) memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis
kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua,
pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi
PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan
gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat
kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula
2. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama
hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.
3. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-
sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah
pernah berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai
membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya
parah atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui,
agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui.
Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada
bagian apa, atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau
makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya,
apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di
bawa berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.
g. Imunisasi
Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri
yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun
lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada
imunisasi pasif
Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan
tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan
bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat
sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak
bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam
dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam
atau panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat
badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret
atau tidak, simetris tidak.
e. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
f. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada
cairan atau tidak, uji pendengaran anak
g. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula.
h. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan
suara pekak)
i. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada
kelemahan
k. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk,
skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenal
gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-balok
bangunan secara konstruktif.
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya
batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat,
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi
yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
3. Intervensi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2014.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC;
2013.
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2015.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2013.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2015.