Oleh :
Atikatsani Latifah
NIM 115070200111023
1. Pengertian TBC
Menurut (Niluh Gede Yasmin Asih, 2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan
asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri, 2007)
tuberkulosis paru paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini juga dapat
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus linfe.
Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi
saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium
tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari
satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus,
kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar
yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui lesi kulit.
Menurut (Chris Brooker, 2009) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa kronik
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu basil tahan
asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan mikobakterium altipis misalnya
M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
Menurut (Diane C. Baughman, 2000) tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi.
2. Etiologi / Penyebab TBC
Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1 4 mm dengan tebal 0,3 0,6 mm. Sebagian besar komponen M.
Tuberkulosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam
serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.
Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru paru yang kandungan oksigennya
tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka dari itu; disaring,
dihangatkan, dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan
epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblek dan kelenjar serosa.
Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat
dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan
mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung,
dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sinilah
lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan
untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplay ke udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedimikian rupa sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu,
bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. Udara mengalir
dari faring menuju laring atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang
rawan yang dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara
terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan
glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah.
Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya sebagai
organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,
penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang
berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam
esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka larynx
yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret
keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang
rawan yang berbentu seperti sepatu 5 inchi. Struktur kuda yang panjangnya trachea
dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan
pohon tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama
bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena banyak
mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk, kalau
saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus
kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan lanjutan trachea, yang arahnya hampir
vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan
trachea yang dengan sudut yang lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama
bronchus kanan kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah
jalan, maka tidak masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segumen
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil yang
dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang
mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah tingkat bronchiolus terminalis
disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-gas di luar bronchiolus
terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru tempat
pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang kadang-kadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari dinding mereka, puletus
alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan saccus alveolus hanya mempunyai
satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya lebih kecil dibandingkan dengan tebal
garis tengah sel darah merah. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus
dengan luas permukaan seluas lapangan tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat
lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang dapat mengurangi tegangan permukaan
dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada
alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam
rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paruparu dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru-paru. Diantara pleura parietal dan pleura viceral,
terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan
thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah yaitu
1.) Arteri bronkhialis.
2.) Arteri pulmonalis.
3. Manifestasi Klinis TBC
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada
individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat timbul
pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan
oleh basil.
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis
berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini
dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada
Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih
sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan
menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai
berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah
akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya
pembuluh darah.
d. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan
proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot
f.
untuk
penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
Gambaran klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorakx, anemia dan
lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik, meliputi :
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise.
4. Cara Penularan TBC
Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 24 bulan, obat relatif
murah.
Pengobatan intensif : setiap hari 1 3 bulan INH +, Rifampicin + Streptomicyn
- Obat Sekunder
1. Isoniazid (H)
1. Ekonamid
2. Rifampisin (R)
2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z)
3. Sikloserin
4. Streptomisin
4. Kanamisin
5. Etambutol (E)
Lama
(H) / day
R day
Z day
F day
Jumlah
Hari X
Nelan Obat
Intensif
2 bulan
60
Lanjutan
4 bulan
54
Intensif
Lama
(H)
Strep.
Jumlah
@30
@450
@500
@50
Injeksi
Hari X
mg
mg
250
Nelan
mg
-
Obat
60
mg
1
mg
3
bulan
0,5 %
30
1
Lanjuta
bulan
5
bulan
66
Lama
Intensif
2 bulan
Lanjutan
4 bulan
300
R@450mg
P@500mg
Hari
mg
1
Obat
60
54
Nelan
3 x week
OAT sisipan (HRZE)
Tahap
Intensif
Lama
1 bulan
E day
Nelan X
@300mg
@450
@500mg
@250mg
Hari
mg
1
30
(dosis
harian)
Efek samping OAT dapat dibagi menjadi efek samping ringan dan berat.
Efek samping ringan
EFEK SAMPING
PENYEBAB
PENATALAKSANAAN
Rifampisin
Nyeri sendi
Pirasinamid
Beri aspirin
INH
Beri vitamin B6
(piridoksin) 100mg per
hari
Rifampisin
PENYEBAB
PENATALAKSANAAN
Ikuti petunjuk
penatalaksanaan di
bawah *)
Tuli
Streptomisin
Streptomisin dihentikan
Gangguan
keseimbangan
Streptomisin
Streptomisin dihentikan,
ganti Etambutol
Gangguan penglihatan
Etambutol
Hentikan Etambutol
Rifampisin
Hentikan Rifampisin
Warna kemerahan
pada air seni (urine)
H. Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobataan :
a.
Obat
b.
c.
Drop out
Penyakit
Malas berobat
I.
Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih
sensitif.
Sebelum terjadi pada diri kita sebaiknya kita melakukan pencegahan, agar kita bisa
terhindar dari penyakit TBC tersebut. Adapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:
Tidak meludah disembarang tempat, usahakan meludah ditempat yang terkena sinar
matahari atau ditempat sampah.
Ketika ada seseorang ingin batuk atau bersin sebaiknya anda menutup mulut untuk
menjaga terjadinya penularan penyakit.
Kesehatan badan harus sering di jaga supaya sistem imun senangtiasa terjaga dan
kuat.
Jangan terlalu sering begadang karena kurang istirahat akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh.
Jemur tempat tidur bagi penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila
terkena dengan sinar matahari.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
: Oktober 2012
No. RM
Triage
: P1/ P2/ P3
Transportasi
Identitas
Tgl/ Jam
:14045
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 27 Tahun
Alamat
Agama
: Hindu
Pendidikan
: Tamat SMA
Sumber Informasi
Pekerjaan
Keluhan Utama
Sesak
nafas
&
Tidak Paten
Cairan
: Lidah
AIRWAY
Muntahan Darah
Oedema
Snoring
Suara Nafas :
Gurgling
Stridor
Tidak ada
Keluhan Lain: ... ...
Masalah Keperawatan:
BREATHING
Nafas
: Spontan
Tidak Spontan
Irama Nafas
Asimetris
Dangkal
Normal
Pola Nafas
Jenis
Wheezing
: Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Sesak Nafas
Tidak Ada
Lain
Ronchi
Masalah Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
Nadi
: Teraba
Tidak teraba
N: 130x/mnt
CIRCULATION
: Ya
Tidak
Sianosis
: Ya
Tidak
CRT
Akral
: Hangat
Pendarahan :
Turgor
: Elastis
Diaphoresis: Ya
Dingin
S:35C
Tidak ada
Lambat
Tidak
DISABILITY
: Eye 2
Verbal 2
Motorik 3
Pupil
: Isokor
Unisokor
Pinpoint
Medriasis
Tidak Ada
EXPOSURE
Deformitas
Ya
Tidak
Contusio
: Ya
Tidak
Abrasi
: Ya
Tidak
Lokasi :
Penetrasi
: Ya
Tidak
Laserasi
: Ya
Tidak
Edema
: Ya
Tidak
Tidak
Luka Bakar : Ya
Grade : .
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka
: .
: ... ...
FIVE INTERVENSI
Sinus Takikardi
Saturasi O2 : 85%
Kateter Urine : Ada
Tidak
Tidak
Nyeri : Ada
GIVE COMFORT
Problem
: ... ...
: ... ...
Skala
: ... ...
Timing
: ... ...
Lain-lain
: ... ...
Masalah Keperawatan: -
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit
(H 10 SAMPLE
dikeluhkan
semakin
memberat
dan
penurunan kesadaran
Sign/ Tanda Gejala
Allergi
Medication/ Pengobatan
: Tuberkulosis Paru
Leher
Dada
Ekstremitas
2.
Jejas
Ada
Tidak
Deformitas
Ada
Tidak
Tenderness
Ada
Tidak
Crepitasi
Ada
Tidak
Laserasi
Ada
Tidak
Lain-lain
: ... ...
Masalah Keperawatan: -
Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental atau sekresi yang berlebihan sekunder akibat TBC ditandai
dengan batuk tak efektif, ketidakmampuan untuk mengeluarkan
sekresi jalan napas, bunyi napas ronchi, RR> 20 x/menit, irama dan
kedalaman napas abnormal.
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru sekunder akibat penumpukan cairan ditandai dengan dispnea,
Volume
Cairan
berhubungan
dengan
peningkatan
perfusi
jaringan
serebral
berhubungan
dengan
DX Keperawatan
Tujuan
Bersihan jalan
Setelah
diberikan
berhubungan
asuhan
dengan sekresi
keperawatan
selama ... x 24
sekresi yang
jam diharapkan
berlebihan
bersihan jalan
sekunder akibat
napas klien
TBC ditandai
efektif dengan
outcome
efektif,
ketidakmampuan
untuk
mengeluarkan
sekresi jalan
napas, bunyi napas
ronchi, RR> 20
x/menit, irama dan
kedalaman napas
abnormal.
Intervensi
Mandiri :
- Lakukan suction
penurunan bunyi
mengeluarkan
- klien dapat
batuk efektif
- bunyi nafas
normal, tidak
Membantu
membersihkan
- klien mampu
sekret
Rasional
kaji fungsi
pernafasan
(bunyi nafas,
kecepatan
nafas, dan
kedalaman)
nafas dapat
menimbulkan
atelektasis. Ronki,
mengi
menunjukkan
akumulasi sekret /
ketidakmampuan
ada ronchi,
membersihkan
mengi dan
stridor
dapat menimbulkan
peningkatan kerja
- tidak ada
pernafasan.
dipsnea
- RR dalam
batas normal
Pengeluaran sulit
(12-20
x/menit),
tebal. Sputum
irama dan
berdarah kental /
kedalaman
napas normal.
catat
darah cerah
kemampuan
diakibatkan oleh
untuk
kerusakan paru
mengeluarkan
mukosa / batuk
efektif (catat
karakter, jumlah
sputum, adanya
hemoptisis)
Posisi membantu
memaksimalkan
ekspansi paru dan
berikan pasien
menurunkan upaya
posisi semi
pernafasan. Latihan
fowler dan
nafas dalam
bantu pasien
membuka area
atelektasis dan
latihan nafas
meningkatkan
dalam
gerakan sekret ke
dalam jalan nafas
besar untuk
dikeluarkan.
Mencegah aspirasi /
obstruksi.
Penghisapan
dilakukan jika
bersihkan sekret
pasien tidak
mampu
trakea
mengeluarkan
(penghisapan
sekret
sesuai
keperluan)
Membantu
-
lakukan
fisioterapi dada
mengeluarkan
dahak
Kolaborasi :
-
lembabkan
Mencegah
udara / oksigen
pengeringan
inspirasi
mukosa dan
membantu
pengenceran
sekret.
beri obat-obatan
sesuai indikasi
mukolitik
(contoh
asetilsistein)
Mukolitik
menurunkan
kekentalan sekret /
sputum sehingga
mudah untuk
dikeluarkan.
Bronkodilator
bronkodilator
(contoh
okstrifilin)
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.
Berguna pada saat
kortikosteroid
(prednison)
2.
respon inflamasi
mengancam hidup.
Ketidakefektifan
Setelah diberikan
pola napas
asuhan
frekuensi dan
mengkaji
berhubungan
keperawatan
kedalaman
kualitas,
dengan penurunan
pernafasan,
frekuensi dan
diharapkan pola
laporkan
kedalaman
setiap
pernafasan, kita
perubahan
dapat
yang terjadi.
mengetahui
ekspansi paru
sekunder akibat
penumpukan
cairan ditandai
dengan dispnea,
RR>20 x/menit,
napas efektif
dengan kriteria
hasil :
adanya
penggunaan otot
irama napas tidak
frekuensi dan
Baringkan
kedalaman
pasien dalam
dalam
teratur.
posisi yang
perubahan
kondisi pasien.
batas
memperluas
dalam posisi
daerah dada
duduk, dengan
(RR=12-20
sehingga
kepala tempat
x/menit).
ekspansi paru
tidur
Pada
bisa maksimal.
ditinggikan 60
pemeriksaan
Penurunan
diafragma
nyaman,
normal
Dengan
sejauh mana
Irama,
pernafasan
bantu pernapasan,
Kaji kualitas,
90 derajat.
sinar X dada
tidak
ditemukan
Observasi
tanda-tanda
Peningkatan
RR dan
adanya
vital (suhu,
tachcardi
akumulasi
nadi, tekanan
merupakan
cairan.
darah, RR dan
indikasi adanya
respon
penurunan
pasien).
fungsi paru.
Bunyi
nafas
vesikuler
Tidak ada
penggunaan
otot bantu
Kolaborasi
oksigen dapat
dengan tim
menurunkan
beban
pernafasan dan
pemberian O2
pernapasan
Pemberian
mencegah
dan obat-obatan
terjadinya
sianosis akibat
hiponia. Dengan
foto thorax
dapat dimonitor
kemajuan dari
berkurangnya
cairan dan
kembalinya
daya kembang
paru.
3.
Kekurangan
Volume cairan
berhubungan
dengan kehilangan
volume cairan aktif
ditandai dengan
Klien tampak lmah
Klien tampak
pucat,TD : 90/50
mmHg,Nadi
130x/menit teraba
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama...x24
jam diharapkan
status
neurologis klien
membaik
dengan kriteria
Pasang 2 line
IV
dengan
cairan
IV
normal
Salin
atau RL secara
cepat
Lalukan
Pemasangan
Kateter urine,
Resusitasi cairan
penting
untuk
mengembalikan
keadekuatan
volume
Perubahan tekanan
darah dan nadi
dapat digunakan
untuk perkiraan
lemah,RR
20x/menit,Suhu
35 C ,CRT > 2
detik, Akral dingin,
Turgor lambat,
Diaphoresis, Wajah
pucat
hasil:
- Mukosa bibir
lembab
- Turgor kulit
normal
- CRT < 2 detik
- TTV dalam
keadaan
normal
TD
110-140/6090mmHg
Nadi
Pantau
kasar kehilangan
masukan dan darah.
haluaran,
karakter,
perkiraan
Memberikan
kehilangan
informasi
yang
tak
tentang
terlihat, misal
keseimbangan
berkeringat,
cairan sebagai
ukur
berat
pedoman untuk
jenis
urine,
penggantian
observasi
cairan.
oliguria
Pantau tanda tanda vital.
tekanan darah
60-100x/menit
RR
Perubahan
dan nadi dapat
digunakan untuk
16-24x/menit
perkiraan kasar
Suhu :
kehilangan
darah
36,5-37,50C
- Output urine
dalam batas
normal :
dewasa = 0,51 cc / kg /
jam ; pediatrik
=1-2cc/kg/jam
- Tidak terjadi
oliguria
maupun
anuria
4.
Kerusakan
Setelah
pertukaran gas
diberikan
berhubungan
asuhan
dengan penurunan
keperawatan
kapasitas difusi
selama .. x 24
Mandiri
- kaji dispnea,
TB paru
takipnea, tak
menyebabkan efek
normal /
paru ditandai
jam diharapkan
menurunnya
bagian kecil
dengan adanya
kerusakan
bunyi nafas,
bronkopneumonia
dispneu saat
membran
peningkatan
sampai inflamasi
melakukan
alveolar klien
upaya
difusi luas,
aktivitas, SaO2
dapat teratasi
pernafasan,
nekrosis, effusi
<95%, pH asam
dengan
terbatasnya
outcome :
ekspansi dinding
luas. Efek
dada, dan
pernafasan dapat
kelelahan
dalam batas
normal (PCO2 : 3545 mmHg, PO2 :
95-100 mmH
- klien tidak
mengalami
dispnea saat
melakukan
distres pernafasan.
aktivitas
- kilen tidak
mengalami
Akumulasi sekret /
kelelahan
- evaluasi
- SaO2 dalam
perubahan pada
batas normal
tingkat
(>95%), pH
kesadaran.
darah netral
Catat sianosis
(7,35-7,5)
dan atau
PO2 (80-100)
perubahan pada
-
pengaruh jalan
nafas dapat
mengganggu
oksigenasi organ
vital dan jaringan.
warna kulit,
termasuk
pasien
membran mukos
dan kuku.
Menurunkan
konsumsi oksigen
- tingkatkan tirah
atau kebutuhan
baring / batasi
selama periode
aktivitas dan
penurunan
bantu aktivitas
pernafasan dapat
perawatan diri
menurunkan
sesuai
beratnya gejala.
keperluan.
Kolaborasi
- Monitor GDA
Menurunnya
saturasi oksigen
(PaO2) atau
meningkatnya
PaC02
menunjukkan
perlunya
penanganan yang
lebih. adekuat atau
perubahan terapi.
Membantu
- berikan oksigen
tambahan yang
sesuai
mengoreksi
hipoksemia yang
terjadi sekunder
hipoventilasi dan
penurunan
permukaan alveolar
paru.
5.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan penurunan
aliran darah ke
serebral ditandai
dengan klien
mengeluh pusing,
tekanan darah
klien 90/60mmHg,
nadi klien
124x/menit, nadi
teraba lemah, RR
klien 20x/menit,
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama...x24
jam diharapkan
status
neurologis klien
membaik
dengan kriteria
hasil:
-
Pusing, skala
5 (none)
Status
Mandiri :
Pertahankan
mempertahanka
n
kepatenan
jalan
nafas
kepatenan
bertujuan untuk
jalan nafas.
mencegah
terputusnya
aliran oksigen ke
otak
sehingga
mencegah
terjadinya
hipoksia
3.
kongnitif,
skala 5 (not
compromise
d)
Tekanan
darah dalam
batas
normal
120/80
mmHg, skala
5 (not
compromise
d)
Nadi dalam
batas
normal (60100x/menit),
skala 5 (not
compromise
d)
RR dalam
batas
normal,
skala 5 (not
compromise
d)
Suhu tubuh
dalam batas
normal (3637) 0,5 C,
skala 5 (not
compromise
d)
oksigen.
untuk
mempertahanka
n masukan
oksigen adekuat
sesuai dengan
kebutuhan.
memonitor
tanda-tanda
vital
penting
untuk
mengetahui
keadaan umum
dan
status
keefektifan
perfusi jaringan.
Adanya
bradikardi dapat
terjadi sebagai
akibat adanya
kerusakan otak
jaringan otak.
Monitor aliran
Monitor
kualitas
dan
frekuensi nadi
Evaluasi
Evaluasi dibuat berdasarkan kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner dan
Suddart. Jakarta : EGC
Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1 & 2.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta.
Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : FKUI.
Price, S., & Wilson. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi.2.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.