Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
serta rahmat-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
judul Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Indera Pengecapan dengan
baik.
Tujuan dari penulisan makalah ini agar kita sebagai mahasiswa dapat memahami
konsep dasar gangguan indera pengecapan serta asuhan keperawatan gangguan indera
pengecapan.
Kami berterimakasih kepada dosen mata kuliah keperawatan gerontik yang telah
memberikan kami tugas ini dan teman teman kelompok yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pengecapan dapat terjadi apabila terdapat suatu bahan yang dapat
merubah sensitivitas rasa sehingga lidah tidak dapat mendeteksi rasa dengan benar.
Gangguan pengecapan adalah gangguan rasa manis, asam, asin, dan pahit. Hal ini
menyebabkan nafsu makan menurun sehingga tidak jarang mengakibatkan defisiensi
protein dan kalori. Pengecapan dapat berkurang sedikit, hilang sama sekali, atau
timbul rasa baru, disebut metallic medicinal.
Pada proses penuaan normal dapat menyebabkan berkurangnya rasa pengecapan
akibat perubahan pada membran sel-sel pengecapan. Pada awal kelahiran, manusia
memiliki 10.000 taste bud, tetapi setelah usia 50 tahun, taste bud akan mengalami
penurunan fungsi bahkan banyak yang mengalami kematian sehingga taste bud
berkurang. Selain itu, pada usia lanjut produksi saliva berkurang yang dapat
menyebabkan mukosa rongga mulut menjadi kering dan rentan terhadap gesekan.
Gesekan ini akan menambah dampak pengurangan taste bud pada usia lanjut. Akibat
proses penuaan normal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengecapan
berupa ageusia dan hipogeusia.
Pada makalah ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan gangguan pengecapan
pada lansia.
B. Perumusan Masalah
1. Penjelasan Konsep Dasar Medis
2. Penjelasan Konsep Asuhan Keperawata
C. Tujuan
1
1. Agar kita sebagai mahasiswa memahami tentang konsep medis dan konsep asuhan
keperawatan gangguan indera pengecapan.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik
3. Sebagai pedoman dalam pembuatan asuhan keperawatan dengan gangguan indera
pengecapan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Gangguan pengecapan dapat terjadi apabila terdapat suatu bahan yang dapat
merubah sensitivitas rasa sehingga lidah tidak dapat mendeteksi rasa dengan benar.
Selain itu, gangguan pengecapan dapat disebabkan karena adanya destruksi dari taste
bud. Gangguan pengecapan adalah gangguan rasa manis, asam, asin, dan pahit. Hal ini
menyebabkan nafsu makan menurun sehingga tidak jarang mengakibatkan defisiensi
protein dan kalori. Pengecapan dapat berkurang sedikit, hilang sama sekali, atau
timbul rasa baru, disebut metallic medicinal.
2. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya gangguan pengecapan, sebagai berikut :
1. Drug induced dapat menyebabkan ageusia dan phantogeusia.
Misalnya : penisilamin, griseofulvin, metronidazole, dan litium karbonat.
2. Post influenza like hipogeusia dan hiposmia
Gangguan penciuman dan pengecapan selama mengidap penyakit saluran napas.
3. Acute zinc loss
Zinc merupakan kofaktor pembentukan alkaline fosfatase, enzim yang banyak pada
membran taste bud. Defisiensi zinc dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pengecapan berupa ageusia dan hipogeusia.
4. Lesi atau cedera pada mukosa lidah, taste bud, atau saraf kranial ke batang otak.
Kerusakan N. IX (N. glosofaringeus) mengakibatkan gangguan pengecapan 1/3
posterior lidah, menyebabkan ageusia, disgeusia, dan hipogeusia.
5. Gangguan produksi saliva, sangat berpengaruh dalam hal pengecapan. Suatu zat
makanan hanya dapat dinikmati rasanya jika larut dalam saliva. Melalui taste pores
suatu zat dapat mencapai sel-sel pengecap dan mempengaruhi ujung-ujung sel
pengecap dan melalui serabut saraf seseorang dapat merasakan rasa makanan.
Dengan berkurangnya produksi saliva, sel-sel pengecap akan mengalami kesulitan
3
dalam menerima rangsang rasa yang dapat menyebabkan terjadinya ageusia dan
hipogeusia.
6. Gangguan pada rongga dan mukosa mulut yang meliputi infeksi, inflamasi, dan
mukositis akibat pajanan radiasi yang dapat merusak sensasi rasa berupa ageusia
dan phantogeusia. Lesi akibat radioterapi yaitu pada mikrovili taste bud.
7. Proses degeneratif pada sistem saraf pusat (parkinson, alzheimer disease, proses
penuaan normal) dapat menyebabkan berkurangnya fungsi pengecapan
(hipogeusia), dimana penurunannya terlihat paling menonjol pada usia dekade
ketujuh.
8. Pada proses penuaan normal dapat menyebabkan berkurangnya rasa pengecapan
akibat perubahan pada membran sel-sel pengecapan. Pada awal kelahiran, manusia
memiliki 10.000 taste bud, tetapi setelah usia 50 tahun, taste bud akan mengalami
penurunan fungsi bahkan banyak yang mengalami kematian sehingga taste bud
berkurang. Selain itu, pada usia lanjut produksi saliva berkurang yang dapat
menyebabkan mukosa rongga mulut menjadi kering dan rentan terhadap gesekan.
Gesekan ini akan menambah dampak pengurangan taste bud pada usia lanjut.
Akibat proses penuaan normal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pengecapan berupa ageusia dan hipogeusia.
9. Kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan gangguan pengecapan berupa
hipogeusia dan cacogeusia.
10. Keganasan pada kepala dan leher dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu
makan (hipogeusia) dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suatu rasa (ageusia).
11. Gangguan endokrin dapat terlibat dalam gangguan pengecapan. Diabetes melitus,
hipogonadisme, dan pseudohipoparatiroid dapat mengurangi sensasi rasa
(hipogeusia). Sedangkan hipotiroid dan defisiensi korteks adrenal dapat
meningkatkan sensasi rasa.
12. Gejala yang khas pada anemia defisiensi besi adalah atrofi papilla lidah.
Permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papilla lidah menghilang.
Atrofi papilla lidah ini dapat menyebabkan gangguan pengecapan berupa ageusia
dan hipogeusia.
4
13. Penyakit herediter Disautonomia Familial tipe I seperti Sindrom Riley-Day
menyebabkan penurunan (hipogeusia) atau hilangnya sensasi rasa (ageusia) karena
tidak berkembangnya taste bud.
3. Manifestasi Klinis
Gangguan pengecapan berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Ageusia adalah hilangnya daya pengecapan secara total, parsial, dan spesifik.
Penyebabnya adalah berbagai keadaan yang mempengaruhi lidah, seperti mulut
yang sangat kering, perokok berat, terapi penyinaran pada kepala dan leher, dan
efek samping dari obat misalnya vinkristin (antikanker) atau amitriptilin (obat
antidepresi).
- Ageusia total adalah ketidakmampuan mengenali rasa manis,
asam, asin, dan pahit.
- Ageusia parsial adalah kemampuan untuk mengenali sebagian
rasa, tetapi tidak seluruhnya.
- Ageusia spesifik adalah ketidakmampuan untuk mengenali
kualitas rasa pada zat tertentu.
2. Disgeusia adalah berubahnya daya pengecapan.
Penyebabnya bisa berupa luka bakar pada lidah (kerusakan pada jonjot-jonjot
pengecapan), Bells palsy (berkurangnya pengecapan pada salah satu sisi lidah),
dan depresi.
3. Hipogeusia adalah berkurangnya daya pengecapan.
Penyebabnya adalah kerusakan N. glosofaringeus dan kebersihan mulut yang
buruk.
4. Cacogeusia adalah gangguan pengecapan yang ditandai sensasi rasa yang tidak
enak pada makanan, dapat disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk.
5. Phantogeusia adalah gangguan pengecapan yang ditandai dengan rasa yang tidak
enak di mulut, yang dikenal dengan metallic phantogeusia.
Penyebabnya adalah obat-obatan tertentu, termasuk antibiotik, antidepresan, dan
antihipertensi, serta merupakan reaksi yang normal terhadap pengobatan
kemoterapi dan radioterapi.
5
4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gangguan pengecapan dilakukan anamnesis tentang
riwayat penyakit, ada tidaknya infeksi saluran napas, gangguan pada hidung, riwayat
trauma, gangguan medis lain, dan pengobatan yang didapat, serta lakukan
pemeriksaan fisik. Keadaan mulut diperiksa, untuk melihat kemungkinan adanya
infeksi atau mulut kering.
The drop technique, digunakan 4 macam rasa manis (gula pasir), kecut/asam
(larutan asam cuka atau jus jeruk), asin (larutan garam), dan pahit (kinin, aspirin, atau
lidah buaya). Kehilangan pengecapan dapat diperiksa menggunakan konsentrasi
terendah dari bahan tes. Penderita diminta untuk mengidentifikasi rasa dari bahan tes
yang diletakkan diatas lidah sambil menutup hidung.
Elektrogustometri merupakan tes pengecapan secara kuantitatif. Penderita diminta
untuk membandingkan rasa dari bahan tes yang berbeda atau bagaimana intensitas dari
rasa saat konsentrasi bahan kimia ditingkatkan.
Biopsi papila foliata atau fungiformis untuk pemeriksaan histopatologi dari vili
pengecap. Pemeriksaan laboratorium sederhana, untuk melakukan pemeriksaan
sehubungan dengan penyakit yang didapatkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik,
seperti alergi, diabetes melitus, fungsi tiroid, ginjal, hepar, dan endokrin. CT scan
sinus dapat dilakukan jika ada indikasi setelah melalui hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan MRI otak sering kali dianjurkan jika riwayat penyakit
tidak jelas dan terdapat gejala neurologis.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan pengecapan berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a. Menghentikan semua obat yang menyebabkan gangguan pengecapan,
kecuali jika obat tersebut sangat penting dalam mengobati masalah medis lain dan
tidak dapat digantikan.
b. Pemeriksaan ada tidaknya kelainan pada hidung yang menyebabkan
penurunan fungsi penciuman yang selanjutnya mempengaruhi fungsi pengecapan.
c. Zinc sulfat 110 mg/hari/oral. Perbaikan fungsi dapat terlihat selama lebih
dari 12 bulan.
d. Pengobatan pada gangguan mukosa mulut, seperti infeksi bakteri dan
fungus serta inflamasi.
6
e. Nasehati pasien bahwa dengan mengunyah makanan dengan baik dapat
meningkatkan produksi saliva, sehingga dapat meningkatkan sensasi rasa.
f. Pada mukositis atau mulut kering akibat radioterapi diberikan stimulan
saliva atau saliva artificial dan antiinflamasi lokal untuk meningkatkan fungsi
pengecapan.
g. Menjaga kebersihan mulut.
h. Memperbaiki gangguan endokrin melalui terapi hormonal.
i. Pada penyakit herediter Disautonomia Familial tipe I seperti Sindrom
Riley-Day dimana taste bud tidak ada sama sekali dapat diberikan metakolin
subkutan untuk menormalkan tingginya ambang rasa untuk semua sensasi rasa.
j. Menjaga mulut agar tetap basah dengan cara mengunyah permen.
1. Pengkajian
7
a. Identitas Klien meliuti : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, dll.
5. Riwayat Obat
Riwayat obat yang pernah atau sedang digunakan perlu ditanyakan karena beberapa
obat dapat menimbulkan efek samping xerostomia antara lain : antikolinergik,
antidepresan, anti - inflamasi non steroid.
6. Riwayat Nutrisi
Pasien mengaku tidak nafsu makan akibat panas di lidah dan mulut. Pasien tidak
merasaka Asupan air dan buah juga kurang.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kepala dan leher lengkap harus dilakukan dgn perhatian khusus pada :
Rongga mulut, termasuk keadaan lidah, kuantitas dan kualitas sekresi saliva, status
gigi, lesi I nflamasi atau lesi yang dicurigai. Termasuk inspeksi gerakan bibir dan
sudut mulut untuk menilai N.VII.
8
8. Pemeriksaan Per-Sistem
a. Pemeriksaan Penunjang
Tes alergi.
Diagnosa Keperawatan
9
Tujuan : Setelah dilakukan interaksi selama 3 x 24 jam, klien mampu menghilangkan
kesalahan sensori persepsi (pengecapan).
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Evaluasi :
O:-
10
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri terbakar
berkurang.
Kriteria Hasil :
1. Skala nyeri 0
Intervensi Rasional
Anjurkan klien untuk mengulam es batu Mengurangi rasa terbakar pada lidah.
atau mengunyah permen karet.
Observasi nyeri terbakar berkurang atau Mengetahui skala nyeri terbakar saat ini.
tidak.
11
Evaluasi :
P : Intervensi dilanjutkan.
Kriteria Hasil :
1. BB sesuai usia
Intervensi Rasional
12
Berdiit makanan yang tidak merangsang Untuk membantu perbaikan absorbsi usus.
(lunak / bubur).
Anjurkan klien untuk makan dalam Keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu
keadaan hangat. makan.
Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi Untuk memenuhi asupan makanan.
sering.
Berikan diit tinggi kalori, protein dan Untuk memenuhi gizi yang cukup.
mineral serta rendah zat sisa.
Evaluasi :
P : Intervensi dilanjutkan.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud, namun indera penciuman juga
berperan pada persepsi pengecapan. Selain itu, tekstur makanan seperti yang dideteksi
oleh taste bud dan keberadaan elemen-elemen dalam makanan sangat berperan pada
pengecapan. Kemampuan untuk mengecap bukan saja tergantung pada taste bud,
melainkan juga pada pergerakan lidah. Dengan mendorong makanan di sekitar mulut,
lidah akan memilah-milah makanan untuk taste bud.
Lidah merupakan bagian tubuh yang penting untuk pengecapan, terdapat reseptor
untuk merasakan respon rasa manis, asam, asin, dan pahit. Reseptor ini peka terhadap
stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Rasa manis dan asin terutama
terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian samping lidah, dan rasa
pahit pada bagian posterior lidah dan palatum mole.
Gangguan pengecapan dapat terjadi karena adanya destruksi taste bud atau terdapat
bahan yang dapat merubah sensitivitas rasa sehingga lidah tidak dapat mendeteksi rasa
dengan benar. Gangguan pengecapan adalah gangguan rasa manis, asam, asin, dan pahit.
Hal ini menyebabkan nafsu makan menurun sehingga tidak jarang mengakibatkan
defisiensi protein dan kalori. Pengecapan dapat berkurang sedikit, hilang sama sekali,
atau timbul rasa baru.
Untuk menegakkan diagnosis gangguan pengecapan dilakukan anamnesis tentang
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan
penyebab dari gangguan pengecapan.
Beberapa diagnosia keperawatan yang muncul akibat gangguan pengecapan yaitu :
gangguan sensori persepsi (pengecapan) berhubungan dengan proses penyakit, nyeri
berkaitan dengan rasa terbakar, resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berkaitan dengan gangguan menelan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15