Disusun oleh:
(……………………………….) (………………………………….)
KATA PENGANTAR
Wassalam.
Penyusun
Nurfadilah Mukarramah
Departemen Keperawatan Dasar
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
A. Definisi .......................................................................................................... 1
B. Klasifikasi ..................................................................................................... 1
C. Etiologi .......................................................................................................... 4
D. Patofisiologi .................................................................................................. 9
E. Manifestasi Klinik ......................................................................................... 11
F. Komplikasi .................................................................................................... 12
G. Penatalaksanaan ............................................................................................ 14
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 15
I. Pencegahan ................................................................................................... 15
J. Web Of Caution ............................................................................................ 16
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi Stomatitis
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak
dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri,
virus atau jamur atau penggunaan obat kemoterapi (Muttaqin dan Sari. 2014)
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa
bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut.
(Donna L.Wong, 2012).
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi
pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat
berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa
mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral
lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring. (Donna L.Wong,
2012).
B. Klasifikasi Stomatitis
Ada beberapa klasifikasi stomatitis menurut Donna L.Wong (2012) yaitu:
1. Mycotic stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya
infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis,
disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan
penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini
ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran
mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut
yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian
immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan
terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
2. Gingivostomatitis
Departemen Keperawatan Dasar
C. Etiologi Stomatitis
Etiologi yang berasal dari dalam mulut, antara lain:
1. Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien.
Apabila higiene gigi pasien buruk, sering dapat menjadi penyebab
timbulnya sariawan yang berulang.
2. Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh
terhadap mukosa yang ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat
pertahanan dalam melawan infrksi. Selain itu, juga bserpengaruh terhadap
bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada “flora mulut”
dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya
tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau
tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen
dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
3. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan
Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan
ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
4. Infeksi jamur
Biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan
tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
5. Infeksi virus
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai
utama atau infeksi tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak
terjadi. dua tipe HSV dapat diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan
penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan respon dari lesi nongenital.
awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV biasa
disebut stomatitis Herpes Akut. K
Keseragaman ukuran gelembung frekuensinya lebih banyak terjadi
dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut terjadi
setelah nyeri luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis
Departemen Keperawatan Dasar
tepi erythematous. lesi ditingkat ini biasa terjadi di luka aphathous. area
yang terkena luka 10 sampai 14 hari.
Gelembung mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut
gingiva, saat dengan lesi herpes. Karakteristik lidah dengan keputih-
putihan dan klien mengatakan adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi
HSV utama dikarakteristikkan dari gejala yang timbul dari infeksi
termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.
6. Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh
terhadap kebersihan gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses
membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat pada baian yang sulit
dijangkau oleh sikat gigi.
Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut antara lain :
1. Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada
penyakit ini, asap rokok yang mengandung zat-zat yang berbahaya masuk
ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak terdapat mukosa sebagai alat
perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adiktif tersebut yang berasal
dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa didalam
mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang
menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.
2. Penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya
alkohol, lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas
dapat menyebabkan kerusakan yang pada sel-sel mukosa dalam mulut
yang bertugas dalam menghasilkan sekret sebagai bentuk pertahanan
tubuh.
3. Reaksi alergi
Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
Departemen Keperawatan Dasar
2. Defesiensi Nutrisi
Wray (1975) meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien
menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15%
defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami
defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2% defisiensi
ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin B12 dan
asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari
pasien tersebut mengalami perbaikan.
Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah
vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan
28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan
vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi
ketiganya.Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan
memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren
berkurang.
3. Alergi dan Sensifitas
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan
(hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi
antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi
protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat
membentuk antibodinya sendiri.
SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap
beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau
permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan
makanan.29,30 Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif,
mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa panas,
kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil,
tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil
dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.
Departemen Keperawatan Dasar
4. Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta
blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan
berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar
untuk terjadinya SAR.
5. Penyakit Sistemik
Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan
kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-
menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik
yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh
dokter.Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di
rongga mulut adalah penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi neutrofil,
penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweet’s.
6. Merokok
Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan
merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok,
dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR
diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa
pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.
Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.
Sariawan juga identik dengan kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin
itu memang mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan
penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya
menyebabkan sariawan. Namun, kondisi tersebut dapat diatasi jika kita
sering mengonsumsi buah dan sayuran.
7. Stress
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh
terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor
yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren
Departemen Keperawatan Dasar
ini.11 Faktor stres ini akan dibahas dengan lebih rinci pada subbab
selanjutnya.
8. Gangguan Hormonal
Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan
banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga
berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan
penting adalah estrogen dan progesteron.
Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan
progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan
terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer
menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga
mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi
yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal
sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam
mengatur pergantian epitel mukosa mulut
9. Gangguan Imunologi
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis
dari SAR, adanya disregulasi imun dapat memegang peranan terjadinya
SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya respon imun
yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal
pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan
monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui.16
Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B dan IL-6 terhadap
resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada SAR terdapat adanya
hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein, dan aliran saliva.
Sedangkan menurut Albanidou-Farmaki dkk, terdapat karakteristik sel T
tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR.
D. Patofisiologi
Tubuh manusia memiliki pertahanan tubuh alamiah yaitu sistem
laktoperoksidase (LP-system) yang mampu mempertahankan tubuh terhadap
serangan infeksi mikroorganisme. Sistem laktoperoksidase (LP-system)
Departemen Keperawatan Dasar
dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak
seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. .
(Inayah, 2012)
E. Manifestasi Klinik Stomatitis
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1 sampai 2
hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka
dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti
melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah
beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna
putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan
makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan
terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat. (Inayah,
2012)
Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum yaitu:
1. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
2. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula
pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
3. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya,
batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari.
Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5
minggu.
Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan
menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform.
1. Ulser minor adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya
berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan
parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah
yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari.
Departemen Keperawatan Dasar
2. Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas
jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan
dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
3. Ulser herpetiform adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya
merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan
jumlah banyak.
Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis
berdasarkan tanda dangejalanya, yaitu:
1. Stomatitis hipertik akut
a. Nyeri sperti terbakar di mulut
b. Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
c. Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya
menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek,
dan membertuk sisik.
d. Limfadenitis submaksilari
e. Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan
2. Stomatitis aftosis
a. Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
b. Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat
berwarna keputihan dan berbatas merah
c. Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai
3 minggu.
F. Komplikasi
Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat
terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang.
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Pola nutrisi, nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak
teratur
2. Pola aktivitas, kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
3. Pola Hygiene, kurang menjaga kebersihan mulut
4. Terganggunya rasa nyaman, biasanya yang sering dijumpai adalah perih.
Departemen Keperawatan Dasar
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Inayah (2012) pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab
atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
2. Pemeriksaan laboratorium :
a. WBC menurun pada stomatitis sekunder
b. Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c. Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s
stomatitis
I. Pencegahan
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila
kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari
timbulnya sariawan ini diantaranya dengan :
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin
B12, vitamin C dan zat besi
3. Menghadapi stress dengan efektif
4. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit
makananMenghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
5. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan
reaksi alergi pada rongga mulut.
Departemen Keperawatan Dasar
J. WOC Stomatitis
Defisit nutrisi
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas (Data Biografi)
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun
lebih cenderung pada wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita
stres, atau mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada klien stomatitis adalah nyeri Karen
mukosaoral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah
b. Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang
buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko
menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam,
mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin
B12 dan mineral.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang
pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit oral lainnya
d. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan
terjadinya stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa
penyebab utama dari SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan
adalah keturunan. Dan berdasarkan hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR
lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
Departemen Keperawatan Dasar
e. Pengkajian Psikososial
Kaji apakah keluarga tidak memperhatikan kebersihan mulut dan
tempat bermain anak di lingkungan kumuh atau tidak. Kaji juga stres,
gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan penampilan dari
rongga mulut terhadap body image dan sex.
f. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Kaji lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
g. Riwayat nutrisi
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C,
vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk,
misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.
h. Riwayat pertumbuhan perkembangan
3. Pola nutrisi dan metabolism
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin
B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk
4. Pola eliminasi
5. Pola aktivitas dan latihan
6. Pola istirahat dan tidur
7. Pola persepsi dan kognitif
8. Pola konsep diri
9. Pola peran dan hubungan
10. Pola seksualitas dan reproduksi
11. Pola keyakinan dan nilai
Pemeriksaan fisik
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi bila
perlu
Departemen Keperawatan Dasar
DAFTAR PUSTAKA