Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

Penatalaksanaan Krisis Miastenia


Rommy Fransiscus Nadeak, Tatang Eka
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Krisis miastenia adalah salah satu komplikasi miastenia gravis (MG) yang ditandai oleh kelemahan otot otot
sehingga mengakibatkan gagal pernapasan yang membutuhkan intubasi endotrakeal dan pemakaian ventilator
mekanik. Kemajuan perawatan di Intensive care unit dapat menurunkan angka kematian pada krisis miastenia.
Strategi pengobatan terbaru termasuk penggunaan anticholinesterase, steroid, immunosupresan, plasmapharesis
dan thymectomy. Walaupun thymectomy semakin diterima sebagai terapi standard untuk miastenia gravis, krisis
miastenia tetap merupakan komplikasi mayor yang mengancam jiwa dari prosedur thymectomy. Plasmapharesis
(PE) digunakan untuk menurunkan jumlah antibodi yang bersirkulasi dan sekarang digunakan secara luas untuk
terapi MG ketika pengobatan tradisionil tidak sukses dan munculnya krisis miastenia

Kata kunci: kelemahan otot, krisis miastenia, plasmapharesis, thymectomy

Management of Myasthenia Crisis

Abstract

Myasthenia crisis is a complication of myasthenia gravis (MG) characterized by worsening of muscle weakness,
resulting in respiratory failure that requires intubation and mechanical ventilation. Advances in critical care
have improved the mortality rate associated with myasthenic crisis. Current treatment strategies include
anticholinesterase,steroids, immunosupressant, thymectomy and plasmapharesis. Although thymectomy has gained
increasing acceptance as a standard therapeutic means for treating MG, myasthenic crisis is still a life threatening
major complication of thymectomy. Plasmapharesis was introduced to reduce the amount of circulating antibodies
and now widely used in treatment of MG when traditional measures are unsuccessful or myasthenic crisis occurs.

Key words: muscle weakness, myasthenia crisis, plasmapharesis, thymectomy

Korespondensi:Rommy Fransiscus Nadeak,dr.,SpAn , Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan, Jl GapertaUjung Perumahan Mansion Gaperta
blok E22 Medan 20125 Email rommyfnadeak@yahoo.co.id

87
88

Rommy Fransiscus Nadeak, Tatang Eka

Pendahuluan dimulai dengan ventilasi tekanan negatif dan


dilanjutkan dengan ventilasi tekanan positif.
Miastenia gravis merupakan suatu penyakit yang Tingkat kematian akibat krisis menurun secara
menyerang sambungan neuromuskular, ditandai signifikan dari 42% ditahun 1960an menjadi 6%
oleh kelemahan otot berat. Miastenia artinya pada akhir 1970an. Saat ini angka kematiannya
“kelemahan otot” dan gravis artinya “parah”. Ini 4% yang disebabkan kondisi komorbid.1,4
adalah suatu penyakit autoimun dimana tubuh
secara salah memproduksi antibodi terhadap Patofisiologi
reseptor asetilkolin (AchR) sehingga jumlah Pemeriksaan klinik yang mendukung hal ini
AchR di neuromuscular junction berkurang.1 mencakup timbulnya kelainan autoimun yang
Penurunan jumlah AChR dalam pola terkait dengan pasien yang menderita miastenia
karakteristik kekuatan otot semakin berkurang gravis, misalnya autoimun tiroiditis, sistemik
dengan penggunaan berulang dan pemulihan lupus eritematosus, arthritis rheumatoid, dan
kekuatan otot setelah masa istirahat. Otot yang lain-lain. Sehingga mekanisme imunogenik
sering terkena ada otot pengontrol mata dan memegang peranan yang sangat penting pada
gerakan bola mata, otot ekspresi wajah, otot untuk patofisiologi miastenia gravis.1,4 Inilah yang
berbicara dan otot penelan tetapi tidak selalu ada. memegang peranan penting pada melemahnya
Otot anggota gerak dan otot pernapasan juga otot penderita dengan miastenia gravis. Sejak
dapat terkena. Miastenia gravis juga dapat terjadi tahun 1960, telah didemonstrasikan bagaimana
pada semua usia dan ras. Puncak kejadian pada autoantibodi pada serum penderita miastenia
wanita terjadi pada usia 20–30 tahun, sedangkan gravis secara langsung melawan konstituen
laki-laki dapat terjadi pada usia 60 tahun. pada otot. Tidak diragukan lagi, bahwa antibodi
Namun, penyakit ini juga dapat terjadi pada pada reseptor nikotinik asetilkolin merupakan
semua rentang usia. Pada beberapa bayi dari penyebab utama kelemahan otot pasien dengan
ibu dengan Miastenia gravis dapat memperoleh miastenia gravis. Autoantibodi terhadap
antibodi anti AChR saat lahir, sehingga dapat asetilkolin reseptor (anti-AChRs), telah dideteksi
menderita Miastenia neonatus sementara dan pada serum 90% pasien yang menderita acquired
akan menghilang beberapa minggu setelah lahir.2 myasthenia gravis generalisata.5,6
Miastenia gravis dapat dikatakan sebagai
Epidemiologi “penyakit terkait sel B”, antibodi yang
Sekitar 15%–20% penderita miastenia gravis akan merupakan produk dari sel B justru melawan
mengalami sekurangnya satu kali serangan krisis reseptor asetilkolin. Peranan sel T pada
selama hidupnya. Terkadang krisis myasthenia patogenesis miastenia gravis mulai semakin
merupakan manifestasi awal pada 1/5 penderita menonjol. Walaupun mekanisme pasti tentang 5
Myasthenia Gravis. Secara keseluruhan wanita hilangnya toleransi imunologik terhadap reseptor
lebih banyak 2 kali lipat dibanding dengan pria. asetilkolin pada penderita miastenia gravis belum
Saat usia sebelum 55 tahun dialami lebih banyak sepenuhnya dapat dimengerti. Timus merupakan
pada wanita (4:1) sementara diatas 55 tahun organ sentral terhadap imunitas yang terkait
perbandingannya sama (1:1). Usia rata-rata yang dengan sel T, dimana abnormalitas pada timus
mengalami krisis myastenia pada usia hampir 59 seperti hiperplasia timus atau timoma, biasanya
tahun. Pasien yang mengalami krisis memerlukan muncul lebih awal pada pasien dengan gejala
intubasi endotrakeal dan dirawat selama rata-rata miastenik.1,5
17 hari di rumah sakit. Sebanyak 18% pada pasien Subunit alfa juga merupakan binding
yang dirawat pada krisis myastenia membutuhkan site dari asetilkolin. Sehingga pada pasien
rehabilitasi setelah dipulangkan.1,2 miastenia gravis, antibodi IgG dikomposisikan
Kemajuan alat ventilator dan perawatan dalam berbagai subklas yang berbeda, dimana
ICU sangat penting dalam menurunkan angka satu antibodi secara langsung melawan area
kematian yang terkait dengan krisis myastenia. imunogenik utama pada subunit alfa. Ikatan
Selama awal tahun 1960an, perawatan pernapasan antibodi reseptor asetilkolin

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018


89

Penatalaksanaan Krisis Miastenia

Tabel 1 Faktor Pencetus Krisis Miastenia


Stressors Medikasi
Stressors Fisik α-Interferon
Aspirasi pneumonia Antibiotics
Infeksi Aminoglycosides
Perimenstrual Gentamicin
Kehamilan Streptomycin
Deprivasi tidur Ampicillin
Pembedahan Macrolides
Stress lingkungan Erythromycin
Stress emosional Quinolones
Nyeri Ciprofloxacin
Temperature ektrim Polymyxin
Antiepileptics
Pemberian obat perangsang immunitas Gabapentin
Phenytoin
β-Adrenergic antagonists
Calcium channel antagonists
Contrast media
Magnesium
Methimazole
Prednisone
Procainamide
Quinidine

Sumber: Linda C, Joshua M. Myasthenic Crisis. the neurohospitalist; 2011

Pada reseptor asetilkolin akan mengakibatkan Inspirasi secara primer dilakukan oleh diafragma
terhalangnya transmisi neuromuskular melalui dan otot interkostal eksterna sementara secara
beberapa cara, antara lain: ikatan silang reseptor sekunder oleh otot sternokleidomastoid dan
asetilkolin terhadap antibodi anti-reseptor otot skalenus. Walaupun ekspirasi bersifat pasif
asetilkolin dan mengurangi jumlah reseptor otot abdomen dan interkostal interna dapat juga
asetilkolin pada neuromuscular junction dengan direkrut untuk membantu. Miastenia graves
cara menghancurkan sambungan ikatan pada dengan AChR antibodi, kelemahan otot mula-
membran post sinaptik, sehingga mengurangi mula dapat mempengaruhi otot interkostal dan
area permukaan yang dapat digunakan untuk otot aksesoris, kemudian diafragma.5,6
insersi reseptor-reseptor asetilkolin yang baru Fungsi inspirasi diukur oleh kapasitas vital
disintesis.4 (VC) dan tekanan inspirasi negatif (NIF); fungsi
ekspirasi diukur dengan tekanan positif ekspirasi
Penilaian Gangguan Fungsi Pernapasan Pada (PEF). Nilai VC kurang dari 1 liter (atau <20–
Krisis Myastenia. 25L/kg) atau NIF <20cmH20 menunjukkan
Krisis Myastenia dapat melibatkan otot-otot kelemahan fungsi pernapasan secara signifikan;
saluran pernapasan bagian atas, otot pernapasan kedua pengukuran sering digunakan untuk
bagian atas atau kombinasi keduanya. Otot menunjukkan keadaan krisis miastenia. Sebagai
pernapasan inspirasi dan expirasi dapat tambahan PEF <40cmH2O dapat menunjukkan
terpengaruh dan bermanifestasi sebagai dispnea. keadaan krisis.1,6

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018


90

Rommy Fransiscus Nadeak, Tatang Eka

Tabel 2 Perbandingan IVIg dan PE


IVIg PE
Satu plasma exchange setiap satu hari selama
Dosis 400 mg/kg × 5 hari lebih 10 hqri
Kemajuan dalam 4-5 hari; efek untuk 4–8 Perbaikan dalam 2 hari;
Respon minggu efek selama 3 minggu
Keuntungan Lebih mudah tersedia Respon pengobatan lebih cepat
Butuh akses vena khusus, peralatan dan
Kerugian Respon pengobatan lebih lambat personil
Hemodinamik tidak stabil, penyakit jantung
Kontraindikasi Defisiensi IgA tidak stabil, perdarahan internal
Komplikasi Meningitis asepsis, aritmia jantung, Hemodinamik tidak stabil, aritmia jantung,
serius trombositopenia, kasus trombosis infark miokardial, hemolysis
Sumber: Linda C, Joshua M. Myasthenic Crisis. the neurohospitalist; 2011

Tekanan inspirasi dan ekspirasi lebih 90% penderita krisis memerlukan intubasi dan
sensitif dibanding dengan VC dalam evalusasi ventilator mekanik. Lebih dari 20% memerlukan
kekuatan otot pada MG. Berdasarkan penelitian intubasi selama evaluasi di ruang IGD dan hampir
retrospektif, pengukuran berulang pada VC tidak 60% diintubasi setelah masuk ke ICU. Intubasi
memprediksi kebutuhan intubasi dan ventilator elektif pada pasien menuju gagal napas lebih
pada krisis miastenia. Pada rawatan, penggunaan disukai dari pada intubasi emergency. Ketika
otot aksesoris menunjukkan kelemahan otot sudah terintubasi, pasien harus menggunakan
inspirasi yang signifikan, batuk yang lemah atau ventilator dengan modus Assisted Ventilator,
kesulitan menghitung 1–20 pada satu tarikan dengan tidal volume 8–10 mL/kg BB ideal dan
napas menunjukkan kelemahan otot ekspirasi Pressure Suport 8–15 cmH2O untuk mencegah
yang signifikan.1,7 terjadinya atelektasis dan meminimalisir work
Disfungsi respirasi ditandai dengan sumbatan of breathing. Tingkatan kebutuhan support
jalan napas atas jika kelemahan terjadi pada otot tergantung dengan keadaan pasien.1,3
pernapasan bagian atas atau terlihatnya kelemahan Obat pelumpuh otot harus digunakan dengan
otot bulbar. Pasien MG dengan antibodi MuSK hati-hati ketika mengintubasi pasien MG. Agen
kelemahan otot bola mata lebih dahulu muncul depolarisasi (succinilkolin) kurang potent pada
dibanding dengan kelemahan otot pernapasan. MG, karena sedikitnya post-sinaptik resepotor
Kelemahan otot saluran napas atas dapat menjadi AChR yang ada. Penurunan jumlah reseptor
gagal napas karena kolapsnya otot orofaringeal ini menyebabkan menurunnya margin of safety
atau sumbatan lidah karena meningkatnya kerja atau menurunnya jumlah reseptor AChR yang
pada otot respirasi yang sudah lelah terhadap jalan tertinggal untuk transmisis neuromuskular. Agen
napas yang tersumbat. Tanda pada kelemahan non-depolarisasi (vecuronium) mempunyai
otot bulbar termasuk disfagia, regurgitasi nasal, potensi yang lebih besar dan membutuhkan dosis
suara sengau, berbicara terbata-bata, kelemahan yang lebih kecil.3,10
otot rahang bawah (menutup rahang lebih lemah Weaning dari ventilator harus segera dimulai
dari pada membuka rahang), paresis bifasial, dan setelah pasien menunjukkan perbaikan klinis,
kelemahan lidah.8 terutama pada VC>15mL/kg. Peningkatan
kekuatan otot fleksor leher dan otot yang lainnya
Manajemen Pernapasan pada Krisis Miastenia seperti otot bulbar, otot-otot pernapasan dapat
Intubasi dan Ventilator Mekanik digunakan sebagai alat untuk melihat perbaikan
Suport pernapasan sangat penting pada klinis. Pasien harus segera di weaning ke mode
penanganan krisis miastenia. 2 per 3 sampai spontan (pressure support ventilation) semua

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018


91

Penatalaksanaan Krisis Miastenia

usaha napas dimulai oleh pasien. Pressure airflow, meringankan work of breathing selama
support dapat diturunkan secara perlahan hingga inspirasi dan mencegah kolaps airway dan
pada seting minimal. Jika pasien tidak sanggup atelektasis selama ekspirasi. Satu penelitian
weaning, mode Assisted Ventilation dapat retrospektif menemukan bahwa 20% pasien krisis
digunakan.7 miastenia berhasil dibantu dengan support NIV.
Sampai sekarang masih kurang jelas kapan Pasien yang sejak awal memakai NIV, intubasi
waktu yang tepat harus ekstubasi. Hanya separuh dan ventilator harus segera dimulai jika terjadi
penderita di ekstubasi pada hari ke-13. Pada 1 perburukan usaha napas, work of breathing yang
seri, 3 faktor risiko bebas prolong intubasi (>14 meningkat, takipnea, atau hiperkapnea. Prediktor
hari) usia >50 tahun, VC puncak <25mL/kg bebas keberhasilan dari NIV adalah serum
pada post intubasi hari pertama sampai ke-6, dan bikarbonat <30 mmol/L dan APACHE II skor <6.
serum >30mmol/L. Semua pasien tanpa 3 faktor Salah satu prediktor bebas kegagalan NIV adalah
tersebut, diintubasi selama<2 minggu, dimana hiperkapnea (PCO2 >45 mmHg). VC, NIF, PEP
88% dengan ketiga faktor diatas mengalami tidak berguna untuk memprediksi outcome.10
prolong intubasi. Pasien dengan prolong intubasi
dirawat 3 kali lebih lama, dan lebih tergantung Komplikasi dalam Manajemen Krisis
terhadap ventilator. Thymoma juga dikaitkan Myastenia
dengan prognosis yang buruk pada krisis Demam adalah komplikasi paling sering yang
miastenia.8 berhubungan dengan krisis miastenia. Komplikasi
Kelemahan otot yang berubah-ubah dan infeksi termasuk pneumonia, bronkhitis, infeksi
komplikasi pulmonal sering memengaruhi saluran kemih, Clostridium difficile kolitis,
keputusan untuk ekstubasi. Tekanan ekspirasi bakteriemia, sepsis. Ketika dibandingkan dengan
maksimal telah dibuktikan untuk keberhasilan pasien yang tanpa non krisis MG, maka pasien
ekstubasi. Kegagalan ekstubasi disebabkan oleh yang krisis lebih cenderung jatuh kedalam sepsis,
batuk yang lemah, dan kebersihan saluran napas deep vein thrombosis, dan komplikasi jantung
yang tidak adekuat. Berdasarkan suatu penelitian termasuk gagal jantung kongestif, akut miocard
menyatakan bahwa usia tua, atelektasis dan infarc, aritmia, dan henti jantung. Begitupun
pneumonia berhubungan dengan kegagalan komplikasi diatas tidak sebagai prediktor bebas
ekstubasi, sebanyak 14%–40% pasien harus pada kematian. Pada suatu penelitian, atelektasis,
ditrakeostomi.3 Clostridium difficile kolitis, pasien anemia dengan
Reintubasi terjadi pada 1 per 4 kasus. Asidosis, ketergantungan transfusi, dan gagal jantung
penurunan force vital capacity (FVC), atelektasis, kongestif berhubungan dengan pemanjangan
dan kebutuhan terhadap non invasif ventilatori lama perawatan pada krisis miastenia tetapi tidak
support adalah prediktor untuk reintubasi. Dua untuk lamanya intubasi.
penelitian retrospektif menemukan bahwa semua
atelektasis membutuhkan reintubasi. Untuk Pencetus Krisis Miastenia
mencegah terjadinya atelektasis maka dilakukan Pencetus tersering adalah infeksi. Satu penelitian
intubasi dini, fisioterapi napas yang agresif, dan pada 38% penderita krisis miastenia, yang paling
succioning yang teratur, dan pemberian PEEP sering adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
yang tinggi ketika pasien masih dalam ventilator. atau virus infeksi saluran napas atas. Penyebab
Reintubasi jadi sangat penting karena pasien lain termasuk diantaranya aspirasi pneumonia,
yang direintubasi akan dirawat lebih lama di ICU. pembedahan, kehamilan, perimenstruasi,
penggunaan obat-obat tertentu dan penggunaan
Ventilasi Noninvasif obat-obat immuno modulator. Faktor-faktor lain
Ventilasi noninvasif (NIV) dapat digunakan untuk termasuk terpapar suhu ekstrim, nyeri, gangguan
mencegah intubasi atau reintubasi pada pasien tidur, dan stres fisik dan emosi. Hampir 1 per 3
krisis miastenia. Dengan mode Bilevel Positive sampai setengah tidak mempunyai penyebab
Airway Pressure (BiPAP), tekanan positif yang jelas.
diberikan pada kedua fase respirasi menambah Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018


92

Rommy Fransiscus Nadeak, Tatang Eka

eksaserbasi MG termasuk quinidine, serius bisa menimbulkan aseptik meningitis,


procainamide, β-adrenergic antagonis, calcium hipertensi, aritmia jantung, thrombositopenia,
channel antagonist (verapamil, nifedipine, dan thrombus (stroke, MCI, dan emboli paru).
felodipine), magnesium, antibiotik (apicillin, Untuk PE, 5 exchange (1 plasma volume atau 3–4
gentamicin, streptomycin, polymixin, L/exchange) selalu dilakukan setiap selang 1 hari
ciprofloxacin, erythromycin), phenytoin, selama lebih 10 hari. Cairan pengganti umumnya
gabapentin, methimazole, α-interferon dan media adalah normal saline / albumine 5%. Akses vena
kontras. Obat-obatan tersebut harus digunakan memakai abocath yang berdiameter besar, atau
secara berhati-hati pada penderita MG, terutama central venous catheter (CVC) yang sementara
setelah pembedahan. Obat apa saja yang memicu atau yang di tunneling. Infeksi dan perdarahan
terjadinya krisis miastenia harus dihentikan.1,11 dari CVC terjadi pada <2%. Komplikasi yang
Walaupun kortikosteroid bisa digunakan paling sering dari PE termasuk demam, gejala
untuk pengobatan MG, pengobatan awal dengan dari hipokalsemia (gejala awal parastesia),
prednison menyebabkan eksaserbasi MG pada penurunan tekanan darah, dan takikardi.
setengah penderita dalam satu penelitian. Komplikasi lain yang serius tetapi sangat jarang
Insiden kekambuhan MG yang disebabkan oleh adalah termasuk aritmia jantung, infark miocard
kortikosteroid berkisar 9%–18%. Meskipun dan hemolisis. Respons terapi biasanya muncul
demikian pemakaian kortikosteroid sebagai dalam 2 hari setelah PE dan 4–5 hari setelah
pengobatan MG masih dilakukan di rumah sakit, IV Ig. Untuk keuda jenis terapi hasilnya dapat
dimana fungsi respirasi dapat dipantau.1,9 dilihat dalam beberapa minggu. Jika tidak ada
respons terhadap pengobatan, PE dapat diberikan
Krisis Kolinergik setelah IVIg, dan IVIg dapat diberikan setelah
Pasien yang mendapatkan asetilkolinesterase PE. Walaupun ada teori yang mengatakan apabila
inhibitor dalam jumlah banyak dapat mencetuskan PE diberikan setelah IVIg, bisa menyebabkan
terjadinya krisis kolinergik yang ditandai dengan IVIgnya terbuang, removal biasanya dilakukan
toksisitas muskarinik dan nikotinik. Gejala- apabila tidak ada respons terhadap IVIg, dan
gejala yang muncul dapat termasuk peningkatan removal IVIg biasanya diabaikan.1,3,12
keringat, air mata, salivasi, dan sekret paru, Beberapa bukti bahwa PE lebih efektif
mual, muntah, diare, bradikardia, dan fasikulasi. dibanding dengan IVIg pada mengobatan krisis
Walaupun krisis kolinergik pertimbangan yang miastenia. Penelitian retrospektif multicenter,
penting dalam evaluasi krisis miastenia, tetapi pada pasien yang diberi 5–6 siklus PE lengkap
jarang terjadi. Suatu penelitian retrospektif setiap hari dibanding dengan IVIg 400mg/KgBB/
ternyata tidak satupun pasien mengalami krisis hari selama 5 hari menunjukkan bahwa PE lebih
kolinergik. Terlepas kecurigaan itu karena krisis efektif. Pasien yang pertama sekali menerima
miastenik atau kolinergik, asetilkolinesterase PE mempunya kemajuan klinis dalam waktu 1
inhibitor harus segera diturunkan atau minggu, perbaikan respirasi dalam 2 minggu dan
diberhentikan untuk mencegah sekret paru yang outcome fungsional yang lebih baik dalam 1 bulan.
berlebih pada seting gagal napas.10 Begitupun terjadi peningkatan angka komplikasi
terutama infeksi dan instabilitas kardiovaskular
Pengobatan Krisis Miastenia terlihat pada grup PE. Sebaliknya penelitian
Dua pengobatan primer pada krisis miastenia prospektif randomized pada pasien eksaserbasi
adalah intravena immunoglobulin (IVIg) dan MG yang diberikan 3 siklus PE dengan IVIg
plasma exchange (PE). Pemberian IVIg adalah 400mg/KgBB 3–5 hari, menunjukkan tidak
400mg/kgBB selama 5 hari. Pasien harus di ada perbedaan yang bermakna. Begitupun
skrining terhadap defisiensi IgA untuk mencegah studi ini tidak terbatas pada krisis miastenia.
anafilaktif. Efek samping paling sering adalah Secara keseluruhan, 1/5 penderita memerlukan
sakit kepala. Komplikasi lain termasuk demam, pengobatan kedua setelah pemberian PE atau IVIg.
mual, nyeri di daerah suntikan, ruam kemerahan, Pasien yang diawal pengobatan mendapatkan
malaise, dan nyeri. Efek samping yang lebih IVIg lebih membutuhkan pengobatn kedua,

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018


93

Penatalaksanaan Krisis Miastenia

terutama yang tidak mendapatkan respons Setelah pasien menunjukkan perbaikan kekuatan
dini. Suatu serial kasus, terdapat 4 pasien yang otot (beberapa hari setelah pemberian IVIg atau
gagal setelah diterapi IVIg, mengalami perbaikan PE), asetilkolinseterase inhibitor, khususnya
setelah diberikan PE.1,3,4 oral pyridostigmine dapat diberikan setelah atau
Kortikosteroid juga digunakan sebagai terapi sebelum ekstubasi. Oral pyridostigmine lebih
tambahan dengan IVIg dan PE. Dosis tinggi disukai tetapi dapat juga dapat diberikan secara
prednison (60–100mg/hari atau 1–1,5 mg/KgBB/ intrava sebanyak 1mg IV pyridostigmine setara
hari) dapat diberikan bersamaan dengan IVIg dan dengan 30mg oral pyridostigmine. Pemberian
PE, disebabkan masa kerja prednison dimulai 2 pengobatan dimulai dari dosis rendah dan
minggu dimana pada saat itu efek IVIg dan PE dititrasi sesuai dengan gejala yang muncul.
mulai melemah. Pemberian oral kortikosteroid Infus IV pyridostigmine secara kontinu untuk
lebih disukai, dan inisiasi prednison ditahan pengobatan krisis miastenia mempunyai efek
sampai ekstubasi telah dilakukan dan pasien yang hampir sama dengan PE, tetapi terapi
mengalami perbaikan setelah pemberian IVIg dan ini dapat mengakibatkan meningkatnya risiko
PE. Perburukan awal dari dosis tinggi prednison aritmia jantung yang mengancam jiwa.3,13
diterapi dengan pemasangan ventilator. Rerata
waktu yang diperlukan untuk perbaikan dengan Thymectomy
prednison terhadapa eksaserbasi MG adalah Hiperplasia thymus sangat sering terjadi pada
13 hari. Sebanyak 85% pasien menunjukkan pasien muda dengan antibodi AChR terutama
perbaikan selama 3 minggu. Perburukan pada wanita. Tumor timus didapati pada 15%
gejala-gejala pada inisiasi steroid tidak dapat pasien MG dan 32% pada krisis miastenia yang
diprediksi secara keseluruhan. Ketika pasien harus dilakukan thymectomy. Penderita MG
sudah menunjukkan respons perbaikan, dosis dengan non-thymomateus dapat dipertimbangkan
prednison dapat dikurangi secara perlahan dan thymecomy juga untuk menurunkan kekambuhan
tappering. Efek samping yang paling sering penyakit. 1 penelitian retrospektif mendapati
dari prednison adalah Cushingnoids appearance, bahwa pasien MG yang menjalani thymectomy
katarak, kenaikan berat badan. Infeksi mengalami lebih sedikit insiden krisis miastenia
terutama pada diabetes yang tidak terkontrol dan episode serangan yang lebih ringan.
dan osteoporosis berat adalah kontraindikasi Krisis miastenia post operasi sering terjadi
pemberian kortikosteroid. Siklosporin dapat setelah thymectomy, insidennya antara 12%–
dipertimbangkan setelah inisiasi IVIg dan PE 34%. Krisis miastenia post operasi pada pasien
yang pada pasien tidak dapat mentoleransi atau, ini berhubungan dengan adanya riwayat
mengalami refraktori pada pemberian steroid. dengan krisis miastenia, kelemahan otot napas
Begitupun onset mula kerja siklosporin 1–2 preoperatif, serum antibodi AChR >100nmol/L
bulan. Obat immunomodulator yang lain seperti dan kehilangan darah >1 L selama operasi.1,3.4
azatioprin, micopenolate tidak bermanfaat pada
krisis miastenia karena masa kerja yang lama.3,8.13 Simpulan
Nilai laboratorium yang abnormal yang juga
memengeruhi kekuatan otot harus dikoreksi. Krisis miastenia adalah komplikasi yang paling
Kalium, magnesium, dan pospat yang rendah dapat sering pada MG. Ditemukannya Ventilasi
menyebabkan eksaserbasi krisis miastenia harus Tekanan Positif sejak tahun 1960-an menurunkan
dikoreksi. Hematokrit <30 dapat menyebabkan angka kematian dan tetap merupakan terapi
kelemahan otot akibat penurunan oksigen utama. Kebanyakan pada pasien dengan krisis
carrieng capacity. Nutrisi yang adekuat juga miastenia membutuhkan intubasi endotrakheal
penting untuk mencegah terjadinya balance energi dan ventilator mekanik.
negatif dan perburukan kelemahan otot. Seperti Faktor pencetus krisis miastenia harus
telah disebutkan sebelumnya, asetilkolinesterase segera diidentifikasi dan dihindari. Separuh dari
inhibitor dihentikan pada krisis miastenia untuk penderita tidak mempunya faktor pencetus yang
mencegah ekskresi bronkheal yang berlebihan.

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018


94

Rommy Fransiscus Nadeak, Tatang Eka

diketahui. Secara khusus acetilkolinesterase 5. Ropper AH, Gress DR, Diringer MN, Green
inhibitor dihentikan untuk mencegah sekresi paru DM, Mayer SA, Bleck TP. Treatment of the
yang berlebihan pada saat pasien mengalami critically ill patient with myasthenia gravis.
gagal napas. Kedua pengobatan IVIg dan PE Neurological and Neurosurgical Intensive
bersamaan dengan prednison dapat digunakan Care. Edisi ke-4. Philadelphia, PA: Lipincott
untuk mengobati krisis miastenia. Informasi yang Williams & Wilkins; 2004: hlm. 299–311
terbatas menyarankan bahwa PE lebih efektif 6. Vincent A, Palace J, Hilton-Jones D.
dibandingkan IVIg. Thymectomy tetap menjadi Myasthenia gravis. Lancet. 2001;357:2122–
pengobatan pada pasien dengan tumor timus, 28
tetapi indikasi pada pasien yang non-thymatous 7. Chaudhuri A, Behan PO. Myasthenic crisis.
harus diteliti lebih lanjut. QJM. 2009;102:97–107.
Daftar Pustaka 8. Vincent A, Leite MI. Neuromuscular junction
autoimmune disease: muscle specific kinase
1. Linda C, Joshua M. Myasthenic Crisis. the antibodies and treatments for myasthenia
neurohospitalist; 2011 I(I) 16–22. gravis. Curr Opin Neurol. 2005;18:519–25.
2. Diaz, Black, Dunning. Is thymectomy in 9. Bedlack RS, Sanders DB. On the concept of
non-thymomatous myasthenia gravis of myasthenic crisis. J Clin Neuromuscul Dis.
any benefit?. Department of Cardiothoracic 2002;4:40–42
Surgery, John Radcliffe Hospital, Oxford; 10. Thomas CE, Mayer SA, Gungor Y, et al.
2013 Myasthenic crisis: clinical features, mortality,
3. Mantegazza R, Bonanno S, Camera G, complications, and risk factors for prolonged
Antozzi C, Current and emerging therapies intubation. Neurology. 1997;48:1253–60
for the treatment of myasthenia gravis. 11. Rabinstein AA, Mueller-Kronast N. Risk of
Department of neuromuscular diseases and extubation failure in patients with myasthenic
Neuroimmunology. Milan : Fondazione crisis. Neurocritical Care. 2005;3:213–5
Istituto Neurologico Carlo Besta; 2013 12. Alshekhlee A, Miles JD, Katirji B, Preston DC,
4. El-bawab H, Hajjar H, Rafay M, Bamousa Kaminski HJ. Incidence and mortality rates
A , Khalil A, Al-Kattan K. Plasmapheresis of myasthenia gravis and myasthenic crisis in
before thymectomy in myasthenia gravis: US hospitals. Neurology. 2009;72:1548–54
Riyadh, Saudi Arabia, routine versus selective 13. Cohen MS, Younger D. Aspects of the natural
protoclos. King faisal Spesialist hospital & history of myasthenia gravis: crisis and death.
Research Centre, Al Faisal University. 2009 Ann N Y Acad Sci. 1981;377:670–7

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36. No 2 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai