Anda di halaman 1dari 30

Myasthenia Gravis

Glorya ( 2051004 )
Definisi myasthenia Gravis

Miastenia gravis merupakan penyakit yang menyerang


proses neuromuscular junction karena produksi
autoantibodi yang menyerang reseptor asetilkolin
sehingga tidak terjadinya potensial aksi, yang ditandai
dengan adanya kelemahan otot setelah aktifitas ringan
dan lebih baik setelah istirahat.
Kelemahan otot yang khas pada otot diseluruh tubuh
dianggap “mematikan” karena otot pernapasan dapat
menjadi terlalu letih untuk memberikan oksigenasi yang
efektif ke jaringan.
MG juga dapat menyebabkan gangguan komunikasi antara
neuron motorik dan sel otot karena disfunggsi pada
sambungan mioneural, tempat pertemuan antara saraf dan
otot.
MG dapat dikategorikan menjadi beberapa subtipe : Okular
atau umum, dengan atau tanpa timoma, awitan dini atau
lambat , dengan tanpa antibodi tirosin kinase spesifik anti
otot.
Etiologi Myasthenia Gravis

Penyebab Myasthenia gravis berada didalam sambungan


mioneural, tempat antibodi menyerang reseptor
asetilkolin didalam ujung saraf motorik. Transmisi impuls
saraf ke otot tidak terjadi karena tidak ada tempat untuk
melekatnya asetilkolin .
Etiologi dari myasthenia gravis :
• Kelainan autoimun : direct mediated antibodi,
kekurangan AChR, atau kelebihan kolinesterase.
• Genetik : bayi yang dilahirkan oleh ibu myasthenia
gravis
Faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya myesthenia gravis
• Infeksi (virus)  Patssium depleting diuretic
• Pembedahan
• Stress  Narkotik analgetik
• Perubahan hormonal
 Diphenilhydramine
• Alkohol
 B-blocker (propranolol)
• Tumor mediastinum
• Obat-obatan :
 Lithium
 Antikolinesterase  Magnesium
 Laksative atau enema  Procainamide
 Sedatif  Verapamil
 Antibiotik(aminiglycoside,  Chloroquine
ciprofloxacin, ampicilin,  Prednisone
crythromycin)
Gejala Klinis Myasthenia Gravis
Gejala paling utama adalah kelemahan pada otot rangka
voluntary, yaitu otot yang berada di bawah.
Otot-otot yang paling sering diserang adalah
• otot yang mengontrol gerak mata,
• kelopak mata,
• bicara,
• menelan mengunyah,
• dan menyerang pada otot pernafasan.
Patofisiologi myesthenia gravis
• Sel imun menghasilkan
antibodi reseptor
asetilkolin.
• Anti-AChR memblok
AChR, sehingga Ach tidak
dapat berikatan. Anti
AChR juga dapat
mengurangi jumlah AChR
dengan cara
menghancurkan ikatan
dengan membran post-
sinaptik.
• Dimana hasilnya terjadi
penurunan kemampuan
otot untuk
merespon/kontraksi.
Klasifikasi Myasthenia Gravis

• Golongan I = gejala-gejala nya hanya terdapat


pada otot-otot ocular
• Golongan II A= Myasthenia gravis umum ringan
• Golongan II B = Myasthenia gravis umum ringan
• Golongan III = Myasthenia gravis yang berat
dan mengenai otot-otot pernapasan
• Golongan IV =Myasthenia gravis kronik yang
berat.
Pemeriksaan penunjang Myasthenia
gravis
1.Test wartenberg
• Dilakukan pada gejala yang kelopak matanya tidak jelas.
2.Uji Tensilon ( endrophonium chloride)
• Dengan cara disuntik 2 mg tensilon secara intravena.jika tidak ada reaksi
maka akan di suntikan 8 mg secara intravena.
3.Uji Prostigmin ( neostigmin )
• pada tes ini disuntikkan 3 cc atau 1,5 mg prostigmin methylsulfat secara
intramuskular (bila perlu, diberikan atropin ¼ atau ½ mg).
4.Uji Kinin
• diberikan 3 tablet kinina masing-masing 200 mg. 3 jam kemudian
diberikan 3 tablet lagi (masing-masing 200 mg per tablet).
5.Laboratorium ( Tes Darah)
• Antistriated muscle ( anti-SM antibody)
• Anti muscle specifik kinase ( MuSK)
• Antistriational antibodies
6.Elektrodiagnostik
Pada Elektrodiagnostik terdapat transmisi neuromuscular
melalui 2 teknik :
• single fiber electromyography ( SFEMG)
• Repetitive nerve stimulation (RNS)
7.CT scan atau MRI
8.Pulmory function test
Penatalaksanaan Myasthenia Gravis

• Penatalaksanaan myastenia gravis dapat dilakukan dengan


obat-obatan,timomektomi atau pun dengan imunomodulasi
dan imunosupresif terapi yang dapat memberikan prognosis
yang baik pada kesembuhan miastenia gravis.
Komplikasi Myasthenia Gravis
Komplikasi utama yang yang menyertai penyakit myasthenia gravis adalah :
• Myasthenic crisis
pasien dengan Myasthenia gravis sedang atau pun berat, keduanya memiliki
kelainan/kesulitan untuk menelan dan bernapas, sering kali mengalami
penurunan kondisi. biasanya dipicu oleh infeksi penyerta atau penarikan tiba-
tiba obat antikolinesterasi, tetapi mungkin terjadi secara spontan. jika
peningkatan dosis dari obat antikolinesterase tidak dapat meningkatkan
kelemahan, intubasi endotrachial dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan.
• Cholinergic crisis
krisis kolinergik terjadi sebagai hasil dari pemberian obat yang lebih.efek
muskarinik dari tingkat racun,karena obat antikolinesterase menyebabkan
kram perut, diare, dan sekresi paru berlebihan. efek nikotinik paradoksikal
memperburuk kelemahan dan dapat menyebabkan kejang bronkial. jika status
pernapasan terganggu, klien mungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik.
Pencegahan & Perawatan
1.Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan bentuk pencegahan yang dilakukan pada saat
individu belum menderita sakit.
Bentuk upaya yang dilakukan yaitu dengan cara promosi kesehatan atau
penyuluhan dengan cara memberikan pengetahuan bagaimana penanggulangan
dari penyakit Miastenia gravis yang dapat dilakukan dengan:
• Memberi pengetahuan untuk tidak mengkonsumsi minum-minuman
beralkohol, khususnya apabila minuman keras tersebut dicampur dengan
airsoda yang mengandung kuinin. Kuinin merupakan obat yang memudahkan
terjadinya kelemahan otot.
• Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan dalam melakukan pekerjaan dan
menjaga kondisi untuk tidak stres. Karena kebanyakan pasien-pasien Miastenia
gravis terjadi pada saat mereka dalam kondisi yang lelah dan tegang.
2.Pencegahan Sekunder
Pencegahan ditujukan pada individu yang sudah mulai sakit
dan menunjukkan adanya tanda dan gejala. Pada tahap yang
dapat dilakukan adalah dengan cara pengobatan yaitu : dengan
mempengaruhi proses imunologik pada tubuh individu,yang
bisa dilaksanakan dengan; Timektomi,Kortikosteroid,
Imunosupresif yang biasanya menggunakan Azathioprine.
3.Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier (rehabilitasi), bentuk pencegahan ini
mengusahakan agar penyakit yang diderita tidak menjadi hambatan
bagi individu dan tidak terjadi komplikasi pada individu. Yang dapat
dilakukan dengan:
• Mencegah untuk tidak terjadinya penyakit infeksipada pernafasan.
Karena hal ini dapatmemperburuk kelemahan otot yang diderita
oleh individu.
• Istirahat yang cukup
• Pada Miastenia gravis dengan ptosis, yaitu dapat diberikan
kacamata khusus yang dilengkapi dengan pengait kelopak mata.
• Mengontrol pasien Miastenia gravis untuk tidak minum obat-
obatan tikolinesterase secara berlebihan.
perawatan yang dapat dilakukan oleh klien dengan myastenia gravis adalah
sebagai berikut

Istirahat yang cukup Penderita myastenia gravis memerlukan tidur selama 10


jam agar dapat bangun dalam keadaan segar. Dengan istirahat, banyak
Asetilkholin dengan rangsangan saraf akan bertambah sehingga serat-serat otot
yang kekurangan Asetilkholin di bawah ambang rangsang dapat berkontraksi.
• Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan dalam melakukan pekerjaan yaitu
menyelingi kerja dengan istirahat.
• Menghindari faktor-faktor pencetus kelelahan seperti Menjaga kondisi untuk
tidak stress, menghindari panas matahari, mandi sauna serta menghindari
makanan yang merangsang.
• Mencegah untuk tidak terjadi penyakit infeksi padapernafasan. Karena dapat
memperburuk kelemahan otot yang diderita oleh individu.
• Pada Miastenia gravis dengan ptosis, diberikan kacamata khusus yang
dilengkapi dengan pengait kelopak mata.
Asuhan Keperawatan Myasthenia
Gravis
Pengkajian
1. Identitas
2. Keluahan Utama : Kelemahan Otot
3. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada riwayat dan
presentasi klinis.
4. Pemeriksaan fisik :
• B1(breathing): dispnea"resiko terjadi aspirasi dan gagal pernapasan akut"
kelemahan otot diafragma
• B2(bleeding) : hipotensi/ hipertensi .takikardi /bradikardi
• B3(brain) : kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan
palsiokular"jatuhnya mata atau dipoblia
• B4(bladder) :menurunkan pungsi kandung kemih"retensi urine"hilangnya
sensasi saat berkemih
• B5(bowel) : kesulitan mengunyah-menelan"dispagia" dan peristaltik usus
turun" hipersalivasi"hipersekresi
• B6(bone) : gangguan aktivitas / mobilitas fisik"kelemahan otot yang berlebih
Diagnosa

1. ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


kelemahan otot pernapasan.
2. Resiko cedera berhubungan dengan fungsi indra
penglihatan tidak optimal.
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan
disfonia"gangguan pengucapan kata" gangguan
neuromuskular" kehilangan kontrol tonus otot fasial atau
oral
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis.
Intervensi

• Dx ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


kelemahan otot pernapasan.
• Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi
pola pernapasan klien kembali efektif
• kriteria hasil :
• •Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas
normal
• •Bunyi nafas terdengar jelas
• •Respirator terpasang dengan optimal
• Intervensi
1.Kaji kemampuan ventilasi
Rasional :
Untuk klien dengan penurunan kapasitas ventilasi, perawat
mengkaji frekuensi pernapasan,kedalaman dna bunyi nafas, pantau
hasil tes fungsi paru-paru tidal, kapasitas vital, kekuatan inspirasi,
dengan interval yang sering dalam mendeteksi masalah pau-paru,
sebelum perubahan kadar gas darah arteri dan sebelum tampak
gejala klinik.
2. Kaji kualitas frekuensi dan kedalaman pernapasan, laporkan
setiap perubahan yang terjadi.
Rasional :
Dengan mengkaji kualitas Frekuensi dan kedalaman pernapasan,
kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien
3. Baringkan klien dalam posisi yang nyaman dalam posisi
duduk
Rasional :
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga
ekspansi paru bisa maksimal.
4. Observasi tanda-tanda vital (nadi,RR )
Rasional :
Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru.
DX Resiko cedera berhubungan dengan fungsi indra
penglihatan yang tidak optimal
Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang
terlibat dalam kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
• Menunjukkan perubahan perilaku , pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
• Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk
meningkatkan keamanan.
Intervensi
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Rasional :
Menjadi data dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya.
2. Atur cara beraktivitas klien sesuai kemampuan.
Rasional :
Sasaran klien adalah memperbaiki kekuatan dan daya tahan.
Menjadi partisipan dalam pengobatan. Klien harus belajar
tentang fakta- fakta dasar mengenai agen-agen
antikolinesterase-kerja, waktu, penyesuaian dosis, gejala-
gejala kelebihan dosis, dan efek toksik, yang penting pada
pengguaan medikasi dengan tepat waktu adalah ketegasan.
3. Evaluasi Kemampuan aktivitas motorik.
Rasional :
Menilai singkat keberhasilan dari terapi yang boleh diberikan
Dx Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia,
gangguan pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan
kontrol tonus otot fasial atau oral.
Tujuan : klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengekspresikan perasaannya" mampu
menggunakan bahasa isyarat
Kriteria hasil :
•Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat
dipenuhi
•Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal
maupuni syarat.
Intervensi
1.Kaji komunikasi verbal klien
Rasional :
Kelemahan otot-otot bicara klien krisis miastenia gravis dapat
berakibat pada komunikasi.
2. Lakukan metode komunikasi yang ideal sesuai dengan kondisi klien
Rasional :
Teknik untuk meningkatkan komunikasi meliputi mendengarkan
klien, mengulangi apa yang mereka coba komunikasikan dengan jelas
dan membuktikan yang diinformasikan, berbicara dengan klien
terhadap kedipan mata mereka dan goyangkan jari- jari tangan atau
kaki untuk menjawab ya atau tidak. Setelah periode krisis klien selalu
mampu mengenal kebutuhan mereka.
3. Beri peringatan bahwa klien diruang ini mengalami gangguan
berbicara, sediakan bel khusus bila perlu.
Rasional :
Untuk kenyamanan yang berhubungan dengan ketidakmampuan
komunikasi
4. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien.
Rasional :
Membantu menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan atau
ketidak mampuan berkomunikasi
5. Ucapkan langsung kepada klien dengan berbicara pelan dan tenang,
gunakan pertanyaan dengan jawaban iya atau tidak dan perhatikan
respon klien
Rasional :
Mengurangi kebingungan atau kecemasan terhadap banyaknya informasi.
Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
6. Kolaborasi :konsultasi ke ahli terapi bicara
Rasional :
Mengkaji kemampuan verbal individual, sensorik, dan motorik, serta
fungsi kognitif untuk mengidentifikasi defisit dan kebutuhan terapi.
Dx Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis, ketidak
mampuan komunikasi verbal
Tujuan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
• Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan
orangterdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
• Mampu menyatakan penerimaan diriterhadap situasi
• Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam kosep diri
dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi
1.Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan
dengan derajat ketidak mampuan.
Rasional :
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana
perawatan atau pemilihan intervensi.
2.Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien
Rasional :
Beberapa klien dapat menerima dan mengatur beberapa fungsi
secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan membandingkan mengenal dan
mengatur kekurangan.
3. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Rasional :
Membantu meningkatkan perasaanhargadiri dan mengontrol lebihdari
satu areakehidupan
4. Anjurkan orang yang terdekat untuk menginginkan klien melakukan
hal untuk dirinya sebanyak-banyaknya
Rasional :
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
5.Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada
indikasi.
Rasional :
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk
perkembangan perasaan.
Evaluasi

1. Pola napas kembali efektif


2. Terhindar dari resiko cedera
3. Tidak terjadi hambatan dalam komunikasi
4. Citra tubuh klien meningkat

Anda mungkin juga menyukai