MG lebih sering terdapat pada orang dewasa, dapat juga pada anak dan
bisa timbul segera setelah lahir atau sesudah umur 10 tahun. Wanita lebih
sering terkena pada usia dekade kedua atau ketiga dan laki-laki lebih
sering pada usia dekade kelima dan keenam (Pangkahila, 2013).
Dapartemen kesehatan Amerika Serikat mencatat jumlah pasien MG
diestimasikan sebanyak 5 sampai 14 dari 100.000 orang populasi pada
seluruh etnis maupun jenis kelamin. Di Indonesia sendiri belum ditemukan
data yang akurat terkait angka kejadian MG.
Latar Belakang
Myasthenia gravis secara klinis memiliki ciri kelelahan dan kelemahan pada otot.
Keluhan kelemahan meningkat sepanjang hari diperburuk dengan aktivitas dan
mengalami perbaikan dengan istirahat. Ciri-cirinya meliputi ptosis, diploma, disartria,
disfagia serta kelemahan otot pernafasan dan anggota gerak. Sekitar setengah pasien
memiliki keluhan okular, yang lain dapat mengeluhkan gejala pernafasan, disarthria,
disfagia, atau kelelahan dan kelemahan otot anggota gerak. Gejala yang paling serius
adalah gangguan pernafasan karena kelemahan otot diafragma dan interkostal.
Untuk mengatasi dampak yang timbul maka diperlukannya peran perawat dalam
memberikan asuhan keperwatan secara komperehensif terhadap pasien dengan penyakit
Myasthenia Gravis. Sehingga dapat mencegah terjadinya masalah komplikasi pada pasien.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan kajian studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Ny. Y dengan Diagnosa Medis Myathenia Gravis di Ruang ICU
RS Universitas Airlangga”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka ditetapkan
rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Ny. Y dengan Diagnosa Medis Myathenia
Gravis di Ruang ICU RS Universitas Airlangga?”
Tujuan
• Tujuan umum
Setelah mendapatkan materi tentang myasthenia gravis diharapkan pembaca dapat
memahami mengenai kasus myasthenia gravis
• Tujuan khusus
1.Melakukan pengkajian pada pasien dengan myasthenia gravis
2.Menentukan analisa data dan diagnosa keperawatan pada pasien dengan myasthenia gravis
3.Memberikan intervensi pada pasien dengan myasthenia gravis
4.Melakukan implementasi pada pasien dengan myasthenia gravis
5.Melakukan evaluasi pada pasien dengan myasthenia gravis
Definisi
Myasthenia gravis atau selanjutnya disingkat MG merupakan suatu
penyakit autoimun dari neuromuscular junction (NMJ) yang disebabkan
oleh antibodi yang menyerang komponen dari membran postsinaptik,
mengganggu transmisi neuromuskular, dan menyebabkan kelemahan
dan kelelahan otot rangka (Chairunnisa, 2016).
MG menyebabkan permasalahan transmisi yang mana terjadi
pemblokiran AchR di serat otot (post synaptic) mengakibatkan tidak
sampainya impuls dari serat saraf ke serat otot sehingga menyebabkan
tidak terjadinya kontraksi otot (Dwimartyono, 2019).
Etiologi
Penyebab pasti masih belum
diketahui. Akan tetapi, penyakit ini
diyakini karena:
1. Respon autoimun
2. Pelepasan asetilkolin yang
tidak efektif
3. Respon serabut otot yang tidak
adekuat terhadap asetilkolin.
Manifestasi Klinis
• Pengatupan kelopak mata yang lemah, ptosis, dan diplopia
• Kel emahan otot skeletal dan keluhan mudah lelah yang akan bertambah ketika
hari semakin siang, tetapi akan berkurang setelah pasien beristirahat
• Tampilan wajah yang kosong serta tanpa ekspresi dan nada vocal hidung
• Regurgitasi cairan yang sering ke dalam hidung dan kesulitan mengunyah serta
menelan akibat terkenanya nervus kranialis
• Kelopak mata yang jatuh
• Kelemahan otot-otot leher dengan kepala yang miring ke belakang untuk melihat
• Kelemahan otot-otot pernapasan, penurunan volume tidal serta kapasitas vital
Klasifikasi
Kelas I : Adanya kelemahan otot okular, kelemahan pada saat menutup mata dan
kekuatan otot-otot lain normal
Kelas II : Adanya kelemahan ringan pada otot lain selain otot okular. Otot okular
mengalami kelemahan dalam berbagai derajat.
Kelas III : Adanya kelemahan tingkat sedang pada otot-otot lain selain otot okular.
Otot okular mengalami kelemahan dalam berbagai derajat.
Kelas IV : Adanya kelemahan dalam derajat yang berat pada otot selain otot
okular, sedangkan otot okular mengalami kelemahan dalam berbagai derajat.
Kelas V : Pada kelas ini penderita terintubasi dengan atau tanpa ventilasi mekanik
WOC
Pemeriksaan Diagnostik
• Tes dengan pemberian obat antikolinesterase kerja singkat
Tensilon yang menghasilkan perbaikan segera pada kelemahan otot
Tes/Endrofonium bila diberikan secara intravena.
Agen-agen antikolinesterase
Obat ini beraksi dengan meningkatkan konsentrasi asetilkolin yang relative tersedia
pada persimpangan neuromuscular. Mereka diberikan untuk meningkatkan respon
otot-otot terhadap impuls saraf dan meningkatkan kekuatan otot.
Obat-obatan
Dalam pengobatan digunakan piridostigmin bromide (Mestinon),
ambenonium khlorida (Mytelase), dan neostigmin (Prostigmine). Dosis ditingkatkan
berangsur-angsur sampai tercapai hasil maksimal yang diinginkan (bertambahnya
kekuatan, berkurangnya kelelahan), walaupun kekuatan otot normal tidak tercapai dan
pasien akan mempunyai kekuatan beradaptasi terhadap beberapa ketidakmampuan.
Penatalaksanaan Umum
Terapi imunosupresif
Ditentukan untuk tujuan menurunkan produksi antibodi anti reseptor atau mengeluarkan langsung
melalui perubahan plasma (digambarkan di bawah ini). Terapi imunosupresif mencakup
kortikosteroid, plasmaferesis dan timektomi.
Prednisone
Digunakan dalam beberapa hari untuk menurnkan insiden efek samping, dan terlihat dengan
sukses adanya penekanan penyakit.
Obat Sitotoksik
Obat sitotoksikjuga diberikan. Walaupun mekanisme aksi yang sepenuhnya muncul tidak
dimengerti, namun obat-obat seperti azatioprin (imuran) dan siklofosfamid (Cytoxan) menurunkan
titer sirkulasi asetilkolin pada reseptor antibodi.
Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan pembedahan
Pada pasien myasthenia gravis timus tampak terlibat dalam proses produksi
antibodi AChR. Timektomi (pembedahan mengangkat timus) menyebabkan
pengurangan penyakit substansial, terutama pada pasien dengan tumor atau
hyperplasia kelenjar timus. Timektomi yaitu membuka sternum karena seluruh
timus harus dibuang.
Komplikasi
Krisis Krisis
miasnetik kolinergik
Asuhan Keperawatan
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : - Myastenia Gravis Gangguan Ventilasi Spontan
(D.0004)
DO : Gangguan otot
• Pola napas Ny.Y abnormal, takipnea
• Terpasang endotracheal tube (ETT) pernapasan
• Terpasang alat bantu napas dengan
menggunakan ventilator Kelemahan otot pernapasan
• Volume tidal menurun (500cc) (Diafragma)
• PCO2 meningkat (46 mmHg)
• Spo2 94% Sesak Napas
• Pemeriksaan Tanda Tanda vital
- RR: 25x/mnt Gangguan Ventilasi Spontan
- S: 36,8ºC (D.0004)
- N: 85x/mnt
- TD:120/80mmHg
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : - Myastenia Gravis Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
DO : Gangguan otot pernapasan (D.0001
• Auskultasi terdengar suara napas
ronchi Ketidakmampuan batuk efektif
• Terdapat sputum berwarna putih
kental Sekresi mukus meningkat
• Klien tidak dapat batuk efektif
• Terpasang ETT Bersihan jalan napas tidak efektif
• Menggunakan alat bantu napas (D.0001)
dengan menggunakan ventilator
• SpO2 94%
• Pemeriksaan Tanda Tanda vital
- RR: 25x/mnt
- S: 36,8ºC
- N: 85x/mnt
- TD:120/80mmHg
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : - Myastenia Gravis Gangguan Mobilitas
Fisik
DO : Gangguan otot volunter (D.0054)
• Gerakan sangat terbatas
• Fisik Ny.Y lemah Kelemahan otot rangka
• Kekuatan otot menurun
• Rentang gerak pasif dan sangat Sulit menggerakkan
terbatas anggota gerak
• Kekuatan otot ekstremitas atas
3333/3333 Gangguan Mobilitas Fisik
• Kekuatan otot ekstremitas bawah (D.0054)
3333/3333
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL: 9 Maret 2021
1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot
pernapasan dibuktikan dengan dyspnea, volume tidal menurun, PCO2
meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun (D.0004)
2. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan spasme yang tertahan
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
suara napas ronkhi kering (D.0001)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
(gangguan neuromuscular) dibuktikan dengan sulit menggerakkan
ekstremitas, rentang gerak ROM menurun (D. 0054)
RENCANA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
PEMBAHASAN
Pengkajian
• Pengkajian merupakan langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan, dalam
kasus ini pasien yang dikaji bernama Ny Y usia 32 tahun, suku jawa dan tinggal di
Surabaya. Pasien masuk ke rumah sakit pukul 08.30 dengan diagnosa Mysthenia
Gravis.