Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

DI RUANG AIRLANGGA DALAM RSUD KANJURUAN KEPANJEN KABUPATEN


MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH :
ANITA DWI RAHAYU

201920461011086

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

DI RUANG AIRLANGGA DALAM RSUD KANJURUAN KEPANJEN KABUPATEN


MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 3

NAMA: ANITA DWI RAHAYU

NIM: 201920461011086

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 15-20 Juni 2020/ MINGGU 2

Malang, 26 Juni 2020 20


Mahasiswa, Pembimbing,

(ANITA DWI RAHAYU) (Nama Pembimbing)

2
LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : ANITA DWI RAHAYU


NIM : 201920461011086
TGL PRAKTEK : 22-27 Juni 2020
MINGGU KE : Kedua

No Kompetensi Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Malang, 26 Juni 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(ANITA DWI RAHAYU) (Nama Pembimbing)

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................. 2


LEMBAR PENILAIAN........................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 4
A. Definisi......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Etiologi......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
C. Epidemologi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
D. Tanda dan Gejala ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
E. Patofisologi .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
F. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... Error! Bookmark not defined.
G. Penatalaksanaan ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Tirah baring atau bed rest............................................................. Error! Bookmark not defined.
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada
intestinal. .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS) ........... Error! Bookmark not defined.
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI) ................................................... Error! Bookmark not defined.
J. Luaran Keperawatan (SLKI) ........................................................ Error! Bookmark not defined.
K. Intervensi Keperawatan (SIKI) .................................................... Error! Bookmark not defined.
L. Daftar Pustaka .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................................................. 14
A. CASE REPORT ........................................................................................................................ 14
B. Pengkajian (Focus Assesement)................................................................................................ 14
vii. Pemeriksaan Fungsi Neurologis ............................................................................................... 17
C. Analisa Data .............................................................................................................................. 18
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI) ................................................................................................ 19
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)........................... 23
A. Masalah Keperawatan ............................................................................................................... 23
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal) ........................................................................ 23
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference) .......................................................................................... 26
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS) .......................................... 27
1. Judul Tindakan Keperawatan .................................................................................................... 27
2. Judul Tindakan Keperawatan .................................................................................................... 28
3. Judul Tindakan Keperawatan .................................................................................................... 28
4. Judul Tindakan Keperawatan ....................................................... Error! Bookmark not defined.

4
KONSEP DASAR PENYAKIT PNEUMONIA

1. Definisi/Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).

Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian. Pneumonia


adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong udara dalam paru
yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen
menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah,
selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.

2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus tipe 8
menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak
ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4
tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumokokus dan ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan
bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.

Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol
beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali
merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita. Menurut laporan WHO,
sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan
UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi,
melebihi penyakit penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.

3. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia

5
juga sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena
etiologi di bawah ini :

 Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus
aureus dan streptococcus pyogenis

 Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan
penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.

 Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp,
Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.

 Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.

 Faktor lain yang mempengaruhi


Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia

• Umur dibawah 2 bulan

• Tingkat sosio ekonomi rendah

• Gizi kurang

6
• Berat badan lahir rendah

• Tingkat pendidikan rendah

• Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah

• Kepadatan tempat tinggal

• Imunisasi yang tidak memadai

• Menderita penyakit kronis

4. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok ini dapat
masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu
masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak.
Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai
adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga
pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis
respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Pathway terlampir.

5. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia, yaitu:
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
 Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
 Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia)
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonia pada penderita immunocompromised.

7
Berdasarkan bakteri penyebab:
 Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi
hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakangan mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan
lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan
menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan
cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru
kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya,
karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat
terisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang
seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma,
legionella, dan chalamydia.
 Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga). Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza,
yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36
jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas
tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi
pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna
hijau atau merah tua.

8
 Pneumonia jamur,
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya
tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi:
 Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
 Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada
berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan
sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-
paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu
menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya.
Jika demikian keadaannya, tentu tambah sulit penyembuhannya. Penyebab penyakit pada
kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
6. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak, adanya PCH, Adanya
takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit), pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot
aksesori pernafasan, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi abdomen, sputum purulen,
berbusa, bersemu darah, batuk : Non produktif – produktif, demam menggigil, faringitis.
 Palpasi
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya meningkat sekitar
10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius, turgor kulit menurun,
peningkatan taktil fremitus di sisi yang sakit, hati mungkin membesar.
 Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
 Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik
yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui
dinding dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi
ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) daripada melalui
jaringan normal.

9
7. Pemeriksaan Diagnostik
 Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
 GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada
 Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran
LED meninggi.
 LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi
jaringan paru

 Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu
atau beberapa lobus.

 Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah


Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.
Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung,
biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak
rutin dilakukan karena sulit.
 Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia).

10
 Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
 Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik
sel raksasa (rubella).

8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop,
akan terdengar suara ronchi. Selain itu juga didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti:
rontgen dada, pembiakan dahak, hitung jenis darah, gas darah arteri.

9. Therapy
 Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
 Pemberian oksigen tambahan
 Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
 Antibiotik sesuai dengan program
 Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
 Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
 Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
 Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500
mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.

11
10. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari
pneumonia / bronchopneumonia adalah :

 Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke
dalam dan timbul efusi.
 Efusi pleura
 Abses otak
 Endokarditis
 Osteomielitis
 Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
 Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
 Infeksi sitemik.
 Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
 Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
11. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai 1%. Pasien dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi (Q_key `0094`).

12
Diagnosis Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada alveoli
akibat infeksi
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
capiler
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik.
 Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melewati membran kapiler dan atau alveolar
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
 Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif dan
neuromuscular ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan ADL
 Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran
 Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
otak dan penurunan suplai O2 ke serebral ditandai dengan penurunan kesadaran,
adanya riwayat kejang.
 Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan faktor metabolik tubuh
 PK: Sepsis

13
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. CASE REPORT
Judul Case Report

Isi Case Report


Seorang pria Kaukasia Kanada berusia 52 tahun dengan riwayat penyakit Crohn di
rujuk ke rumah sakit kami untuk manajemen pneumonia lobus kiri bawah yang persisten. Dia
mengalami dispnea dan batuk yang produktif dari dahak berbau feses selama satu
bulan. Gejalanya berangsur-angsur memburuk dan ia mengalami penurunan berat badan 13 kg
selama satu tahun. Dia tidak menderita diare atau anoreksia. Kondisi klinisnya gagal membaik
meskipun terapi antibiotik oral dengan Co-trimoxazole, Ciprofloxacin dan Fluconazole.
Riwayat medis masa lalunya yang relevan termasuk anastomosis cecal-sigmoidal yang jauh
tanpa reseksi beberapa tahun sebelum penerimaan ini, dan kecelakaan kendaraan bermotor
yang membuatnya mengalami disfungsi kognitif ringan. Saat masuk, ia memiliki suhu 36,5 °
C, detak jantung 100 kali per menit, tekanan darah 110/70 mmHg, dan saturasi oksigen 94%
di udara kamar. Pemeriksaan dada mengungkapkan fremitus vena taktil dan suara napas
bronkial di atas pangkal kiri. Data laboratorium menunjukkan jumlah sel darah putih 8,3 * 109
/ L, hemoglobin 96 g / l, MCV 74,7 fL, dan trombosit 637 * 109 / L. Rontgen toraks
menunjukkan pneumonia lobus kiri bawah yang bersifat kavitasi. Kultur sputum sebelum
masuk tumbuh beberapa organisme termasuk Escherichia coli, spesies Candida,
dan Stenotrophomonas Maltophilia . Pasien dirawat di rumah sakit kami dan mulai
menggunakan Meropenem secara intravena tanpa perbaikan yang signifikan. Bronkoskopi
menunjukkan edema bronkus tanpa lesi yang menghalangi. CT thorax CT dengan kontras
meningkatkan keberadaan pneumonia lobus kiri bawah yang bersifat kavitasi. Ada juga saran
bahwa pneumonia telah melampaui diafragma dan CT abdomen diatur. CT abdomen

14
selanjutnya mengungkapkan komunikasi fistula antara usus besar pada fleksura lienalis dan
ruang bronkial kiri. CT juga menunjukkan bukti kolitis segmental yang melibatkan fleksi
limpa. Pasien menjalani pembedahan dengan reseksi sekum dan kolon desendens,
mempertahankan anastomosis cecal-sigmoid sebelumnya. Saluran fibrosa divisualisasikan
memanjang dari fleksura lien, di belakang limpa, dan berakhir di paru-paru kiri. Pasien dirawat
dengan asam Amoxicillin / Clavulinic acid oral selama 6 minggu dan membaik ketika ia terlihat
di klinik 12 minggu setelah operasi.

Pengkajian (Focus Assesement)

i. IDENTITAS
b. Identitas Pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

ii. Keluhan utama :


Dia mengalami dispnea dan batuk yang produktif dari dahak berbau feses selama satu
bulan
iii. DIAGNOSA MEDIS
Pneumonia
iv. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan yang lalu : Riwayat medis masa lalunya yang relevan termasuk
anastomosis cecal-sigmoidal yang jauh tanpa reseksi beberapa tahun sebelum
penerimaan ini, dan kecelakaan kendaraan bermotor yang membuatnya mengalami
disfungsi kognitif ringan.
 Riwayat kesehatan sekarang : Dia mengalami dispnea dan batuk yang produktif dari
dahak berbau feses selama satu bulan, CT juga menunjukkan bukti kolitis segmental
yang melibatkan fleksi limpa. Pasien menjalani pembedahan dengan reseksi sekum
dan kolon desendens, mempertahankan anastomosis cecal-sigmoid
sebelumnya. Saluran fibrosa divisualisasikan memanjang dari fleksura lien, di
belakang limpa, dan berakhir di paru-paru kiri. Pasien dirawat dengan asam
Amoxicillin / Clavulinic acid oral selama 6 minggu dan membaik ketika ia terlihat
di klinik 12 minggu setelah operasi.

15
 kesehatan keluarga : Tidak terkaji
v. Pemeriksaan fisik : Saat masuk, ia memiliki suhu 36,5 ° C, detak jantung 100 kali
per menit, tekanan darah 110/70 mmHg, dan saturasi oksigen 94% di udara kamar.
Pemeriksaan dada mengungkapkan fremitus vena taktil dan suara napas bronkial di
atas pangkal kiri. Data laboratorium menunjukkan jumlah sel darah putih 8,3 * 109
/ L, hemoglobin 96 g / l, MCV 74,7 fL, dan trombosit 637 * 109 / L. Rontgen toraks
menunjukkan pneumonia lobus kiri bawah yang bersifat kavitasi. Kultur sputum
sebelum masuk tumbuh beberapa organisme termasuk Escherichia coli, spesies
Candida, dan Stenotrophomonas Maltophilia, Bronkoskopi menunjukkan edema
bronkus tanpa lesi yang menghalangi. CT thorax CT dengan kontras meningkatkan
keberadaan pneumonia lobus kiri bawah yang bersifat kavitasi. Ada juga saran
bahwa pneumonia telah melampaui diafragma dan CT abdomen diatur. CT
abdomen selanjutnya mengungkapkan komunikasi fistula antara usus besar pada
fleksura lienalis dan ruang bronkial kiri. CT juga menunjukkan bukti kolitis
segmental yang melibatkan fleksi limpa.

vi. PEMERIKSAAN FISIK ()


A. Keadaan Umum
Lemah
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN


Tidak terkaji suhu 36,5 ° C, detak jantung 100 kali per menit,
tekanan darah 110/70 mmHg, dan saturasi oksigen
94% di udara kamar. Pemeriksaan dada
mengungkapkan fremitus vena taktil dan suara napas
bronkial di atas pangkal kiri. Data laboratorium
menunjukkan jumlah sel darah putih 8,3 * 109 / L,
hemoglobin 96 g / l, MCV 74,7 fL, dan trombosit 637
* 109 / L
vii. Pemeriksaan Thoraks/dada
PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
1. Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel
chest),
16
2. Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
3. Bentuk dada (simetris / asimetris),
4. keadaan kulit ? lembab
5. Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - ),
retraksi suprasternal ( - ), Sternomastoid ( - ), pernafasan cuping
hidung ( - ).
6. Pola nafas : (Eupnea / dispnea / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes /
Biot’s / Kusmaul)
7. Amati : cianosis ( - ), batuk (produktif / kering / darah ).
viii. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata 5
Menilai respon Verbal 5
Menilai respon motorik 5
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos
Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( - ), nyeri kepala ( -), kaku kuduk ( -), mual –muntah (
-) kejang ( -) penurunan tingkat kesadaran ( - )
ix. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik (tanggal 15…../… 06 /2020)
 Pemeriksaan penunjang :
x. Tindakan Dan Terapi
 Tindakan dan terapi : antibiotik oral dengan Co-trimoxazole, Ciprofloxacin dan
Fluconazole, Pasien menjalani pembedahan dengan reseksi sekum dan kolon
desendens, mempertahankan anastomosis cecal-sigmoid sebelumnya

TTD PERAWAT

(Anita Dwia Rahayu)

17
B. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH DIAGNOSA
(Tanda mayor & KEPERAWATA KEPERAWATA
minor) N N
DS: Pasien mengalami perubahan gangguan gangguan
dispnea membrane pertukaran gas pertukara gas b/d
DO: Tidak terkaji perubahan
alveolus-kapiler
membrane
alveolus-kapiler
(D.0003)
DS: pasien mengalami kesiapan kesiapan
penurunan berat badan peningkatan nutrisi peningkatan
13 kg selama satu
nutrisi b/d
tahun
DO: perilaku upaya
- Tidak terkaji peningkatan
kesehatan
(D.0026)

DS: pasien mengalami kerusakan defisit perawatan defisit perawatan


disfungsi kognitif kognitif dan diri diri b/d kerusakan
ringan
gangguan kognitif dan
DO: kecelakaan
neuromuskuler gangguan
kendaraan bermotor
neuromuskuler
(D.0109)

18
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
NO. SDKI SLKI SIKI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen (I.01026)
gangguan pertukara gas
selama 1x24 jam, maka “pertukaran gas”
b/d perubahan membrane Observasi :
meningkat dengan kriteria hasil : (L.01003)
alveolus-kapiler (D.0003) 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
No. Indikator Skala
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
1. Dispnea Menurun 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
2. PCO2 Membaik pastikan fraksi yang diberikan cukup
3. PO2 Membaik 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah ), jika perlu
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
Keterangan : 1-3
makan
1. Menurun
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
2. Cukup menurun
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen.

19
Terapeutik :
9. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea,
jika perlu
10. Pertahankan kepatenan jalan nafas
11. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
12. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
13. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat
tingkat mobilisasi pasien
Edukasi :
14. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi :
15. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
2. kesiapan peningkatan Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam diharap Edukasi berat badan efektif (1.12362)
nutrisi b/d perilaku upaya “ status nutrisi” membaik dengan kriteria Observasi
peningkatan kesehatan hasil : (L.03030) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
(D.0026) No. Indikator Skala informasi

1. berat badan Membaik Terpeutik


2. Sediakan materi dan media edukasi
2. indeks massa Membaik
tubuh

20
3. frekuensi membaik 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
makan kesepakatan
4. nafsu makan Membaik
4. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
unuk bertanya
Keterangan : 1-4 Edukasi
1. Memburuk 5. Jelaskan hubungan asupan makanan, latihan,
2. Cukup Memburuk peningkatan dan penurunan berat badan
3. Sedang
6. Jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi
4. Cukup membaik
5. Membaik berat badan
7. Jelaskan resiko kondisi kegemukan (overweight)
dan kekurusan (underweight)
8. Jelaskan kebiasaan, tradisi dan budaya, serta
faktor genetic yang mempengaruhi berat badan
9. Ajarkan cara mengelola berat badan secara
efektif.
3. defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan dukungan perawatan diri (1.11348)
kerusakan kognitif dan selama 1x24 jam, maka “perawatan diri” Observasi :
gangguan neuromuskuler meningkat dengan kriteria hasil : (L.11103) 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
(D.0109) No. Indikator Skala sesuai usia

1. kemampuan meningkat 2. Identifikasi tingkat kebutuhan alat bantu


mandi kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan

21
2. kemampuan Meningkat Terapeutik :
menggunakan 3. Sediakan lingkungan yeng terapeutik (mis,
pakaian
suasana hangat, rileks, privasi)
3. kemampuan Meningkat
makana 4. Siapkan keperluan pribadi (mis, parfum, sikat
gigi, dan sabun mandi)
4. kemampuan Meningkat
ke toilet 5. Damping dalam melakukan perawatan diri
(BAB/BAK) sampai mandiri
5. verbalisasi Meningkat 6. Fasilitasi untuk menerima keadaan
keinginan ketergantungan
melakukan
7. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
perawatan diri
melakukan perawatan diri
6. minat Meningkat
melakukan Edukasi :
perawatan diri 8. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
Keterangan : 1-6 konsisten sesuai kemampuan.
1. Menurun
2. Cukup Menurun
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat

22
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)

Intervensi dalam askep yg disusun wajib menyertakan EBN nya (minimal menyertakan 5
jurnal).
A. Masalah Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d membrane alveolus-kapiler (D.0003)
2. kesiapan peningkatan nutrisi b/d perilaku upaya peningkatan kesehatan (D.0026)
3. defisit perawatan diri b/d kerusakan kognitif dan gangguan neuromuskuler (D.0109)

B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)


1. Judul jurnal
Efektifitas pemberian terapi pursed lips breathing terhadap status oksigenasi anak
dengan pneumonia

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian terapi pursed lips
breathing melalui aktivitas bermain tiup lidah terhadap status oksigenasi anak usia
prasekolah yang mengalami pneumonia. teknik pengambilan sampel dengan purposive
random sampling sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18 kelompok intervensi dan 18
kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
status oksigenasi sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan terapi tiupan lidah
(PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan (RR) dan p=0,037 terhadap saturasi
oksigen.

23
2. Judul Jurnal
Pengaruh edukasi pedoman gizi seimbang terhadap pengetahuan dan sikap remaja
putri kurus

Ketidakseimbangan asupan dan aktifitas pada umumnya dapat menyebabkan kurang


energi kronis. Riskesdas tahun 2013, prevalensi status gizi anak usia sekolah dan remaja
berdasarkan IMT/U (kurus dan sangat kurus) sebesar 10,6%. Mencegah timbulnya masalah
gizi, perlu disosialisasikannya pedoman gizi seimbang yang bisa dijadikan sebagai
pedoman makan tentang gizi seimbang khususnya pada remaja putri kurus. Tujuan
penelitian ini adalah mengukur pengaruh pendidikan pedoman gizi seimbangn seimbang
terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri kurus. Pemberian edukasi dilaksanakan
1x/minggu selama 4 minggu dan pre-post pengukuran tinggi badan dan berat badan, data
pengetahuan dan sikap tentang pedoman gizi seimbang menggunakan kuesioner serta
pemberian leaflet, menggunakan uji Paired T-test, Spearman dan Regresi Linear
Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahanpengetahuan remaja putri
kurus sebelum edukasi (9.94±2,24) dan sesudah edukasi (10.55±1,72) tentang pedoman
gizi seimbang (PSG) dan ada perubahan berat badan remaja putri kurus sebelum edukasi
(30,6kg±1,7) dan sesudah edukasi (31,2kg±1,5). Disimpulkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan pedoman gizi seimbang pada pengetahuan remaja putri kurus.

24
3. Judul Jurnal
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri (self care)
pada pasien pasca stroke di rsud pringadi kota medan

Hasil penelitian dan pemabahasan dapat ditarik kesimpulkan bahwa dukungan


keluarga dengan kemampuan perawatan diri (self-care) pasien pasca stroke di RS
Royal Prima Medan dengan jumlah responden sebanyak 40 responden, maka diperoleh suatu
kesimpulan yaitu: bahwa terdapat gambaran dukungan keluarga dan kemampuan
perawatan diri (self-care) pasien pasca stroke, dan terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri (self-care) pasien pasca stroke di
RS Royal Prima Medan, dimana pasien pasca stroke di RS Royal Prima Medan
mendapat dukungan keluarga cukup dan pasien stroke yang melakukan perawatan diri
dengan sebaagian bantuan dari keluarga maupun orang sekitarnya.

25
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)
(Menggunakan Reference Manager Mendeley dan Sumber Reference 10 Tahun Terakhir)
1. Irdelia, R, dkk. (2014). Profil Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi pada Kasus
Stroke Berulang di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/2871
2. Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles, C.G., Perrota, C., & Vilano, J. (2016). Chest
physiotherapy for acute bronchiolitis in pediatric patients between 0 and 24 mounts old.
The Cocrane Library, issue 2
3. Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H. (2015). Effect of chest physical therapy on
pediatrics hospitalized with pneumonia. International Journal of Health and Rehabilitation
Science, 4(4), 219- 226.

26
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)

Menganalisa 5 tindakan via Youtube yang sesuai dengan intervensi yang disusun dalam
askep sebagai pemantapan DOPS
1. Judul Tindakan Keperawatan
a) Definisi
Terapi oksigen
b) Tujuan Tindakan
Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.

c) Persiapan Pasien

Persiapan yang dilakukan untuk pemasangan kanula hidung oksigen antara lain:
 Lakukan penilaian klinis pada pasien untuk memastikan indikasi tindakan terpenuhi.
Pastikan pasien mengalami hipoksia melalui pemeriksaan saturasi oksigen menggunakan
oksimeter
 Pastikan tidak ada obstruksi jalan napas pada hidung. Jika terdapat produksi mukus
berlebih, sedot menggunakan suction
 Edukasi pasien mengenai tujuan tindakan
 Pastikan terdapat instruksi yang jelas di rekam medis terkait dosis aliran oksigen yang
diberikan, durasi pemberian, titrasi, dan pemantauan

d) Peralatan

Pastikan semua peralatan tersedia dan dapat berfungsi. Peralatan yang digunakan
dalam pemasangan kanula hidung adalah:
 Kanula hidung dengan ukuran yang sesuai
 Tabung oksigen atau sumber oksigen lainnya
 Regulator oksigen yang terpasang ke sumber oksigen
 Flow meter untuk mengatur kecepatan aliran oksigen
 Humidifier.
e) Posisi Pasien
Posisi yang direkomendasikan adalah posisi duduk atau semi Fowler agar
memaksimalkan ekspansi paru. Posisi lain diperbolehkan bila kedua posisi yang telah
disebutkan tidak memungkinkan.
f) Prosedur Tindakan
Prosedur insersi kanula hidung untuk terapi oksigen antara lain:

27
 Pastikan sumber oksigen telah tersedia dan terpasang dengan regulator, flowmeter,
dan humidifier
 Identifikasi pasien dengan benar
 Cuci tangan
 Jelaskan ulang prosedur pada pasien
 Posisikan pasien untuk duduk atau setengah duduk bila memungkinkan
 Hubungkan selang kanul ke sumber oksigen
 Nyalakan aliran oksigen sesuai dosis yang dibutuhkan pasien, pastikan ada aliran oksigen
yang keluar melalui ujung kanul
 Posisikan prong dari kanul hidung agar melengkung ke bawah, kemudian
insersi prong ke dalam rongga hidung (Lihat gambar 3)
 Posisikan kedua sisi selang di atas dan belakang telinga
 Fiksasi kanul pada bagian bawah dagu pasien
 Lakukan pemantauan respon klinis pasien dan kontinuitas aliran oksigen secara rutin

Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=dNZ1xMrRFtM

2. Judul Tindakan Keperawatan


a) Definisi
Edukasi berat badan efektif
b) Tujuan Tindakan
Untuk memperbaiki status gizi pasien
Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=EGqB1h5XKsc
3. Judul Tindakan Keperawatan
a) Definisi
Dukungan perawatan diri
b) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=rpHXRnLLk0I

28
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE)

Tuliskan Resume/Rangkuman Materi Meet the Expert (Jika ada)

Pengkajian Pneumonia

 Data Subjektif
a) Klien mengatakan badan demam
b) Klien mengatakan merasa nyeri di daerah dada yang terasa tertusuk-tusuk, terutama
saat bernafas atau batuk
c) Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit kepala, dan mialgia
d) Klien mengatakan sering mengeluarkan dahak yang kental, berbusa dan berwarna
kehijauan atau bercampur darah.
e) Klien mengatakan lebih merasakan nyaman saat duduk tegak di tempat tidur dengan
condong ke arah depan tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam.
f) Klien mengatakan sering berkeringat banyak.
g) Klien mengatakan dada terasa sangat sesak dan sulit bernafas.
 Data Objektif
a) Suhu tubuh klien teraba panas, lebih dari 37,5 0C dan klien tampak menggigil.
b) Wajah klien tampak meringis.
c) Takipnea (25-45x/menit), dyspnea
d) Terdengar pernafasan mendengkur, rhonchi saat auskultasi.
e) Tampak penggunaan pernafasan cuping hidung atau otot-otot aksesori pernafasan.
f) Klien tampak lemah dan pucat.
g) Tampak area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru dalam hasil rontgen dada.
h) Terjadi peningkatan taktil fremitus saat dilakukan palpasi.
i) Suara pekak pada saat perkusi di daerah dada
j) Terdengar bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik
yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi
melalui dinding dada).
k) Ditemukannya ketidaknormalan pada hasil AGD.
l) Terdapat perubahan pada frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan.
m) Kesadaran dapat menurun akibat perluasan infeksi menjadi sepsis.

29
DAFTAR PUSTAKA

Irdelia, R, dkk. (2014). Profil Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi pada Kasus
Stroke Berulang di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/2871

Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles, C.G., Perrota, C., & Vilano, J. (2016). Chest
physiotherapy for acute bronchiolitis in pediatric patients between 0 and 24 mounts old.
The Cocrane Library, issue 2

Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H. (2015). Effect of chest physical therapy on pediatrics
hospitalized with pneumonia. International Journal of Health and Rehabilitation
Science, 4(4), 219- 226.

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

Khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-bronchopneumonia

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta

Nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)

http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html

30

Anda mungkin juga menyukai