DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DISUSUN OLEH :
ANITA DWI RAHAYU
201920461011086
1
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 3
NIM: 201920461011086
2
LEMBAR PENILAIAN
No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
3
DAFTAR ISI
4
KONSEP DASAR PENYAKIT PNEUMONIA
1. Definisi/Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus tipe 8
menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak
ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4
tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumokokus dan ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan
bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol
beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali
merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita. Menurut laporan WHO,
sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan
UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi,
melebihi penyakit penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.
3. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia
5
juga sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena
etiologi di bawah ini :
Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus
aureus dan streptococcus pyogenis
Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan
penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp,
Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.
• Gizi kurang
6
• Berat badan lahir rendah
4. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok ini dapat
masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu
masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak.
Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai
adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga
pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis
respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Pathway terlampir.
5. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia, yaitu:
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia)
Pneumonia aspirasi
Pneumonia pada penderita immunocompromised.
7
Berdasarkan bakteri penyebab:
Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi
hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakangan mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan
lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan
menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan
cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru
kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya,
karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat
terisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang
seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma,
legionella, dan chalamydia.
Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga). Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza,
yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36
jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas
tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi
pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna
hijau atau merah tua.
8
Pneumonia jamur,
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya
tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi:
Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada
berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan
sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-
paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu
menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya.
Jika demikian keadaannya, tentu tambah sulit penyembuhannya. Penyebab penyakit pada
kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
6. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak, adanya PCH, Adanya
takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit), pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot
aksesori pernafasan, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi abdomen, sputum purulen,
berbusa, bersemu darah, batuk : Non produktif – produktif, demam menggigil, faringitis.
Palpasi
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya meningkat sekitar
10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius, turgor kulit menurun,
peningkatan taktil fremitus di sisi yang sakit, hati mungkin membesar.
Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik
yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui
dinding dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi
ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) daripada melalui
jaringan normal.
9
7. Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada
Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran
LED meninggi.
LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsi
jaringan paru
Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu
atau beberapa lobus.
10
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik
sel raksasa (rubella).
8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop,
akan terdengar suara ronchi. Selain itu juga didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti:
rontgen dada, pembiakan dahak, hitung jenis darah, gas darah arteri.
9. Therapy
Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
Pemberian oksigen tambahan
Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Antibiotik sesuai dengan program
Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500
mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
11
10. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari
pneumonia / bronchopneumonia adalah :
Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke
dalam dan timbul efusi.
Efusi pleura
Abses otak
Endokarditis
Osteomielitis
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sitemik.
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
11. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai 1%. Pasien dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi (Q_key `0094`).
12
Diagnosis Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada alveoli
akibat infeksi
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
capiler
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik.
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melewati membran kapiler dan atau alveolar
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif dan
neuromuscular ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan ADL
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
otak dan penurunan suplai O2 ke serebral ditandai dengan penurunan kesadaran,
adanya riwayat kejang.
Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan faktor metabolik tubuh
PK: Sepsis
13
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. CASE REPORT
Judul Case Report
14
selanjutnya mengungkapkan komunikasi fistula antara usus besar pada fleksura lienalis dan
ruang bronkial kiri. CT juga menunjukkan bukti kolitis segmental yang melibatkan fleksi
limpa. Pasien menjalani pembedahan dengan reseksi sekum dan kolon desendens,
mempertahankan anastomosis cecal-sigmoid sebelumnya. Saluran fibrosa divisualisasikan
memanjang dari fleksura lien, di belakang limpa, dan berakhir di paru-paru kiri. Pasien dirawat
dengan asam Amoxicillin / Clavulinic acid oral selama 6 minggu dan membaik ketika ia terlihat
di klinik 12 minggu setelah operasi.
i. IDENTITAS
b. Identitas Pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : 52 tahun
15
kesehatan keluarga : Tidak terkaji
v. Pemeriksaan fisik : Saat masuk, ia memiliki suhu 36,5 ° C, detak jantung 100 kali
per menit, tekanan darah 110/70 mmHg, dan saturasi oksigen 94% di udara kamar.
Pemeriksaan dada mengungkapkan fremitus vena taktil dan suara napas bronkial di
atas pangkal kiri. Data laboratorium menunjukkan jumlah sel darah putih 8,3 * 109
/ L, hemoglobin 96 g / l, MCV 74,7 fL, dan trombosit 637 * 109 / L. Rontgen toraks
menunjukkan pneumonia lobus kiri bawah yang bersifat kavitasi. Kultur sputum
sebelum masuk tumbuh beberapa organisme termasuk Escherichia coli, spesies
Candida, dan Stenotrophomonas Maltophilia, Bronkoskopi menunjukkan edema
bronkus tanpa lesi yang menghalangi. CT thorax CT dengan kontras meningkatkan
keberadaan pneumonia lobus kiri bawah yang bersifat kavitasi. Ada juga saran
bahwa pneumonia telah melampaui diafragma dan CT abdomen diatur. CT
abdomen selanjutnya mengungkapkan komunikasi fistula antara usus besar pada
fleksura lienalis dan ruang bronkial kiri. CT juga menunjukkan bukti kolitis
segmental yang melibatkan fleksi limpa.
TTD PERAWAT
17
B. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH DIAGNOSA
(Tanda mayor & KEPERAWATA KEPERAWATA
minor) N N
DS: Pasien mengalami perubahan gangguan gangguan
dispnea membrane pertukaran gas pertukara gas b/d
DO: Tidak terkaji perubahan
alveolus-kapiler
membrane
alveolus-kapiler
(D.0003)
DS: pasien mengalami kesiapan kesiapan
penurunan berat badan peningkatan nutrisi peningkatan
13 kg selama satu
nutrisi b/d
tahun
DO: perilaku upaya
- Tidak terkaji peningkatan
kesehatan
(D.0026)
18
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
NO. SDKI SLKI SIKI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen (I.01026)
gangguan pertukara gas
selama 1x24 jam, maka “pertukaran gas”
b/d perubahan membrane Observasi :
meningkat dengan kriteria hasil : (L.01003)
alveolus-kapiler (D.0003) 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
No. Indikator Skala
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
1. Dispnea Menurun 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
2. PCO2 Membaik pastikan fraksi yang diberikan cukup
3. PO2 Membaik 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah ), jika perlu
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
Keterangan : 1-3
makan
1. Menurun
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
2. Cukup menurun
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen.
19
Terapeutik :
9. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea,
jika perlu
10. Pertahankan kepatenan jalan nafas
11. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
12. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
13. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat
tingkat mobilisasi pasien
Edukasi :
14. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi :
15. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
2. kesiapan peningkatan Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam diharap Edukasi berat badan efektif (1.12362)
nutrisi b/d perilaku upaya “ status nutrisi” membaik dengan kriteria Observasi
peningkatan kesehatan hasil : (L.03030) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
(D.0026) No. Indikator Skala informasi
20
3. frekuensi membaik 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
makan kesepakatan
4. nafsu makan Membaik
4. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
unuk bertanya
Keterangan : 1-4 Edukasi
1. Memburuk 5. Jelaskan hubungan asupan makanan, latihan,
2. Cukup Memburuk peningkatan dan penurunan berat badan
3. Sedang
6. Jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi
4. Cukup membaik
5. Membaik berat badan
7. Jelaskan resiko kondisi kegemukan (overweight)
dan kekurusan (underweight)
8. Jelaskan kebiasaan, tradisi dan budaya, serta
faktor genetic yang mempengaruhi berat badan
9. Ajarkan cara mengelola berat badan secara
efektif.
3. defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan dukungan perawatan diri (1.11348)
kerusakan kognitif dan selama 1x24 jam, maka “perawatan diri” Observasi :
gangguan neuromuskuler meningkat dengan kriteria hasil : (L.11103) 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
(D.0109) No. Indikator Skala sesuai usia
21
2. kemampuan Meningkat Terapeutik :
menggunakan 3. Sediakan lingkungan yeng terapeutik (mis,
pakaian
suasana hangat, rileks, privasi)
3. kemampuan Meningkat
makana 4. Siapkan keperluan pribadi (mis, parfum, sikat
gigi, dan sabun mandi)
4. kemampuan Meningkat
ke toilet 5. Damping dalam melakukan perawatan diri
(BAB/BAK) sampai mandiri
5. verbalisasi Meningkat 6. Fasilitasi untuk menerima keadaan
keinginan ketergantungan
melakukan
7. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
perawatan diri
melakukan perawatan diri
6. minat Meningkat
melakukan Edukasi :
perawatan diri 8. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
Keterangan : 1-6 konsisten sesuai kemampuan.
1. Menurun
2. Cukup Menurun
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat
22
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)
Intervensi dalam askep yg disusun wajib menyertakan EBN nya (minimal menyertakan 5
jurnal).
A. Masalah Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d membrane alveolus-kapiler (D.0003)
2. kesiapan peningkatan nutrisi b/d perilaku upaya peningkatan kesehatan (D.0026)
3. defisit perawatan diri b/d kerusakan kognitif dan gangguan neuromuskuler (D.0109)
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian terapi pursed lips
breathing melalui aktivitas bermain tiup lidah terhadap status oksigenasi anak usia
prasekolah yang mengalami pneumonia. teknik pengambilan sampel dengan purposive
random sampling sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18 kelompok intervensi dan 18
kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
status oksigenasi sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan terapi tiupan lidah
(PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan (RR) dan p=0,037 terhadap saturasi
oksigen.
23
2. Judul Jurnal
Pengaruh edukasi pedoman gizi seimbang terhadap pengetahuan dan sikap remaja
putri kurus
24
3. Judul Jurnal
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri (self care)
pada pasien pasca stroke di rsud pringadi kota medan
25
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)
(Menggunakan Reference Manager Mendeley dan Sumber Reference 10 Tahun Terakhir)
1. Irdelia, R, dkk. (2014). Profil Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi pada Kasus
Stroke Berulang di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/2871
2. Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles, C.G., Perrota, C., & Vilano, J. (2016). Chest
physiotherapy for acute bronchiolitis in pediatric patients between 0 and 24 mounts old.
The Cocrane Library, issue 2
3. Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H. (2015). Effect of chest physical therapy on
pediatrics hospitalized with pneumonia. International Journal of Health and Rehabilitation
Science, 4(4), 219- 226.
26
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)
Menganalisa 5 tindakan via Youtube yang sesuai dengan intervensi yang disusun dalam
askep sebagai pemantapan DOPS
1. Judul Tindakan Keperawatan
a) Definisi
Terapi oksigen
b) Tujuan Tindakan
Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.
c) Persiapan Pasien
Persiapan yang dilakukan untuk pemasangan kanula hidung oksigen antara lain:
Lakukan penilaian klinis pada pasien untuk memastikan indikasi tindakan terpenuhi.
Pastikan pasien mengalami hipoksia melalui pemeriksaan saturasi oksigen menggunakan
oksimeter
Pastikan tidak ada obstruksi jalan napas pada hidung. Jika terdapat produksi mukus
berlebih, sedot menggunakan suction
Edukasi pasien mengenai tujuan tindakan
Pastikan terdapat instruksi yang jelas di rekam medis terkait dosis aliran oksigen yang
diberikan, durasi pemberian, titrasi, dan pemantauan
d) Peralatan
Pastikan semua peralatan tersedia dan dapat berfungsi. Peralatan yang digunakan
dalam pemasangan kanula hidung adalah:
Kanula hidung dengan ukuran yang sesuai
Tabung oksigen atau sumber oksigen lainnya
Regulator oksigen yang terpasang ke sumber oksigen
Flow meter untuk mengatur kecepatan aliran oksigen
Humidifier.
e) Posisi Pasien
Posisi yang direkomendasikan adalah posisi duduk atau semi Fowler agar
memaksimalkan ekspansi paru. Posisi lain diperbolehkan bila kedua posisi yang telah
disebutkan tidak memungkinkan.
f) Prosedur Tindakan
Prosedur insersi kanula hidung untuk terapi oksigen antara lain:
27
Pastikan sumber oksigen telah tersedia dan terpasang dengan regulator, flowmeter,
dan humidifier
Identifikasi pasien dengan benar
Cuci tangan
Jelaskan ulang prosedur pada pasien
Posisikan pasien untuk duduk atau setengah duduk bila memungkinkan
Hubungkan selang kanul ke sumber oksigen
Nyalakan aliran oksigen sesuai dosis yang dibutuhkan pasien, pastikan ada aliran oksigen
yang keluar melalui ujung kanul
Posisikan prong dari kanul hidung agar melengkung ke bawah, kemudian
insersi prong ke dalam rongga hidung (Lihat gambar 3)
Posisikan kedua sisi selang di atas dan belakang telinga
Fiksasi kanul pada bagian bawah dagu pasien
Lakukan pemantauan respon klinis pasien dan kontinuitas aliran oksigen secara rutin
28
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE)
Pengkajian Pneumonia
Data Subjektif
a) Klien mengatakan badan demam
b) Klien mengatakan merasa nyeri di daerah dada yang terasa tertusuk-tusuk, terutama
saat bernafas atau batuk
c) Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit kepala, dan mialgia
d) Klien mengatakan sering mengeluarkan dahak yang kental, berbusa dan berwarna
kehijauan atau bercampur darah.
e) Klien mengatakan lebih merasakan nyaman saat duduk tegak di tempat tidur dengan
condong ke arah depan tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam.
f) Klien mengatakan sering berkeringat banyak.
g) Klien mengatakan dada terasa sangat sesak dan sulit bernafas.
Data Objektif
a) Suhu tubuh klien teraba panas, lebih dari 37,5 0C dan klien tampak menggigil.
b) Wajah klien tampak meringis.
c) Takipnea (25-45x/menit), dyspnea
d) Terdengar pernafasan mendengkur, rhonchi saat auskultasi.
e) Tampak penggunaan pernafasan cuping hidung atau otot-otot aksesori pernafasan.
f) Klien tampak lemah dan pucat.
g) Tampak area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru dalam hasil rontgen dada.
h) Terjadi peningkatan taktil fremitus saat dilakukan palpasi.
i) Suara pekak pada saat perkusi di daerah dada
j) Terdengar bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik
yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi
melalui dinding dada).
k) Ditemukannya ketidaknormalan pada hasil AGD.
l) Terdapat perubahan pada frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan.
m) Kesadaran dapat menurun akibat perluasan infeksi menjadi sepsis.
29
DAFTAR PUSTAKA
Irdelia, R, dkk. (2014). Profil Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi pada Kasus
Stroke Berulang di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/2871
Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles, C.G., Perrota, C., & Vilano, J. (2016). Chest
physiotherapy for acute bronchiolitis in pediatric patients between 0 and 24 mounts old.
The Cocrane Library, issue 2
Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H. (2015). Effect of chest physical therapy on pediatrics
hospitalized with pneumonia. International Journal of Health and Rehabilitation
Science, 4(4), 219- 226.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-bronchopneumonia
Nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)
http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html
30