Disusun Oleh :
Arif Maulana Yusuf
402018008
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 402018008
Mengesahkan,
Pembimbing Pendidikan
NPP. 2001141070010
Menyetujui,
Pembimbing Ruangan
i
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas seminar mata kuliah Stase Gawat
BARAT”.
ini. Karena dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa kemampuan
yang kami miliki sangat terbatas, akan tetapi kami berusaha semaksimal mungkin
Akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, Oleh karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun akan kami terima. Dan akhirnya kami
ii
DAFTAR ISI
iii
3. Intervensi Keperawatan......................................................................................... 44
4. Tahap pelaksanaan ................................................................................................ 45
5. Evaluasi ................................................................................................................. 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 47
B. Saran ..................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya
butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam
respons time yang cepat dan tepat (KepMenKes, 2009). Sebagai salah satu
macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok
berlebihan dapat mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac output, dan
1
kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merugikan bagi pasien yang menderita
syok hipovolemik (Kolecki dkk, 2014). Pemberian cairan merupakan salah satu
hal yang paling umum yang dikelola setiap hari di unit perawatan rumah sakit dan
Intensive Care Unit (ICU), dan itu adalah prinsip inti untuk mengelola pasien
jaringan, hipotensi, dan kegagalan organ. Pada keadaan ini kondisi pasien sangat
buruk dan tingkat mortalitas sangat tinggi. Apabila syok hipovolemik tidak
B. Rumusan masalah
untuk membuat laporan tentang Asuhan Keperawatan Intensif pada Ny. T dengan
diagnosa Syok hipovolemik di Ruang IGD Rumah Sakit Al-Ihsan Provinsi Jawa
Barat.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2
2. Tujuan Khusus
Intensif pada Ny. T di Ruang IGD Rumah Sakit Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
penulis dapat :
3
D. Metode Telaah dan Teknik Pengambilan Data
analisis dalam bentuk studi kasus yaitu pemaparan kasus sesuai bentuk dan
fisik klien.
4
E. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus,
BAB ini berisi tentang tinjauan teori dengan urusan bahasa yaitu: definisi,
anatomi fisiologi, etiologi dan faktor predisposisi, patofisiologi, tanda dan gejala,
tindakan medis, prosedur diagnostik, diet, data fokus pengkajian sesuai teori dan
BAB ini yaitu tentang Dokumentasi laporan kasus mulai dari pengkajian,
perkembangan.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB ini berisi Pembahasan yang memuat perbandingan antara teori dan kasus.
BAB ini berisi tentang kesimpulan dari data yang ditemukan di klinik dengan
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya
Suddarth,2002).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
secara langsung karena perdarahan hebat atau tidak langsung karena hilangnya
cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin
adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke
6
B. Etiologi
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
terganggu.
C. Manifestasi Kinik
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
7
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut (Toni Ashadi, 2006)
adalah:
a) Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam
D. Patofisiologi
yaitu :
a) Fase Kompensasi
8
untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan
aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan
b) Fase Progresif
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa
9
respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan
penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke
c) Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
E. Komplikasi
10
d) Dehidrasi kronis
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali
perdarahan.
dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos
dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom
subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah
pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
11
e) Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari
pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada
(Gultom, 2005)
G. Penatalaksanaan
b) Pemberian Cairan
dalam paru.
dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
12
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
intravaskuler.
cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan,
plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan
13
(Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih
gas darah.
A. Primari survay
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital
terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan
penderita mengijinkan.
terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung
14
3. disability – pemeriksaan neurologi
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.
mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak
harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera
intra kranial.
penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki
sebagai bagian dari mencari cidera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting
mencegah hipotermia.
Dilatasi lambung sering kali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada
anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tidak
dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf fagus yang
berlabihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar distensi lambung membesarkan resiko respirasi isi lambung, ini
dilakukan dengan memasukan selamh atau pipa kedalam perut melalui hidung
15
atau mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.
Namun, walaupun penempatan pipa sudah baik, masih mungkin terjadi aspirasi.
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urine.
Darah pada uretra atau prostad pada letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak
keteter uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh.
B. Sekundery survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan
dengan empat kali radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya
(hukum poiseuille). Karena itu lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan
bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkunkan
menggunakan tektik seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena
didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu
16
tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya,
sehubungan dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau
hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil. Pada anak-
sebelum menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk
dokternya.
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
tes kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus
dilakukan pada saat ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada
vena subklavia atau vena jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan
C. Tersieri survey
awal. Jenis cairan ini mengisi intravaskuler dalam wakti singkat dan juga
adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun
NaCL fisiologis merupakan pengganti cairan terbaik namun cairan ini memiliki
17
potensi untuk terjadinya asidosis hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah
: sebagai asetat
18
19
D. Diagnosa
20
bunyi nafas dan adanya bunyi
ronchi
Kolaborasi :
dan kehangatan
21
Kolaborasi
sesuai indikasi
2. Awasi pemeriksaan
trauma hebat dengan kriteria hasil: bagian yang sakit dengan tirah
Kolaborasi
(toradol, flekseril)
22
2. Berikan analgesik yang
dikontrol
mencetusnya.
toleransi
albumin.
Kolaborasi :
proklorparazin ( compazin).
23
urine b/d keperawatan selama urin
Alupurinol (ziloprim).
24
1. Klien menyatakan gerakan, warna kulit,
dan menjelaskan
alasan tindakan
25
BAB III
Keluhan utama □ Gangguan pertukaran gas √ Atur posisi head tilt chin lift √ Mengatur posisi head tilt chin lift(06:30)
□ Atur posisi jaw thrust □ Mengatur posisi jaw thrust
Pasien terlihat sesak dan lemas, keluarga √ Penurunan curah jantung □ Lakukan finger sweep □ Melakukan finger sweep
pasien mengatakan BAB berdarah sejak tadi √ Resusitasi Jantung paru 30 : 2 √ Melakukan Resusitasi Jantung paru 30 : 2
pagi pukul 06:00 terus menerus. Dan (kompresi dada 30 nafas buatan 2) (kompresi dada 30 nafas buatan 2 (06:30)
□ Gangguan ventilasi spontan □ Melakukan suctioning mucus
merasakan mulai sesak pada pukul 18:00 □ Lakukan suctioning mucus
saat maghrib disertai nyeri, nyeri serasa di □ Lakukan black blows/abdominal thrust □ Melakukan black blows/abdominal thrust
tekan terletak diarea dada. □ Pola napas tidak efektif √ Memasang pipa oro faring/mayo (06:35)
√ Pasang pipa oro faring/mayo
√ Memasang oksigen 4 .ltr/mnt via MNR
√ Pasang oksigen 4 ltr/mnt mll……....….
□ Penurunan kapasitas adaptif □ Membantu memasang ETT
Riwayat penyakit □ Pasang ETT √ Memberikan cairan infus (00:40)
intrakranial
√ Pemberian cairan infus √ NaCl 0,9 %, terpasang di lengan kanan (00:40)
Keluarga Pasien mengatakan mempunyai √ NaCl 0,9 % √ memberikan D 40 3 vial (01 : 30)
penyakit magh dan sudah lama . √ Resiko syok √ pemberian D 40% 25ml sebanyak 3 vial √ memberikan Dextrose 10% (01:35)
√ pemberian dextrose 10% □ …………………………………..
Skala nyeri : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 □ Resiko ketidakefektifan perfusi □ ………………………………….. □ Memberikan therapy injek
gastroinestinal □ Pemberian therapy injek √ furosamide 2 amp/IV (00:40)
Tingkat kesadaran : √ furosamide 10 mg/dl 2 amp √ Sulfat atropin 1 Amp/IV (06:30)
□ Resiko ketidakefektifan perfusi √ omeprazole 1 amp √ omeprazole 1 amp (04:30)
Sadar/Lethargi/Obtundasi /Sopor/Koma ginjal √ asam tranexsamat
26
√ Sulfat atripin 0,5 mg/dl 1 amp/ IV √ asam tranexamat (04:30)
GCS = 11 E 3 M 5 V 3 □ Resiko ketidakefektifan perfusi □ Pasang NGT / Decompressi lambung □ Memasang NGT / Decompressi lambung
jaringan jantung √ Pasang Catheter Urine / nelaton catheter √ Memasang Catheter Urine nelaton catheter
TTV : TD 130/90 mmHg, Suhu 35.9°C, □ Resusitasi cairan pasien dehidrasi (02:00 WIB)
√ Ketidakefektifan perfusi □ Memberikan resusitasi cairan pasien dehidrasi
< 12 bln = 30 ml/kg BB dlm 1jam
Nadi. 108 x/m, Napas 30 x/m, jaringan perifer
< 12 bln = 70 ml/kg BB dlm 5 jam ............... .....cc dalam .....................jam/infus
TB / BB : ±150 cm/65kg, BMI =28,8 □ Nyeri Akut / Kronis > 12 bln = 30 ml / kg BB dlm 30 menit □ Memberikan resusitasi cairan luka bakar total
Airway □ Resko ketidakseimbangan > 12 bln = 70 ml / kg BB dalam 2,5 jam kebutuhan cairan :
□ Resusitasi cairan luka Bakar total kebutuhan
elektrolit
cairan :
□ Pangkal lidah jatuh □ Benda asing 4 cc x ………..….kg BB x ….…….%
√ Kekurangan volume cairan
□ Sputum banyak □ Edema laring/faring 2-4 cc kg BB x luas luka bakar Hasil penghitungan
□ Kelebihan volume cairan 8 Jam ke-1 berikan ½ total kebutuhan
□ Kejang; lama kejang …….....…..menit
□ Retensi urine 16 jam selanjutnya berikan ½ total
Total kebutuhan ………….…………cc
□ Frekwensi kejang ……..kali /……….. kebutuhan
√ Berikan transfusi darah
□ Disfungsi motilitas √ Jenis ; PRC
□ Area kejang ; total / lokal gastrointestinal √ Gol darah/jumlah A . 203 ml 8 Jam ke-1 = ….………cc
□ Hentikan perdarahan
Breathing □ Ketidakefektifan bersihan jalan □ Pembebatan/depp
napas □ Pasang spalek 16 jam selanjutnya = ….………cc
□ Apneu □ Stridor □ Bilas lambung
□ Resiko asfiksia □ …………………………………
□ Bradipnoe □ Ronchi □ …………………………........... □ Memberikan transfusi darah
□ Pemeriksaan lab darah / urine
□ Kontaminasi
√ Tachipnoe □ PCH (+) □ AGD Jenis darah : ............................................. ...........
√ Gula Darah
□ Hipertermi √ darah kimia □ Menghentikan perdarahan dengan cara :
□ Wheezing (+) □ lainnya………….....
√ darah elektrolit
27
C. Circulation □ …………………………………. □ Pembebatan/depp
√ Hipotermi □ ………………………………….
√ Akral dingin □ Sianosis □ …………………………………. □ Pasang spalek
□ Ketidakefektifan termoregulasi □ Mengambil sampel darah / urine untuk
□ Perdarahan mll >2000 cc □ Atur posisi tidur : rata lantai
pemeriksaan lab : 10-juli-2019. GOL.DAR .A
□ Perilaku kekerasan terhadap
√ CRT >2 detik □ Monitoring lab serial ……….tiap…......…jam
orang lain □ HB : 4,4 (L). Leukosit : 11.900 (H).
√ Monitoring TTV tiap 15 menit Eritrosit : 2140 (L). Hematokrit 16,2 (L).
□ Nadi tdk teraba □ Perilaku kekerasan terhadap Trombosit : 541.000 (H). SGOT : 93 (H).
diri sendiri SGPT : 17. Ureum : 54 (H). Kreatinin : 1,22 (H).
√ Turgor jelek √ Conjtv Anemi □ Monitoring intake-output tiap ……...……jam
GDS : 36 (L). Natrium : 133 (L). Kalium : 5,2
Kalsium :0,96 (L)
□ Diare, frekwensi 6x/hari NB : L (low)
H (high)
Distensi abdomen (+) / Ascites □ Mengatur posisi tidur : rata lantai
D. Dissability
28
□ Pupil anisokor ; ka/ki………/.……mm
□ Fraktur terbuka
□ ROM
E. Exposure
29
Pemeriksaan penunjang
1) EKG
Pukul 06 : 40 WIB
2) Thorax photo
30
Tabel 3.1
Pemberian obat
31
FORMAT MONITORING DAN CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
32
04:00 Memberikan tranfusi darah yang pertama 203 ml,
jenis darah PRC. Golongan darah A
04:30 Memberikan obat omeprazole dan asam
tranexamat/IV
04:30 Mengobsevasi TTV, hasil : TD 89/40 mmhg. N = 77.
RR = 26 (MNR). S = 36,1 ˚C. Pasien tertidur dengan
posisi duduk
06:00 Mengobservasi TTV. Hasil : TD : 54/37 mmhg, N =
88 x/m. RR : 24 x/m (MNR)
06:30 Memeriksa labu pertama sisa 10 ml, TD : 98/50
mmhg. N = 90 x/m. RR : 24 x/m. SpO2 90 %
06:35 Pasien apneu. Mengaktivkan sistem resusitasi, code
blue. TD (-). N = 30 x/m.
06:35 Melakukan RJP 30 : 2 satu siklus, sinus bradikardi,
memberikan SA 0,5 mg/dl. RJP 30 : 2.
06 :37 Memeriksa nadi. Hasil : nadi tidak teraba dan
adrenalin masuk 1 ampul
06:40 Pasien dinyatakan meninggal oleh dokter.
Berdasarkan hasil pupi midriasis dan di dukung oleh
EKG.
33
Algoritma pasien
Pasien dating
(00:34)
Pengambilan darah
pemeriksaan lab
Konsul dokter,
RJP 1 siklus Pasien apneu rencana pindah
(06:30) ruangan ke ruang HCU
Tidak ada
Pasien respon EKG plat
meninggal
34
2. Analisa data
Tabel 3.2
tabel Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : keluarga pasien Melena (perdarahan) Risiko syok
mengatakan pasien BAB
↓
berdarah sejak pagi pukul
06:00 sudah 6 kali intake↓ output↑
DO : pasien terlihat lemas ↓
hasil pemeriksaan darah : Elektrolit didalam tubuh
berkurang
- HB : 4,4 (L).
- Leukosit : 11.900 ↓
(H).
Kekurangan darah didalam
- Eritrosit : 2140 (L).
tubuh
- Hematokrit 16,2
(L). ↓
- Trombosit : 541.000
(H). HB↓
- SGOT : 93 (H). ↓
- SGPT : 17.
- Ureum : 54 (H). Hipovolemik
- Kreatinin : 1,22 (H). ↓
- GDS : 36 (L).
- Natrium : 133 (L). Resiko syok
Kalium : 5,2.
Kalsium :0,96 (L)
3. Diagnosa keperawatan
sebanyak 7 kali
35
4. Intervensi
Tabel 3.3
Tabel intervensi
36
kapiler dan
kekuatan nadi
perifer 7. Mengidentifikasi
7. Awasi adanya ketidak
pemasukan dan seimbangan
pengeluaran masuknya cairan
cairan. 8. Meningkatkan
8. Tingkatkan sirkulasi darah
pemasukan sesuai kebutuhan
cairan tubuh
9. Kolaborasi 9. NaCl membantu
pemberikan meningkatkan
cairan IV NaCl natrium didalam
0,9% dan tubuh dan
dextrose sesuai menyeimbangkan
indikasi osmolaritas darah.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
keperawatan dilapangan selama ini dengan tujuan kasus penulis berupaya dalam
dengan kesenjangan dan kesamaan teori, selain itu juga penulis menemukan
animia gravis.
1. Tahap pengkajian
a. Primari survay
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital
terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan
penderita mengijinkan.
38
2. Sirkulasi - kontrol perdarahan
terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.
mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak
harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera
intra kranial.
penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki
sebagai bagian dari mencari cidera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting
mencegah hipotermia.
39
5. Dilasi lambung – dikompresi.
Dilatasi lambung sering kali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada
anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tidak
dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf fagus yang
berlabihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar distensi lambung membesarkan resiko respirasi isi lambung, ini
dilakukan dengan memasukan selamh atau pipa kedalam perut melalui hidung
atau mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.
Namun, walaupun penempatan pipa sudah baik, masih mungkin terjadi aspirasi.
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urine.
Darah pada uretra atau prostad pada letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak
keteter uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh.
B. Sekundery survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan
dengan empat kali radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya
(hukum poiseuille). Karena itu lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar
40
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan
bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkunkan
menggunakan tektik seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena
didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu
tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya,
sehubungan dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau
hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil. Pada anak-
sebelum menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk
dokternya.
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
tes kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus
dilakukan pada saat ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada
vena subklavia atau vena jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan
C. Tersieri survey
41
Terapi awal cairan Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal.
Jenis cairan ini mengisi intravaskuler dalam wakti singkat dan juga menstabilkan
kedalam ruang intersisial dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan
pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun NaCL fisiologis
merupakan pengganti cairan terbaik namun cairan ini memiliki potensi untuk
2. Diagnosa keperawatan
diagnosa yang mungkin muncul pada teori terdapat 5 diagnosa yang sesuai
42
Sebalikanya ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja
sehingga konsentrasi (osmolaritas) serum dipengaruhi (potter & perry, 2006).
Berdasarkan hasil pengkajian diagnosa ini diangkat karena cairan tubuh di dalam
tubuh pasien tidak seimbang dengan analisa data sebagai berikut :
- DS : keluarga pasien mengatakan pasien BAB berdarah sejak pagi pukul
06:00 sudah 6 kali
- DO : pasien terlihat lemas
hasil pemeriksaan darah :
- HB : 4,4 (L).
- Leukosit : 11.900 (H).
- Eritrosit : 2140 (L).
- Hematokrit 16,2 (L).
- Trombosit : 541.000 (H).
- SGOT : 93 (H).
- SGPT : 17.
- Ureum : 54 (H).
- Kreatinin : 1,22 (H).
- GDS : 36 (L).
- Natrium : 133 (L). Kalium : 5,2. Kalsium :0,96 (L)
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan
Ketidakefektifan perfusi adalah ketidak adekuatan suplai oksigen kedalam
kepada klien dimana Klien nnampak pucat, Akral dingin, Klien terlihat anemis,
darah sejak tadi pagi sudah 6x dan sesak sejak pikul 18:00 dan DO : pasien
terlihat sesak, Terdapat retraksi dada, HB 4,4 mg/dl, Eritrosit 2140 mg/dl,
Hematokrit 16,2 %, Akral dingin , CRT > 2 detik dan Edema ekstermitas bawah.
43
d. Nyeri akut
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan
sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan
hingga bera, dengan akhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi
kurang dari 3 bulan (Nanda, 2018). DS : pasien mengeleuh sesak disertai nyeri,
nyeri serasa di tekan terletak diarea dada. Dan DO : pasien terlihat sesak, Pasien
Skala nyeri 4.
mengatakan pasien belum buang air kecil semenjak siang dan DO : palpasi
3. Intervensi Keperawatan
classification (NIC). Pada tahap ini, rencana asuhan keperawatan yang telah
kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia diruangan tanpa meninggalkan
44
dilapangan. Dalam menetapkan tujuan, intervensi dasar pemikiran dari setiap
intervensi penulis berpedoman pada sumber buku dan literatur yang mendukung
4. Tahap pelaksanaan
jantung yaitu pamantaun kesadaran dengan nilai Gasglow coma scale (GCS). Hal
ini sejalan dengan Brunner & Suddarth (2014) bahwa perubahan pada tingkat
perubahan perfusi jaringan otak. Selain itu observasi tanda-tanda vital seperti
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra
jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa
Hasil analisis penulis terhadap tata laksana yang berada dilapangan dan di
45
emasang IV line dengan memberikan cairan NaCl 0,9% kemudian mengambil
sample pemeriksaan darah untuk tindakan lebih lanjut. Setelah hasil darah sudah
darah jenis PRC 2 labu untuk meningkatkan HB didalam darah, dan eritrosit.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan klien mengalami apneu pada pukul 06:30 WIB
dan dilakukan RJB serta beging sebanya 2 siklus dan satu labu darah PRC masuk
atau 1 ampul, kemudian di RJP satu siklus namun nadi tidak ada dan berdasarkan
46
BAB V
A. Kesimpulan
penulis mengacu pada data prioritas yang dialami oleh pasien yaitu Pasien terlihat
sesak dan lemas, keluarga pasien mengatakan BAB berdarah sejak tadi pagi pukul
06:00 terus menerus. Dan merasakan mulai sesak pada pukul 18:00 saat maghrib
disertai nyeri, nyeri serasa di tekan terletak diarea dada. Dan data-data objektif
baik tindakan mandiri maupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Penulis
Namun pasien tidak dapat diselamatkan karena mengalami henti jantung dan
nafas, sehingga klien dinyatakan meninggal oleh dokter berdasarkan hasil EKG.
47
B. Saran
1. Bagi Penulis
keperawatan gawat darurat dan keperawatan kritis yang sudah ada di rumah sakit,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan meningkatkan angka
48
DAFTAR PUSTAKA
49
LAMPIRAN
50
51