Anda di halaman 1dari 17

EBN

(EVIDENCE BASED NURSING)


RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUANG FRESIA 2
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN
KOTA BANDUNG

DISUSUN
OLE H :

OKTADEVI RIZKI
REKI ROBERTA
RIKA RAHMATIKA ULPAH
ROBERTO BAGIO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI
JAWA BARAT
2017 -2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah EBN (Evidence Based Nursing) yang berjudul “Rendam Kaki
Dengan Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi”
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal
Bedah Program Profesi Ners STIKep PPNI Jawa Barat. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat mengetahui proses pemecahan dan pengayakan yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan terutama bagi mahasiswa Program Profesi Ners.
Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun Makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan
kritiknya.

Bandung, Desember 2017

Penulis

.
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakag Masalah...............................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan………….................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI...............................................................................................3
B. klasifikasi.....................................................................................................4
C. Etilogi..........................................................................................................6
D. Patofiologi ..................................................................................................8
E. Manifestasi Klinik.......................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................11
G. Penatalaksanaan……. .................................................................................14
H. Rendaman Air Hangat.................................................................................14

BAB III PENUTUPAN

1. Kesimpulan ..............................................................................................26
2. Saran ........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh
darah akibat kontraksi jantung dan dipengaruhi oleh elastisitas dinding pembuluh. Secara
klinis, pengukuran tekanan dalam arteri adalah pada saat sistol ventrikel dan diastol
ventrikel (Tortora & Derrickson, 2009). Pengukuran tekanan darah pada seseorang tidak
dapat diukur dengan adekuat melalui satu kali pengukuran saja. Tekanan darah berubah
dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan yang optimal. Perubahan tekanan darah
bisaterjadi pada seseorang, hal ini dipengaruhi oleh usia, stres, etnik, jenis kelamin,
variasi harian, obat- obatan, merokok, aktivitas dan berat badan. Kemungkinan seseorang
mengalami hipertensi akan semakin tinggi saat usia semakin bertambah (Perry & Potter,
2010).
Hipertensi masih diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di
seluruh dunia atau sekitar 13% dari total kematian (Hypertension Current Perspective,
2008). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2013, menyebutkan bahwa hipertensi
di Indonesia mencapai 21 – 27,5% dari kejadian prevelensi hipertensi yang telah
mencapai 37% dari total penduduk dewasa (Guimareas, et al 2013)
Peningkatan terjadi disebabkan karena orang- orang pada usia produktif jarang
memperlihatkan kesehatan mereka dengan pola hidup yang sehat (Anggara, 2013).
Mendapatkan pengobatan pada hipertensi sangat penting. Pengobatan dini akan dapat
mencegah timbulnya komplikasi pada bebarapa organ tubuh seperti saraf,jantung,ginjal
dan lain-lain (Suhendra, 2008). Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi
komplementer. Cara-cara pada terapi komplementer bisa dilakukan dengan terapi herbal,
terapi nutrisi, relakasi progresif, meditasi, terapi tertawa, akupuntur, akupressur,
aromaterapi, refleksiologi, dan hidroterapi (Gunawan, 2014).
Menurut Stevenson (2007), hidroterapi adalah sebuah teknik yang berfungsi sebagai
media untuk menghilangkan rasa sakit dan mengobati penyakit. Hidroterapi memiliki
efek relaksasi bagi tubuh, sehingga dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin
dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin dan dapat menurunkan tekanan darah
apabila di lakukan dengan kesadaran dan melalui kedisiplinan (Madyastuti, 2012). Air
adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan cidera, karena secara ilmiah air hangat
dapat berdampak fisiologi tubuh. Pertama, berdampak pada pembuluh darah yaitu
membuat sirlukasi menjadi lancer. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan
menguatkan otot-otot ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh. Selain itu, suhu
air yang hangat akan meningkatkan kelenturan jaringan (Wijayanti, 2009).
Merendam tubuh dengan menggunakan air hangat merupakan aplikasi untuk
mengurangi nyeri akut maupun kronis. Manfaat terapi air dapat menghidupkan kembali
dan memulihkan kesehatan. Fisiologi air hangat menurut Sutawijaya (2010) yaitu dimana
air hangat dapat menyebabkan pembuluh darah melebar dan air hangat dapat
menghilangkan toksin-toksin dari jaringan tubuh. Handoyo (2014) mengatakan adapun
manfaat air hangat adalah merangsang sirkulasi pada pembuluh darah dan
menyegarkan tubuh. Arnot, (2009) menjelaskan bahwa hidroterapi juga berfungsi pada
gangguan sensori, Range of Motion (ROM) yang terbatas, nyeri, masalah respirasi,
kelelahan, masalah sirkulasi, depresi, dan penyakit jantung.
Saat dilakukan pengkajian mulai tanggal 08 Desember 2017 sampai dengan 15
Desember 2017 terdapat enam pasien dengan hipertensi, keenam pasien saat dilakukan
pengkajian tidak mengetahui terapi komplementer apa yang dapat digunakan untuk
mengurangi tekanan darah tinggi selain dari pola makan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
adalah bagaimana pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui bagaimana Rendam Kaki Dengan Air Hangat Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi.

BAB II
TINJAUAN JURNAL

A. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

2. Klasifikasi
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18
Tahun
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

3. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga
erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing
ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan
tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan
mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama
dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan
pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan
elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer,
yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan
kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida
yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan
darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan
meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan
tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam
urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan
norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Rohaendi, 2008).
.
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging
(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu
: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,
rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
dari hidung).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium : Hb, Ht, Leukosit, Elektrolit, Gula darah, Kolesterol, trigliserida
dan Analisa Gas Darah.
b. EKG : Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
c. Foto dada : Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
(Sodoyo, 2006).
7. PENATALAKSANAAN
Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

B. RENDAM KAKI
1. Pengertian
Rendam kaki air hangat adalah salah satu terapi non farmakologis yang
mudah dan murah yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Pengobatan secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan
mengubah gaya hidup yang lebih sehat dan melakukan terapi dengan rendam kaki
menggunakan air hangat yang bisa dilakukan setiap saat. Efek rendam kaki air
hangat sama dengan berjalan dengan kaki telanjang selama 30 menit.

2. Manfaat
Manfaat/efek hangat adalah efek fisik panas/hangat yang dapat
menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan
dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi metabolisme seiring
dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek
biologis panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh
terhadap panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah,
menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan
metabolism jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat
inilah yang dipergunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan
keadaan dalam tubuh (Destia, Umi & Priyanto, 2014).

Menurut Susanto (2015), merendam kaki dengan air hangat akan membuat
pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi darah. Ini Dapat
merelaksasikan seluruh tubuh dan mengurangi kelelahan dari hari yang penuh
dengan aktifitas. Menurut Destia, Umi & Priyanto (2014), prinsip kerja terapi
rendam kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot sehingga
dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh
baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls
yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan
kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan
merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel akan merangsang
ventrikel untuk segera berkontraksi.

Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka. Untuk
membuka katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup
aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga dengan adanya
pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah
mendorong darah masuk kejantung sehingga menurunkan tekanan sistoliknya.
Pada tekanan diastolik keadaan relaksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel
berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan
adanya pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan diastolik.
Maka dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara terapi rendam kaki air
hangat dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik (Oktaviana, 2011)
BAB III
PEMBAHASAN

N Jenis Sampel dan Metode Instrument atau alat


Judul Penelitian Tujuan Hasil penelitian
o penelitian Penelitian ukur
1 Perubahan untuk melihat Kuantitatif Populasi yang Uji statistic paired t-test menunjukan penurunan yang
Tekanan Darah efektifitas rendam digunakan pada dan Wilcoxon signifikan (α <.00 5). sehingga
Sebagai Respon kaki dengan air penelitian ini yaitu dapat disimpulkan bahwa
Terhadap hangat pada wanita usia 40-60 rendam kaki dengan air hangat
Hirdroterapi tekanan darah tahun dan sebanyak 20 menurunk an tekanan darah
Rendam Kaki sistolik dan orang yang dipilih pada wanita penderita
Dengan Air diastolik wanita secara Purposive hipertensi tahap I.
Hangat Pada dewasa penderita Sampling
Wanita Dewasa hipertensi tahap I.
Hiperetensi Tahap Desain : pre-
I. eksperimen dengan
menggunakan one
group pre test-post test
design
2 Pengaruh Rendam mengetahui Kuantitatif Quasi Experiment Data diperoleh dengan Berdasarkan uji wilcoxon
Kaki pengaruh rendam dengan desain Time uji statistik didapatkan hasil Z = - 8,127
Menggunakan Air kaki Series Design Without menggunakan uji (sistolik) Z = -5,587 (diastolik)
Hangat Dengan menggunakan air Control . Tehnik Wilcoxon dan ρ value = 0,000 dengan α =
Campuran Garam hangat dengan sampling dengan 0,05. Dimana ρ value 0,000 <
Dan Serai campuran garam Purposive Sampling, 0,05, sehingga H0 ditolak Ha
Terhadap dan serai terhadap sejumlah 86 orang. diterima. Ada Pengaruh
Penurunan penurunan Rendam Kaki Menggunakan
Tekanan Darah tekanan darah Air Hangat dengan Campuran
Pada Penderita pada penderita Garam dan Serai Terhadap
Hipertensi Di hipertensi di Penurunan Tekanan Darah pada
Wilayah Podorejo Wilayah Podorejo Penderita Hipertensi di
Rw 8 Ngaliyan RW 8 Ngaliyan Wilayah Podorejo RW 8
Ngaliyan.

3 Pengaruh Terapi untuk mengetahui kuantitatif Penelitian ini Teknik pengambilan Hasil uji statistik dengan uji t
Rendam Kaki Air apakah ada merupakan penelitian data dengan cara berpasangan didapatkan bahwa
Hangat Terhadap pengaruh terapi Pre Eksperiment, tipe observasi menggunakan nilai p diastolik yaitu 0,000
Penurunan rendam kaki air pretest dan posttest sphygmomanometer air (<0.05) dan hasil uji Wilcoxon
Tekanan Darah hangat terhadap design. Sampel dalam raksa. Analisa data pada tekanan darah sistolik
Pada Lansia penurunan penelitian ini adalah dengan menggunakan didapatkan bahwa nilai p
Penderita tekanan darah lansia penderita uji t-dependent (paired sistolik yaitu 0,001 (<0,05),
Hipertensi Di pada lansia hipertensi di wilayah sample test) dan
sehingga H0 ditolak.
Wilayah Kerja penderita kerja UPK Puskesmas wilcoxon test
Kesimpulan: Ada pengaruh
Upk Puskesmas hipertensi. Khatulistiwa Kota
Khatulistiwa Kota Pontianak. Teknik terapi rendam kaki air hangat
Pontianak. pengambilan sampel terhadap penurunan tekanan
menggunakan darah pada lansia penderita
purposive sampling. hipertensi di wilayah kerja
UPK Puskesmas Khatulistiwa
Kota Pontianak
4 Pengaruh Terapi kuantitatif Jenis penelitian Quasy intervensi pemberikan Dari hasil uji Paired Samples T
Rendam Kaki Air eksperimen rancangan terapi rendam kaki air test (uji T-Test) didapatkan
Hangat Terhadap Pretest – Postest hangat pada penderita nilai p = 0,000 (p≤ 0,05)
Penurunan design hipertensi. Penelitian artinya Ho ditolak dan Ha
Tekanan Darah Di umur 45- 60 tahun ini dilakukan di diterima yaitu ada Pengaruh
Puskesmas dengan teknik Puskesmas Andalas Terapi Rendam Kaki Air
Andalas Padang accidental sampling Padang pada bulan Hangat terhadap Penurunan
sebanyak 30 orang Januari – September
Tekanan Darah Pada Penderita
dengan 15 kelompok 2016Pengumpulan data
Hipertensi di Puskesmas
intervensi dan 15 dilakukan dengan Andalas Padang Tahun 2016
orang kelompok observasi. Pengolahan
kontrol. data melalui analisa
data secara univariat
dan bivariat
menggunakan uji T-Test
dengan tingkat
kepercayaan 95% =
0,05
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hipertensi Umumnya terjadi ketika usia diatas 40-an tahun. Studi yang telah
dilakukan oleh lembaga kesehatan di inggris mengungkapkan bahwa secara umum
hipertensi dialami oleh pria dan wanita yang berusia 48 tahun ke atas, meskipun ada
sebagian orang berusia muda yang mengalami hipertensi, tetapi persentasenya hanya
kecil. Dengan begitu, hipertensi tergolong dalam kelompok yang bukan penyakit karena
bawaann dan sebagian besar (90-95%) hipertensi terjadi dengan faktor penyebab yang
belum jelas, atau yang disebut hipertensi primer (Lanny, 2012).
Mendapatkan pengobatan pada hipertensi sangat penting. Pengobatan dini akan dapat
mencegah timbulnya komplikasi pada bebarapa organ tubuh seperti saraf,jantung,ginjal
dan lain-lain (Suhendra, 2008). Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi
komplementer. Cara-cara pada terapi komplementer bisa dilakukan dengan terapi herbal,
terapi nutrisi, relakasi progresif, meditasi, terapi tertawa, akupuntur, akupressur,
aromaterapi, refleksiologi, dan hidroterapi (Gunawan, 2014).
Menurut Stevenson (2007), hidroterapi adalah sebuah teknik yang berfungsi sebagai
media untuk menghilangkan rasa sakit dan mengobati penyakit. Hidroterapi memiliki
efek relaksasi bagi tubuh, sehingga dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin.
Air adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan cidera, karena secara ilmiah air
hangat dapat berdampak fisiologi tubuh. Pertama, berdampak pada pembuluh darah yaitu
membuat sirlukasi menjadi lancer. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan
menguatkan otot-otot ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh. Selain itu, suhu
air yang hangat akan meningkatkan kelenturan jaringan (Wijayanti, 2009).

B. Saran
Saran yang dapat diberikan bagi ilmu keperawatan diharapkan profesi perawat dapat
mengaplikasikan tehnik rendam kaki dengan air hangat untuk pasien dengan hipertensi,
dapat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga dengan hipertensi
agar pasien dapat melakukan terapi ini di rumah dengan rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Destia, D.,Umi, A., Priyanto. (2014). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat Pada Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Jurnal STIKES Ngudi Waluyo Ungaran 2014.
4-9.
Oktaviana, I. (2011). Pengaruh hidroterapi hangat pada kaki terhadap perubahan tekanan
darah pada penderit hipertensi di dusun kalangan pro laok embong. Thesis. UMS.
Santoso, D. A. (2015). Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja upk
puskesmas khatulistiwa kota Pontianak. Naspub.

Anda mungkin juga menyukai