Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.A


DENGAN PENYAKIT MYASTHENIA GRAVIS

OLEH :
NI KOMANG LINDA RAHMAYANTI (17.321.2732)

A11-B
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS MYASTHENIA GRAVIS
DI RUANG MAWAR RSUD MELATI
TANGGAL 01-04 OKTOBER 2020

I.       PENGKAJIAN
1.       Identitas
a.      Identitas Pasien
Nama                        : Ny.A
Umur                        : 26 thn
Agama                      : Hindu
Jenis Kelamin           : Perempuan
Status                        : Menikah
Pendidikan                : SMA
Pekerjaan                  : Buruh Pabrik
Suku Bangsa             : Indonesia
Alamat                      : Jl. Sahadewa No.9 Tegal Darmasaba Badung
Tanggal Masuk         : 01 Oktober 2020
Tanggal Pengkajian  : 01 Oktober 2020
No. Register              : 12345678
Diagnosa Medis        : Myasthenia Gravis

b.      Identitas Penanggung Jawab


Nama                         : Tn.S
Umur                         : 28 Thn
Hub. Dengan Pasien : Suami
Pekerjaan                  : Wiraswasta
Alamat                      : Jl. Sahadewa No.9 Tegal Darmasaba Badung
2.      Status Kesehatan
a.      Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami kelemahan pada kedua
anggota gerak

2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 20 September 2020 awalnya pasien
mengeluh demam selama kurang lebih 3 hari, merasakan nafsu makan menurun,
lidah terasa pahit saat menelan. Hari berikutnya pasien merasakan kedua kakinya
terasa lemah dan keluarga hanya melakukan terapi pijat seadanya. Tak kunjung
merasa baikan, akhirnya demam berangsur turun namun lama-kelamaan kedua
kaki pasien tidak mampu digerakkan dan pasien sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas apapun. Kondisi pasien semakin memburuk sehingga pasien
merasakan lidahnya kelu dan kesulitan dalam berkomunikasi. Pada akhirnya
keluarga pasien mengajak pasien ke Rumah Sakit pada tanggal 01 Oktober 2020
untuk diberikan penanganan lebih lanjut. Setelah dilakukukan pemeriksaan
penunjang dan menganalisa seluruh keluhan yang dialami pasien, maka tim
kesehatan memberikan diagnosa Myasthenia Gravis pada pasien tersebut. Saat
hari pertama pasien dirawat, pasien sudah tidak mampu bernapas karena terjadi
kelemahan pada otot-otot pernapasannya, sehingga pasien diharuskan melakukan
terapi plasmapharesis untuk penyakitnya. Saat ini pasien kondisinya sangat
lemah, namun masih memiliki kesadaran penuh dan berkomunikasi hanya
menggunakan pulpen dan kertas saja. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan :
terdapat sekret pada jalan napas, suara napas wheezing pada kedua lapang paru.
Kelemahan pada kedua ekstremitas, dan saat ini menggunakan kateter dengan
urin output : 300ml dan pasien terpasang NGT. Tekanan darah 100/60 mmHg,
frekuensi nadi : 68x/menit, frekuensi napas : -, suhu 38,30C.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Saat px mengalami sakit, keluarga pasien mengatakan hanya membelikan obat
paracetamol untuk menurunkan deman pasien dan melakukan terapi pijat
seadanya apabila kaki pasien merasa lems

b.      Satus Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah dialami
Keluarga px mengatakan bahwa px hanya pernah mengalami demam, batuk dan
pilek biasa

2) Pernah dirawat
Keluarga px mengatakan bahwa px tidak pernah dirawat sebelumnya

3) Alergi
Keluarga px mengatakan bahwa px tidak mempunyai riwayat alergi

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)


Keluarga px mengatakan bahwa px tidak memiliki kebiasaan merokok, kopi ,
alkohol dll

c.       Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam keluarga px tidak ada yang menderita penyakit ketutunan seperti DM,
Hipertensi dll.

d.      Diagnosa Medis dan therapy


Dx :Myasthenia Gravis
Terapi : Plasmapharesis, menggunakan alat bantu napas (ventilator)

  

 3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a.     Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sehat adalah ketika ia bisa bekerja dan menjalankan tugas sebagai
buruh pabrik dan dapat beraktivitas, sedangkan sakit adalah dimana ia tidak dapat
beraktivitas seperti biasanya.

b.      Pola Nutrisi-Metabolik
   Sebelum sakit          :
Px biasa makan 3 kali sehari dengan waktu teratur pagi, siang dan malam hari.
Komposisi makanan yang dikonsumsinya : nasi, lauk, sayur.. Pasien habis satu
piring makan (porsi sedang) pasien minum 5-6 gelas per hari, air putih dan teh,
pasien dapat makan sendiri tanpa disuapi.

   Saat sakit                  :


Px diberikan diet susu dari rumah sakit yang diberikan melalui selang NGT
sebanyak 3x sehari
c.       Pola Eliminasi
1) BAB
   Sebelum sakit          :
Px BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan bau khas feses, tidak ada
darah dan lendir
   Saat sakit                 :
Px BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan bau khas feses, tidak ada
darah dan lendir

2) BAK
      Sebelum sakit       :
Px BAK 4-5 kali sehari dan terkadang terbangun malam hari dengan warna
kekuningan, tidak ada darah dan tidak merasa nyeri saat BAK.

      Saat sakit              :
Px di pasang kateter dengan urin output 300 ml

d.      Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

2) Latihan
     Sebelum sakit
Px mampu melakukan ADL secara mandiri dan melakukan aktifitas menjadi
buruh pabrik dan melakukan pekerjaan rumah yg ringan seperti mencuci piring,
menyapu dll          
    Saat sakit
Px tidak mampu melakukan ADL secara mandiri karena merasa lemas dan di
bantu oleh keluarga

e.       Pola kognitif dan Persepsi


Persepsi :
Pasien mengatakan sehat adalah ketika ia bisa bekerja, dan menjalankan tugas sebagai
ibu rumah tangga dan dapat beraktifitas, sedangkan sakit adalah dimana ia tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya.

Kognitif :
keluarga pasien dan pasien mengatakan paham dengan penyakit yang dialaminya dan
percaya bahwa penyakit yang dialaminya bukan karena hal gaib

f.       Pola Persepsi-Konsep diri


Citra Tubuh : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah / perubahan terhadap
perubahan citra pandang dirinya.
Harga Diri : Pasien mengatakan tidak merasa malu meskipun harus dirawat di RS.
Peran Diri : Pasien mengatakan dia berperan sebagai anak ke-1 dari 3 bersaudara.
Identitas Diri : Walau sedang sakit pasien mengatakan tidak kehilangan identitas.

g.       Pola Tidur dan Istirahat


 Sebelum sakit          :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasanya istirahat pada sore hari setelah
pulang bekerja, dan tidur teratur pada pukul 22.00 wita dan bangun pada pagi
harinya pukul 06.00 wita. Kurang lebih pasien tidur 8 jam per hari.

 Saat sakit                 :
Pasien mengatakan saat sakit pasien biasanya istirahat pada siang hari, dan tidur
pada pukul 22.00 wita dan bangun pada pagi harinya pukul 07.00 wita.

h.      Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan dia berperan sebagai istri dan ibu dari 2 orang anak. Pasien
mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan anak

i.        Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelum sakit     :
Pasien mengatakan dia seorang perempuan dan memiliki 2 orang anak. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit reproduksi

 Saat sakit                        :
Pasien mengatakan dia seorang perempuan dan memiliki 2 orang anak. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit reproduksi

j.        Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan apabila mengalami masalah, pasien selalu bercerita dengan
suaminya

k.      Pola Nilai-Kepercayaan
Px mengatakan ia beragama hindu dan melakukan persembahyangan 2 kali sehari

4.       Pengkajian Fisik
a. Keadaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal: 3, motorik : 5 Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 68x/mnt, Suhu = 38,3oc, TD =100/60 mmHg, RR =
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
 Kepala :

Inspeksi : Kepala simetris, rambut bersih, warna hitam, peertumbuhan


rambut merata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Mata :

Inspeksi : Mata simetris kanan kiri, sklera anikterik, konjuntiva ananemis,


tidak ada nistagmus/strabismus.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, tidak ada lesi, tidak ada serumen
yang mengering.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetrs, tidak ada lesi, terdapat secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, memakai alat bantu nafas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Mulut :

Inspeksi : Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada sanosis sentral,
tidak ada caries gigi, tidak ada sariawan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Leher :

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran vena jugularis


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

b. Dada :
 Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Pekusi : Sonor
Auskultasi : Terdapat bunyi nafas tambahan wheezing di kedua lapang
paru.
 Jantung

Inspeksi: Tidak ada lesi.


Palpasi :Iiktus cordis teraba di ics 4/5 mid clavicula sinistra
Perkusi : Dullnes
Auskultasi : s1, s2 tunggal reguler
c. Payudara dan ketiak :

Inspeksi : Bentuk payudara simetris kanan kiri, tidak ada lesi pada payudara
dan ketiak.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
d. Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus terdengar 17x/menit.
e. Genetalia :

Terpasang kateter dengan urine output 300ml.

f. Ekstremitas :
 Atas

Inspeksi : Warna kulit sawo mateng, tidak ada lesi, kulit elastis, terpasang
infus pada tangan kanan, tidak edema pada ke dua tangan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, akral terba hangat.
 Bawah

Inspeksi : Warna kulit sawo mateng, tidak ada lesi, kulit elastis, tidak
terdapat edema pada ke dua kaki, kaki lemas.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, akral terba hangat.
g. Neurologis :
 Status mental dan emosi :

Status mental pasien baik, pasien mampu mengotrol emosi.


 Pengkajian saraf kranial :
1. Nervus Olfaktorius: pasien tidak mengalami gangguan penciuman
2. Nervus Optikus : pasien tidak mengalami gangguan pengelihatan
3. Nervus Occulomotorius : pasien tidak mengalami gangguan otot
mata.
4. Nervus trochlearis : pasien tidak mengalami gangguan pada gerakan
bola mata seperi kebawah dan keluar.
5. Nervus trigeminus : opasien tidak mengalami gangguan gerakan
pada rahang.
6. Nervus abdusen : pasien tidak mengalami gangguan gerakan abdusi
mata.
7. Nervus fasialis : pasien tidak mengalami gangguan otot wajah.
8. Nervus vestibulocochlearis : pasien tidak memiliki gangguan pada
keseimbangan dan pendengaran.

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Tidak terkaji
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji

3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
-
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Interpretasi MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds: keluarga pasien Gangguan auto imun yang merusak Bersihan Jalan Nafas
mengatakan saat hari reseptor esetikolin Tidak Efektif
pertama dirawat pasien
sudah tidak mampu lagi Jumlah reseptor asetikolin
untuk bernafas sehingga berkurang pada membran postsinaps
harus dibantu dengan
menggunakan alat bantu Penurunan hubungan neuromuskular
nafas.
Do : pasien tampak lemas, Kelemahan otot pernafasan
terdapat sekret dengan
karakteristik berwarna Ketidakmampuan batuk efektif
kuning, pasien dipasangkan
alat bantu nafas atau Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
ventilator.

Ds : keluarga pasien Proses terjadinya penyakit Hipertermia


mengatakan demam pasien
tak kunjung turun dari saat Meranggsang hipotalamus
pertama pasien di rawat.
Do : akral pasien teraba Peningkatan suhu tubuh
hangat, dengan ttv :
TD : 100/60mmHg, S : Hipertermia
38,3oc, N: 68x/mnt

Ds : Keluarga pasien Kerusakan pada transisi impuls saraf Gangguan Komunikasi


mengatakan lidah klien kelu, Verbal
dan sulit untuk Gangguan potensial aksi sel saraf
berkomunikasi.
Do : saat pasien ingin Disforma
berkomunikasi pasien
tampak menggunakan alat Kesulitan mengucapkan kata
bantu seperti pulpen dan Kata
kerta, pasien tidak mampu
berbicara, lidah kelu, dan Gangguan Komunikasi Verbal
sulit mempertahankan
komunkasi.

Ds : pasien mengatakan Gangguan auto imun yang merusak Gangguan Mobilitas Fisik
kakinya lemas sehingga tidak reseptor asetikolin
dapat melakukan aktivitas
apapun. Jumlah reseptor asetikolin
Do: pasien tampak lemas, berkurang pada membran postsinaps
pasien sulit untuk
menggerakan ektremitas, dan Penurunan hubungan neuromuskular
kekuatan otot menurun.
Kelemahan otot

Otot volunter

Kelemahan otot-otot rangka

Gangguan Mobilitas Fisik


B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas

NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd


JAM TERATASI
DITEMUKAN
01 Oktober Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
2020 dengan sekresi yang tertahan, ditandi dengan
(14.00) pasien tampak lemas, terdapat sekret dengan
karakteristik berwarna kuning, pasien
dipasangkan alat bantu nafas atau ventilator.

01 Oktober Hipertermia berhubungan dengan proses


2020 penyakit ditandai dengan akral pasien teraba
(14.00) hangat, dengan ttv:
TD : 100/60mmHg, S : 38,3oc, N: 68x/mnt

01 Oktober Gangguan komunikasi verbl berhubungan


2020 dengan penurunan sirkulasi serebral ditandai
(14.00) dengan saat pasien ingin berkomunikasi pasien
tampak menggunakan alat bantu seperti pulpen
dan kerta, pasien tidak mampu berbicara, lidah
kelu, dan sulit mempertahankan komunkasi.

01 Oktober Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


2020 penurunan kekuatan otot ditandai dengan pasien
(14.00) tampak lemas, pasien sulit untuk menggerakan
ektremitas,dan kekuatan otot menurun.
A. Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Jalan
asuhan keperawatan Napas
selama 3x24jam 1. Untuk mengetahui
1. Observasi vital sign
diharapkan pasien mampu kondisi pernapasan
(respirasi, suhu, nadi
mengeluarkan secret secara pasien dan keadaan
tekanan darah)
mandiri dengan kriteria umum pasien
hasil : 2. Agar pasien dapat
2. Bantu mengeluarkan secret
bernapas dengan
SLKI : Bersihan Jalan dengan batuk
optimal / lebih baik
Napas

- Tidak terdapat 3. Pemberian O2 dapat


3. Berikan terapi oksigen
bunyi napas memenuhi kebutuhan
wheezing O2 di dalam tubuh
- Produksi sputum pasien
berkurang
4. Ajarkan batuk efektif
4. Agar pasien
mengetahui bagaimana
cara mengeluarkan
secret

5. Anjurkan batuk efektif

5. Untuk membantu
6. Kolaborasi dengan tim
mengeluarkan scret
medis dalam pemberian
nebulizer
6. Untuk membantu
meluruhkan secret
yang menghambat
jalan napas
2 Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen
asuhan keperawatan Hipertermi
selama 3x24jam
1. Identifikasi penyebab
diharapkan suhu tubuh 1. Dengan
hipertermia (mis dehidrasi,
pasien kembali normal mengidentifikasi
terpapar lingkungan panas)
dengan kriteria hasil: penyebab hipertermi
maka akan mudah
SLKI : Termoregulasi
dalam merencanakan
- Suhu tubuh pasien tindakan terapeutik
2. Monitor suhu tubuh
kembali normal
2. Agar mengetahui
(36,0 0C- 37,50C)
peningkatan suhu
- Kemerahan pada tubuh, memudahkan
kulit pasien intervensi
berkurang
3. Longgarkan atau lepaskan
pakaian

3. Memnerikan rasa
nyaman dan pakaian
yang longgar dan tipis
mudah menyerap
keringat dan tidak
4. Lakukan kompres (mis
merangsang
kompres air biasa)
peningkatan suhu
tubuh

4. Dengan kompres air


5. Berikan cairan oral
biasa akan meredakan
nyeri dan mengurangi
suhu tubuh

6. Anjurkan minum 8
gelas/hari
5. Dengan minum air 8
gelas perhari akan
memenuhi kebutuhan
cairan

6. Mendeteksi dini
kekurangan cairan
serta mengetahui
7. Kolaborasi pemberian keseimbangan cairan
cairan cairan dan elektrolit dan elektrolit dalam
intravena jika perlu tubuh. Tanda vital
merupakan acuan
untuk mengetahui
keadaan umum pasien

7. Dengan pemberian
cairan secara
intravena akan
mempercepat
penyerapan cairan
oleh tubuh
3 Setelah dilakukan tindakan SIKI : Promosi
asuhan keperawatan Komunikasi : Defisit Bicara
selama 3x24jam
1. Monitor proses kognitif,
diharapkan px mampu 1. Mengetahui hambatan
anatomis dan fisiologis
berkomunikasi dengan dalam berbicara pasien
yang berkaitan dengan
kriteria hasil :
bicara ( mis memori,
SLKI : Komunikasi pendengaran dan bahasa)
Verbal
2. Gunakan metode
- Klien mampu
komunikasi alternative 2. Mempermudah
berbicara
(mis menulis, mata komunikasi antar
- Kesesuaian ekspresi
berkedip, papan perawat dengan klien
wajah/tubuh
komunikasi dengan maupun klien dengan
gambar dan huruf keluarga

3. Anjurkan pasien berbicara


perlahan 3. Melatih pasien sedikit
demi sedikit unruk
berbicara
4. Kolaborasi ke ahli patologi
bicara atau terapis
4. Membantu proses
kesembuhan dalam
berbicara

Setelah dilakukan tindakan


asuhan keperawatan
selama 3x24jam
SIKI : Dukungan Ambulasi
diharapkan mobilitas fisik
1. Identifikasi adanya nyeri
pada pasien dapat kembali
atau keluhan fisik lainnya
normal dengan kriteria
4 hasil : 1. Mengidentifikasi
nyeri atau keluhan
fisik dapat
SLKI : Mobilitas Fisik 2. Fasilitasi aktivitas dengan memberikan

- Pergerakan alat bantu (mis pagar informasi mengenai

ekstremitas kembali pembatas tempat tidur) gangguan pada fisik

dengan baik
- Kekuatan otot
kembali dengan
baik 2. Memfasilitasi dengan
- Rentang gerak 3. Jelaskan tujuan dan alat bantu seperti
(ROM) kembali prosedure mobilisasi pagar pembatas
dengan baik tempat tidur dapat
mengurangi resiko
jatuh pada klien
4. Ajarkan mobilisasi dengan gangguan
sederhana yang harus mobilitas
dilakukan (mis duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari 3. Menjelaskan tujuan
tempat tidur ke kursi) dan prosedur
mobilisasi untuk
dapat memberikan
5. Kolaboasi dengan informasi kepada
keluarga untuk keluarga dan klien
pemenuhan ADL pasien
4. Mempertahankan
fungsi sendi dan
mencegah penurunan
kekuatan otot
5. Membantu dalam
pemenuhan
kebutuhan secara
individual
D.           Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
Kamis, 1 - Mengobservasi vital sign DS : -
01 oktober (respirasi, suhu, nadi DO :
2020 tekanan darah) Tekanan darah 100/60 mmhg
14.00 Frekuensi nadi : 68x/menit,
Frekuensi napas : -
Suhu 38,30C
- Membantu mengeluarkan

14.15 1 secret dengan batuk DS : -


DO: Pasien masih susah untuk
mengeluarkan secret karena
kelemahan otot pernapasan

- Mengidentifikasi penyebab
DS : -
hipertermia (mis dehidrasi,
14.30 2 DO: penyebab px hipertermi
terpapar lingkungan panas) adalah proses penyakit

- Memonitor suhu tubuh

DS : -
2 DO: suhu tubuh pasien 38,30C
15. 00
- Menganjurkan pasien
berbicara perlahan DS : -
DO: Px tampak mampu
16. 00 3 berbicara perlahan namun kata
- Menggunakan metode yg di keluarkan kurang jelas

komunikasi alternative (mis


DS : -
menulis, mata berkedip,
DO: Pasien tampak
papan komunikasi dengan menggunakan metode
gambar dan huruf komunikasi dengan cara
16. 00 3 menulis dgn kertas & pulpen
- Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
DS : -
- Memfasilitasi aktivitas DO: px tampak tidak meringis
dengan alat bantu (mis
4
pagar pembatas tempat
17.00 DS : -
tidur)
DO : Pembatas tempat tidur
tampak sudah terpasang
- Mengajarkan batuk efektif

18. 30 4

- Menganjurkan batuk efektif


DS : -
DO: Pasien tampak mengerti
setelah diajarkan batuk efektif

Jumat, 1 - Melakukan kompres (mis DS : -


02 oktober kompres air biasa) DO: px tidak mampu
2020 sepenuhnya melalukan batuk
09.00 efektif karena kelemahan otot
pernafasan
1 - Memberikan cairan oral
09.30
DS : -
DO: Demam pasien sudah
- Menggunakan metode
menurun . Suhu : 37,8 oc
komunikasi alternative (mis
menulis, mata berkedip,
2 papan komunikasi dengan
10.00 gambar dan huruf DS : -
DO: Pasien tampak tidak
mampu meminum dengan
- Menganjurkan pasien
gelas tetapi dibantu dengan
berbicara perlahan sedotan
DS : -
11.00 2 DO: Pasien tampak
menggunakan metode
komunikasi dgn cara menulis
- Mengajarkan mobilisasi
dengan kertas & pulpen
13. 00 3 sederhana yang harus
dilakukan (mis duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
DS : -
tempat tidur ke kursi)
DO: Px tampak mampu
berbicara perlahan namun kata
- Mengajarkan batuk efektif yg di keluarkan kurang jelas

3 DS : -
13.15 - Menganjurkan batuk efektif DO: Pasien tampak mampu
untuk duduk di tempat tidur

- Memonitor suhu tubuh


13.15 4
DS : -
- Melonggarkan atau lepaskan DO: Pasien tampak mengerti
setelah diajarkan batuk efektif
pakaian

DS : -
DO: px tidak mampu
- Menggunakan metode sepenuhnya melalukan batuk
komunikasi alternative (mis efektif karena kelemahan otot
Sabtu, 1 menulis, mata berkedip, pernafasan
03 oktober
papan komunikasi dengan
2020 DS : -
gambar dan huruf
19.00 DO: suhu tubuh pasien 37,8 oc
- Menganjurkan pasien
1 berbicara perlahan
20.00 DS : -
DO: px tampak menggunakan
pakaian yg tipis dan menyerap
keringat

20.30 2 - Mengajarkan mobilisasi DS : -


sederhana yang harus DO: Pasien tampak
dilakukan (mis duduk di menggunakan metode
komunikasi dgn cara menulis
2 tempat tidur, duduk di sisi dengan kertas & pulpen
21. 00 tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
- Mengkolaborasi dengan
keluarga untuk pemenuhan
3 DS : -
ADL pasien
21.30 DO: Px tampak mampu
berbicara perlahan namun kata
yg di keluarkan kurang jelas

DS : -
DO: Pasien tampak mampu
untuk duduk di tempat tidur
21.30 3

DS : -
DO: keluarga px tampak
membantu ADL px
4
07.00

07.30

      

E.           Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam
1 Sabtu, 1 S: pasien mengatakan bahwa masih
03 oktober 2020 sulit bernapas
07.30 O: Terdapat secret, terdapat suara
napas tambahan wheezing, px
tampak dipasang
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

2
2 Sabtu, S: pasien mengatakan bahwa suhu
03 oktober 2020 tubuhnya sudah turun dari 38,3oc
07.30 menjadi 37,8 oc
O: akral teraba hangat, dengan TTV :
110/70 mmHg, N : 72 X/menit , S :
37,8 oc
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

3 Sabtu, 3 S: pasien mengatakan dalam kertas


03 oktober 2020 yg ditulisnya bahwa ia masih
07.30
kesulitan berbicara
O: pasien masih tampak kesulitan
berbicara
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Sabtu, S pasien mengatakan masih merasa
4 4
03 oktober 2020
lemas pd ekstremitasnya dan hanya
07.30
mampu duduk di tempat tidur
dengan bantuan orang lain
O: pasien tampak mampu duduk di
tempat tidur namun dengan bantuan
orang lain
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Mode ventilator yg tepat diberikan untuk pasien dengan diagnosa myasthenia gravis dengan
keluhan lidah kelu dan sulit bernafas, serta kelemahan pada otot ektremitas yaitu dengan
ventilator mode ACV.

Anda mungkin juga menyukai