OLEH :
219012759
FEBRIS (DEMAM)
3. Pastofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi
dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri
atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit
pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini
kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepas zat interleukin ke
dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Pada saat
interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam dengan
cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1
juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin
ataupun zat yang
memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus
untuk membangkitkan reaksi demam. Mekanisme demam dimulai dengan
timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau
pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan
limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
5. Klasifikasi
Menurut Nurarif & Kusuma 2015 klasifikasi demam adalah sebagai
berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
6. Komplikasi
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 komplikasidari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak.
7. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan
darah lengkap misalnya: Hb, Ht, Leokosit. Pada pasien febris atau demam
biasanya pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit
akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi
febris yang tidak diketahui penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan
untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk – batuk).
b. Pembiakan kuman dari cairan tubuh atau lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
c. Dalam tahap melalui biopsy pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
d. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.
8. Penatalaksanaan
Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan
farmakologis dan tindakan farmakologis maupun kombinasi keduanya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak,
yaitu :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan
puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan
jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2 – 1,4oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi
hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah
hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada
bayi baru lahir yang sehat, tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan
oleh faktor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol
antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria
(biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan
bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus
seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas
dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal
dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam
lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres merupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh. Ada 2 jenis kompres yaitu
kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini, peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah
tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh. Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10
– 15 menit dengan 18 temperature air 30-32oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit
melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah
aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat
pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali
lipat lebih banyak (Mawarti, 2019)
4. Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman 1. Untuk mencegah terjadinya
keperawatan selama 3x24 jam untuk pasien cedera pada pasien
diharapkan masalah resiko
cedera tidak terjadi dengan 2. Anjurkan keluarga pasien untuk 2. Untuk melatih keterampilan
kriteria hasil : memasang pengaman tempat keluarga lien tentang cara
1. Pasien terbebas dari cedera tidur pemakaian restrain.
2. Pasien/keluarga mampu 3. Menyediakan tempat tidur yang 3. Untuk membaut pasien
menjelaskan cara untuk nyaman dan bersih merasa nyaman dengan
mencegah cedera lingkungannya
4. Berikan penjelasan pada pasien 4. Agar keluarga pasien
dan keluarga tentang adanya paham serta mau bersama-
perubahan status kesehatan dan sama untuk mencegah
peyebab penyakit pasien mengalami cedera
5. Memidahkan barang-barang yang 5. Meminimalisir terjadinya
dapat menyebabkan bahaya cedera pada pasien
5. Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada keluarga pasien 1. Untuk menambah
keperawatan selama 3x24 jam tentang perkembangan pengetahuan keluarga
diharapkan masalah Resiko pasien.
keterlambatan perkembangan 2. Anjurkan pada keluarga pasien 2. Untuk mengetahui
tidak terjadi dengan kriteria untuk melakukan pemeriksaan perkembangan pasien
hasil : perkembangan fisik, kognitif, dan
1. Keluarga pasien psikososial
melaporkan 3. Untuk mengetaui gangguan
perkembangan fisik, 3. Observasi adanya ganggun perilaku yang serius
kognitif dan psikososial perilaku
normal
2. Pengetahuan orang tua 4. Kolaborasi dengan orang tua dan 4. Agar lebih mudah untuk
terhadap perkembangan anak untuk mendiskusikan hal-hal memantau perkembangan
anak meningkat yang terkait dengan pasien.
3. Tidak ada gangguan perkembangan
perilaku
6. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 1. Agar selalu mengetahui
keperawatan selama 3x24 jam tindakan yang diberikan
diharapkan masalah berhasil untuk mengubah
Ketidakefektifan termoregulasi suhu tubuh pasien menjadi
tidak terjadi dengan kriteria normal
hasil : 2. Monitor TD, Nadi, dan RR 2. Agar mengetahui keadaan
1. Keseimbangan antara TTV pasien dalam kisaran
produksi panas, panas normal
yang diterima, dan 3. Monitor warna dan suhu kulit 3. Agar mengetahui ada
kehilangan panas masalah yang dialami pada
2. Temperature stabil: 36,5- area kulit akibat dari
37˚C peningkatan suhu tubuh
3. Tidak ada perubahan 4. Selimuti pasien 4. Untuk mencegah hilangnya
warna kulit kehangatan di dalam tubuh
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawatat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
tindakan keperawatan dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.
Dalam tahap pelaksanaan ada tiga tindakan yaitu, tindakan mandiri, delegatif,
dan tindakan kolaborasi (Aziz, 2017).
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk;perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai ke efektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisi data dan
perencanaan (Aziz, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Anggi, E. P. 2016. Asuhan keperawatan pada An. D usia pra sekolah (5 tahun) dengan
Febris Di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis.
Diakses tanggal 08 Desember 2020, dari
https://www.google.com/search?safe=strict&source=hp&ei=t=5#
Aziz, AH. 2017. Bab II Tinjaun Pustaka Dokumentasi Keperawatan. Diakses tanggal 08
desember 2020, dari http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad%20H%20Aziz
%20BAB%20II.pdf
Mawarti, S. 2020. Gambaran Suhu Tubuh Setelah Di Kompres Air Hangat Pada Anak
Febris Di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Diakses tanggal 08 Desember 2020, dari http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/handle/123456789/2177
Yahya, M. A. 2018. Asuhan keperawatan pada klien a/nq dengan febris di ruang rawat
inap RSAM Bukittinggi tahun 2018 (Doctoral dissertation, Stikes Perintis
Padang). Diakses tanggal 08 Desember 2020, dari
http://repo.stikesperintis.ac.id/132/
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH :
219012759
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.K
Tempat/tgl lahir : Bangli, 15 Oktober 2020
Umur : 1 tahun
No register : 707302
Diagnose medis : Febris
Tanggal MRS : 09 Desember 2021
Nama ayah/ibu : I Wayan Sujana
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SMA
Alamat/No Telp : Br. Bangun Lemah Kawan
Agama : Hindu
V. RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi :
Keluraga pasien mengatakan sosial ekonomi keluarga bekecukupan, ibu pasien tidak
bekerja dan ayah pasien bekerja sebagai pekerja swasta
b. Lingkungan rumah :
Pasien dan keluarga tinggal di rumah yang cukup luas, dan tinggal bertiga.
c. Penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan keluarga hanya pernah mengalami demam, batuk maupun
pilek kurang dari tiga hari.
d. Genogram
Ket
= Pria
= Wanita
= Anak
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya makan 3x sehari,
makan nasi lengkap dengan lauk.
Saat sakit : Ibu pasien mengatakan anak makan 3x sehari, makan nasi lengkap
dengan lauk.
c. Aktifitas
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya aktif, tidak ada
kesulitan saat beraktifitas
Saat sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya hanya terbaring maupun duduk di
tempat tidur, masih kesulitan untuk beraktifitas dan saat berpindah
ingin digendong dan rewel.
d. Tidur dan istirahat kuantitas dan kualitas
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa tidur siang
dengan waktu kurang lebih 1-2 jam, dan di malam hari 8 jam, tidak
ada keluhan saat tidur terkadang terbangun untuk minum susu.
Saat sakit : Ibu pasien mengatakan saat sakit anaknya biasa tidur siang dengan
waktu kurang lebih 1-2 jam, dan di malam hari 8 jam, terkadang
terbangun untuk minum susu
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB pasien 1x sehari feses kental, berwarna
kuning kecoklatan, BAK pasien 5 kali sehari.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien belum BAB, pasien
BAK 4x sehari,
e. Pola hubungan
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga maupun teman sebayanya
sangat baik. Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien diantar oleh kedua orang
tuanya, yang sering menajaga pasien di RS yaitu ibunya sendiri karena ayahnya masih
bekerja
f. Koping
Ibu pasein mengatakan cemas karena anaknya baru pertama kali di rawat di RS, anak
biasanya sering menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi
g. Kognitif dan persepsi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan pendengaran,
pengelihatan, penciuman, peraba, perasa.
h. Konsep diri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, turgor elastis, akral panas, kulit kemerahan
c. Kepala
Inspeksi : simetris kanan kiri, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada luka
d. Mata
Inspeksi : konjungtiva ananemi, pupil isokor, mata terlihat merah
Palpasi : Akral hangat, turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan , CRT > 2
detik.
Bawah
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi dan edema.
Palpasi : Turgor Kulit elastis, tidak ada nyeri tekan , CRT kembali > 2 detik.
n. Neurologi
- Tidak terkaji
X. INFORMASI LAIN (mencakup rangkuman kesehatan klien dari gizi, fisioterapis, dll)
- Tidak terkaji
XI. ANALISIS DATA
DATA MASALAH/ PROBLEM PENYEBAB/ ETIOLOGI
DS : Ibu pasien mengatakan Hipertermia berhubungan Dehidrasi
anaknya mengalami demam dengan proses penyakit
DO : Hasil pengkajian bahwa Tubuh kehlangan cairan
anak mengalami demam
ditandai dengan akral teraba Penurunan cairan intrasel
panas, kulit merah dan
Suhu : 38,7 Demam
Hipertermi
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami demam, dan badan anaknya hangat, suhu: 38,9 oC,
nadi : 110x/menit, RR : 24x/menit, kulit pasien teraba panas dan kulit merah
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Hipetermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
1. Untuk mengetahui faktor penyebab
dengan proses Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
3x24jam diharapkan hipertermia teratasi hipertermia
penyakit ditandai penggunaan inkubator)
dengan kriteria hasil:
dengan ibu paien 2. Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
mengatakan pasien 2.Untuk mengetahui perkembangan suhu
Suhu 36-37,5oC)
mengalai demam tubuh klien
dengan suhu tubuh 2. Tidak pucat
3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
38,9C, Nadi 3. Pasien tidak menggigil
3.Untuk memberikan rasa nyaman pada
110x/menit, R:
klien
24x/menit.
4. Berikan cairan oral
Kamis/ 1 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, Do: Ibu pasien megatakan anaknya demam
09/12/2021 terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
dan badannya teraba hangat
09.00 Do: Badan pasien teraba hangat
- S : 38,9
S : 37,6
Ds : -
14.00 1 3. Memberikan cairan oral
Do : Pasien tampak nyaman
1 Sabtu/11/12/2021 1 DS : Ibu pasien mengatakan tubuh pasien teraba normal dan sudah tidak hangat lagi
- S : 36,5
A : Masalah teratasi
( ) ( )
Pembimbing Akademik
( )
PATWAY
Dehidrasi
Demam
Hipertermi