Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN FEBRIS

DI RUANG RAWAT INAP AYODYA LANTAI II KELAS II

RSUD SANJIWANI GIANYAR

OLEH :

NI KOMANG LINDA RAHMAYANTI

219012759

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS (DEMAM)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan,
ataupun obat – obatan ( Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam
pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di
hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang system tubuh. Selain itu demam berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan
atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi
pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi
spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis, osteomilitis,
srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis
dapat mula – mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada
suatu lokasi. Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi dan
berinteraksi dengan mekanisme hospes. Pada perkembangan anak demam
disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam
menghilang sesudah masa yang pendek. (Yahya, 2018).
Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang
mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas
normal suhu tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting
terhadap peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan
atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses
infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes (Yahya, 2018).
2. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistic (Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut Anggi, 2016, demam
(febris) dapat disebabkan oleh:
a. Infekasi saluran pernafasan atas
b. Otitis media
c. Pneumonia
d. Gastroenteritis
e. Infeksi saluran kemih
f. Faktor-faktor perinatal
g. Penyakit infeksi (meningitis, esefalitis)

3. Pastofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi
dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri
atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit
pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini
kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepas zat interleukin ke
dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Pada saat
interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam dengan
cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1
juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin
ataupun zat yang
memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus
untuk membangkitkan reaksi demam. Mekanisme demam dimulai dengan
timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau
pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan
limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

5. Klasifikasi
Menurut Nurarif & Kusuma 2015 klasifikasi demam adalah sebagai
berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit


tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa
atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus
tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif & Kusuma, 2015).

6. Komplikasi
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 komplikasidari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak.
7. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan
darah lengkap misalnya: Hb, Ht, Leokosit. Pada pasien febris atau demam
biasanya pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit
akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi
febris yang tidak diketahui penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan
untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk – batuk).
b. Pembiakan kuman dari cairan tubuh atau lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
c. Dalam tahap melalui biopsy pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
d. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.
8. Penatalaksanaan
Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan
farmakologis dan tindakan farmakologis maupun kombinasi keduanya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak,
yaitu :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan
puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan
jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2 – 1,4oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi
hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah
hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada
bayi baru lahir yang sehat, tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan
oleh faktor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol
antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria
(biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan
bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus
seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas
dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal
dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam
lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres merupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh. Ada 2 jenis kompres yaitu
kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini, peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah
tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh. Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10
– 15 menit dengan 18 temperature air 30-32oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit
melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah
aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat
pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali
lipat lebih banyak (Mawarti, 2019)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Hipertermia
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan badannya panas
2) Data Objektif
a) Suhu tubuh di atas nilai normal
b) Kulit merah
c) Kejang
d) Takikardia
e) Kulit terasa hangat
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Data Subjektif
a) Pasie mengatakan cepat merasa kenyang setelah makan
b) Pasien mengatakan merasa nyeri pada abdomen
c) Pasien mengatakan nafsu makannya menurun
2) Data Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
b) Bising usus hiperaktif
c) Otot pengunyah lemah
d) Otot menelan lemah
e) Membran mukosa pucat
f) Terdapat sariawan
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan merasa nyeri pada ekstremitasnya
2) Data Objektif
a) Pengisin kapiler >3 detik
b) Nadi perifer menurun/tdak teraba
c) Akral teraba dingin
d) Warna kulit pucat
e) Turgor kulit menurun
f) Edema
d. Resiko cedera
1) Data Subjektif:
2) Data Objektif
e. Resiko gangguan perkembangan
1) Data Subjektif
-
2) Data Objektif
f. Ketidakefektifan termoregulasi
1) Data Subjektif
-
2) Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin, kekurangan volume ciaran.
d. Resiko cedera berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
e. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kejang demam
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran normal
3. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor penyebab 1. Hipertermia merupakan
keperawatan selama 3x24 jam hipertermia salah satu gejala atau
diharapkan masalah kompensasi tubuh terhadap
hipertermia dapat teratasi adanya infeksi baik secara
dengan kriteria hasil : lokal maupun sistemik. Hal
1. Suhu tubuh dalam rentang ini perlu diketahui sebagai
normal (36 – 37,5o C) dasar dalam rencana.
2. Nadi dan RR dalam 2. Monitor suhu tubuh pasien. 2. Proses peningkatan suhu
rentang normal menunjukan proses
3. Tidak ada perubahan penyakit infeksius akut
warna kulit dan tidak ada 3. Anjurkan ibu untuk memberi 3. Untuk mengganti cairan
pusing minum sedikit tapi sering. yang hialng selama proses
evaporasi
4. Anjurkan untuk memakai pakaian 4. Penggunaan pakaian yang
yang tipis dan menyerap keringat tipis dapat membantu dalam
menyerap keringat
5. Beri kompres pada lipatan 5. Daerah lipatan paha / axila
paha/axila merupakan jaringan tipis
dan terdapat pembuluh
darah sehingga proses
vasodilatasi pembuluh
darah lebih cepat sehingga
pergerakan molekul cepat.
Kompres yang diletakkan
pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi
atau penguapan panas
tubuh.
6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Obat antipiretik bekerja
antipiretik sebagai pengatur kembali
pusat pengatur panas.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui makanan
keperawatan selama 3x24 jam apa yang boleh dan tidak
diharapkan masalah boleh diberikan kepada
Ketidakseimbangan nutrisi 2. Monitor mual dan muntah pasien
kurang dari kebutuhan tubuh 2. Mengetahui apakah anak
dapat teratasi dengan kriteria mengalami alergi terhadap
hasil : makanan atau mutah karena
1. Mampu 3. Berikan pasien makanan sedikit sakit yang dialaminya.
mengidentifikasi tapi sering 3. Dengan pemberian
kebutuhan nutrisi makanan sedikit tapi sering
2. Tidak terjadi mual dan diharapkan nutrisi pasien
muntah 4. Berikan informasi kepada pasien terpenuhi
3. Menunjukan dan keluarga tentang kebutuhan 4. Agar pasien dan keluarga
peningkatan fungsi nutrisi memehami pentingnya
kebutuhan nutrisi bagi
tubuh
pengecapan dari 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 5. Untuk menentukan diet apa
menelan pemberian nutrisi dan diet pasien. yang diberikan kepada
klien.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Batasi pergerakan pada leher, 1. Agar lien tidak terjadi
keperawatan selama 3x24 jam kepala, dan punggung kejang berulang
diharapkan masalah
Ketidakefektifan perfusi 2. Monitor adanya daerah tertentu 2. Untuk memantau keadaan
jaringan perifer dapat teratasi yang peka terhadap panas dan lien karna dapat beresiko
dengan kriteria hasil : dingin kejang
1. Tidak ada tanda-tanda
peningkatan intrakranial
2. Dapat berkomunikasi 3. Kolaborasi pemberian obat 3. Untuk mengurangi rasa
dengan jelas dan sesuai analgesik nyeri
kemampuan

4. Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman 1. Untuk mencegah terjadinya
keperawatan selama 3x24 jam untuk pasien cedera pada pasien
diharapkan masalah resiko
cedera tidak terjadi dengan 2. Anjurkan keluarga pasien untuk 2. Untuk melatih keterampilan
kriteria hasil : memasang pengaman tempat keluarga lien tentang cara
1. Pasien terbebas dari cedera tidur pemakaian restrain.
2. Pasien/keluarga mampu 3. Menyediakan tempat tidur yang 3. Untuk membaut pasien
menjelaskan cara untuk nyaman dan bersih merasa nyaman dengan
mencegah cedera lingkungannya
4. Berikan penjelasan pada pasien 4. Agar keluarga pasien
dan keluarga tentang adanya paham serta mau bersama-
perubahan status kesehatan dan sama untuk mencegah
peyebab penyakit pasien mengalami cedera
5. Memidahkan barang-barang yang 5. Meminimalisir terjadinya
dapat menyebabkan bahaya cedera pada pasien
5. Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada keluarga pasien 1. Untuk menambah
keperawatan selama 3x24 jam tentang perkembangan pengetahuan keluarga
diharapkan masalah Resiko pasien.
keterlambatan perkembangan 2. Anjurkan pada keluarga pasien 2. Untuk mengetahui
tidak terjadi dengan kriteria untuk melakukan pemeriksaan perkembangan pasien
hasil : perkembangan fisik, kognitif, dan
1. Keluarga pasien psikososial
melaporkan 3. Untuk mengetaui gangguan
perkembangan fisik, 3. Observasi adanya ganggun perilaku yang serius
kognitif dan psikososial perilaku
normal
2. Pengetahuan orang tua 4. Kolaborasi dengan orang tua dan 4. Agar lebih mudah untuk
terhadap perkembangan anak untuk mendiskusikan hal-hal memantau perkembangan
anak meningkat yang terkait dengan pasien.
3. Tidak ada gangguan perkembangan
perilaku
6. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 1. Agar selalu mengetahui
keperawatan selama 3x24 jam tindakan yang diberikan
diharapkan masalah berhasil untuk mengubah
Ketidakefektifan termoregulasi suhu tubuh pasien menjadi
tidak terjadi dengan kriteria normal
hasil : 2. Monitor TD, Nadi, dan RR 2. Agar mengetahui keadaan
1. Keseimbangan antara TTV pasien dalam kisaran
produksi panas, panas normal
yang diterima, dan 3. Monitor warna dan suhu kulit 3. Agar mengetahui ada
kehilangan panas masalah yang dialami pada
2. Temperature stabil: 36,5- area kulit akibat dari
37˚C peningkatan suhu tubuh
3. Tidak ada perubahan 4. Selimuti pasien 4. Untuk mencegah hilangnya
warna kulit kehangatan di dalam tubuh
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawatat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
tindakan keperawatan dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.
Dalam tahap pelaksanaan ada tiga tindakan yaitu, tindakan mandiri, delegatif,
dan tindakan kolaborasi (Aziz, 2017).
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk;perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai ke efektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisi data dan
perencanaan (Aziz, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Anggi, E. P. 2016. Asuhan keperawatan pada An. D usia pra sekolah (5 tahun) dengan
Febris Di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Ciamis.
Diakses tanggal 08 Desember 2020, dari
https://www.google.com/search?safe=strict&source=hp&ei=t=5#

Aziz, AH. 2017. Bab II Tinjaun Pustaka Dokumentasi Keperawatan. Diakses tanggal 08
desember 2020, dari http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad%20H%20Aziz
%20BAB%20II.pdf

Mawarti, S. 2020. Gambaran Suhu Tubuh Setelah Di Kompres Air Hangat Pada Anak
Febris Di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Diakses tanggal 08 Desember 2020, dari http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/handle/123456789/2177

Nuratif, A. H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan dagnosa


medis dan Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 1. Medication Publishing:
Jogyakarta.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus


Pusat Perasatuan Nasional Indonesia.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus


Pusat Perasatuan Nasional Indonesia.

Yahya, M. A. 2018. Asuhan keperawatan pada klien a/nq dengan febris di ruang rawat
inap RSAM Bukittinggi tahun 2018 (Doctoral dissertation, Stikes Perintis
Padang). Diakses tanggal 08 Desember 2020, dari
http://repo.stikesperintis.ac.id/132/
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN FEBRIS

DI RUANG RAWAT INAP AYODYA LANTAI II


KELAS II

RSUD SANJIWANI GIANYAR

OLEH :

NI KOMANG LINDA RAHMAYANTI

219012759

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA
MEDIKA BALI DENPASAR
2021
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
STIKES WIRA MEDIKA BALI

Nama mahasiswa : Ni Komang Linda Rahmayanti


NIM : 219012759
Tempat Praktek : Ayodya Lantai II Kelas II
Tanggal Pengkajian : 09 Desember 2021
Tanggal Praktek : 06 Desember 2021

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.K
Tempat/tgl lahir : Bangli, 15 Oktober 2020
Umur : 1 tahun
No register : 707302
Diagnose medis : Febris
Tanggal MRS : 09 Desember 2021
Nama ayah/ibu : I Wayan Sujana
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SMA
Alamat/No Telp : Br. Bangun Lemah Kawan
Agama : Hindu

II. KELUHAN UTAMA


Ibu px mengatakan An.K mengalami demam selam 3 hari

III. KELUHAN SAAT PENGKAJIAN


Ibu px mengatakan An.K lemas, pilek dan demam sejak tadi pagi Kamis, 09 Desember 2021
dengan Suhu 38,9. Pasien tampak gelisah dan menangis saat didekati dan diberikan tindakan
oleh perawat

IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke UGD RSUD Sanjiwani Gianyar diantar oleh orang tua pasien dengan keluhan
kejang sebanyak 1 kali kurang lebih selama 5 menit dan mengalami demam selama 3 hari
disertai pilek. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan TTV : S: 38,9 N: 110x/menit RR :
24x/menit. Setelah dilakukan observasi di ugd disarankan untuk pindah ke ruangan lantai II kelas
II untuk dirawat inap. Di ruang rawat inap lanjukan pemberian therapy IVFD D5 ½ NS 10 tpm
makro, injeksi paracetamol 10cc IV.

I. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : (ya/ tidak)
Ibu minum minuman keras : (ya/ tidak)
b. Intra dan post natal
Intranatal
• Lama persalinan : 3 jam
• Saat persalinan : prematur/ matur/ serotinus
• Komplikasi persalinan : Tidak ada
• Terapi yang diberikan : Tidak terkaji
• Cara melahirkan : Pervaginam normal ( ya )
Dengan vakum ekstraksi ( - )
Operasi caesar ( - )
Lainnya : -
• Tempat melahirkan : Rumah Sakit (ya)
Rumah Bersalin (-)
Rumah (-)
Lainnya :
Postnatal
• Usaha nafas : Dengan bantuan (-)
Tanpa bantuan (ya)
• Kebutuhan resusitasi : Tidak ada
• Apgar skor : tidak terkaji
• Bayi langsung menangis : ya/ tidak
• Tangisan bayi :kuat/lemah/ lainnya (sebutkan)
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir : tidak ada
• Trauma lahir : Ada (-) Tidak (√)
• Narkosis : Ada (-) Tidak (√)
• Keluarnya urin/ BAB : Ada (√) Tidak (-)
• Respon fisiologis atau prilaku yang bermakna :tidak terkaji
c. Penyakit yang pernah diderita : Demam, batuk, pilek
d. Hospitalisasi : Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak
pernah dirawat di RS
e. Operasi : Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak
pernah menjalani operasi
f. Injuri/ kecelakaan : Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah
mengalami kecelakaan
g. Alergi : Tidak ada
h. Imunisasi : Lengkap
i. Pengobatan : tidak ada

II. RIWAYAT PERTUMBUHAN


BB : 10 kg TB : - cm LP : - cm
LLA : - cm LK : - cm
III. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DDST II dan lampirkan)
a. Sosial.
Ibu pasien menatakan anaknya bisa mengambil makanan menggunakan sendok garpu
b. Motorik halus
Pasien bisa menyusun menara dari 2 kubus
Pasien bisa menyusun menara dari 4 kubus
Pasien bisa mengambil manik manik
Pasien bisa menggambar orang 6 bagian
Pasien bisa mencorat coret
c. Bahasa
Pasien bisa mengetahu 6 kata depan
d. Motorik kasar
Pasien bisa menendang bola kedepan
Pasien bisa berjalan naik tangga
IV. RIWAYAT SOSIAL
a. Pengasuh : Orang tua
b. Pembawaan secara umum : pasien tanpak lemah, lusuh, wajah pucat
c. Hubungan dengan anggota keluarga : pasien merupakan anak tunggal dan hubungan
dengan kedua orang tuanya sangat baik
d. Hubungan dengan teman sebaya : .pasien sering bermain dengan teman-teman
sebayanya.

V. RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi :
Keluraga pasien mengatakan sosial ekonomi keluarga bekecukupan, ibu pasien tidak
bekerja dan ayah pasien bekerja sebagai pekerja swasta
b. Lingkungan rumah :
Pasien dan keluarga tinggal di rumah yang cukup luas, dan tinggal bertiga.
c. Penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan keluarga hanya pernah mengalami demam, batuk maupun
pilek kurang dari tiga hari.

d. Genogram

 Ket
= Pria

= Wanita

= Anak

= Tinggal dalam 1 rumah


VI. POLA KESEHATAN
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Ibu pasien mengatakan kesehatan sangat penting, dan jika ada salah satu keluarga
yang sakit biasanya akan diobati dengan obat warung namun ketika belum sembuh
juga baru akan dibawa ke pelayanan kesehatan
b. Nutrisi

Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya makan 3x sehari,
makan nasi lengkap dengan lauk.

Saat sakit : Ibu pasien mengatakan anak makan 3x sehari, makan nasi lengkap
dengan lauk.
c. Aktifitas

Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya aktif, tidak ada
kesulitan saat beraktifitas

Saat sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya hanya terbaring maupun duduk di
tempat tidur, masih kesulitan untuk beraktifitas dan saat berpindah
ingin digendong dan rewel.
d. Tidur dan istirahat kuantitas dan kualitas

Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa tidur siang
dengan waktu kurang lebih 1-2 jam, dan di malam hari 8 jam, tidak
ada keluhan saat tidur terkadang terbangun untuk minum susu.

Saat sakit : Ibu pasien mengatakan saat sakit anaknya biasa tidur siang dengan
waktu kurang lebih 1-2 jam, dan di malam hari 8 jam, terkadang
terbangun untuk minum susu

Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB pasien 1x sehari feses kental, berwarna
kuning kecoklatan, BAK pasien 5 kali sehari.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien belum BAB, pasien
BAK 4x sehari,
e. Pola hubungan
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga maupun teman sebayanya
sangat baik. Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien diantar oleh kedua orang
tuanya, yang sering menajaga pasien di RS yaitu ibunya sendiri karena ayahnya masih
bekerja
f. Koping
Ibu pasein mengatakan cemas karena anaknya baru pertama kali di rawat di RS, anak
biasanya sering menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi
g. Kognitif dan persepsi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan pendengaran,
pengelihatan, penciuman, peraba, perasa.
h. Konsep diri

Citra Tubuh : Tidak terkaji.

Harga Diri : Tidak terkaji

Peran : Tidak terkaji

Identitas : Tidak terkaji

Ideal Diri : Tidak terkaji


i. Seksual
Ibu pasien mengatakan tidak ada kelainan pada organ. reprodukusi, pasien berjenis
kelamin perempuan, umur pasien yaitu 1 tahun 2 bulan
j. Nilai
Pasien beragama hindu

VII. PEMERIKSAAN FISIK (inspeksi – auskultasi)


a. Keadaan umum : Sedang
Tingkat kesadaran : Composmetis
TD : - mmHg Nadi : 110x/menit RR : 24x/menit
BB : 10 kg TB : - cm Suhu badan : 38,9o C
LLA : - cm LK : - cm LP : - cm
b. Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada luka

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, turgor elastis, akral panas, kulit kemerahan
c. Kepala
Inspeksi : simetris kanan kiri, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada luka
d. Mata
Inspeksi : konjungtiva ananemi, pupil isokor, mata terlihat merah

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


e. Telinga
Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak lesi, tidak ada lendir, warna sawo

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.


f. Hidung
Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak lesi, terdapat secret di hidung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.


g. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, bibir simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.


h. Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jungularis, tidak ada pembengkakan


kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
i. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris dengan pengembangan dada seimbang antara
kanan dan kiri, ada retraksi otot dada, irama napas teratur

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

Perkusi : Suara sonor di ics 2,4,6

Auskultasi : Tidak ada suara naas tambahan


j. Jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris, iktus kordis tidak tampak, tidak ada luka, dan
tidak ada jejas

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V midclavicula sinistra

Perkusi : Suara dulnes

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal reguler


k. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, umbilikus simetris, tidak tampak asites

Auskultasi : Bising usus 12x/menit

Perkusi : Bunyi timpani disemua lapang abdomen

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


l. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak terdapat hemoroid, bersih, tidak adanya tanda-tanda
iritasi.
m. Ekstrimitas
Atas
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi

Palpasi : Akral hangat, turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan , CRT > 2
detik.

Bawah
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi dan edema.

Palpasi : Turgor Kulit elastis, tidak ada nyeri tekan , CRT kembali > 2 detik.
n. Neurologi
- Tidak terkaji

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


- Tidak terkaji

IX. TERAPI YANG DIPEROLEH


- IVFD D5 ½ NS 10 tpm makro
- Injeksi paracetamol 10cc IV.

X. INFORMASI LAIN (mencakup rangkuman kesehatan klien dari gizi, fisioterapis, dll)
- Tidak terkaji
XI. ANALISIS DATA
DATA MASALAH/ PROBLEM PENYEBAB/ ETIOLOGI
DS : Ibu pasien mengatakan Hipertermia berhubungan Dehidrasi
anaknya mengalami demam dengan proses penyakit
DO : Hasil pengkajian bahwa Tubuh kehlangan cairan
anak mengalami demam
ditandai dengan akral teraba Penurunan cairan intrasel
panas, kulit merah dan
Suhu : 38,7 Demam

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi

Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami demam, dan badan anaknya hangat, suhu: 38,9 oC,
nadi : 110x/menit, RR : 24x/menit, kulit pasien teraba panas dan kulit merah
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Hipetermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
1. Untuk mengetahui faktor penyebab
dengan proses Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
3x24jam diharapkan hipertermia teratasi hipertermia
penyakit ditandai penggunaan inkubator)
dengan kriteria hasil:
dengan ibu paien 2. Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
mengatakan pasien 2.Untuk mengetahui perkembangan suhu
Suhu 36-37,5oC)
mengalai demam tubuh klien
dengan suhu tubuh 2. Tidak pucat
3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
38,9C, Nadi 3. Pasien tidak menggigil
3.Untuk memberikan rasa nyaman pada
110x/menit, R:
klien
24x/menit.
4. Berikan cairan oral

4.Untuk memenuhi cairan klien


5. Anjurkan tirah baring

6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu 5.Untuk meregangkan otot – otot klien

6.Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien


IMPLEMENTASI

Hari/Tgl/Jam No Dx Intervensi Evaluasi Proses TTD

Kamis/ 1 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, Do: Ibu pasien megatakan anaknya demam
09/12/2021 terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
dan badannya teraba hangat
09.00 Do: Badan pasien teraba hangat

1 Ds : Ibu pasien mengatakan anaknya terasa


2. Memonitor suhu tubuh hangat
10.00

Do : - Kulit pasien teraba hangat

- S : 38,9

1 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian


14.00 Ds : -

Do : Pasien tampak lebih nyaman

Jumat/10/12/2021 1 1. Memonitor suhu tubuh Ds : Ibu pasien mengatakan tubuh anaknya


seikit hangat
08.00
Do : Kulit pasien teraba hangat

S : 37,6

2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian Ds : -


11.00 1
Do : Pasien tampak nyaman
12.00 1 3. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika Ds : -
perlu
Do : Pasien diberikan cairan infuse IVFD D5
¼ NS

Sabtu/11/12/2021 1 1. Memonitor suhu tubuh Ds : Ibu pasien mengatakan tubuh pasien


sudah normal
08.00

1 2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian Do :- Kulit pasien teraba normal


11.00
- S : 36,5

Ds : -
14.00 1 3. Memberikan cairan oral
Do : Pasien tampak nyaman

Do : Ibu pasien tampak koopeatif


Evaluasi

No Hari/ Tanggal No DX Evaluasi TTD

1 Sabtu/11/12/2021 1 DS : Ibu pasien mengatakan tubuh pasien teraba normal dan sudah tidak hangat lagi

DO : -Pasien tampak nyaman

- Suhu tubuh pasien kembali normal

- S : 36,5

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien


LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDI FEBRIS

DI RUANG AYODYA LANTAI II KELAS II

Pembimbing Ruangan Mahasiswa

( ) ( )

Pembimbing Akademik

( )
PATWAY

Dehidrasi

Tubuh kehlangan cairan

Penurunan cairan intrasel

Demam

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi

Anda mungkin juga menyukai