Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

HIPOTENSI INTRADIALISIS PADA PASIEN GAGAL GINJAL


TERMINAL YANG MENJALANI HEMODIALISIS
Sahran
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan keperawatan
Jl. Indra Giri No. 03 Padang Harapan Bengkulu
ghifathiran@yahoo.co.id
Abstract: One of the most common complications of chronict kidney disease patients
undergoing hemodialysis is intradialytic hypotension. This study aims to identify the
factors that influence the occurrence of intradialytic hypotension in patients with end stage
renal failure undergoing hemodialysis. The study design was cross sectional recruited of
81 patients of hemodialysis patients. Data were analyzed using contingency coefficient ,
spearman and logistic regression. The results showed a significant relationship between
history of heart disease, intradialytic weight gain and albumin levels and the incidence of
intradialytic hypotension (p <0.05). The most influence variables that influence on
incidence of intradialytic hypotension was history of heart disease with OR=3.525. Nurses
have to increase their capability in monitoring factors that influence intradialytic
hypotension especially in pre, intra, and post hemodilaytic, giving education about water
and dietary consumption. to increase their capability in the provision of nursing care for
hemodialysis patients.

Keywords: hemodialysis, hypotension, intradialisis

Abstrak: Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien saat menjalani
hemodialisis adalah hipotensi intradialisis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotensi intradialisis pada pasien gagal
ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian adalah analitik cross
sectional dengan jumlah sampel 81 pasien hemodialisis. Analisa data menggunakan
koefisien kontingensi, spearman dan regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit jantung, pertambahan berat
badan antara waktu hemodialisis dan kadar albumin dengan kejadian hipotensi
intradialisis (p < 0,05). Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap kejadian
hipotensi intradialisis adalah riwayat penyakit jantung dengan OR = 3,525. Penelitian ini
merekomendasi perawat untuk meningkatkan skrining terhadap faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan hipotensi intradialsis pada pre, intra dan post hemodialisis, memberikan
edukasi tentang retriksi cairan dan diet serta melengkapi catatan medis pasien.

Kata kunci: hemodialisis, hipotensi, intradialisis

End Stage Renal Disease (ESRD) atau tahun 2011. Meningkatnya jumlah
gagal ginjal terminal adalah gagal ginjal penderita gagal ginjal terminal, akan
stadium akhir sebagai akibat dari gangguan diikuti peningkatan jumlah pasien yang
ginjal kronik yang progresif atau gagal menjalani hemodialisis karena hemodialisa
ginjal akut yang gagal pulih dan merupakan terapi pilihan utama dan paling
memerlukan terapi pengganti ginjal berupa umum dijalani oleh pasien gagal ginjal
dialisis atau transplantasi ginjal terminal adalah hemodialisis (Alwan &
(O’Callaghan, 2006). Di Indonesia, Ba-saleem, 2013).
penderita gagal ginjal pada tahun 2012 Meskipun menjadi terapi pilihan
tercatat 220.000 orang penderita gagal dan efektif untuk penatalaksanaan pasien
ginjal yang meningkat sekitar 6 % dari gagal ginjal terminal, bukan berarti terapi

062
Sahran, Faktor-faktor Yang Mempengaruh Terjadinya Hipotensi… 063

hemodialisis bebas dari komplikasi. pendahuluan yang dilakukan peneliti


Daugirdas, Blake, dan Ing (2015), sebelum penelitian juga mendapatkan
mengemukakan bahwa hipotensi fenomena yang bervariasi terkait faktor
intradialisis merupakan komplikasi yang yang diduga menyebabkan hipotensi
paling sering dijumpai pada pasien intradialitik. Perawat memiliki peran
hemodialisis yang kejadiannya mencapai penting dalam pelaksanakan praktik
20 sampai 33%. asuhan keperawatan pada pasien yang
Pedoman dari National Kidney menjalani hemodialisis. (Diroll et al.,
Foundation (NKF), mendefiniskan 2014). Salah satu faktor yang ikut berperan
hipotensi intradialisis sebagai penurunan dalam pencapaian tujuan hemodialisis
tekanan darah sistolik > 20 mmHg atau adalah terkendalinya komplikasi-
penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) komplikasi yang mungkin dialami oleh
>10 mmHg (Levin & Rocco 2005), dan pasien saat hemodialisis berlangsung
disertai munculnya gejala-gejala seperti: termasuk hipotensi intradialisis.
perasaan tidak nyaman pada perut Berdasarkan fenomena diatas, maka
(abdominal discomfort), otot terasa kram peneliti tertarik untuk melakukan
(muscle cramps), menguap (yawning), penelitian tentang faktor-faktor yang dapat
mual, muntah, gelisah, pusing, dan mempengaruhi terjadinya hipotensi
kecemasan. Dari segi pandangan fisiologi, intradialisis pada pasien yang menjalani
hipotensi intradialisis dipandang sebagai hemodialisis di RSUD. Dr. M. Yunus
suatu keadaan ketidakmampuan atau Bengkulu.
kegagagalan sistem kardiovaskular dalam
merespon terjadinya penurunan volume BAHAN DAN CARA KERJA
sirkulasi darah akibat ultrafiltrasi saat Penelitian ini menggunakan desain
hemodialisis. penelitian cross sectional dengan
Terjadinya episode hipotensi saat melibatkan 81 pasien hemodialisis pada
sesi dialisis sangat mengganggu bulan Juni 2016. Sampel dipilih
kenyamanan pasien, dapat mencetuskan menggunakan metode non probability
aritmia jantung, dan sebagai faktor sampling dengan teknik consecutive
predisposisi terjadinya penyakit jantung sampling. Kiteria inklusi sampel adalah
koroner dan infark miokard (Korsheed, Pasien kooperatif dan dapat berkomunikasi,
Burton, & Mcintyre, 2009) dan/atau dapat tekanan darah sitolik predialisis saat
pula mengakibatkan komplikasi serebral penelitian > 100 mmHg, diagnosa medis
berupa iskemia otak (Davenport, 2006). gagal ginjal terminal yang menjalani
Selain itu, hipotensi intradialisis hemodialisis regular 2 x/minggu minimal
menyebabkan tidak tercapainya dosis sejak satu minggu sebelum penelitian,
dialisis, dimana episode hipotensi durasi hemodialisis 4 - 5 jam,
menyebabkan efek kompartemen dan menggunakan jenis dialisat Bicarbonat,
menghasilkan adekuasi tidak optimal (Tai Quick of Dialysat (QD) = 500 ml/m, dan
et al., 2013). Menurut Ronco (2001), Quick of Blood (QB) = 200 – 300 ml/m,
penurunan tekanan darah akan terjadi pada dan laju Ultrafiltrasi < 13 ml/kgBB/jam.
fase awal sesi hemodialisis. Adapun Sedangkan kriteria ekslusi penelitian ini
menurut Armiyati (2012) kejadian tersering adalah pasien yang mengalami kondisi
hipotensi intradialisis adalah pada 2 jam yang menyulitkan penimbangan berat
pertama sesi hemodialisis. badan pre atau post dialisis (misalnya
Beberapa penelitian tentang faktor- kondisi yang sangat lemah, gangguan
faktor yang berhubungan dengan hipotensi ekstremitas bawah, kesulitan berdiri).
intradialisis pernah dilakukan namun
dengan hasil yang beragam. Hasil studi
064 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 062-101

HASIL hemodialisis (P value 0,172, α=0,05) dan


Analisa univariat ada kekuatan hubungan sangat lemah
Gambaran variabel dalam penelitian ini antara usia dengan hipotensi intradialisis (
dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. r = 0,153).
Tabel 1 Karakteristik responden (Data Kategorik) Hasil analisis hubungan riwayat penyakit
jantung dengan kejadian hipotensi
Variabel f (%)
Jenis Kelamin intradialisis menunjukkan terdapat
Laki-laki 48 59,3 hubungan yang bermakna antara riwayat
Perempuan 33 40,7 penyakit jantung dengan kejadian hipotensi
Jenis Akses Vaskuler
AV Fistule (Cimino) 69 85,2 intradialsisis (p value 0,015, α=0,05) dan
Non Cimino 12 14,8 ada kekuatan hubungan sangat lemah
Durasi Hemodialisis antara riwayat penyakit jantung dengan
4 Jam 5 6,2
4,5 Jam 56 69,1 hipotensi intradialisis (r= 0,262) x
5 Jam 20 24,7 menunjukkan tidak terdapat hubungan
Kejadian Hipotensi Intradialisis yang bermakna antara riwayat penyakit
Tidak terjadi
Terjadi 62 76,5 DM dengan kejadian hipotensi
19 23,5 intradialsisis ( p value 0,568, α=0,05) dan
Usia ada kekuatan hubungan sangat lemah
< 65 68 84
≥ 65 13 16 antara riwayat DM dengan hipotensi
Riwayat Penyakit Jantung intradialisis (r= 0,063).
Tidak memiliki 53 65,4
Memiliki 28 34,6 Hasil analisis hubungan antara
Riwayat DM
Tidak memiliki 43 53.1 pertambahan berat badan antara dua waktu
Memiliki 38 46,9 hemodialsisis dengan kejadian hipotensi
Pertambahan berat badan intradialisis menunjukkan terdapat
diantara dua waktu
hemodialsisis hubungan yang antara pertambahan berat
Ringan 24 29,6 badan dengan kejadian hipotensi
Sedang 35 43,2 intradialsisis (p value 0,033, α=0,05) dan
Berat 22 27,2
terdapat kekuatan hubungan sedang antara
Tabel 2 Karakteristik Responden (Data Numerik) pertambahan berat badan antara dua waktu
Variabel Mean ± Min-Mak 95% CI hemodialsisis dengan kejadian hipotensi
SD intradialisis (r= 0,440)
Lama 25.42 2 – 94 21.50 -
Menjalani ±17.8 29.48 Hasil analisis hubungan hubungan kadar
Hemodialisis Hb dengan kejadian hipotensi intradialisis
(bulan) menunjukkan ada hubungan antara kadar
Tekanan
Darah hemoglobin dengan hipotensi intradialisis
Predialisis 144.8 ± 110-200 140.9 - (p value 0,572, α=0,05) dan terdapat
Sistolik 19.94 70-120 149.2 kekuatan hubungan sangat lemah dengan
Diastolik 87, 2 ± 84.66-
11.56 89.8 arah berlawanan antara kadar hemoglobin
Kadar 8,91±1,24 6,2 – 12,2 8,6 – dengan hipotensi intradialisis (r= -0,073).
Hemoglobin 9,19 Hasil analisis hubungan kadar albumin
Kadar 3,24±0,41 2,4 – 3,9 3,15 –
Albumin 3,34 dengan kejadian hipotensi intradialisis
menunjukkan ada hubungan antara kadar
Analisis Bivariat albumin dengan hipotensi intradialisis (p
Hasil analsisi hubungan usia value 0,001, α=0,05) dan ada kekuatan
dengan kejadian hipotensi intradialisis hubungan lemah dan arah berlawanan
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar albumin dengan hipotensi
antara usia dengan kejadian hipotensi intradialisis (r=-0,367). Hubungan,
intradialisis pada pasien yang menjalani
Sahran, Faktor-faktor Yang Mempengaruh Terjadinya Hipotensi… 065

kekuatan hubungan, dan arah hubungan variabel bebas terlihat pada tabel 3 dan 4.
Tabel 3
Hubungan, kekuatan hubungan, dan arah hubungan antara variabel bebas dan terikat

Variabel Hipotensi F % P r OR
Intradialisis 95% CI
Tidak HID % HID %
Usia
< 65 54 87,1 14 13,9 68 100 0,163 0,153 2,4110
0,682-8520
≥ 65 8 73,7 5 26,3 13 100
Riwayat penyakit
jantung
Tidak ada riwayat 45 84,9 8 15,1 53 100 0,015* 0,262 3,640
1,251-10.590
Ada riwayat 17 60,7 11 39,3 28 100
Riwayat penyakit
DM
Tidak 34 79,1 9 20,9 43 100 0,568 0,063 1,349
0.482-3.780
Ada 28 73,3 10 26,3 38 100
Pertambahan BB
Ringan 24 100 0 0 24 100 Perbanding
--
Sedang 28 80 7 20 35 100 0,001* 0,440 4,039 <0,001
Berat 10 45,5 12 54,5 22 100 1,939 < 0,001
Tabel 4 Hubungan, kekuatan hubungan, dan arah dengan OR 2,073, Pertambahan BB berat
hubungan antara kadar hemoglobin dan albumin OR 1,472, dan kadar albumin dengan OR
terhadap kejadian hipotensi intradialisis 0,050. Secara matematis, model akhir dari
Hipotensi Intradialisis analisis multivariate yang terbentuk dapat
Hemoglobin r -0,132 dirumuskan sebagai berikut:
p 0,241 Z = -12,252 + 0,729 (umur) + 1,260 (rwyt
jantung) + 19,465 (BB sedang) + 21,110
n 81
(BB berat) – 2,992 (albumin). Gambaran
Albumin r -0,409 pemodelan akhir analisis multivariat dapat
p 0,001* dilihat dalam tabel 5 sebagai berikut:
n 81 Tabel 5 Pemodelan akhir analisis multivariat
Analisis Multivariat variabel B Wald P OR
Analisis dimulai dengan value
95%CI
memasukkan variabel yang memiliki p
value < 0,25 dari analisis bivariat untuk Usia 0,729 0,719 0,397 2,073
dijadikan kandidat pemodelan awal 0,384-
multivariat diantaranya adalah usia, 11,188
riwayat penyakit jantung, riwayat penyakit
Riwayat 1,260 2.987 0,084 3,525
DM, pertambahan BB antara waktu penyakit
hemodialisis kadar albumin. Setelah jantung 0,844-
dilakukan analisis regresi sebanyak 6 14,723
tahapan, pada pemodelan didapatkan Pertambahan 5.312 0,070
model akhir. Berdasarkan nilai OR bahwa BB ringan
variabel independen yang paling
Pertambahan 19.465 0,001 0,998 2,843
berpengaruh terhadap kejadian hipotensi BB Sedang
intradialisis adalah riwayat penyakit 0,001
jantung dengan OR 3,525, disusul
pertambahan BB ringan OR 2, 843, umur
066 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 062-101

Pertambahan 21.110 0,001 0,990 1,472 (2014) di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
BB Berat
0,001 yang mendapatkan proporsi responden
laki-laki mayoritas dari pada responden
Kadar -2,992 7,836 0,005 0,050 perempuan yaitu 76,1%.
Albumin
0,006- Banyaknya jumlah laki-laki yang
0,408
menderita gagal ginjal disebabkan oleh
Constanta - 0,000 0,999 0,000 tingginya aktivitas fisik laki-laki,
12,252 kebiasaan mengkonsumsi suplemen,
alkohol dan rokok yang lama dapat
pada pemodelan awal, variabel
menyebabkan terjadinya hipertensi dan
independen dengan p value > 0,05 secara
diabetes mellitus. Penyebab lain yang
berurutan dikeluarkan dimulai dari
diduga adalah secara anatomis saluran
variabel independen yang memiliki p value
kemih laki-laki lebih panjang, hal ini dapat
terbesar. Setelah variabel tersebut
menyebabkan menumpuknya endapaan-
dikeluarkan, dilakukan penilaian terhadap
endapan zat-zat yang terkandung dalam
perubahan OR semua variabel setelah dan
urin, terjadi pengkristalan dan menjadi
sebelum variabel dikeluarkan. Jika salah
batu (kalkulus) yang dapat mengakibatkan
satu atau lebih variabel perubahan nilai OR
obstruksi dan infeksi saluran kemih yang
nya lebih dari 10%, maka variabel yang
pada akhirnya mengakibatkan kerusakan
dikeluarkan tadi dimasukkan kembali
pada kandung kemih, ureter, bahkan ginjal.
kedalam pemodelan. Langka ini
dilanjutkan sampai pemodelan akhir dan Mayoritas responden pada
didapatkan nilai OR. Berdasarkan nilai OR penelitian ini menggunakan AV
bahwa variabel independen yang paling fistule/cimino untuk akses vaskulernya.
berpengaruh terhadap kejadian hipotensi Hal ini ini sesuai dengan data dari Pernefri
intradialisis adalah riwayat penyakit (2012) bahwa di Indonesia akses vasculer
jantung dengan OR 3,525 (95% CI OR = 0, terbanyak pada pasien hemodialisis adalah
844 – 14,723), disusul pertambahan BB dengan AV fistule/cimino yaitu sebanyak
sedang OR 2, 843, umur dengan OR 2,073 71 %. AV fistule/cimino merupakan akses
(95% CI OR = 0,384 – 11,188), vaskuler yang baik yang dapat
Pertambahan BB berat OR 1,472, dan meningkatkan aliran darah, memudahkan
kadar albumin dengan OR 0,050 (95% CI akses berulang kali, mampu bertahan lama
OR =0,006 – 0, 408). Secara matematis, dan memiliki komplikasi yang minimal.
model akhir dari analisis Menurut Pernefri (2003), bahwa akses
multivariate yang terbentuk dapat vaskular yang adekuat adalah akses yag
dirumuskan sebagai berikut: dapat mengalirkan darah dengan kecepatan
Z = -12,252 + 0,729 (umur) + 1,260 (rwyt 200-300 ml/menit. Sedangkan menurut
jantung) + 19,465 (BBsedang) + 21,110 NKF KDOQI (2006) bahwa akses vaskuler
(BB berat) – 2,992 (albumin) pada hemodialisis dapat mengalirkan darah
dengan kecepatan 300-500 ml/menit. Pada
PEMBAHASAN responden penelitian ini, rata-rata
Responden penelitian mayoritas kecepatan pengaliran darah adalah > 200
berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ml/menit.
ini sesuai dengan data dari Pernefri (2012) Mayoritas responden pada
bahwa proporsi pasien laki-laki yang penelitian ini menjalani durasi
menjalani hemodialisis lebih banyak hemodialisis selama 4,5 jam. Data pernefri
dibandingkan dengan pasien perempuan (2012) juga menyebutkan bahwa mayoritas
yaitu sebanyak 61,15%. Hasil penelitian pasien hemodialisis di Indonesia menjalani
juga serupa dengan penelitian Susanti, HD selama 4 jam. NKF KDOKI (2006)
Sahran, Faktor-faktor Yang Mempengaruh Terjadinya Hipotensi… 067

merekomendasikan bahwa waktu sehingga terjadi penimbunan cairan


hemodialisis yang efektif untuk pasien (Thomas, 2008).
yang menjalani hemodialsisis 2 Hubungan usia, riwayat penyakit jantung
kali/minggu adalah 10-12 jam/minggu riwayat penyakit DM, kadar hemoglobin ,
untuk mendapatkan adekuasi yang optimal. kadar albumin dan pertambahan berat
Penelitian yang dilakukan oleh Septiwi badan diatara waktu hemodialisis dengan
(2011) mendapatkan bahwa pada pasien kejadian hipotensi intradialsisis.
yang menjalani durasi hemodialsisis 4,5
jam setiap 2 kali/minggu telah dapat Hasil penelitian menunjukkan tidak
mencapai adekuasi yang optimal. adanya hubungan antara usia dengan
kejadian hipotensi intradialisis, hal ini
Rerata responden dalam penelitian tidak sesuai dengan teori yang
ini telah menjalani hemodialsisis selama menyebutkan bahwa hipotensi intradialisis
25,42 bulan, waktu terlama adalah 94 cendrung terjadi pada pasien berusia lebih
bulan dan terpendek adalah 2 bulan. Hasil dari 65 tahun karena berkurangnya jumlah
penelitian ini tidak berbeda dengan hasil total cairan tubuh termasuk cairan
penelitian yang dilakukan oleh Septiwi intravascular (Sherman, 2015).
(2011) di RS Margono Soekarjo
Purwokerto yang mendapatkan rata-rata Ketidakseimbangan cairan dan
lama pasien yang menjalani hemodialsisis elektrolit terjadi pada semua pasien gagal
adalah 27,4 bulan dan yang terbaru adalah ginjal terminal tidak semata-mata
2 bulan. Hasil penelitian ini memberikan tergantung usia pasien, tapi juga
gambaran bahwa secara umum pasien telah tergantung pertambahan berat badan yang
menjalani hemodialisis dalam waktu yang berlebihan diantara dua waktu
cukup lama dan pasien telah mampu hemodialisis, dan kadar albumin yang
beradaptasi dengan kondisi sakit mereka rendah dan riwayat penyakit jantung.
dan berusaha untuk patuh mengikuti Pada penelitian ini, mayoritas
program terapi hemodialisisnya. responden yang mengalami hipotensi
Ketersediaan fasilitas yang disediakan oleh intradialisis memiliki riwayat penyakit
pemerintah, perusahaan dan institusi jantung. Hasil penelitian sesuai dengan
tertentu melalui asuransi memberikan hasil penelitian yang dilakukan oleh
kesempatan kepada penderita gagal ginjal Barberato, et al (2009) terhadap 172 pasien
untuk menerima layanan hemodialisa yang sedang menjalani hemodialisis bahwa
dalam jangka waktu yang lama. penyakit jantung seperti heart failure dan
Rerata tekanan darah sistolik disfungsi sistolik berhubungan secara
responden sebelum hemodialisis adalah signifikan terhadap terjadinya hipotensi
144.81 mmHg, tertinggi adalah 200 mmHg intradialisis masing-masing dengan (p
dan terendah 110 mmHg. Sedangkan rerata value 0,001 dan 0,003). Hasil penelitian
tekanan darah diastolik pasien sebelum yang sama juga didaptkan oleh Hill, et al
hemodialisis adalah 87.2 mmHg (SD: 11,6 (2014) bahwa penyakit jantung seperti
), tertinggi adalah 120 mmHg dan terendah CAD berhubungan dengan kejadian
70 mmHg. Jika dibandingkan dengan hipotensi intradialisis.
orang sehat, rerata tekanan darah sistolik Peneliti berpendapat bahwa riwayat
maupun diastolik pasien pre hemodialisis penyakit jantung tertentu yang diderita
ini tergolong tinggi. Pada pasien yang responden akan mengganggu kemampuan
mengalami gagal ginjal telah terjadi kontraktilitas jantung dan menurunkan
penurunan fungsi regulasi cairan dan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
elektrolit tubuh khususnya fungsi eksresi perubahan sirkulasi darah saat
hemodialsisis dilakukan.
068 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 062-101

Hasil penelitian mendapatkan tidak menyimpulakan bahwa hipoalbuminemia


terdapat hubungan antara riwayat penyakit berhubungan secara signifikan dengan
DM dengan kejadian hipotensi terjadinya hipotensi intradiaslisis dengan
intradialsisis pada pasien yang menjalani nilai P value 0,0016. Pada penelitian ini
hemodialisis. Hasil yang sama juga juga, rerata kadar albumin pasien yang
didapatkan pada penelitian Hill et al., mengalami hipotensi intradialisis adalah
(2015) yang tidak mendapatkan hubungan 2,97 gr/dl, dan hampir seluruh responden
antara riwayat penyakit diabetes melitus yang mengalami hipotensi intradialisis
dengan hipotensi intradialisis. Namun, hasil memiliki kadar albumin dibawa kadar
penelitianTakeda, Toda, Sasaki, dan albumin rerata. Hasil penelitian ini sejalan
Matsui (2006) mendapatkan hasil yang dengan hasil penelitian Nakamoto, Honda,
berbeda, dimana penyakit diabetes mellitus Mimura, dan Suzuki (2006) bahwa pasien
berpengaruh dan menjadi faktor resiko yang mengalami hipotensi intradialsisi
terhadap kejadian hipotensi intradialsis adalah pasien yang memiliki kadar albumin
dengan OR 8,18 dan P value 0,016. yang kurang dari 3,5 gr/dl. Santoro (2006)
menyebutkan bahwa hipoalbumenimia
Penelitian ini, peneliti berpendapat
pada pasien yang menjalani hemodialidsis
bahwa pasien yang memiliki riwayat DM
dapat menjadi faktor resiko untuk
yang menjalani hemodialisis merupakan
terjadinya hipotensi intradialisis.
pasien dengan riwayat penyakit DM yang
terkontrol. Mayoritas pasien Hasil penelitian ini mendapatkan
mengungkapkan bahwa mereka secara bahwa mayoritas responden (54,5 %).
rutin melakukan pengontrolan penyakit mengalami pertambahan berat badan pada
DM mereka dan memeriksa kadar gula kategori sedang dan terdapat hubungan
darah, dan secara rutin pula mengkonsumsi antara pertambahan berat badan dengan
obat-obatan diabetes yang diberikan oleh kejadian hipotensi intradialisis. Hasil
dokter yang dengan mudah mereka penelitian ini mendukung hasil penelitian
dapatkan dari fasilitas BPJS yang mereka yang dilakukan oleh Takeda, Toda, Sasaki,
miliki. Penelitian ini, tidak terdapat hubungan dan Matsui (2006) yang mendapatkan
antara antara kadar Hb dengan kejadian adanya korelasi antara pertambahan berat
hipotensi intradialisis. Hasil penelitian ini badan antara dua waktu hemodialisis
mendukung hasil penelitian yang dilakukan dengan kejadian hipotensi intradialisis
oleh Tosato dan Zuccala (2013), yang juga dengan nilai statistik OR 2.45, 95% CI
tidak mendapatkan hubungan antara anemia
1.24–4.82; P value = 0.010. Hasil
dan hipotensi intradialasisis dengan p value
penelitian yang sama yang dilakukan oleh
0.144. Hasil penelitian juga sesuai dengan
pendapat Chao, Huang, & Yen, (2015) yang Atmajaya (2013) juga mendapatkan
menyebutkan bahwa anemia berat merupakan adanya hubungan signifikan antara
faktor resiko penyebab hipotensi intradialsisis. pertambahan berat badan kategori sedang
Yang termasuk kategori anemia berat menurut dengan hipotensi intradialisis dengan P
Daugirdas, et al (2015) adalah ketika kadar value 0.032.
hemoglobin < 8 gr%. Pada penelitian ini, rerata
kadar hemoglobin pasien yang mengalami
Pertambahan berat badan antara
hipotensi intradialsisis adalah 8,75 gr% yang dua waktu hemodialisis merupakan
belum termasuk kategori anemia berat. indikator masukan cairan selama priode
interdialisis, yang ditentukan oleh
Hasil penelitian mendapatkan adanya kemampuan pasien untuk melakukan
hubungan antara kadar albumin dengan manejemen asupan cairan interdialisis.
kejadian hipotensi intradialisis. Hasil Dilaporkan lebih dari 50% pasien yang
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian menjalani terapi hemodialisis tidak patuh
yang dilakukan oleh Nakamoto, Honda, dalam pembatasan asupan cairan.
Mimura, dan Suzuki (2006) yang
Sahran, Faktor-faktor Yang Mempengaruh Terjadinya Hipotensi… 069

KESIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna


antara riwayat penyakit jantung,
Mayoritas responden berjenis
pertambahan berat badan antara waktu
kelamin laki-laki, menggunakan akses
hemodialisis dan kadar albumin dengan
vaskuler AV fistule/cimino, menjalani
kejadian hipotensi intradialisis. Tidak
durasi hemodialisis selama 4,5 jam, rerata
terdapat hubungan antara usia, kadar
menjalani hemodialisis 25,42 bulan,
hemoglobin dan riwayat penyakit DM
memiliki rerata tekanan darah sistolik dan
dengan kejadian hipotensi intradialisis.
diastolik predialisis 144.81 mmHg dan
Faktor yang paling berpengaruh terhadap
84.66 mmHg. Mayoritas responden berusia
kejadian hipotensi intradialisis adalah
kurang dari 65 tahun, memiliki riwayat
riwayat penyakit jantung. Diharapkan
penyakit jantung, tidak memiliki riwayat
menjadi data dasar bagi pengembangan
penyakit DM, pertambahan berat badan
penelitian selanjutnya terutama penelitian
pada kategori sedang, rerata kadar
terkait komplikasi intradialisis seperti
hemoglobin 8,91 mg/dl dan rerata kadar
hipotensi.
albumin 3,24 mg/dl.
The dialysis staff workload and the blood
DAFTAR RUJUKAN volume tracking system during the
hemodialysis sessions of hypotension-prone
Agrawal, R., Khakurel, S., Hada, R., Shrestha, D., patients, c(6), 292–298.
& Baral, A. (2012). Acute Intradialytic http://doi.org/10.5301/ijao.5000318
Complications in End Stage Renal Disease on Hayes, W., & Hothi, D. K. (2011). Intradialytic
Maintenance Hemodialysis. JNMA, 52, 118– hypotension. Pediatr Nephrol, 26, 867–879.
122. http://doi.org/10.1007/s00467-010-1661-4
Alwan, S. M., & Ba-saleem, H. (2013). Intradialytic Hill, K. E., Whittington, T., Kim, S. W., Barbara,
Hypotension Complication , in Cardiac and J., Elias, T. J., Allen, G., … Hakendorf, P.
Non Cardiac Risky End Stage Renal Disease (2015). Dialysis-associated hypotension in
( ESRD ) Patients. Middle East Journal of haemodiafiltration versus conventional
Family Medicine, 11, 10–17. haemodialysis. Renal Society of Australia
Armiyati, Y. (2012). Hipotensi dan hipertensi Journal, 11, 26–31.
intradialisispada pasien chronic kidney Kooman, J., Basci, A., Pizzarelli, F., Canaud, B.,
disease ( CKD ) saat menjalani hemodialisis Haage, P., Fouque, D., … Tordoir, J. (2007).
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. In EBPG guideline on haemodynamic
Seminar Hasil Penelitian. Yogyakarta: LPPM instability. Nephrology Dialysis
Unimus. Transplantation, 22, 22–44.
Atmajaya, S. (2013). Korelasi Interdialytic Weight http://doi.org/10.1093/ndt/gfm019
Gain (IDGW) dengan Kejadian hipotensi Korsheed, S., Burton, J. O., & Mcintyre, C. W.
intradialitik pada pasien gagal ginjal stadium (2009). Higher arteriovenous fistulae blood
terminal di unit hemodialisis Rumah Sakit flows are associated with a lower level of
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. dialysis-induced cardiac injury. International
Medan: FK-USU. Society Fo Hemodialysis, 13, 505–511.
Chao, C., Huang, J., & Yen, C. (2015). Intradialytic http://doi.org/10.1111/j.1542-
Hypotension and Cardiac Remodeling : 4758.2009.00384.x
BioMed Research International, 1–8. Kuo, F., Chiang, C., Lee, S., Wu, C., Chen, H., &
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1155/2015/ Chen, Y. (2012). Complications observed in
724147 older new haemodialysis patients in Taiwan.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, & T. S. (2015). Australian Journal on Ageing, 33, 86–93.
Handbook of Dialysis. (B. Goolsby, Julie ; http://doi.org/10.1111/j.1741-
Vandetty, Leanne; Convery, Ed.) (Fifth Edit). 6612.2012.00633.x
Davenport, A. (2006). Intradialytic complications Levin & Rocco, M. (2005). K/DOQI Clinical
during hemodialysis. International Society Fo Practice Guidelines for Cardiovascular
Hemodialysis, 10, 162–167. Disease in Dialysis Patients. American
Donauer, J. (2004). Hemodialysis-Induced Journal of Kidney Diseases (AJKD), 45.
Hypotension : Impact of Technologic Nakamoto, H., Honda, N., Mimura, T., & Suzuki,
Advances. Seminar in Dialysis, 17, 333–335. H. (2006). Hypoalbuminemia is an important
Doria, M., Genovesi, S., Biagi, F., Steckiph, D., risk factor of hypotension during
Mancini, E., Stella, A., & Santoro, A. (2014). hemodialysis. International Society Fo
070 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 1, Juni 2018, hlm. 062-101

Hemodialysis, 10, S10–S15. R., Macrae, J. M., & Canada, A. (2013).


National Kidney Foundation. (2012). KDOQI Hemodialysis prescription education
CLINICAL PRACTICE GUIDELINE For decreases intradialytic hypotension.
Diabetes And Ckd : 2012 Update Notice JNephrol, 26, 315–322.
Section I : Use Of The Clinical Practice http://doi.org/10.5301/jn.5000147
Guideline. American Journal of Kidney Takeda, A., Toda, T., Sasaki, S., & Matsui, N.
Disea, 60, 850–886. (2006). Can Predialysis Hypertension Prevent
http://doi.org/10.1053/j.ajkd.2012.07.005 Intradialytic Hypotension in Hemodialysis
Perkumpulan Nefrologi Indonesia (Pernefri). Patients ? Nephron Clin Pract, 103, 137–143.
(2012). Indonesian Renal Registry. 5 Th http://doi.org/10.1159/000092910
Report of Indonesian Renal Registry. Tosato, M., & Zuccala, G. (2013). chronic
Ronco, C. (2001). The problem of hypotension in hemodialysis. Informa Healthcare, 35, 1260–
haemodialysis. Nefrology, 6, 99–103. 1263.
Sulowicz, W., & Radziszewski, A. (2006). http://doi.org/10.3109/0886022X.2013.82064
Pathogenesis and treatment of dialysis 5
hypotension. International Society Fo Tzanakaki, E., & Boudouri, V. (2014). Causes and
Hemodialysis, 70, 36–39. complications of chronic kidney disease in
http://doi.org/10.1038/sj.ki.5001975 patients on dialysis. Health Sceince Journal,
Tai, D. J., Conley, J., Ravani, P., Hemmelgarn, B. 8, 343–350.

Anda mungkin juga menyukai