PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit ginjal merupakan salah satu isu kesehatan dunia dengan
beban pembiayaan yang tinggi. Keharusan melakukan tindakan hemodialisa
dalam jangka waktu yang lama menjadi suatu yang dapat menganggu
kualitas hidup penderita. Ginjal mempunyai peranan yang penting pada
tubuh manusia, yaitu untuk mempertahankan volume dan distribusi cairan,
namun apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya maka orang tersebut
akan memerlukan perawatan dan pengobatan dengan segera (Muttaqin,
2011).
Penyakit ginjal merupakan salah satu isu kesehatan dunia dengan
beban pembiayaan yang tinggi. Ditemukannya urium pada darah merupakan
salah satu tanda dan gejala dari penyakit gangguan pada ginjal. Uremia
merupakan akibat dari ketidak mampuan tubuh untuk menjaga metabolisme
dan keseimbangan cairan serta elektrolit yang dikarenakan adanya
gangguan pada fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible
(Kemenkes, 2018). Insiden penyakit gagal ginjal meningkat setiap tahun dan
menjadi masalah kesehatan utama pada seluruh dunia, terjadinya penyaki
gagal ginjal merupakam resiko kejadian penyakit jantung dan pembuluh
darah serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Setyaningsih,
2013).
Sekitar 1 dari 10 populasi dunia teridentifikasi mengalami penyakit
ginjal kronis (PGK). Hasil studi systematic review dan meta analisys yang
dilakukan oleh Hill dkk (2016) menunjukkan 13,4% penduduk dunia
menderita PGK. Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena
sulit disembuhkan. Prevalensi gagal ginjal kronik di seluruh dunia pada tahun
2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan
tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan
adanya peningkatan angka kesakitan pasien gagal ginjal kronis setiap tahun
meningkat (Fresenius Medical Care, 2013).
1
2
Kasus penyakit gagal ginjal kronik (GGK) pada laporan The United
States Renal Data System (USRDS, 2013) menunjukan prevalensi rate
penderita penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat tahun 2011 sebesar 1.901
per 1 juta penduduk. Hasil Riskesdas (2013), pasien GGK yang berusia ≥15
tahun sebanyak 0,2%. Penyakit GGK merupakan salah satu dari 10 besar
penyakit kronis di Indonesia. Menurut data survey Persatuan Nefrologi
Indonesia (PERNEFRI) berdasarkan laporan Indonesian Renal Registry
(IRR) (2014), adanya peningkatan jumlah pasien aktif yang menjalani
hemodialisa yaitu dari 9396 orang (2013) menjadi 11689 orang (2014) dan
untuk pasien baru yang menjalani hemodialisa dari 15128 orang (2013)
meningkat menjadi 17193 orang (2014). Dan menurut data yang di peroleh
dari laporan Indonesia Renal Registri (IRR, 2017) data pasien baru
hemodialisis di seluruh indonesia adalah 30831 kasus yang mana provinsi
Jawa Barat merupakan provinsi tertinggi dengan 7444 kasus. Provinsi jawa
Tengah sendiri terdapat 2488 pasien baru yang harus menjalani
hemoidalisis.
Di kabupaten Grobogan, terdapat 2 rumah sakit yang menjadi rujukan
dalam pelayanan terapi hemodialisa yaitu RSUD Dr R Soedjati Purwodadi
dan RS Permata Bunda. Untuk kasus gagal ginjal kronik, di Rumah sakit
RSUD Dr R Soedjati Purwodadi Pada tahun 2015 tercatat 1.144 kunjungan
dan meningkat menjadi 1.147 di tahun 2016. Sementara itu di rumah sakit
Permata Bunda Purwodadi, Jumlah pasien rawat inap gagal ginjal kronik
yang tercatat pada tahun 2016 sebanyak 402 pasien dan rawat jalan
tercatat sebanyak 52 pasien (Data Rekam Medis RS. Permata Bunda
Purwodadi 2016).
Pengobatan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 2 tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal. Tindakan dialisis
yang dapat dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik tahap akhir salah
satunya adalah hemodialisis (Lewis et al., 2014). Tindakan hemodialisis
berdasarkan pada 2 pilar yaitu pembatasan cairan dan pembuangan produk
sisa metabolisme dari darah dengan menggunakan mesin dialisis. Menurut
Perkumpulan Nefrologi Indonesia (2016) salah satu tujuan hemodialisis
adalah untuk memperbaiki komposisi cairan tubuh sehingga mencapai
keseimbangan cairan yang diharapkan untuk mencegah kekurangan atau
3
B. Rumusan masalah
Berdasarkan masalah dan femonema yang ditemukan, maka
rumusan masalah yang akan diteliti adalah ada tidaknya hubungan riwayat
lama menjalani hemodialisa dan kepatuhan diet dengan peningkatan
Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien yang menjalani hemodialisa di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui
bagaimana hubungan riwayat lama menjalani hemodialisa dan
kepatuhan diet dengan peningkatan Interdialytic Weight Gain (IDWG)
pada pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui riwayat lama menjalani hemodialisa pasien di Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
b. Mengetahui kepatuhan diet pasien di Unit Hemodialisa Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi
c. Mengetahui Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien yang
menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
d. Mengetahui hubungan riwayat lama menjalani hemodialisa pasien
dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG)
e. Mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan Interdialytic Weight
Gain (IDWG)
6
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan hubungan riwayat lama
hemodialisa dan kepatuhan diet dengan peningkatan IDWG. Luaran
penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
keperawatan medikal bedah khususnya mengetahui faktor yang
mempengaruhi peningkatan IDWG di Unit Hemodialisis Rumah sakit
Permata Bunda Purwodadi.
2. Manfaat praktis
a. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan rumah sakit terutama dalam
mengelola faktor yang mempengaruhi peningkatan
IDWG di Unit Hemodialisis Rumah sakit Permata Bunda
Purwodadi.
b. Pasien
Pasien sekaligus responden yang akan terlibat dalam penelitian ini
akan mendapatkan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi
peningkatan IDWG sehingga peningkatan risiko dan komplikasi dari
hemodialisis dapat dicegah secara optimal.
c. Penelit
Peneliti akan mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian
analisis korelatif tentang faktor yang mempengaruhi peningkatan
IDWG di Unit Hemodialisis Rumah sakit Permata Bunda Purwodadi.
7
E. Keaslian penelitian
Tabel 1.1
No Judul Metode Hasil Penelitian
1 Faktor faktor yang Desain penelitian Tidak ada
berkontribusi terhadap menggunakan cross hubungan
IDWG pada pasien sectional design signifikan antara
GAGAL GINJAL KRONIK Dengan di ikuti 48 data demografi,
responden . uji korelasi
yang menjalani stres, rasahaus.
menggunakan regresi linier
Hemodialisis (Istanti, 2009) Dan diketahui
berkontribusi
signifikan
masukan cairan
terhadap IDWG
2 Faktor-faktor yang Desain yang digunakan Umur, jenis
mempengaruhinilai IDWG adalah cross sectional design kelamin, tingkat
pasien hemodialisis di dengan di ikuti 44 responden. pendidikan tidak
Penelitian menggunakan
RSUD PanembahanBantul berpengaruh
kuisioner dan lembar
(Mustikasari, 2017) observasi IDWG dan uji signifikan terhadap
korelasi regresi linear IDWG
F. Ruang lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Proposal penelitian ini disusun sejak bulan November 2019 yang dimulai
dengan kegiatan studi pendahuluan dan penyusunan proposal,
kemudian jika sudah disetujui akan dilakukan seminar proposal sebagai
awal dari pelaksanaan penelitian.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi.
3. Ruang Lingkup Materi
Materi proposal ini berkaitan dengan Interdialytic Weight Gain
(IDWG),hemodialisa dan gagal ginjal kronik.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus.
Pada stadium paling dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), dimana basal Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat meningkat. Kemudian secara
perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum sampai pada LFG sebesar 30%. Kerusakan ginjal dapat
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal, produk akhir metabolik
yang seharusnya dieksresikan ke dalam urin, menjadi tertimbun dalam
darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia. Terjadinya uremia
dapat mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk metabolik (sampah), maka gejala akan semakin berat (Brunner &
Suddarth, 2008).
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
seperti hipovolemi atau hipervolemi, gangguan keseimbangan elektrolit
antara lain natrium dan kalium. LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius, dan pasien memerlukan terapi pengganti
ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi
ginjal, pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal
ginjal (Hidayati, 2012).
4. Stadium Gagal Ginjal Kronik
Perjalanan umum gagal ginjal progresif menurut Brunner & Suddarth
(2008) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) stadium, yaitu :
a. Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal.
Pada stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan
penderita asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat
diketahui dengan test pemekatan kemih dan test Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) secara seksama
b. Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal
Pada stadium ini, 75% lebih jaringan yang berfungsi telah rusak,
LFG besarnya 25% dari normal, kadar BUN dan kreatinin serum
11
B. Hemodialisa
1. Pengertian
Hemodialisa adalah suatu proses pembersihan darah dari
akumulasi zat sisa metabolisme tubuh seperti ureum, dan zat yang
dapat meracuni tubuh lainya. Hemodialisa diperuntukan bagi pasien
gagal ginjal tahap akhir atau pasien dengan penyakit akut yang
memerlukan dialisis dalam waktu singkat (DR. Nursalam M.Nurse,
2008). Menurut Brunner and Suddart 2013 menjelaskan bahwa
hemodialisa adalah suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melakukan proses tersebut.
Hemodialisa adalah suatu terapi pengganti ginjal menggunakan
selaput membran semi permeabel (dialiser), berfungsi seperti nefron
yang dapat mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan memperbaiki
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Ignatavicius & Workman,
2006). Pengertian lain menjelaskan bahwa hemodialisa adalah
pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialyzer yang terjadi
secara difusi dan ultrafiltrasi kemudian darah kembali lagi kedalam
tubuh pasien. Hemodialisa memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien
kedan dari dialiser (Baradero, 2009).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hemodialisa adalah
terapi pengganti ginjal dengan proses pembersihan darah pasien dari
tubuh melalui dialiser
2. Tujuan Hemodialisa
Menurut Brunner dan Suddart (2013) tujuan dari terapi
hemodialisa antara lain:
a. Mengeluarkan air yang berlebih dalam tubuh.
b. Mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah.
c. Mempertahankan system dapar (buffer) tubuh.
d. Memeprtahankan keseimbangan elektrolit.
3. Indikasi Hemodialisa
Menurut Supeno (2010) menjelaskan indikasi dari terapi hemodialisa
meliputi penyakit dalam, ginekologi, dan indikator kimiawi.
15
e. Mesin hemodialisa
Prinsip kerja mesin hemodialisa dari berbagai merk mesin adalah
sama yaitu sistem blood pump, pengaturan cairan dialisat, sistem
pemantauan mesin terhadap blood circuit dan dialisat circuitdan
berbagai monitor untuk mendeteksi adanya kesalahan. Mesin
hemodilaisa juga dilengkapi dengan beberapa komponen tambahan
antara lain heparin pump, tombol bicarbonate, kateter vena dan
blood volume monitor.
6. Proses Hemodialisa
Pada umumnya manusia dewasa normal memiliki darah sekitar
5,6 s/d 6,8 liter. Pada proses hemodialisa darah ini dikeluarkan dari
dalam tubuh pasien dan dialirkan ke dalam ginjal artifisial (dialiser).
Darah yang sudah disaring dimasukan kembali kedalam tubuh pasien.
Dalam proses ini hanya sekitar 0,5 liter darah yang berada diluar tubuh
pasien. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan akses untuk keluar
masuknya darah dari tubuh pasien. Terdapat 3 jenis akses yang dapat
dipilih oleh pasien yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central
venous catheter (CVC).Saat ini akses yang paling direkomendasikan
adalah AV fistula kaarena lebih aman dan nyaman untuk pasien (Niken,
2011).
Sebelum dilakukan terapi hemodialisa pasien akan diperiksa
tanda-tanda vitalnya terlebih dahulu untuk memastikan apakah pasien
layak untuk menjalani hemodialisa. Selain itu juga dilakukan timbang
berat badan untuk menentukan berapa jumlah cairan yanag harus
diibuang selama terapi.Langkah selanjutnya adalah menghubungkan
pasien dengan mesin hemodialisa dengan memasang blood line dan
jarum pada akses vascular pasien. Jika semua sudah terpasang maka
proses pencucian darah dapat dimulai. Pada proses hemodialisa darah
tidak mengalir kedalam mesin HD melainkan hanya mengalir melalui
selang-selang darah dan dialiser. Mesin HD berperan sebagai pompa
dan monitor yang mengtur aliran darah, tekanan darah, memberika
informasi jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh dan memberikan
informasi vital lainya. Selain itu mesin juga mengatur aliran cairan
20
dialisat yang berfungsi sebagai pelarut zat-zat terlarut dalam darah yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh (Maribot, 2011).
7. Kelebihan dan kekurangan hemodialisa
Menurut Rahman, Kaunang, dan Elim (2016) hemodialisa memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain:
a. Kelebihan
1) Memerlukan bantuan tenaga medis yang profesional untuk
melakukan terapi hemodialisa.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk hemodialisa selama empat
sampai lima jam dalam periode dua sampai tiga kali setiap
minggu. Hemodialisa dilakukan di rumah sakit.
3) Menjaga asupan makanan dan minuman.
b. Kelemahan
Sering terjadi hipotensi, kram otot, DDS saat terapi berlangsung.
8. Dampak Hemodialisa
Menurut Canisty (2010) pasien yang menjalani hemodialisis
menghadapi masalah-masalah dalam menjalani hidupnya karena
membawa dampak, diantaranya :
a. Dampak fisik
Dampak fisik seperti penurunan stamina, daya tahan tubuh, serta
kekuatan fisik yang dimiliki. Pengaturan nutrisi yang ketat juga
membuat pasien mengalami penurunan berat badan atau berat
badan tidak seimbang
b. Dampak sosial
Sehubungan dengan rangkaian perawatan medis yang harus di lalui
antara lain : individu akan kehilangan pekerjaan dan kehilangan
kebebasan pribadi.
c. Dampak psikologis
Hal ini terlihat dari sikap individu yang tidak dapat menerima begitu
saja bahwa harus menjalankan terapi hemodialisa seumur hidup.
Mereka merasa sudah cacat dan akan menderita selama hidupnya,
hal ini akan menimbulkan stressor, kecemasan maupun depresi.
21
9. Komplikasi Hemodialisa
Hemodialisis merupakan tindakan untuk mengganti sebagian dari
fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal
tahap akhir stadium akhir. Walaupun tindakan hemodialisis saat ini
mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak
penderita yang mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis.
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani
hemodialisis adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya
menurun dengan dilakukannya ultrafiltrasi atau penarikan cairan saat
hemodialisis. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang
menjalani hemodialisis regular, namun sekitar 5-15% dari pasien
hemodialisis tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut
hipertensi intradialitik atau intradialytic hypertension (Agarwal & Light,
2010).
a. Komplikasi Akut
Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama
hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi
diantaranya adalah hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit
kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil
(Bieber & Himmelfarb, 2013; Sudoyo et al., 2009).
b. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik yang terjadi pada pasien hemodialisis yaitu
penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi/volume excess, anemia,
Renal osteodystrophy, Neurophaty,disfungsi reproduksi, komplikasi
pada akses, gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis, dan
Acquired cystic kidney disease (Bieber & Himmelfarb, 2013).
Terjadinya gangguan pada fungsi tubuh pasien hemodialisis,
menyebabkan pasien harus melakukan penyesuaian diri secara terus
menerus selama sis hidupnya. Bagi pasien hemodialisis, penyesuaian
ini mencakup keterbatasan dalam memanfaatkan kemampuan fisik dan
motorik, penyesuaian terhadap perubahan fisik dan pola hidup,
ketergantungan secara fisik dan ekonomi pada orang lain serta
ketergantungan pada mesin dialisa selama sisa hidup. Menurut Moos
22
b. Ekskresi
Pasien mungkin mengeksresikan atau mengeluarkan air,
natrium dan kalium dengan jumlah yang sanga banyak. Kehilangan
ini harus diimbangi dan masukannya harus berdasarkan pada
pengeluarannya. Jika pasien menderita hipertensi dan edema atau
bengkak, jumlah garam mungkin harus dibatasi. Sebagian pasien
akan menahan kalium hingga taraf yang tidak proporsional
sehingga diperlukan pembatasan kalium. Masukan kalium dapat
diatur dengan mempelajari kandungan kalium pada berbagai jenis
makanan. Apabila jumlah natrium harus dibatasi, makanan harus
dimasak tanpa penambahan garam dan juga makanan yang
disajikan tidak boleh dibubuhi garam. Makanan yang asin jelas
harus dihindari. Pemakaian bahan pengganti garam hanya
diperbolehkan dengan seijin dokter karena bahan tersebut
mengandung kalium dalam jumlah yang tinggi.
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang baik. Jika Anda
sedang menjalani diet rendah protein, Anda dapat mengganti kalori
protein dengan buah-buahan, roti, biji-bijian dan sayuran. Makanan
ini memberikan energi, serta serat, mineral, dan vitamin. Terdapat
juga daftar sumber makanan lainnya seperti permen, gula, madu,
dan jelly. Jika diperlukan, Anda bahkan bisa mengkonsumsi
makanan penutup berkalori tinggi seperti kue, selama Anda tetap
membatasi makanan penutup yang dibuat dari susu, coklat,
kacang,atau pisang.
d. Lemak
Lemak bisa menjadi sumber kalori yang baik. Pastikan untuk
menggunakan monounsaturated dan polyunsaturated lemak
(minyak zaitun, minyak canola, minyak safflower) untuk melindungi
kesehatan jantung.
e. Protein
Masukan protein harus dikurangi sampai suatu taraf tertentu
dan pengurangan ini berdasarkan kepada kemampuan ginjal untuk
mengeksresikan atau mengeluarkan bahan nitrogen serta garam
24
E. Kerangka teori
A. Gagal ginjal
kronik
Penatalaksanaan
Gagal ginjal kronik
Pengobatan hiperurisemia
Tindakan konservatif Hemodialisa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang
berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2017). Variabel
penelitian dalam penelitian yang dilakukan adalah :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variable yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variable dependen (terikat). Variable ini juga dikenal
dengan nama variable bebas artinya bebas dalam mempengaruhi
variable lain (Hidayat, 2017). Variabel independen yang terdapat pada
panelitian ini adalah riwayat lama menjalani hemodialisa dan kepatuhan
diet .
2. Variabel Dependent (tergantung/terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel
tergantung juga disebut kejadian, manfaat, efek atau dampak (Hidayat,
2017). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Interdialytic
Weight Gain (IDWG).
B. Hipotesa
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Hidayat, 2017). Berdasarkan dari tinjauan konsep penelitian di atas, maka
hipotesa yang dapat dirumuskan adalah :
Ha1 : “Ada hubungan hubungan kepatuhan diet dengan peningkatan Interdialytic
Weight Gain (IDWG) pada pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi.”
Ha2 : “Ada hubungan riwayat lama menjalani hemodialisa dengan peningkatan
Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi.”
31
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari maalah yang akan diteliti (Hidayat, 2017).
Kerangka konsep penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup
dan mengarahkan penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Riwayat lama menjalani HD Tingkat
Interdialytic Weight Gain (IDWG)
Kepatuhan diet
Ti
Gambar 3.! Kerangka Konsep
da
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, penelitian
korelasi atau korelasional merupakan suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa
ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak
terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2013). Penelitian ini
merupakan jenis penelitian korelasi dengan menggunakan desaign
cross sectional. Yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (Notoadmojo, 2012).
32
3. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan
karakteristik tertentu yang diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek
atau objek tersebut (Sugiyono, 2009). Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien rawat jalan gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.rutin sejumlah 484 pasien.
4. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Tekhnik sampling yang akan digunakan dalam
penelitian adalah purposive sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel
yang dapat disesuaikan dengan tujuan penelitian (Hidayat, 2017).
Dalam menentukan jumlah minimal sampel, maka ditentukan
N
n=
N ( d )2 +1
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Jumlah sampel
d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (5%)
Dengan pemilihan sampel tetap disesuaikan dengan kriteria
inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria tersebut yang digunakan adalah :
34
a. Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel
(Notoadmojo, 2012) antara lain :
1) Bersedia menjadi responden
2) Pasien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa
b. Kriteria ekslusi, yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah
1) Tidak hadir saat pengambilan data
2) Pengisian kuesioner tidak sesuai/tidak komplit
3) Mengundurkan diri
5. Definisi operasional
Tabel 3.3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
%
2. Interdialytic
Weight Gain
(IDWG) sedang
bila
penambahan
sedang badan
4-6%
3. Interdialytic
Weight Gain
(IDWG) berat
Bila
penambahan
berat badan >
6%
1) Uji validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Hidayat, 2017). Uji
validitas telah dilakukan kepada 20 responden di RSUD
Purwodadi dengan diperoleh rentang nilai r hitung 0.484-0.843.
Dari hasil tersebut dinyatakan bahwa kuesioner valid untuk
digunakan.
2) Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo,
2010). Uji reliabilitas digunakan untuk mencari layak tidaknya 35
kuesioner dipakai untuk instrument penelitian. Hasil dari uji
reliabilitas di dapatkan nila lebih dari 0.60 maka kuesioner
dinyatakan reliable.
8. Rencana Analisa Data
a. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahap
tahap sebagai berikut :.
1) Coding
Pemberian kode variabel pada hasil penelitian untuk
kemudahan analisis dengan computer. .
2) Editing
Editing ini dilakukan dengan cara meneliti setiap materi yang
telah disusun. Editing data dilakukan sebelum proses
pemasukan data, agar data yang salah atau meragukan bisa
diperbaiki.
3) Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
38