DISUSUN OLEH :
NPM. 22.14201.90.18.P
2023/2024
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
roduksi hormon yang mengatur dan melakukan control atas tekanan darah,
serta membantu menjaga tulang tetap kuat. Terjadi kegagalan pada fungsi
andungan natrium, kalium dan nitrogen didalam tubuh. Ginjal sudah tidak
2019)
juta orang terkena cidera ginjal akut setiap tahun di seluruh dunia. Di
negara maju, cidera ginjal akut bermanifestasi terutama pada pasien yang
orang dewasa dan wanita lebih sering terkena. Terlepas dari semua
3
kemajuan di bidang ini, kematian dari cidera ginjal akut tetap tinggi,
diperkirakan 24% pada orang dewasa dan 14% pada anak-anak (World
8%. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2013
yang hanya 0,2%, sementara data Indonesian Renal Registry (IRR, 2018)
ah sekitar 499 per juta penduduk. Bila pasien sudah mengalami gagal ginja
l, itu akan mengganggu 8-10 persen kehidupan pasien dari orang normal
(Pranita, 2020).
urut Indonesia Renal Regystri tahun (2017) di Indonesia, yaitu pasien baru
yang pertama kali menjalani dialisis pada tahun 2017 berjumlah 30843 sed
angkan pasien aktif adalah seluruh pasien baik pasien baru tahun 2017 ma
upun pasien lama dari tahun sebelumnya yang masih menjalani HD rutin d
menjalani dialisis tahun 2018 berjumlah 2333. Keseluruhan jumlah ini aka
uk, jumlah lanjut usia, dan jumlah pasien hipertensi dan diabetes
peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat
jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan
penting agar pasien yang menderita GGK tetap merasa nyaman pada saat
kali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika mereka mengkonsumsi obat-
obat tersebut akan menyebabkan rasa haus yang berakibat adanya respon
gaya hidup dan pembatasan asupan makanan dan cairan pada pasien GGK,
kilogram sama dengan satu liter air yang dikonsumsi oleh pasien.
Sementara kenaikan berat badan antar sesi dialisis yang diajurkan yaitu
antara 2,5% sampai 3,5% dari berat badan kering untuk mencegah resiko
sesi hemodialisa yang dapat ditoleransi oleh tubuh berkisar 1,0 – 1,5 Kg.
dan mendapatkan data pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK) yang
Oktober 2021 tercatat ada 63 pasien dengan rentang usia 26-59 tahun
sebanyak 40 pasien dan usia 60-68 tahun sebanyak 23 pasien. Pada bulan
usia 26-59 tahun sebanyak 42 pasien dan usia 60-77 tahun sebanyak 25
dengan rentang usia 26-59 tahun sebanyak 42 pasien dan usia 60-80 tahun
hemodialisis.
airan terhadap hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hem
pelayanan bagi masyarakat serta dapat menjadi acuan dasar perawat dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner
fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun).
Dikatakan gagal ginjal akut (acute renal failure) bila penurunan fungsi
tersebut sering tidak dirasakan, tahu-tahu sudah pada tahap parah yang sulit
6
8
darah). Penyaki tini juga dikenal dengan penyakit ginjal tahap akhir (end
enyakit GGK disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersif
at progresif dan biasanya tidak bisa pulih kembali (irreversible) (Anita &
Novitasari, 2020)
2.1.2 Etiologi
3. Genetik autosomal
termasuk ginjal, pembuluh darah, jantung, serta saraf dan mata. Selain itu
juga tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkendali dapat
Novitasari, 2020) :
sekitarnya
tubuh
2.1.3 Patofisiologi
parenkim ginjal difus bilateral, juga lesi obstruksi pada traktus urinearius.
dengan baik.
2. Renal insuffisiency
dialisis.
2019):
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal akut akibat dari penurunan
kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah
Pada penyakit ginjal tahap akhir, ginjal tidak mampu lagi untuk
5. Asidosis
6. Anemia
fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik. Jika salah satunya
perikardium.
frost.
hipermagnesemia, hipokalsemia.
hematokrit, kadar urea dalam darah (BUN), serum kreatinin dalalm urine,
Scan digunakan untuk melihat secara jelas struktur anatomi ginjal yang
6. Biopsi ginjal
2.1.6 Penatalaksanaan
tidak dapat diobati lagi. Usaha yang harus ditujukan untuk mengurangi
2019):
4. Manajemen nutrisi
8. Kelola terapi:
a. Anti hipertensi
b. Eritropoetin
2.1.7 Komplikasi
Menurut Diyono (2019), komplikasi dari gagal ginjal akut antara lain:
4. Hipertensi
5. Anemia
7. Penyakit tulang
2.2 Hemodialisa
2.2.1 Definisi
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat
16
pasien gagal ginjal supaya mampu bertahan hidup. Namun demikian, tinda
kan tersebut mempunyai efek samping pada kondisi fisik serta psikologis p
reatment) pada penderita gagal ginjal stadium terminal, jadi fungsi ginjal d
igantikan oleh alat yang disebut dyalizer (artifical kidney), pada dialyzer in
i terjadi proses pemindahan zat-zat terlarut dalam darah kedalam cairan dia
olute darah diubah oleh larutan lain melalui membran semi permiabel, he
ien. Pada umumnya hemodialisa pada pasien GGK dilakukan 1 atau 2 kali
pasien GGK mengingat tindakan ini merupakan salah satu tindakan yang j
17
adalah membuang produk sisa metabolisme protein seperti ureum dan krea
bihan cairan dari darah dan menghilangkan overdosis obat dari darah.
2.2.3 Indikasi
lain:
atau hipertensi.
ogis.
t.
at fosfat.
18
Graft merupakan akses lain yang dapat digunakan apabila pembuluh darah
tidak cocok untuk fistula. Pembuatan graft ini dilakukan dengan cara
menyatukan arteri dan vena terdekat dengan tabung sintetis kecil yang
pemasangan kateter. Kateter dipasang pada vena besar di leher atau dada
sebagai akses permanen ketika fistula dan graft tidak dapat dipasang.
tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen terpisah,
dalam dialiser yang membantu membuang zat sisa dan kelebihan cairan
kompartemen ini dipisahkan oleh suatu membran. Dialisat dan darah yang
kelebihan cairan dari dalam darah. Sel darah, protein dan zat penting
Wong, 2017)
20
2.2.5 Komplikasi
yang cukup pesat, namun masih banyak pasien yang mengalami masalah
otot, mual, muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal,
2.3.1 Definisi
21
n ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cai
yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menysusun sejumlah be
sar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan int
erstisial. Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang
alah cairan didalam membrran sel yang berisi substansi terlarut atau solute
yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabo
lisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Komposisi cairan tubu
h diantaranya elektrolit, mineral, dan sel (Potter & Perry dalam Rahma,
2019).
Kekurangan dan kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh
ran osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga konsentrasi
deficit, FVD) isotonik yang terjadi apabila tubuh kehilangan air dan el
ektrolit dari CES dalam jumlah yang sama. Pada FVD, cairan pada aw
uang ketiga.
acu pada perluasan isotonik dari CES yang disebabkan oleh retensi air
dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama di
mana mereka secara normal berasa dalam CES. Hal ini selalu terjadi se
sudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhir
Masukan bersumber dari hasil penggunaan air seperti minuman juga dari
makanan. Sementara keluaran berupa urin dan insisible water loss (IWL)
yaitu air di tinja, keringat, dan jumlah pernafasan yang bisa dihitung dari
filtrasi glomerulus. Jika LFG semakin rendah maka cairan menjadi sedikit
penyakit ginjal kronik tinggi dan glomerulus filtration rate jadi rendah
23
2020).
2.4.1 Definisi
FVE) yang terjadi saat tubuh menahan air dan natrium dengan proporsi ya
ng sama dengan CES normal. Karena air dan natrium ditahan dalam tubuh,
konsentrasi natrium serum pada intinya tetap normal. FVE selalu menjadi
mia terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam komparte
alam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gang
(Rahma, 2019).
2.4.2 Etiologi
2.4.3 Patofisiologi
ulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cair
Menurut Kozier dalam Rahma (2019) tanda dan gejala klinik yang
ervolemia berat.
8. Kebingungan mental
2.5.1 Definisi
dibuat dan taat dalam memeriksakan kesehatan (Potter & Perry dalam
Sinambela, 2020).
semua perilaku pasien dan keluarga yang sesuai dengan program yang
1. Pengetahuan
bisa baru sadar ketika klien sudah lama dipulangkan dari rumah sakit.
Oleh karena itu, dengan adanya rasa ingin tahu tersebut pasien akan
budaya sangat sensitif. Hal yang utama yaitu tenaga kesehatan perlu
3. Fasilitas
hal menjalani terapi cuci darah. Keadaan fasilitas yang tidak memadai
rasa bersalah, bosan, dan juga depresi bagi keluarga. Orang terdekat
pada dasarnya respon seperti itu biasa dalam situasi demikian, tetapi
28
demikian support keluarga menjadi hal yang perlu sebagai salah satu
ntara perawat, pasien, keluarga dan tim medis lainnya didalam memba
1. Melianna & Hubungan Kepatuhan 2019 Cross sectional Untuk Hasil univariat Perbedaan terdapat pada
Wiarsih (2019) Pembatasan Cairan mengetahui menunjukkan, responden jumlah sampel, tempat
Terhadap Terjadinya Hubungan tidak patuh terhadap penelitian, dan hasil
Kepatuhan pembatasan cairan sebesar penelitian
Overload Pada Pasien
Pembatasan 76%, responden
Gagal Ginjal Kronik
Cairan Terhadap
Post Hemodialisa Di mengalami overload
Terjadinya
Rumah sebesar 53,6%. Hasil
Overload Pada bivariat (Chi-Square)
Sakit Umum Pusat
Pasien Gagal dengan α=0,05, didapatkan
Fatmawati
Ginjal Kronik tidak ada hubungan yang
Post Hemodialisa bermakna antara kepatuhan
Di Rumah pembatasan cairan dengan
overload (p=0,35).
Sakit Umum
Semakin besar klien patuh
Pusat Fatmawati
pada pembatasan cairan
maka akan semakin kecil
terjadi overload.
2. Anita & Kepatuhan pembatasan 2020 Cross sectional Untuk Hasil penelitian Perbedaan terdapat pada
Novitasari asupan cairan terhadap mengetahui menunjukkan bahwa jumlah sampel, tempat
(2020) lama menjalani Kepatuhan sebagian besar responden penelitian, dan hasil
pembatasan (63,3%) dalam kategori penelitian
Hemodialisa
asupan cairan lama menjalani hemodialisa
terhadap lama (>24 bulan), kemudian
menjalani diikuti kategori baru (<12
bulan) yaitu 26,7%, dan
Hemodialisa
31
32
Etiologi :
1. Penyakit sistemik terutama diabetes melitus, hipertensi,
leptospirosis.
2. Infeksi ginjal kronis (glomerulonefritis, pyelonefritis).
3. Genetik autosomal
4. Obstruksi saluran kemih
5. Obat-obatan dan zat kimia nefrotoxic
6. Faktor lingkungan, paparan kadmium, merkuri, dan krom.
Pembatasan Cairan
Hipervolemia
33
diamati atau diukur melalui pengertian - pengertian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2018).
Bagan 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
2.9 Hipotesa
Ho : Tidak ada hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap hipervolemia pada pasie
n gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Pusri Palembang tahun
2022
gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Pusri Palembang tahun
2022
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada semua pasien gagal ginjal kronik di Ruang He
modialisa Rumah Sakit Pusri Palembang untuk mengetahui hubungan kepatuhan pembata
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena
antara faktor risiko (kepatuhan pembatasan cairan) dengan faktor efek (hipervolemia pad
a pasien gagal ginjal kronik). Sedangkan pendekatan cross sectional ialah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
tahun 2023
3.2.1 Populasi
35
(Notoatmodjo, 2018).
Populasi yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah semua pasian gagal ginjal
kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Pusri Palembang pada bulan Desember 2021
sebanyak 72 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
Sampel dalam penelitia ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik di Ruang He
modialisa Rumah Sakit Pusri Palembang saat dilakukan penelitian sebanyak 35 orang.
sampling, yaitu penentuan sampel dimana peneliti sudah mengetahui ciri atau sifat-sifat
Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan hemodialisa di Ruang Hemo
2. Kriteria Ekslusif
36
a. Pasien gagal ginjal kronik dalam kondisi kurang sehat sehingga membutuhkan
perawatan khusus
Data primer yaitu data atau informasi yang langsung berasal dari yang
2018).
Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dengan cara
memberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada pasien gagal ginjal kronik di
Data sekunder yaitu data atau informasi yang bukan langsung dari orang yang
ditanyai dan yang bukan atau dianggap tidak mempunyai wewenang dan tanggung jawab
Data sekunder didapat dari data pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Pusri
Palembang, buku bacaan dan sumber dari internet yang berhubungan dengan topik
pembahasan.
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
(Nursalam, 2008).
37
alat bantu dalam pengambilan data kepatuhan pembatasan cairan dan kejadian hipervole
Empat tahap dalam pengolahan data menurut Notoatmodjo (2018) adalah sebagai
berikut :
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian check list apakah jawaban
2. Coding (Pengkodean)
Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat
3. Proccessing (Pemrosesan)
Setelah semua isian check list terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati
dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari check list ke
Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
dan dependen dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yaitu variabel
pasien gagal ginjal kronik) yang dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat
(Notoatmodjo, 2018).
Analisa bivariat adalah analisa data untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen yang dianalisis dengan uji chi-square (x2) dengan
1) Jika p value < nilai α adalah (0,05). Maka ada hubungan antara variabel independen
2) Jika p value > nilai α (0,05). Maka tidak ada hubungan bermakna (Signifikan) antara
Tabel 3.1
Definisi Variabel Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Ukur
Kepatuhan Kemauan dan Wawancara Kuesioner 1. Patuh : Jika Ordinal
pembatasan kemampuan dari skor > mean
cairan pasien dalam 2. Tidak patuh :
mengikuti jika skor <
kegiatan hidup mean
sehat (Rahma, 2019)
berpedoman
pada aturan
pengobatan yang
telah dibuat dan
taat dalam
memeriksakan
kesehatan