Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal
kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan
dan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialisis peritoneal,
hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black, 2014).
GGK yang merupakan sindroma klinis karna penurunan fungsi ginjal ini
biasanya disebabkan oleh Glumerulonefritis, Diabetes Millitus, Hipertensi
dan lalin-lain yang selanjutnya akan menyebabkan menurunnya massa
ginjal, pada dasarnya gejala yang timbul dengan penurunan fungsi ginjal
yaitu, penurunan kegagalan fungsi sekresi, penurunan GFR, penurunan
eritopoetin dan lalin-lain (Pranawa, 2014)
Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit
disembuhkan. Di dunia prevalensi gagal ginjal kronis menurut ESRD
Patients (End-Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2,786,000
orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak
3.200.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka
kesakitan pasien gagal ginjal kronis tiap tahunnya sebesar sebesar 6
(Fresenius Medical Care AG & Co, 2013).
Gagal ginjal kronis stadium End Stage Renal Disease (ESRD) maka
ginjal mengalami kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat
pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit berakibat peningkatan
ureum, stadium ini ditandai dengan azotemia, uremia dan sindrom uremik
(Black, 2014). Pasien gagal ginjal kronik pada stadium ini

1
penatalaksanaannya dilakukan dengan tindakan dialisis dan transplantasi
ginjal (Schatell&Witten,2012).
Hemodialisis (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan
dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang
disebut dialiser. Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung berapa
banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata–rata penderita menjalani HD dua
kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling
sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Melo, Ribeiro &
Costa , 2015).
Pengontrolan cairan sangat penting guna mengurangi risiko kelebihan
volume cairan antara waktu dialisis. Pengontrolan cairan pada pasien
hemodialisis adalah faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan
terapi. Kesuksesan hemodialisis tergantung pada kepatuhan pasien. Pasien
hemodialisis yang tidak mematuhi pengontrolan cairan dapat mengalami
komplikasi(Wijayanti et al., 2017).
Di Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronis berdasarkan data dari
Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi gagal ginjal kronis 0,2% dari
penduduk Indonesia. Hanya 60% dari pasien gagal ginjal kronis tersebut
yang menjalani terapi dialisis). Di Provinsi Sumatera Barat prevalensi
penyakit gagal ginjal kronis 0,2% dari penduduk dari pasien gagal ginjal
kronis di Indonesia, yang mencakup pasien mengalami pengobatan, terapi
penggantian ginjal, dialysis peritoneal dan Hemodialisis pada tahun 2013
(Riskesas, 2013).
Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien dapat mempertahankan
kelangsungan hidup sekaligus akan merubah pola hidup pasien (Ignatavicus
& Workman, 2009). Pasien yang menjalani hemodialisis mengalami
berbagai masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal ini
menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan
pasien yang meliputi biologi, psikologi, sosial, spiritual (biopsikososial).
Kelemahan fisik yang dirasakan seperti mual, muntah, nyeri, lemah otot dan

2
edema merupakan sebagian dari manifestasi klinik dari pasien yang
menjalani hemodialisis (Arif & Kumala, 2011).

1.2. Rumusan Masalah


GGK merupakan penyakit degeneratif yang progresif dan tidak dapat
pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pengontrolan cairan pada pasien hemodialisis adalah
faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan terapi. Kesuksesan
hemodialisis tergantung pada kepatuhan pasien. Menyikapi hal tersebut
maka diperlukan suatu cara untuk memudahkan pasien dalam mengelola
pengontrolan cairan.
Pengembangan pengelolaan cairan ini merupakan salah satu inovasi
yang dikembangkan dibidang ilmu keperawatan medikal bedah, yang berisi
informasi tentang waktu, cairan yang masuk dan keluar.
Setelah kelompok melakukan survey di ruangan cempaka Rumah Sakit
Kabupaten Tangerang didapatkan data rekapitulasi dalam 3 bulan terakhir
yaitu dari bulan November hingga Januari total pasien yang didiagnosis
GGK on HD sebanyak 78 orang.
Berdasarkan urian diatas kelompok tertarik untuk menelaah tentang
asuhan keperawatan denan pasien GGK on HD dengan pemantauan cairan.
Untuk mengurangi risiko kelebihan cairan yang terjadi dan mematuhi
pengontrolan cairan untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada pasien
GGK.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan keperawatan dengan focus
utama Tn. J dengan Diagnosa medis CKD di Ruang Cempaka RSU
Kabupaten Tangerang.

3
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam laporan ini adalah :
1.3.2.1 Dilakukan pengkajian umum pada Tn. J dengan Diagnosa
medis CKD meliputi riwayat kalien, mancakup keluhan
utama, riwayat kesehatan, pemeriksaan Fisik.
1.3.2.2 Dilakukan analisa data mengenai pengkajian yang sudah
dilakukan umtuk menemukan dan memprioritaskan
masalah.
1.3.2.3 Dibuat rencana asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien terutama pada pengontrolan cairan.
1.3.2.4 Dilakukan implementasi keperawatan dengan implementasi
pengaruh penyuluhan manfaat bartocar terhadap pasien
CKD on HD.
1.3.2.5 Dilakukan evaluasi keperawatan untuk menentukan
keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan.

1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1.4.1. STIKes YATSI Tangerang


Agar Tugas Laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan dapat digunakan untuk dokumentasi bagi pihak program studi
ilmu keperawatan STIKes YATSI.

1.4.2. Penulis
Sebagai pengembangan kemampuan Kelompok dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dari profesi Ners ini dan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi Kelompok dalam
Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Diagnosa medis CKD di
Ruang Cempaka RSU Kabupaten Tangerang.

4
DAPUS BAB 1

Black Joyce, M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Buku.
2. Singapore : Elsevier. Dicetak indonesia : CV. Pentasada Media Edukasi

Pranawa. 1993. Anemia pada Gagal Ginjal Kronik. Majalah Ilmu Penyakit Dalam.
Surabaya. 1 (19) : 31-32.

Schatell D, Witten B. (2012). Measuring Dialysis Patient’s Health-Related Quality


of Life with The KDQOL-36TM. Madison Wisconcin: Medical Education
Institute.

Arif & Kumala (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai