Anda di halaman 1dari 78

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ginjal merupakan salah satu organ penting bagi tubuh yang bertugas
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh, dan ginjal juga
dapat berfungsi menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit yang ada di
dalam darah. Dan kurangnya cairan atau darah karena suatu hal yang terjadi
pada tubuh akan menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal kronik.
Penyakit ginjal kronik (Gagal Ginjal Kronik/GGK) atau saat ini lebih
dikenal dengan istilah Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
menyebabkan uremia (Brunner & Suddarth, 2012). Pada pasien GGK
mempunyai karakteristik yang bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan
memerlukan pengobatan berupa transplantasi ginjal, dialisis peritoneal,
hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black, 2014).
Menurut data End Stage Renal Disease (ESRD) Patients in 2011. A
global Perspective, jumlah pasien PGK stadium terminal secara global
diperkiran 2.786.000 orang pada tahun 2011dengan peningkatan sebesar 6-
7% dan terus meningkat secara signifikan lebih tinggi daripada populasi
dunia. Dari 2.786.000 pasien PGK sekitar 2.164.000 orang menjalani terapi
hemodialisis dan 622.000 orang menjalani transplantasi ginjal. Populasi
pasien PGK stadium terminal terus meningkat selama beberapa tahun terakhir
dimana 75% pasien ini menjalani terapi dialisis. Prevalensi pasien PGK
stadium terminal pada populasi umum sangat bervariasi berkisar dari <100
sampai >2.000 pasien per 1 juta populasi. Taiwan adalah negara yang
mempunyai prevalensi pasien PGK stadium akhir paling tinggi, diikuti oleh
Jepang dan Amerika. Peningkatan prevalensi ini menunjukkan semakin
bertambahnya jumlah pasien PGK yang membutuhkan terapi dialisis.
Di Indonesia diperkirakan penderita gagal ginjal terjadi 100 persejuta
penduduk atau sekitar 20.000 kasus dalam setahun dan menurut Sitomorang

1
2

pada tahun 2007 terdapat sekitar 150.000 orang penderita gagal ginjal namun
hanya sedikit saja yang mampu melakukan hemodialisis (Litbang, Depkes,
2008). Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia sebanyak 0,2%,
sementara di Provinsi Banten sebanyak 0,2% berdasarkan wawancara yang di
diagnosis dokter meningkat seiring bertambahnya umur, meningkat tajam
pada kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 0,3%, diikuti umur 45-54 tahun
sebanyak 0,4% dan umur 55-74 tahun sebanyak 0,5%, tertinggi pada
kelompok umur ≥75 tahun sebanyak 0,6% (Riskesdas 2013). Data dari RSUD
Kota Tangerang berdasarkan data medical record ruangan hemodialisis dari
bulan Januari – Mei 2019 jumlah pasien yang menjalani hemodialisis tercatat
di RSUD Kota Tangerang sebanyak 211 orang.
Salah satu gejala yang paling umum pada pasien yang menjalani
hemodialysis adalah keletihan (fatique). Fatique merupakan keluhan utama
pasien yang mengalami hemodialysis jangka panjang. Prevalensi keletihan
berkisar 60% sampai 97% (murtaugh, Addington & Higginson, 2007;
Weisbord et al.,2005 dalam Fari, Aniska Indah.,2019). Fatique menurut
NANDA (2018) adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja
fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Peran perawat dalam mengatasi fatique adalah dengan dimulai dari
pengkajian yang cermat mengenai tingkat fatique setiap pasien dan jumlah
aktivitas yang dilakukan sampai menyusun intervensi yang tepat bagi setiap
pasien, sehingga harapan dari ini semua kualitas hidup pasien penyakit ginjal
kronis yang menjalani hemodialysis dapat meningkat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Santi, Herlina (2019) tentang
perubahan fatique melalui latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR)
diterapkan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis,
dimana hasilnya rata-rata tingkat fatique pada kelompok intervensi sebelum
dilakukan intervensi adalah 6,03 dan setelah intervensi 2,51. Sedangkan pada
kelompok kontrol rata-rata tingkat fatique sebelum dilakukan intervensi
adalah 6,13 setelahnya 6,16, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
tingkat fatique pada pasien antara sebelum dan sesudah pelaksaaan PMR.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kesimpulan data yang kami dapatkan, Fatigue
didefinisikan sebagai rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik
dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus - menerus (Horigan et al,
2012; Jhamb, et al., 2008; Gordon., Doyle., Johansen., 2011 dalam Fari,
Aniska Indah.,2019). perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada pasien yang mengalami fatique karena peran perawat ialah
pemberi asuhan keperawatan agar meningkatnya kualitas hidup pasien
hemodialis.
Hal ini menjadi dasar keinginan penulis untuk mengelola pasien dengan
Chronic Kidney Disease Stage 5 on hemodialysis dan mengalami fatique oleh
sebab itu berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah
mengenai pada kasus ini ialah “Asuhan keperawatan dengan pasien Chronic
Kidney Disease Stage 5 on HD dengan pemberian terapi Progressive Muscle
Relaxation (PMR) terhadap penurunan keletihan (fatique) di Ruang Cendana
1 RSUD Kota Tangerang 2019”

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap
penurunan keletihan (fatique) pada pasien Chronic Kidney Disease
Stage 5 on HD.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease Stage 5 on HD di Ruang Cendana 1 RSUD Kota
Tangerang 2019.
b. Melakukan penegakan diagnosis keperawatan pada pasien Chronic
Kidney Disease Stage 5 on HD di Ruang Cendana 1 RSUD Kota
Tangerang 2019.
c. Melakukan perencanaan keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Disease Stage 5 on HD di Ruang Cendana 1 RSUD Kota Tangerang
2019.
4

d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien Chronic Kidney


Disease Stage 5 on HD dengan pemberian terapi Progressive
Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan keletihan (fatique) di
Ruang Cendana 1 RSUD Kota Tangerang 2019.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Disease Stage 5 on HD dengan pemberian terapi Progressive
Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan keletihan (fatique) di
Ruang Cendana 1 RSUD Kota Tangerang 2019.

1.4 Manfaat Makalah


1.4.1 Bagi penulis
Menambah, memperdalam, dan memperluas wawasan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien Chronic Kidney
Disease Stage 5 on HD dengan pemberian terapi Progressive Muscle
Relaxation (PMR) terhadap penurunan keletihan (fatique).
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Bermanfaat sebagai salah satu metode yang dapat digunakan dalam
menentukan tindakan pasien Asuhan keperawatan pasien Chronic
Kidney Disease Stage 5 on HD .
1.4.3 Bagi pembaca
Bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan yang
lebih tentang Asuhan keperawatan pasien dengan Chronic Kidney
Disease Stage 5 on HD.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gagal Ginjal


Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal
yang bersifat kronis akibat kerusakan progresif sehingga terjadi uremis atau
penumpukan akibat kelebihan ureum dan sampah nitrogen di dalam darah
(Priyanti & Farhana, 2016).
Definisi CKD menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes
(KDIGO-2013) adalah adanya struktur dan fungsi ginjal yang abnormal >3
bulan, klasifikasi CKD termasuk individu yang sehat berdasarkan cause
(etiologi CKD), kategori glomerular filtration rate (GFR) dan kategori
albuminuria (CGA). Adanya kerusakan ginjal (terdeteksi eksresi albumin >30
mg/hari atau ekivalen dengan penurunan fungsi ginjal (estimasi glomerular
filtration rate/eGFR <60 ml/menit selama 3 bulan atau lebih. Kerusakan
struktur dan penurunan fungsi ginjal selama 3 bulan untuk membedakan
CKD dari acute kidney disease (AKI).

2.2 Etiologi
2.2.1 Etiologi atau penyebab gagal ginjal kronik yng tersering dapat di bagi
menjadi 8 kelas yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik


Klasifikasi Penyakit
Penyakit tubuloinstersisiel Infeksi Pielonefritis atau Refluk
nefropati
Penyakit peradangan Glomurulonefritis
Penyakit vaskular hipersensitif Nefrosklerosis benigna,
Nefrosklerosis maligna, Stenosis
arteri renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus eritomasus sistemik,
poliartritis nodosa, Sklerosis

5
6

sistemik progresif
Gangguan kongental dan Penyakit ginjal polikistik, asidosis
herediter tubulus ginjal.
Penyakit metabolik Diabetes mellitus, Gout,
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik,
Nefropati timah
Nefropati obstrktif Traktus urinarius bagian atas:
batu, neoplasma, fibrosis,
retroperitoneal traktur urinarius.
Bagian bawah: hipertropi prostas,
striktur uretra, anomali kongenital
leher vesika urinaria dan uretra

Dalam penata laksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa


aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut:
a. Etiologi GGK yang dapat dikoreksi
Misalnya: tuberkulosis saluran kemih dan ginjal, nefropati yang
berhubungan dengan urolitiasis, diabetes mellitus, lupus
eritematosus sistemik dan gangguan elektrolit.
b. Etiologi yang tidak mungkin dikoreksi tetapi dapat dihambat
perjalanan penyakitnya
Misalnya: nefropati (glomerulopati) idiopati.
c. Beberapa faktor resiko yang mungkin dapat memperburuk
penurunan faal ginjal, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Menentukan status derajat penurunan faal ginjal.

2.2.2 Faktor Predisposisi


Faktor resiko yang dapat memicu terserang penyakit ginjal kronik
antara lain:
a. Mempunyai keturunan yang pernah mengidap penyakit ginjal
seperti batu ginjal dan lain sebagainya
7

b. Penyakit jantung
c. Obesitas
d. Merokok
e. Berusia 65 tahun keatas
f. Mempunyai kolesterol tinggi
g. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
h. Diabetes Mellitus

2.3 Manifestasi Klinis


Stadium paling dini PGK terjadi kehilangan daya cadang ginjal dan
LFG masih normal atau meningkat, mengakibatkan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin.
2.3.1 Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik, manifestasi antara lain
(Suwitra, 2009):
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari: diabetes mellitus, infeksi
traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurekemi,
Lupus Eritomatosus Sistemik (SLE).
b. Sindrom Uremia: anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus,
perikaritis, lemah, letargi, kejang-kejang, koma.
c. Gejala komplikasi: hipertensi, anemia. Osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida).
2.3.2 Gambaran laboratories meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan LFG yang dihitung mempergunakan
rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa
dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
atau hipokloremia, hiferfostamia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
8

d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast,


isostenuria.
2.3.3 Gambaran radiologis penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Foto polos abdomen bisa tampak batu radio-opak
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak
bisa melewati filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya
pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan
c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan dengan indikasi
d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang
mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu
ginjal, kista, massa.
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada
indikasi.
9

GFR turun
2.4 Pathway (skema 2.4)
GGK

Sekresi protein terganggungu Retensi Na Sekresi epo turun

Sindrom uremia Total CES naik Prod Hb Turun

G3 keseim asam basa Urokrom terjadi di kulit Perfospatemia Tek kapiler naik Suplai nutrisi turun

Prod as lambung naik Perub warna kulit Vol intertisial naik Gangguan nutrisi
Pruritus

Nausea Iritasi lambung Edema Oksihemoglobin turun


Kerusak integ kulit

Resiko infeksi Resiko perdarahan Preload naik Suplai O2 turun

Gastritis Hematemesis melene Beban jantung naik Intoleransi Aktifitas

Mual muntah Anemia Hipertropi vent kiri Ketidak seimbangan


perfusi jar perifer
Gg ketidakseim Nutrisi Keletihan COP turun Payah jantung kiri
Kurang dr kebut tubuh

Bend atrium kiri


Aliran drh ginjal turun Metabolism anaerob Suplai O2 turun
Tek vena pulmonaris
RAA turun As Laktat naik sinkop
Kapiler paru naik
Ret Natrium dan H2O Fatique
Gangg pertukaran Gas
Keleb Volume Cairan Nyeri

Nurarif, Amin Huda (2015)


10

2.5 Pemeriksaan Penunjang


2.5.1 Urine
Volume biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau anuria,
warna secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, bila warna
kecoklatan menunjukan adanya darah, hemoglobin, myoglobin,
prfirin, berat jenis kurang sari 1,010 menunjukan kerusakan ginjal
berat. Osmolalitas kurang dari 35o mOsm/kg menunjukan kerusakan
ginjal tubular. Klirens kreatinin menurun, natrium lebih dari 40
mEq/lt, proteinuria dengan nilai 3 sampai 4 lebih
2.5.2 Darah
Bun keratinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir, hitung darah lengkap : Ht menurun, Hb kurang dari 7-8 gr.
Eritrosit : waktu hidup menurun. GDA (Glukosa Darah Acak) : PH
menurun kurang dari 7,2, Asidosis metabolic. Natrium serum
menurun, kalium meningkat, magnesium/posfat meningkat, protein
(khusus albumin): menurun.
2.5.3 Osmolalitas serum lebih dari 85 mOsm/kg
2.5.4 Pelogram retrogard, mengetahui abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter
2.5.5 Ultrasono ginjal untuk menentukan ukuran gnjal dan adanya massa,
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
2.5.6 Endoskopi ginjal, nefroskopi untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
2.5.7 Arteriogram ginjal untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, massa
2.5.8 EKG ( Elektrokardiogram) : ketidak seimbangan elektrolit dan asam
basa
2.5.9 Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : demineralisasi
2.5.10 Biopsi gnjal : menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologist.
11

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PGK meliputi (Suwitra, 2009)
2.6.1 Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah
sebelum terjadi penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal
tidak terjadi, bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal,
terapi terhadap penyakit dasarnya sudah tidak bermanfaat.
2.6.2 Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan
LFG pada psien PGK dimana hal ini untuk mengetahui kondisi
komorbid yang dapat meperburuk keadaaan pasien. Kondisi komorbid
antara lain gangguan keseimbangna cairan, hipertensi yang tidak
terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-
obatan nefrotoksik, bahan radiokontras atau peningkatan aktivitas
penyakit dasarnya.
2.6.3 Menghambat perburukan fungsi ginjal
Faktor utama terjadinya perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya
hiperfiltrasi glomerolus dan hal ini dapat dikurangi dengan dua cara
yaitu:
a. Pembatasan asupan protein yang mulai dilakukan pada LFG
≤60% ml/menit, sedangkan diatas nilai tersebut pembatasa asupan
protein tidak selalu dianjurkana.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerolus.
Sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat
proteinuria.

2.6.4 Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler dan komplikasi


Hal hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit
kardiovaskuler adalah pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi,
pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia, pengendalian
hipofosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan
keseimbangan elektrolit.
12

2.6.5 Terapi pengganti ginjal


Ketika ginjal tidak bisa melakukan fungsinya, pasien CKD stage 5
mempunyai 3 pilihan therapy yaitu : hemodialisis, peritoneal dialisis
dan transplantasi ginjal (Crawford & Lerma, 2008). Terapi pengganti
ginjal yang paling banyak dilakukan pada saat ini adalah hemodialisis.

2.7 Progressive Muscle Relaxation


2.7.1 Pengertian PMR
Relaksasi progresif adalah latihan terinstruksi yang meliputi
pembelajaran untuk mengerutkan dan merilekskan kelompok otot
secara dimulai dengan kelompok otot wajah dan berakhir pada otot
kaki. Tindakan ini biasanya memerlukan waktu 15-30 menit, dapat
disertai dengan instruksi yang mengarahkan individu untuk
memperhatikan kelompok otot yang direlaksasikan (Johnson, 2015).
Progressive Muscle Relaxation (PMR) adalah gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian tubuh
pada satu waktu yang dapat menghadirkan kondisi rileks secara fisik
dan psikologi.
2.7.2 Indikasi PMR
a. Terapi pendamping untuk menurunkan stress, ketegangan otot dan
nyeri
b. Mengurangi kecemasan
c. Meningkatkan relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri,
perasaan segar dan sehat
d. Menurunkan ketidaknyamanan dan rasa keletihan
e. Menurunkan tekanan darah
f. Meningkatkan imunitas
2.7.3 Kontra Indikasi PMR
a. Masih adanya selang drainase
b. Ketidaknyamanan muskulosletal
c. Penyakit jantung berat/akut
13

2.7.4 Pelaksanaan Latihan Relaksasi Progresif


a. Tahap persiapan
Peneliti memposisikan tubuh pasien secara nyaman mungkin.
Pasien diinstruksikan untuk duduk semi fowler dengan rileks, mata
tertutup, melonggarkan pakaian disekitar leher dan pinggang
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahapan ini responden melaksanakan latihan relaksasi otot
progresif dengan dibimbing langsung oleh peneliti sendiri
c. Tahap penutupan
Pada tahapan ini responden bersiap-siap untuk istirahat. Sesudah
latihan relasasi otot progresif
d. Tahap pengukuran tingkat intensitas nyeri
Pengukuran dilakukan di kamar pasien setelah dilakukan intervensi
latihan relaksasi otot progresif selama satu minggu yaitu setelah 7
kali latihan relaksasi otot progresif.
e. Tahap evaluasi
Pada tahap ini menanyakan kembali perasaan psien dan
menjelaskan bahwa intervensi telah selesai dilakukan.
2.7.5 Langkah melakukan tehnik relaksasi progresif
Ada beberapa langkah melakukan tehnik relaksasi progresif adalah :
a. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan. Pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat
sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan
kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan rileks selama ± 8 detik.
Lakukan gerakan 2 kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialami.
Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
b. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua
lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
14

menghadap ke langit-langit. Lakukan penegangan ± 8 detik,


kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialami.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
c. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot bisep. Gerakan ini
diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga
otot-otot bisep akan menjadi tegang. Lakukan penegangan otot ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali
d. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.
Dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini
adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas,
dan leher. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali
e. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang
ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah
yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut.
Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi
dan alis sampai ototototnya terasa dan kulitnya keriput, mata
dalam keadaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot dahi selama
± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali
f. Gerakan keenam ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata
diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata. Lakukan penegangan otot ± 8 detik,
15

kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan


perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
g. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan
yang dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan
rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di
sekitar otot-otot rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
h. Gerakan kedelapan dilakukan untuk mengendurkan otot-otot
sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut. Rasakan ketegangan otot-
otot sekitar mulut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
i. Gerakan kesembilan ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher
bagian belakang.Pasien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat
beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada
permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga pasiendapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung
atas. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan
otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
j. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian
depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke
muka, kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke
dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
16

k. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.


Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari
sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu
busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan selama ± 8 detik,
kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi,
sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas. Rasakan ketegangan
otot-otot punggung selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
l. Gerakan kedua belas dilakukan untuk melemaskan otot-otot
dada. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya. Tahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut.
Pada saat ketegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan
lega. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan
otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
m. Gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Tarik
kuat-kuat perut ke dalam, kemudian tahan sampai perut menjadi
kencang dan keras. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
n. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha,
dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki
sehingga otot paha terasa tegang. Rasakan ketegangan otot-otot
paha tersebut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
o. Gerakan kelima belas bertujuan untuk melatih otot-otot betis,
luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, lakukan
17

penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-


lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

2.8 Keletihan (Fatique)


2.8.1 Definisi
Fatique berasal dari bahas latin “fatigare” yang berarti hilang lenyap
(waste time). Secara umum dapat diartikan sebagai perubahan dari
keadaan yang lebih kuat ke keadaan yang lebih lemah, Fatigue
didefinisikan sebagai rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas
kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus - menerus
(Horigan et al, 2012; Jhamb, et al., 2008; Gordon., Doyle., Johansen.,
2011 dalam Fari, Aniska Indah.,2019).
2.8.2 Penyebab Kelelahan
Penyebab kelelahan yang berasal dari individu, diantaranya:
a. Stress dan emosi
Stress dan kondisi dan emosi lain banyak membutuhkan energy.
Oleh karena itu sebagian dari energy yang seharusnya digunakan
untuk bekerja menjadi terbuang. Hal tersebut yang kemudian
menyebabkan kelelahan
b. Depresi
Depresi adalah salah satu kondisi emosi, depresi dapat
melemahkan dan mendorong timbulnya kelelahan yang
membutuhkan perhatian khusus, depresi juga erat kaitannya
dengan ritme circadian yang tidak benar, karena hamper sleuruh
orang mengalami depresi memiliki masalah dengan tidur
c. Penyakit medis
Lebih dari 200 peyakit berhubungan dengan terjadinya kelelahan,
mulai dari energy hingga penyakit terberat sekalipun (kanker).
Pada saat sakit tubuh kita lebih banyak membutuhkan istirahat,
tetapi apabila memaksakan diri untuk berkativitas maka akan
memperberat penyakit dan menambah kelelahan (Fatique).
18

d. Chronic fatique dysfunction syndrome (CIFDS)


CIFDS menyebabkan kelelahan parah dan menetap, ditambah
dengan gejala khusus lainnya yang dapat terjadi selama berbulan-
bulan hingga bertahun-tahun
e. Gangguan tidur
Frequensi tidur yang kurang dapat menyebabkan kelelahan.
Gangguan tidur yang berhubungan dengan kelelahan (fatique)
biasanya oleh faktor -faktor seperti kebisingan, pencahayaan,
kebisaan minum dan laiinya. Apabila kekurangan tidur ini terus
terakumulasi setiap harinya, seseorang akanlebih mengalami
kelelahan dalam bekerja dan hal lain ini akan sangat berbahaya.
Kelelahan juga akan terjadi apabila waktu untuk istirahat tidur
hilang berhari-hari secara berturut-turut yang akan menimbulkan
efek kumulatif kelelahan.
f. Gizi
Kelelahan lebh banyak terjasi karena seseorang yang terlalu
banyak makan dibandingkan dengan seseorang yang sedikit
makan. Orang yang mengalami kegemukan dan obesitas tidak
selalu diidentikkan dengan penyakit. Meskipun begitu obesitas
dapat menjadi penyebab gangguan tidur dan sangat berkontribusi
dalam sulitnya bernafas etika tidur atau Apnea. Selain itu,
seseorang yang memiliki kelebihan berat badan dapat
menimbulkan masalah lain termasuk masalah tidur.
2.8.3 Klasifikasi Kelelahan
a. Kelelahan berdasarkan kapasitas kerja
1) Kelelahan local yaitu kelelahan yang disebabkan oleh jenis
pekerjaan sering disebut kelelahan otot
2) Kelelahan umum yaitu kelelahan yang biasanya ditandai
dengan berkurangnya kemampuan untuk bekerja yang
disebabkan oleh monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, kondisi mental, status kesehatan dan
keadaan gizi
19

b. Kelelahan berdasarkan faktor penyabab


1) Kelelahan fisik disebabkan oleh kelemahan pada otot.
2) Kelelahan psikologi berkaitan dengan depresi, gugup dan
kondisi psikososial yang lain. Kelelahan jenis ini diperbuurk
dengan adanya stress
3) Kelelahan mental (mental fatique), Kelelahan mental
disebabkan karena faktor psikis
4) Kelelahan keterampilan (skill fatique), kelelahan ini disebabkan
oleh adanya tugas-tugas yang memerlukan ketelitian dan
pemecahan persoalan cukup sulit.
c. Kelelahan berdasarkan tahapan mengemudi
Klasifiksi keleahan berdasarkan tahapan mengemudi. Serta faktor-
faktor yang berkontribusi menimbulkan kelelhan pada mengemudi,
terdiri dari faktor medis, psychophysiological, dan sociodomestic.
d. Faktor internal
1) Usia, usia seseorang akan mempengaruhi kondisi,
kemampuan dan kapasitas tubuh dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
2) Status gizi, diidentifikasikan sebagai keadaan tubuh sebagai
akibat mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,
dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang baik dan lebih.
3) Kondisi fisik, faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan
mempengaruhi tingkat kelelahan yang terjadi pada pekerja.
4) Masa kerja, merupakan akumulasi waktu dimana pekerja
telah memegang pekerjaan tersebut.
e. Faktor Eksternal
1) Durasi mengemudi
2) Shif kerja
3) Waktu istirahat
4) System kerja
5) Kendaraan
6) Lingkungan
20

2.8.4 Pengukuran kelelahan


a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Kulitas dan kuantitas dari hasil kerja kadang kala digunakan
sebagai cara pengukuran kelelahan tidak langsung pada industry
atau pada tempat kerja dan ada hubungan dengan kualitas hasil
(kinerja buruk, produk gagal dan property yang rusak) atau
kejadian kecelakaan dan yang terakhir yakni dengan keberadan
kelelahan tidak hanya menjadi faktor penyebab.
b. Uji psikomotor
Uji prsikomotor mengukur fungsi yang terdiri atas persepsi,
interpretasi dan reaksi motoric. Uji yang digunakan pada umumnya
1) Waktu reaksi yang sederhana dan selektif
2) Uji snetuhan atau dengan menusukkan ke jaringan tubuh
3) Uji kemampuan
4) Uji mengemudi dengan test simulasi mengemudi
5) Uji mengetik
6) Test tachistoscopic untuk mengukur kinerja
7) Uji persepsi
c. Uji hilangnya kelipan (Flicker-fusion test)
Frekuensi kerlingan mulus (Flicker-fusion test) dari mata adalah
kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip dengan
cahaya yang dipancarkan secara terus menerus, cara mengujinya
yaitu responden diteliti kemampuannya dengan cahaya yang
berkedip dimulai dengan frekuensi rendah kemudian perlahan-
lahan dinaikkan, bagi yang tidak lelah frekensi ambang itu 2 Herts
jika memkai cahay pendek atau 0.6 Hertz jika memakai cahaya
siang (day light).
d. Perasaan kelelahan secara subyektif
Metode pengukuran kelelahan secara subyektif atau The Subjective
Symptom (SST). Pertama kali dikeluarkan oleh industrial Fatique
Research Committee Of Japanese Association Of Industrial Health
(IFRC Jepang) , menilai kelelahan secara umum yang mencangkup
21

30 gejala kelelahan yang terbagi atas 3 kelompok kelelahan yang


dialami pekerja yaitu pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan
pelemahan secara fisik rinciannya ( perasaan berat dikepala, lelah
diseluruh badan, kaki terasa berat, menguap, merasa pikiran kacau,
merasa mengantuk, merasa ada beban di kepala, kaku dan
canggung dalam bergerak, tidak seimbang dalam berdiri, merasa
ingin berbaring, merasa sulit untuk berfikir, lelah berbicara,
menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai
perhatian,/memusatan perhatian, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontro sikap,
tidak dapat tekun dalam bekerja, sakit kepala, merasa kaku di
bagian bahu, merasa nyeri di bagian punggung, haus, suara serak,
mersa pening/pusing, kelopak mata terasa berat, gemetar pada
bagian tubuh, merasa kurang sehat).
e. Uji performa mental
Uji ini meliputi masalah arimatika, uji konsentrasi, uji estimasi, uji
memori atau ingatan

2.9 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, nomer rekam medis, tanggal
dan jam melakukan hemodialisis, lama hemodialisis
b. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit dahulu: riwayat infeksi ginjal ada/tidak penyakit
batu ginjal/obstruksi saluran kemih, pemakaian obat-obatan, riwayat
penyakit DM, riwayat penyakit kardiovakuler.
2) Riwayat penyakit sekarang: keluhan utama, perjalanan penyakit,
pengobatan/penanganan yang telah didapat.
3) Data interdialisis meliputi: berat badan kering, data hemodialisis
terakhir, penggunaan obat-obat harian
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :Tingkat kesadaran, vital Sign
22

2) Pemeriksaan kepala meliputi Inspeksi: red eye syndrome, konjingtiva


anemia, sklera icterik, rambut rontok, muka sembab dan auskultasi :
bau nafas amoniak
3) Pemeriksaan dada meliputi inspeksi: gerakan dinding dada, bentuk
simetris / tidak, palpasi: ketinggalan gerak, adanya masa, auskultasi :
suara nafas, suara jantung dan perkusi : dullness
4) Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi: acites, bekas garukan, pusar
datar, mual, muntah palpasi : ketegangan, kram otot perut, lingkar
perut, nyeri tekan dan auskultasi : suara peristaltik, perkusi : acites,
batas organ dalam
5) Pemeriksaan kulit dan kelamin meliputi inspeksi : adanya bekas
garukan, luka lecet, gatal-gatal, palpasi : odema kaki/tannga, kulit
kering, kasar, akral dingin, lembab/kering, turgor kulit.
6) Pemeriksaan ekstermitas inspeksi: tampak oedem kaki/tangan atau
keduanya, kelemahan gerak, luka di jari-jari kaki, kondisi lokasi akses
vaskuler, cyanosis. Palpasi: oedema, kram otot dan Perkusi : reflek
patella
7) Pemeriksaan persistem yaitu Sistem kardiovaskuler, Sistem
pernafasan, Sistem pencernaan, Sistem neuromuskler, Sistem genitor-
urinari
8) Kondisi psiko-sosial meliputi data subyektif : merasa tidak mampu,
denial, cemas, takut, marah, mudah tersingggung, perubahan
gambaran tubuh, perubahan peran, perubahan mekanisme koping,
kurang pengetahuan dan data obyektif : menarik diri, menghindari
tatapan mata / pandangan, denial, perubahan fungsi / peran, stressor
financial, hubungan dan komunikasi
d. Data penunjang
1) Laboratorium : BUN, elektrolit, Kreatinin, Protein Serum, Glukose,
Darah rutin, Analisa gas darah
2) Radiologis : BNO, IVP, USG abdomen, Rontgen abdomen 3 posisi,
thorak
23

2.10 Diagnosa Keperawatan


Setelah dilakukan pengkajian pada pasien, maka langkah selanjutnya
dalam proses keperawatan adalah menentukan diagnosa keperawatan, adapun
diagnosa keperawatannya yang biasa muncul yaitu :
a. Gangguan pertukaran gas
b. Kelebihan volume cairan
c. Intoleransi aktifitas
d. Nausea
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
g. Kerusakan integritas kulit
24

2.11 Rencana Keperawatan


No. Diagnosa NOC NIC
1. Domain 3 : Eliminasi dan Setelah dilakukan tidakan keperawatan Domain 2 fisiologi :kompleks
pertukaran selama 3x24 jam gangguan pertukaran Kelas G manajemen elektrolit dan asam basa
Kelas 4 : fungsi respirasi gas teratasi dengan kriteria hasil: 1910: manajemen asam basa
00030 : Gangguan pertukaran gas Domain 2: kesehatan fisiologis 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Batasan karakteristik : Kelas E : jantung paru 2. Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi
- Gas darah artesi abnormal 0402 : Status pernafasan : pertukaran adequate
- pH arte abnormal gas 3. Pertahankan kepatenan akses selang IV
- pola pernapasan abnormal 040210: PH arteri (2-4) 4. Monitor gas darah arteri
- warna kulit abnormal 040211: Saturasi Oksigen (2-4) 5. Monitor pola nafas
- diaphoresis 040203: Dispnea saat istirahat (2-4) 6. Monitor konsumsi oksigen (saturasi O2)
- dyspnea 7. Monitor status hemodinamik
- sakit kepala 8. Monitor komplikasi dari koreksi yang dilakukan
- hiperkapnea 9. Monitor status neurologi
- hipoksemia 10. Berikan terapi oksigen
- hipoksia 11. Kolaborasi pemberian terapi
- iritabilitas
- napas cuping hidung
25

No. Diagnosa NOC NIC


- takikardi
- gelisah
faktor yang berhubungan :
- peubahan membrane alveolat
kapiler
- ventilasi perfusi
2 Domain 2 : nutrisi Setelah dilakukan tidakan keperawatan Domain 2 Fisiologi : kompleks
Kelas 5 : hidrasi 3x24 jam diharapkan masalah Kelas N : manajemen perfusi jaringan
00026 : Kelebihan volume hypervolemia teratasi dengan kriteria 4170 :Manajemen hypervolemia
cairan hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (edema)
Batasan karakteristik : Domain 2: kesehatan fisiologis 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
- Bunyi napas tambahan Kelas G: Cairan dan elektrolit 3. Monitor status hemodinamik
- Gangguan tekanan darah 0601 : Keseimbangan cairan 4. Monitor intake dan output cairan
- Perubahan status mental 060101: tekanan darah (2-4) 5. Batasi asupan cairan dan garam
- Perubahan tekanan arteri 060122: Nadi (2-4) 6. Tinggikan kepala 30-400
- Gangguan pola napas 060109: berat badan stabil 7. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam
- Perubahan berat jenis urin sehari
- Anasarka 8. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
26

No. Diagnosa NOC NIC


- Ansietas haluaran urin
- Azotemia 9. Ajarkan cara membatasi cairan
- Penurunan hematocrit 10. Mananajemen hemodialisis
- Penurunan hemoglobin
- Dispena
- Edema
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Hepatomegaly
- Peningkatan tekanan vena
sentral
- Asupan melebihi haluaran
- Dstensi vena jugularis
- Oliguria
- Ortopnea
- Dispneaa noktural paroksimal
- Efusi pleura
- Penambahan BB dalam waktu
singkat
27

No. Diagnosa NOC NIC


3 Domain 4 aktivitas/istirahat Domain :3 : Perilaku
Kelas 4 respon kardiovaskular/ Setelah dilakukan tidakan keperawatan Kelas O : terapi perilaku
pulmonal selama 3x24 jam harapkan intoleransi 4310 : Terapi aktivitas
00094 intoleransi aktifitas akatifitas teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pertimbangan kemmapuan klien dalam
Batasan karakteristik : Domain 1: Fungsi Kesehatan beraktivitas
- Respon tekanan darah Kelas A: Pemeliharaan Energi Jaringan 2. Bantu pasien mengekspolari tujuan personal dari
abnormal terhadap aktifitas 0005: Toleransi terhadap aktivitas aktivitas
- Respon frekuensi jantung - 000501 Saturasi oksigen ketika 3. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
abnormal terhadap aktifitas beraktivitas (2-4) 4. Bantu klien melakukan aktifitas
- Perubahan EKG - 000502 frekuensi nadi ketika 5. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas (2-4) diinginkan
aktifitas 6. Bantu dengan aktivitas
- Dispena setelah aktifitas Domain 1: fisiologi dasar
- Keletihan Kelas A : manajemen aktivitas dan latihan
- Kelemahan umum 0180 : Manajemen energi
Faktor yang berhubungan : 1. Kaji ststus fisiologis pasien yang menyebabkan
- Keidakseimbangan antara kelelahan
suplai dan kebutuhan oksigen 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara
28

No. Diagnosa NOC NIC


- Imobilitas verbal menegenai keterrrbatttasan yang dialami
- Tidak pengalaman dengan 3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan
suatu aktivitas 4. Tentukan jenis bahayanya aktivitas yang
- Fisik tidak bugar dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
- Gaya hidup kurang gerak 5. Monitor intake dan output
6. Monitor waktu istirahat pasien
7. Kurangi ketidaknyamana fisik
8. Batasi dan gangguan jumlah pengunjung
9. Anjurkan tidur siang bila diperlukan
10. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
11. Monitor respon oksigen pasien saat perawatan
maupun saat melakukan aktivitas
4 Domain 12 : kenyamanan Setelah dilakukan tidakan keperawatan Domain 1 : Fisiologi dasar
Kelas 1 : kenyamanan fisik selama 3x24 jam harapkan intoleransi Kelas E : peningkatan kenyamanan fisik
00134 : Mual akatifitas mual teratasi dengan kriteria 1450 : manajemen mual
Batasan karakteristik : hasil: 1. Dorong pasien untuk belajar mengatasiii mual
- Keengganan terhadap makan Domain 1: Fungsi Kesehatan 2. Observasi tanda-tanda ketidaknyamanan
- Sensasi muntah Kelas A: Pemeliharaan Energi Jaringan 3. Evaluasi pengalaman masa lalu terhadap mual
29

No. Diagnosa NOC NIC


- Peningkatan salivasi 0005: Toleransi terhadap aktivitas 4. Identifikasi penyebab mual
- Peningkatan menelan - 000501 Saturasi oksigen ketika 5. Ajari tehnik relaksasi untuk mengatasi mual
- Rasa asam didalam mulut beraktivitas (2-4) 6. Lakukan kebersihan mulut sesering mungkin
Faktor yang berhubungan : - 000502 frekuensi nadi ketika untuk meningkatkan kenyamanan
- Ansietas beraktivitas (2-4) 7. Monitor asupan makanan terhadap kandungan
- Terpajan toksik gizi dan kalori
- Ketakutan 8. Timbang berat badan secara teratur
- Stimuli lingkungan yang 9. Berikan informasi mengenai mual
mengganggu 10. Dorong makan dengan prosi sediit tapi sering
- Rasa makana/minuman yang 11. Bantu untuk mencari dan memberikan dukungan
tidak enak emosional.
- Stimuli penglihatan yang
tidak menyenangkan
5 Domain 2 : nutrisi Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : fisiologi dasar
Kelas 1 : makan keperawatan selama 3x24 jam Kelas D : dukungan nutrisi
00002 : ketidakseimbangan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi 1100 : Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria hasil : 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
tubuh Domain II : Kesehatan fisiologi pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
30

No. Diagnosa NOC NIC


Batasan karakteristik : Kelas K : Pencernaan dan nutrisi 2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
- Kram abdomen 1009 Asupan nutrisi makanan
- Nyeri abdomen 100901 asupan kalori ( 2-4) 3. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan
- Gangguan sensasi 100902 asupan protein (2-4) bagi pasien
- Bb 20% atau lebih dibawah 100904 asupan karbohidrat (2-4) 4. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
rentang normal 100905 asupan vitamin (2-4) 5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
- Kerapuhan kapiler 100906 asupan mineral (2-4) dibutuhkan
- Diare 6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
- Kehilangan rambut berlebihan bimbingan terhadap pilihan makanan yang sehat
- Enggan makan 7. Atur diet yang diperlukan
- Asupan makanan 8. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
- Bising usus hiperaktif makan
- Kurang informasi 9. Beri obat-obatan sebelum makan
- Kurang minat 10. Anjurkan pasien untuk duduk posisi tegak dikursi
saat makan
11. Pastikan makanan yang disajikan secara menarik
12. Pastikan diet makanan cukup kalori
13. Monitor kalori dan asupan makanan
31

No. Diagnosa NOC NIC


6 Domain 4 : aktivitas/istirahat Domain 2 : fisiologis : kompleks
Kelas 4 : respon Kelas I : manajemen neurologis
kardiovaskular/pulmonal 2660 : manajemen sensasi perifer
00204 : Ketidakefektifan perfusi 1. monitor sensasi tumpul atau tajam, panas dan
jaringan perifer dingin
Batasan karakteristik : 2. dorong menggunakan bagian tubuh ynag tidak
- Tidak ada nadi perifer terganggu
- Perubahan fungsi motoric 3. intruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa
- Perubahan karakteristik kulit adanya kerusakan kulit setiap harinya
- Waktu pengisian kapiler >3 4. monitor adanya penekanan gelang, alat medis dan
detik sepatu
- Perubahan tekanan darah 5. dorong pasien menggunakan sepatu dengan
ekstermitas ukuran yang pas
- Penurunan nadi perifer 6. letakan bantalan pada bagian yang terganggu
- Kelambatan penyembuhan untuk melindungi area tersebut
luka 7. gunakan alat untuk mengurangi penekanan
- Edema 8. lindungi tubuh terhadap perubahan suhu yang
- Nyeri ekstermitas ekstrim
32

No. Diagnosa NOC NIC


- Bruit femoral 9. monitor tromboplebitis atau tromboemboli pada
- Kaludiksi intermitten vena
- parestesia 10. monitor kemampuan untuk BAB atau BAK
- warna kulit pucat 11. imobilisasi kepala, leher dan punggung dengan
Faktor berubungan : tepat.
- asupan garam tinggi
- kurang pengetahuan tentang
proses penyakit
- kurang pengetahuan tentang
faktor yang dapat diubah
- gaya hidup kurang gerak
- merokok
7 Kerusakan integritas jaringan Setelah dilakukan tidakan keperawatan Domain 2:Fisiologi Kompleks /lanjutan
Domain 11: Keamanan / selama 2x24 jam diharapkan masalah Kelas L: : Manajemen kulit/luka
Perlindungan kerusakan integritas kulit teratasi 3520: Perawatan Luka tekan
Kelas 2: Cedera Fisik teratasi dengan kriteria hasil: 1. Catat karakteristik luka tekan
00046:Kerusakan Integritas kulit Domain 2:Kesehatan Fisiologi 2. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang
Batasan karakteristik : Kelas L: Integritas Jaringan lembut dan airyakinkan asupan nutrisi yang tepat
33

No. Diagnosa NOC NIC


- nyeri akut 1101: Integritas Jaringan :kulit dan 3. Monitor status nutrisi
- gangguan integritas kulit membrane mukosa 4. Ajarkan pasien dan keluarga ttg perawatan luka
- perdarahan - 110101:suhu kulit (4-5) 5. Berikan salin untuk menggosok jika diperlukan
- benda asing menusuk - 110106:keringat (4-5) 6. Lakukan debridemen jika diperlukan
permukaan kulit - 110111:perfusi jaringan (4-5) 7. Monitor tanda-tanda infeksi di area lukan
- hematoma - 110113:integritas jaringan (4-5) 8. Ubah posisi 1-2 jam sekali mencegah penekanan
- area panas local 9. Kolabrasi pemberian terapi
- kemerahan Domain :
- faktor berhubungan : Kelas
- agens cedera kimiawi Pengecekan kulit
- eksresi 1. Periksa kulit dan selaput lender terhadap adanya
- kelembapan kemerahan, edema, drainase
- hipertermia 2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi,
- hipotermia edema dan ulserasi
- lembab 3. Monitor warna dan suhu kulit
- tekanan pada tonojolan tulang 4. Monitor infeksi terutama daerah edema
- sekresi 5. Monitor sumber tekanan dan gesekan
6. Dokumentasi kan perubahan membrane mukosa
34

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata Pasien
Nama Tn T, tempat dan tanggal lahir di Tangerang 21 Mei 1969, usia
50 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, pendidikan SMA,
alamat jl Bumi mas raya blok B7 no 3A RT 001/008 Cikokol
Tangerang, Diagnosis medis CKD Stage 5 on HD, HHD, DM Tipe 2,
Anemia renal, tanggal pengkajian 22 Juli 2019.
3.1.2 ANAMNESE
a. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah sakit :
Pasien mengatakan sesak napas sudah 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, kedua kaki benggak sudah 1 minggu yang lalu, PND (+),
DOE (+), Ortopnea (+), tidur dijuntai dengan 3 bantal, kepala
pusing, mual, muntah dan badan terasa lemas.
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan sesak masih ada, kedua tungkai bengkak, PND
(+), DOE (+), Ortopnea (+), tidur dijuntai dengan 3 bantal, kepala
pusing, badan terasa lemas, aktifitas dibantu oleh istrinya, mual,
muntah tidak nafsu makan.
b. Riwayat Kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit sesak semakin lama semakin sesak, sulit tidur, tidur memakai
3 bantal karena sesak PND (+), DOE (+), Ortopnea (+), pasien
mengatakan kepala pusing, tidak nafsu makan, mual dan muntah
c. Riwayat Penyakit Yang Lalu :
Pasien mengatakan sudah 5 tahun menderita sakit diabetes mellitus
dan hipertensi, pasien selalu Kontrol berobat di klinik terdekat dan
riwayat terakhir berobat 1 bulan yang lalu di rawat di RSUD Kota
Tangerang pada tanggal 30 mei 2019 dan pernah menjalani insiasi

34
35

Hemodialisis 2x, pasien kontrol ke klinik Ginjal Hipertensi dan


sudah dianjurkan untuk dilakukan hemodialissi rutin 2x/minggu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
pasien mengatakan dalam keluarga memiliki riwayat penyakit
Hipertensi dan Diabetes mellitus.

3.1.3 POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :
Sebelum Sakit :
Selera makan pasien baik, pasien biasa makan nasi putih dengan
sayur sop dan lauk seperti ayam dan ikan, frekuensi makan pasien
3x/hari pagi sarapan, makan siang dan makan sore, pasien karena
mempunyai riwayat sakit diabetes mellitus mengurangi makanan-
makanan yang manis, dan jika membuat kopi atau the
menggunakan gula jagung. Jenis minuman air putih dan seskali
minum es jumlah yang diminum 6-8 gelas sehari
Saat Sakit :
Selera makan pasien menurun, pasien makan hanya sedikit setiap
kali istrinya memberi makan dan tidak mau makan, dan makan
hanya 5 sendok. Pasien mengalami mual dan muntah, mulut terasa
pahit saat menelan makanan dan tidak ada selera makan. Saat sakit
ada pantangan makanan yaitu jangan terlalu banyak makan buah-
buahan dan ada pembatasan cairan hanya 500cc/hari ditambah
jumlah urin yang keluar, tetapi karena merasa haus pasien minum
tidak diukur dan minum banyak.
Masalah Keperawatan: Kelebihan volume cairan, nausea

b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :
Pasien biasa BAB 1x/hari di WC sendiri dan tidak dibantu,
konsistensi BAB lembek tidak ada kesulitan saat BAB
36

BAK 5-6 x/hari warna kuning jernih volume ± 1200 cc, bau has
urin, biasa pasien BAK di kamar mandi sendiri
Saat Sakit :
Selama pasien dirawat, pasien belum BAB
BAK 5-6 x/hari dibantu oleh istrinya menggunakan pispot di
tempat tidur
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah dalam eliminasi

c. Pola istirahat tidur


Sebelum sakit :
Pasien tidur jarang tidur siang karena pasien bekerja di usaha jahit
miliknya, untuk tidur malam pasien tidur pada jam 22.00 wib dan
bangun pada jam 05.00 wib
Saat sakit :
Selama sakit pasien mengatakan ingin tidur terus tetapi karena
sesak sulit untuk tidur, namun setelah menjalani hemodialysis 2x
pasien mengatakan bisa tidur lebih nyenyak.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah

d. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene:


Sebelum sakit :
Pasien sudah bisa mandi 2x/hari dilakukan sendiri dengan air dan
sabun, pasien juga mencuci rambut sendiri dan menggosok gigi
sendiri, untuk menggunting kuku sendiri oleh pasien.
Saat sakit :
Pasien hanya di Lap oleh istrinya dan belum mencuci rambut dan
belum menggunting kuku
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
37

e. Aktivitas Lain
Sebelum sakit :
Menurut pasien, setiap hari pasien bekerja di usaha jahit miliknya
dan mempunyai karyawan sebanyak 3 orang, tidak ada masalah
dalam aktifitas fisik pasien
Saat sakit :
Menurut pasien saat sakit pasien tidak tidak bekerja dan hanya
diam di rumah, pekerjaanya digantikan oleh anak pertamanya,
pasien hanya duduk dan menonton tv di rumah, dan untuk
menghilangkan bosan pasien mengobrol dengan istri dan anak-
anaknya, selama di rumah sakit ADL dibantu oleh keluarga

3.1.4 Riwayat Sosial Ekonomi


a. Latar belakang social, budaya dan spiritual
Pasien mengatakan selalu aktif dalam kegitan pengajian di
lingkungannya, pasien tidak ada konflik dilingkungan masyarakat
dan pasien selalu taat beribadah dan menjalakan sholat berjamaan
saat magrib dan isya di masjid dekat rumahnya, istri dan anak-
anaknya selalu membantu dan bergantian menjaga pasien selama
dirawat di rumah sakit.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Ekonomi
Selama perawatan biaya rumah sakit ditanggung oleh BPJS
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


3.2.1 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
TD: 155/96MmHg
N : 92x/mnt
S: 36,7 0C
RR: 24X/mnt
BB 60 kg, TB: 165 cm, IMT : 22.04
38

3.2.2 Keadaan Umum


Pasien tampak sakit sedang

3.2.3 Pemeriksaan Integument, Rambut Dan Kuku


a. Integument
Lesi tidak ada, jaringan parut tidak ada, warna kulit coklat pucat,
tampak anemis, tekstur halus, lemak subkutan tebal, nyeri tekan
tidak ada, ulkus tidak ada, scar tidak ada, hiperpigmentasi tidak
ada, tatto tidak ada, kelainan pada kulit tidak ada, strie tidak ada.
b. Pemeriksaan Rambut
Penyebaran rambut merata, bau tidak ada, earna hitam, alopesia
tidak ada, kelainan tidak ada
c. Pemeriksaan Kuku
Warna kuku pucat, bentuk normal, kebersihan kuku baik.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.2.4 Pemeriksaan Kepala, Wajah Dan Leher


a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala bulat, tampak simetris, luka tidak ada, nyeri tekan
tidak ada
b. Pemeriksaan Mata
Kedua mata simetris, oedem tidak ada, ptosis tidak ada,
peradangan tidak ada, luka tidak ada, benjolan tidak ada, bulu mata
utuh, konjungtiva anemis, reaksi pupil terhdap cahaya isorkor,
kornea hitam, ketajaman penglihatan baik, lapang pandang normal.
c. Pemeriksaan Telinga
Kedua telinga bentuk simetris, warna kulit normal, nyeri tekan
tidak ada, peradangan tidak ada, penumpukan serumen tidak ada,
perdarahan tidak ada, pendengaran baik.
d. Pemeriksaan Hidung
Bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi normal, perdarahan
tidak ada, kotoran tidak ada, pembengkakakn tidak ada.
39

e. Pemeriksaan Mulut dan Faring


Kelainan tidak ada, warna tampak anemis, lesi tidak ada, bibir
kering, caries ada, kotoran tidak ada, gigi palsu tidak ada,
perdarahan tidak ada, bau mulut ada, uvula simtris, benda asing
tidak ada, benda asing tidak ada, pembesaran tonsil tidak ada, suara
pasien normal.
f. Pemeriksaan Wajah
Ekspresi wajah tegang, warna dan kondisi wajah pasien tampak
sedih, kelumpuhan otot-otot fasialis tidak ada, wajah tampak pucat.
g. Pemeriksaan Leher
Bentuk simetris, peradangan tidak da, jaringan parut tidak ada,
perubahan warna tidak ada, massa tidak ada, terpasang CDL di
jugularis dekstra. Kelenjar tiorid tdak membesar, vena jugularis
membesar.
Keluhan yang dirasakan pasien terkait dengan Px. Kepala, wajah,
leher Pasien mengeluh tidak nyaman dengan adanya selang (CDL)
yang terpasang di leher.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut, kelebihan volume cairan

3.2.5 Pemeriksaan Thorak Dan Paru


a. Inspeksi
Bentuk thorak normal chest, bentuk dada simtris, keadaan kulit
normal, retraksi otot bantu pernafasan ada, pola napas takipneu,
batuk tidak ada.
b. Palpasi
Vocal fremitus kanan dan kiri teraba sama, nyeri tekan tidak ada.
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
Suara nafas vesikuler bersih, suara ucapan normal, suara tambahan
ronchi di kedua lapang paru. Wheezing tidak ada
40

Keluhan lain yang dirasakan terkait Pemeriksaan. Torak dan Paru :


pasien mengeluh sesak

3.2.6 Pemeriksaan Jantung


Inspeksi Ictus cordis tidak ada, palpasi dinding torak teraba kuat,
perkusi batas jantung normal, bunyi jantung I tunggal keras, Bunyi
jantung II tunggal keras, tidak ada bunyi tambahan, murmur tidak ada.
Keluhan lain terkait dengan jantung :
Pasien tidak mengalami keluhan pada jantungnya

3.2.7 Pemeriksaan Abdomen


Bentuk abdomen datar, massa tidak ada, simtetris, bayangan pembuluh
darah tidak ada, auskultasi peristaltic usus 20 x/menit, tidak ada nafus
makan, mulut teras pahit, mual dan muntah. Nyeri tekan appendik
tidak ada, pembesaran hepar tidak ada perabaan lunak, palpasi lien
tidak teraba, palpasi ginjal tidak teraba.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Pemeriksaan. Abdomen :
Masalah Keperawatan : Nausea

3.2.8 Pemeriksaan Genetalia


Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada genitalianya, BAK dengan
pispot dibantu oleh istrinya, nyeri tidak ada, hernia tidak ada, benjolan
tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.2.9 Pemeriksaan Anus


Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada anusnya, BAB lancar
selama dirawat 2 hari pasien belum BAB, perdarahan tidak ada,
hemoroid tidak ada, nyeri tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
41

3.2.10 Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstremitas )


Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, deformitas tidak ada, fraktur
tidak ada kekuatan otot 4 (bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa
tetapi kekuatannya berkurang)
Palpasi
Oedem pada kedua tungkai, Pitting edema 3 detik
Lingkar lengan : 87
Lakukan uji kekuatan otat : 5 5

5 5

Masalah Keperawatan : Kelebihan volume cairan


5 5

3.2.11 Pemeriksaan Neurologis


a. Tingkat Kesadaran
Kesadaran pasien compos mentis, membuka mata 4, respon
Verbal 5, respon motorik 6, daya ingat pasien baik, pasien mampu
5
mengingat nama-nama teman disekitarnya dan dapat
berkomunikasi dengan baik.
b. Memeriksa tanda rangsangan otak
Peningkatan suhu tidak ada, kaku kuduk tidak ada, kejang tidak
ada, penurunan tingkat kesadaran tidak ada.
c. Memeriksa nervus cranialis
1) N I olfaktorius, pasien dapat membedakan bau-bauan
2) N II : Visus 20/20 , lapang pandang baik
3) N III, IV, VI : Gerakan bola mata baik , pupil : isoskor
4) N V : Sensorik baik, Motorik baik
5) N VII : Sensorik baik , otonom baik, motorik baik
6) N VIII : Pendengaran baik, keseimbangan baik
7) N IX : baik, bias membedakan rasa
8) N X : Gerakan uvula ada rangsang muntah/menelan ada
9) N XI : Sternocledomastoideus baik, trapezius baik
42

10) N XII : Gerakan lidah baik


d. Memeriksa fungsi motoric
Ukuran otot simetris, atropi tidak ada, gerakan-gerakan yang tidak
disadari oleh pasien tidak ada.
e. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer: benda tumpul Positif, benda tajam Positif,
Menguji sensasi panas / dingin Positif, kapas halus Positif, minyak
wangi Positif,
f. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek bisep ada, Reflek trisep ada, Reflek brachiradialis ada,
Reflek patella ada, Reflek achiles ada, Reflek babinski ada,
Reflek chaddok ada, Reflek schaeffer ada, Reflek oppenheim ada,
Reflek Gordon ada, Reflek bing ada, Reflek gonda ada.
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : Pasien tidak
memiliki keluhan

3.2.12 Riwayat Psikologis


Status Nyeri :
a. Menurut Skala Intensitas Numerik
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ket: 4, pemasangan CDL
Menurut Agency for Health Care Policy and Research
Tabel 3.2.12 Skala Nyeri
No Intensitas Nyeri Diskripsi

1 □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak


Skala 0 merasa nyeri
2 √ Nyeri ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan.
Skala 1-3 Pasien nampak gelisah
3 □ Nyeri sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan
Skala 4-6 atau sedang
43

Pasien nampak gelisah


Pasien mampu sedikit berparsitipasi dalam
perawatan
4 □ Nyeri berat Pasien mangatakan nyeri tidak dapat ditahan
Post operasi atau berat.
Skala 7-9 Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
berubah
5 □ Nyeri sangat Pasien mengatan nyeri tidak tertahankan
berat atau sangat berat
Skala 10 Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
b. Status Emosi
Pasien mengatakan merasa sedih karena mempunyai penyakit
seperti ini dan harus menjalani cuci darah, tetapi pasien tetap
bersabar dan bertawakal kepada Allah dan istri serta anak-anaknya
tetap memperhatikan dan merawat pasien dengan baik.
Masalah Keperawatan : tidak da masalah keperawatan
c. Gaya Komunikasi
Pasien tampak hati-hati dalam berbicara, pola komunikasinya
spontan, pasien tidak menolak untuk diajak komunikasi,
komunikasi pasien dan pasien tidak menggunakan bahasa isyarat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
d. Pola Interaksi
Pasien berespon dengan keluarga, teman, perawat, dokter. Siapa
orang yang dekat dan dipercaya pasien dalah istrinya, pasien
berinteraksi aktif, tipe kepribadian pasien terbuka.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
e. Pola Pertahanan
Mekanisme kopping pasien dalam mengatasi masalahnya : Pasien
hanya bisa berdoa agar bisa pulih seperti sedia kala
44

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


f. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Pasien mengatakan akan patuh terhadap terapi dan menanyakan
tentang diit dan kegiatan yang harus dilakukan, pasien tampak
sedikit cemas ketika akan dilakukan cuci darah dan akan menjalani
terapi cuci darah, pasien tampak kooperatif dan bertanya kapan
pasien akan pulang.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.2.13 Pemeriksaan Status Mental Dan Spiritual


a. Kondisi emosi / perasaan pasien
Suasana hati pasien tampak sedih, emosi sesuai dengan ekspresi
wajah
Masalah Keperawatan : Ansietas
b. Kebutuhan Spiritual Pasien :
Pasien mengatakan selama di rawat tidak menjalani sholat 5 waktu,
setelah diingatkan pasien mengatakan akan menjalankan ibadahnya
sesuai dengan syariatnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Tingkat Kecemasan Pasien :
Tabel 3.4 Tingkat Kecemasan
Komponen Yang Cemas Cemas Cemas Panik
No dikaji Ringan Sedang Berat
1 Orintasi  Baik □ Menurun □ Salah □ Tdk
terhadap ada reaksi
Orang,
tempat,waktu

2 Lapang persepsi Baik □ Menurun □ Menyempit □ Kacau

3 Kemampuan □ Mampu □ Mampu dengan Tidak □Tdk


menyelesaikan bantuan mampu ada tanggapan
45

masalah
4 Proses Berfikir  Mampu □ Kurang mampu □Tidak mampu□Alur fikiran
berkonsentras mengingat dan mengingat kacau
i dan berkonsentrasi dan
mengingat berkonsentra
dengan baik si
5 Motivasi □ Baik  Menurun □ Kurang □ Putus asa

d. Konsep diri pasien:


1) Identitas diri : Pasien mengatakan dia adalah seorang
suami
2) Ideal diri : Pasien mengatakan ingin berkumpul
dengan keluarga
3) Gambaran diri : Pasien mengatakan sedih karena
mempunyai penyakit ini
4) Harga diri : Pasien mengatakan dapat menerima
keadaan nya
5) Peran : Pasien mengatakan masih mampu
menjalankan peran nya sebagai seorang suami
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.2.14 Pemeriksaan Laboratorium


TERLAMPIR

3.2.15 Pemeriksaan Penunjang


FOTO THORAK tgl 19 Juli 2019
Kesan : cor tidak membesar,
tak tampak infiltrat paru, terpasang central line tips distal stinggi 7/8
Masalah Keperawatan : hipervolemia
46

3.2.16 TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN : (indikasi, kontra


indikasi,efek samping, sinonim)
Tabel 3.2.16 Terapi yang diberikan
No Nama obat/ Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Dosis obat
1 Ranitidin - Untuk peyakit Hipersensitivitas efek samping yang
2 x 50 gr GERD terhadap ranitidin mungkin saja dapat
(IV) - Mengobati tukak atau komponen yang terjadi setelah
lambung ada pada formula menggu-nakan
- Menangani erosif obat. ranitidin adalah:
esopahagitis - Diare
- Zollinger Ellison - Muntah-muntah
syndrome, - Sakit kepala
penyakit langka - Insomnia
adanya penyakit - Vertigo, Ruam
tumor di pancreas - Konstipasi
atau usus duabelas - Sakit perut
jari - Sulit menelan
- Untuk mgobati - Urine tampak
penyakit maag keruh
- Pencegahan tukak - Bingung
lambung, dyspepsia - Berhalusinasi
2 Asam folat megaloblastik Reaksi alergi, Hipersensiifitas
3x1 tab PO anemia, makrositik bronkospasme, wajah terhadap asam folat
anemia karena memerah, gatal, dan komponen lain
defisiensi asam folat. erupsi sementara dalam formulasi
Suplement :
mencegah neural tube
defect
3 Bikarbonat Mengatasi overdosis Peregangan - Alkalosis
47

3x1 PO obat tertentu seperti (disletion) lambung, metabolik maupun


antidepresan trisiklik flatulen, perdarahan respiratori,
dan aspirin serebral, udem, hipokalsemia,
kejang tetanus, udem pasien yang
paru, hipernatremia, mengalami banyak
hiperosmolalitas, kehilangan klorida
hipokalsemia, akibat muntah
hipokalemia, asidosis maupun
intrakranial, alkalosis pembersihan
metabolik (suction)
gastrointestinal
secara kontinyu,
dan pada pasien
dengan risiko
mengalami
alkalosis
hipokloremik. yang
diinduksi oleh
diuretik.
- Natrium bikarbonat
secara oral tidak
boleh digunakan
apabila digunakan
sebagai antidotum
untuk mengatasi
keracunan akut
akibat asam
mineral kuat
4 Osteocal uplemen untuk Gangguan fungsi Hiperkalsiuria ringan,
2x1 PO mengatasi ginjal, punya riwayat insufisiensi ginjal
kekurangan kalsium mengalami batu ringan, batu saluran
dan pencegahan saluran kemih. Pasien kencing
48

osteoporosis dengan fenilketonuria


Ibu hamil dengan
kadar alanin tinggi
5 Furosemid untuk - Pusing. - Riwayat alergi atau
1x1 IV penderita tekanan - Vertigo. hipersensitif
darah tinggi - Mual dan muntah. terhadap furosemid.
(hipertensi) saat obat - Penglihatan buram. - Anuria atau tidak
diuretik lainnya tidak - Diare. bisa buang air kecil
bisa mengatasi - Konstipasi - Sedang hamil
kondisi ini lagi memberikan efek
buruk pada janin

6 Ca Calcii Gluconas Inj Efek samping Calcii Memiliki riwayat


Gluconas merupakan obat Gluconas Mual dan penyakit batu ginjal
1x1 IV untuk Terapi dalam muntah-muntah.  Riwaya
keadaan kekurangan Kehilangan nafsu penyakit kelenjar para
kalsium makan, sembelit. tiroid
Tenggorokan kering  Perhatian khusus bila
dan cepat haus dan diberikan pada ibu
sering buang air kecil hamil dan menyusui
7 Novorapid Mengontrol kadar - Kadar kalium di Hipoglikemi
3x25 unit glukosa dalam darah dalam darah
SC menurun, yang
ditandai dengan
berkeringat, pucat,
merasa lapar,
jantung berdebar
dan pusing
- Pembengkakan,
kemerahan dan
gatal di bagian
tubuh yang
disuntikan
49

3.2 DATA FOKUS


Data fokus Problem Etiologi
DS : Domain 2 : nutrisi Kelebihan Asupan
- Pasien mengatakan minum Kelas 5 : hidrasi Cairan
tidak diukur 00026 : Kelebihan
- Pasien mengatakan sesak volume cairan
DO:
- Oedem ekstermitas bawah
- Pitting edema 3 detik
- Hb 8,0 g/dl
- TD: 155/96mmHg, N 92x/m
S: 36,2 RR: 24X/mnt
- Bunyi napas tambahan ronchi+/+
- Dispnea
- Distensi vena jugularis
- Ortopnea
DS : Pasien mengatakan Domain 4 Ketidakseimbangan
sesak nafas sejak dua hari aktivitas/istirahat antara suplai dan
yang lalu sebelum masuk Kelas 4 : respon kebutuhan oksigen
RS semakin lama semakin kardiovaskular/
sesak. pulmonal
DO : 00094 : intoleransi
- BP:140/90 mmHg aktifitas
- N : 99x/mnt
- S: 36,5 ˚C
- RR : 24x/mnt
- Tidur memakai dua bantal
karena sesak
- ADL dibantu keluarga
- Kekuatan otot skala 4
- Orthopneu,
- Ketidaknyamanan setelah
50

aktifitas
- Dispnea setelah aktifitas
- Keletihan
- Kelemahan umum
DS : Domain 12 : Rasa makanan/
- Pasien mengatakan nafsu kenyamanan minuman yang
makan selama sakit berkurang Kelas 1 : tidak enak
- Pasien mengatakan makan kenyamanan fisik
sedikit 00134 : Mual
- Pasien mengatakan mual dan
rasa asam dimulut
DO :
- Keengganan terhadap makan
- Porsi makan pasien hanya 5
sendok dan snack sedikit
- IMT = 22,04
Ds : Domain 2 : Nutrisi
- Pasien mengatakan Kelas 4 :
mempunyai riwayat penyakit metabolisme
DM sejak 5 tahun yang lalu Diagnosa : Resiko
- Pasien mengatakan pola ketidakstabilan kadar
makan ibunya tidak terkontrol gula darah (00179)
Do :
- Kulit klien tampak pucat
- Bibir klien tampak kering
- Hasil GDS : 615 mg/dl tgl
19/7/19
- TD : 155/94 mmHg
N : 92 x/menit, RR 24,
51

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)


1. Domain 2 : nutrisi
Kelas 5 : hidrasi
00026 : Kelebihan volume cairan

2. Domain 4 aktivitas/istirahat
Kelas 4 : respon kardiovaskular/ pulmonal
00094 : intoleransi aktifitas

3. Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
00134 : Mual

4. Domain 2 : Nutrisi
Kelas 4 : metabolisme
Diagnosa : Resiko ketidakstabilan kadar gula darah (00179)
52

3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No. Diagnosa NOC NIC
1 Domain 2 : nutrisi Setelah dilakukan tidakan keperawatan Domain 2 Fisiologi : kompleks
Kelas 5 : hidrasi 3x24 jam diharapkan masalah Kelas N : manajemen perfusi jaringan
00026 : Kelebihan volume hypervolemia teratasi dengan kriteria 4170 :Manajemen hypervolemia
cairan hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (edema)
DS : Domain 2: kesehatan fisiologis 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
- Pasien mengatakan minum Kelas G: Cairan dan elektrolit 3. Monitor status hemodinamik
tidak diukur 0601 : Keseimbangan cairan 4. Monitor intake dan output cairan
- Pasien mengatakan sesak 060101: tekanan darah (2-4) 5. Batasi asupan cairan dan garam
DO: 060122: Nadi (2-4) 6. Tinggikan kepala 30-400
- Oedem ekstermitas bawah 060109: berat badan stabil 7. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam
- Pitting edema 3 detik sehari
- Hb 8,0 g/dl 8. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
- TD: 155/96mmHg, N 92x/m haluaran urin
S: 36,2 RR: 24X/mnt 9. Ajarkan cara membatasi cairan
- Bunyi napas tambahan 10. Mananajemen hemodialisis
ronchi+/+
- Dispnea
53

No. Diagnosa NOC NIC


- Distensi vena jugularis
- Ortopnea
2 Domain 4 aktivitas/istirahat Domain :3 : Perilaku
Kelas 4 respon kardiovaskular/ Setelah dilakukan tidakan keperawatan Kelas O : terapi perilaku
pulmonal selama 3x24 jam harapkan intoleransi 4310 : Terapi aktivitas
00094 intoleransi aktifitas akatifitas teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pertimbangan kemmapuan klien dalam
DS : Pasien mengatakan Domain 1: Fungsi Kesehatan beraktivitas
sesak nafas sejak dua hari Kelas A: Pemeliharaan Energi Jaringan 2. Bantu pasien mengekspolari tujuan personal dari
yang lalu sebelum masuk 0005: Toleransi terhadap aktivitas aktivitas
RS semakin lama semakin - 000501 Saturasi oksigen ketika 3. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
sesak. beraktivitas (2-4) 4. Bantu klien melakukan aktifitas
DO : - 000502 frekuensi nadi ketika 5. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang
- BP:140/90 mmHg beraktivitas (2-4) diinginkan
- N : 99x/mnt 6. Bantu dengan aktivitas
- S: 36,5 ˚C Domain 1: fisiologi dasar
- RR : 24x/mnt Kelas A : manajemen aktivitas dan latihan
- Tidur memakai dua bantal 0180 : Manajemen energi
karena sesak 1. Kaji ststus fisiologis pasien yang menyebabkan
54

No. Diagnosa NOC NIC


- ADL dibantu keluarga kelelahan
- Kekuatan otot skala 4 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara
- Orthopneu, verbal menegenai keterrrbatttasan yang dialami
- Ketidaknyamanan setelah 3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan
aktifitas 4. Tentukan jenis bahayanya aktivitas yang
- Dispnea setelah aktifitas dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
- Keletihan 5. Monitor intake dan output
- Kelemahan umum 6. Monitor waktu istirahat pasien
7. Kurangi ketidaknyamana fisik
8. Batasi dan gangguan jumlah pengunjung
9. Anjurkan tidur siang bila diperlukan
10. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
11. Monitor respon oksigen pasien saat perawatan
maupun saat melakukan aktivitas
3 Domain 12 : kenyamanan Setelah dilakukan tidakan keperawatan Domain 1 : Fisiologi dasar
Kelas 1 : kenyamanan fisik selama 3x24 jam harapkan intoleransi Kelas E : peningkatan kenyamanan fisik
00134 : Mual akatifitas mual teratasi dengan kriteria 1450 : manajemen mual
DS : hasil: 1. Dorong pasien untuk belajar mengatasiii mual
55

No. Diagnosa NOC NIC


- Pasien mengatakan nafsu Domain 1: Fungsi Kesehatan 2. Observasi tanda-tanda ketidaknyamanan
makan selama sakit berkurang Kelas A: Pemeliharaan Energi Jaringan 3. Evaluasi pengalaman masa lalu terhadap mual
- Pasien mengatakan makan 0005: Toleransi terhadap aktivitas 4. Identifikasi penyebab mual
sedikit - 000501 Saturasi oksigen ketika 5. Ajari tehnik relaksasi untuk mengatasi mual
- Pasien mengatakan mual dan beraktivitas (2-4) 6. Lakukan kebersihan mulut sesering mungkin
rasa asam dimulut - 000502 frekuensi nadi ketika untuk meningkatkan kenyamanan
DO : beraktivitas (2-4) 7. Monitor asupan makanan terhadap kandungan
- Keengganan terhadap makan gizi dan kalori
- Porsi makan pasien hanya 5 8. Timbang berat badan secara teratur
sendok dan snack 9. Berikan informasi mengenai mual
- IMT = 22,04 10. Dorong makan dengan prosi sedikit tapi sering
11. Bantu untuk mencari dan memberikan dukungan
emosional.
4 Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Domain 2 : Fisiologis kompleks
Kelas 4 : metabolisme keperawatan selama 3x 24 jam Kelas G : Manajemen elektrolit dan asam basa
Diagnosa : resiko diharapkan masalah resiko 2120 Manajemen hiperglikemia
ketidaksatabilan kadar gula ketidakstabilan kadar glukosa darah 1. Monitor kadar glukosa darah
darah (00179) dapat teratasi dengan Kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (poliuri,
56

No. Diagnosa NOC NIC


Ds : Domain 2 : kesehatan fisiologis polidipsi, polifagi, kelemahan, sakit kepala )
- Pasien mengatakan Kelas A : respon terapeutik 3. Monitor keton urin
mempunyai riwayat 2300 level glukosa darah 4. Monitor nadi dan tekanan darah ortostatik
penyakit DM sejak 5 tahun 230001 glukosa darah (3-5) 5. Memonitor kadar glukosa darah
yang lalu 230007 glukosa dalam urin (3-5) 6. Monitor status cairan
- Pasien mengatakan pola Domain 4 : pengetahuan kesehatan dan 7. Konsultasikan kepada dokter jika tanda dan gejala
makan ibunya tidak perilaku hiperglikemia menetap atau memburuk
terkontrol Kelas FF : manajemen kesehatan 8. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Do : 1619 manajemen diri: diabetes 9. Ajarkan pasien dan orang lain tentang
- Kulit klien tampak pucat 161911 memonitor glukosa darah (3-5) pencegahan, pengenalan dan manajemen
- Bibir klien tampak kering 161912 memperhatikan gejala hiperglikemia
- Hasil GDS : 615 mg/dl tgl hiperglikemia (3-5) 10. Dorong pasien untuk bias memonitor kadar
19/7/19 161929 menggunakan prosedur yang glukosa darah sendiri
- TD : 155/94 mmHg benar untuk pemberian insulin 11. Periksa kadar gula darah
N : 92 x/menit, RR 24,
57

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN


NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF
JAM
1 Domain 2 : nutrisi 22/7/19 1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia S:
Kelas 5 : hidrasi 15.00 (edema) - Pasien mengatakan sesak masih ada
00026 : Kelebihan Hasil : edema di kedua tungkai, fiting edema 3 detik - Pasien mengatakan akan membatasi
volume cairan 15.15 2. Mengidentifikasi penyebab hypervolemia minum 500cc/hari
Hasil : minum tidak diukur O:
15.30 3. Memonitor status hemodinamik - Edema ekstermitas masih ada
Hasil : kesadaran compos mentis , GCS 15, TD - Pitting edema 3 detik
150/90 mmHg, HR 90x/m, suhu 36,7 0C, RR 24 - Terpasang vem plon(+),minum s/d jam 4
x/m, oksigen 3 Lpm nasal, Saturasi 98%, ortopnea + sore 800c, urin 1000cc
15.45 4. Memonitor intake dan output cairan - Kesadaran compos mentis, GCS 15
Hasil :vem plon(+), minum s/d jam 4 sore 800c, - TD 150/90 mmHg, HR 90x/m, suhu 36,7
0
16.00 urin 1000cc C, RR 24 x/m
5. Membatasi asupan cairan dan garam - Posisi tidur fowler
16.05 Hasil : pasien dan keluarga kooperatif - oksigen 3 Lpm nasal, Saturasi 98%
6. Mengajarkan cara membatasi cairan - ortopnea (+)
Hasil : pasien mengerti minum dalam sehari hanya A: Masalah hypervolemia teratasi sebagian
58

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
16.10 500 cc P : Lanjutkan intervensi
7. Tinggikan kepala 30-400 (fowler) 1. Monitor intake dan output cairan
16.15 Hasil : Pasien tampak nyaman 2. Ajarkan cara mengukur dan mencatat
8. Mengajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran urin
asupan dan haluaran urin 3. Ajarkan cara membatasi cairan
Hasil : pasien dan keluarga kooperatif dan
16.20 menampung urin kemudian mencatat
9. Melakukan Terapi hemodialysis
Hasli : mengantar pasien untuk dilakukan dialysis ke
ruang HD
2 Domain 4 22/7/19 1. Mengkaji ststus fisiologis pasien yang S:
aktivitas/istirahat 15.00 menyebabkan kelelahan - Pasien mengatakan sesak masih ada
Kelas 4 respon Hasil : anemia hb 8.0 g/dL, oedema, ortopnea, ADL - Pasien mengatakan badan terasa lemas
kardiovaskular/ dibantu, sesak dan letih dan lelah
pulmonal 15.15 2. Mempertimbangan kemampuan klien dalam O:
00094 intoleransi beraktivitas - Kesadaran compos mentis, GCS 15
aktifitas Hasil : pasien masih tampak lemas, aktifitas - ADL dibantu
59

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
bertahap, mengatakan letih - Oksigen 3 LPM
15.30 3. Membantu pasien mengekspolari tujuan A:
personal dari aktivitas Masalah intoleransi aktivitas teratasi
Hasil : hasil pasien mengatakan ingin sembuh dan sebagian
dapat berkativitas seperti dulu P:
15.45 4. Membantu klien melakukan aktifitas 1. Latih dan ajarkan terapi progressive
Hasil : Aktifitas pasien dibantu oleh perawat dan muscle relaxation (PMR)
istrinya secara bertahap 2. Bantu pasien melakukan aktivitas
16.00 5. Memilih intervensi untuk mengurangi kelelahan 3. Anjurkan melakukan aktivitas secara
Hasil : rencana akan dilakukan terapi progressive bertahap
muscle relaxation (PMR) besok
16.05 6. Memonitor intake dan output
Hasil : minum 1000 cc, urine 1200cc
16.08 7. Memonitor waktu istirahat pasien
Hasil : pasien sulit untuk beristirahat karena masih
sesak tapi merasa lebih baik jika selesai HD
16.10 8. Membatasi dan gangguan jumlah pengunjung
60

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
Hasil : keluarga kooperatif
16.15 9. Menganjurkan tidur siang bila diperlukan
Hasil : pasien mengerti dan akan tidur siang besok
16.18 10. Membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
Hasil : ADL dibantu oleh perawat dan istri
16.20 11. Memonitor respon oksigen pasien saat
perawatan maupun saat melakukan aktivitas
Hasil : pasien tampak nyaman dan sesak berkurang
3 Domain 12 : 22/7/19 1. Mendorong pasien untuk belajar mengatasi S: Pasien
kenyamanan 15.00 mual - Pasien mengatakan mual berkurang
Kelas 1 : Hasil : pasien akan berusaha untuk makan yang O:
kenyamanan fisik banyak - Pasien tampak makan sedikit-sedikit
00134 : Mual 15.15 2. Mengobservasi tanda-tanda ketidaknyamanan - Porsi makan ½ dan snack
Hasil : pasien tampak sesak A: Masalah mual teratasi sebagian
15.30 3. Mengevaluasi pengalaman masa lalu terhadap P: Lanjutkan intervensi
mual 1. Dorong makan dengan prosi sedikit tapi
Hasil : pasien mengatakan sebelum sakit makannya sering
61

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
banyak dan tidak pernah mual 2. Kolaborasi pemberian obat antiemetik
15.45 4. Mengidentifikasi penyebab mual
Hasil : Ureum 163, creatinin 6,8 mg/dL
16.00 5. Mengajari tehnik relaksasi untuk mengatasi
mual
16.05 Hasil : pasien melakukakannya dihadapan perawat
6. Menganjurkan untuk melakukan kebersihan
mulut sesering mungkin
16.10 Hasil : pasien kooperatif
7. Memberikan informasi mengenai mual
Hasil : mual bisa terjadi karena fungsi ginjal yang
16.15 menurun dan racun menumpuk di tubuh
8. Mendorong makan dengan porsi sedikit tapi
sering
17.00 Hasil : porsi makan habis ½ porsi
9. Kolaborasi pemberian antiemetic
Hasil : ranitidine 2x1 amp IV
62

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
4 Domain 2 : Nutrisi 22/7/19 1. Melakukan pemeriksaan GDS S : pasien mengatakan tidak mengontrol
Kelas 4 : 15.30 Hasil : GDS : 148 mg/dl ( 22-7-19) pola makan
metabolisme 15.45 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia
Diagnosa : Resiko (poliuri, polidipsi, polifagi, kelemahan, sakit O : - hasil GDS : 148 mg/dl
ketidakstabilan kepala) - Bibir klien tampak kering
kadar gula darah Hasil : pasien mengatakan sering haus dan badan - Konjungtiva tampak pucat
(00179) lemas - Warna kulit klien tampak pucat
16.00 3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar
hiperglikemia glukosa dalam darah teratasi sebagian
Hasil : pasien dan istri mengatakan selama dirumah P : Intervensi dilanjutkan
menyuntikan insulin tidak teratur sesuai anjuran - Monitor kadar glukosa darah
dokter
16.30 4. Mengajarkan pasien keluarga tentang
pencegahan, pengenalan dan manajemen
hiperglikemia
Hasil : pasien dan keluarga kooperatif
17.00 5. Kolaborasi pemberian insulin
63

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
Hasil : Novorapid 3x25 unit SC
5 Domain 2 : nutrisi 23/7/19 1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia S:
Kelas 5 : hidrasi 15.00 (edema) - Pasien mengatakan sesak berkurang
00026 : Kelebihan Hasil : Edema di kedua tungkai, Pitting edema 3 - Pasien mengatakan akan membatasi
volume cairan detik minum 500cc/hari
15.15 2. Memonitor status hemodinamik O:
Hasil : kesadaran compos mentis , GCS 15, TD - Edema ekstermitas masih ada,
150/90 mmHg, HR 90x/m, suhu 36,7 0C, RR 24 - Pitting edema 3 detik
x/m, oksigen 3 Lpm nasal, Saturasi 98%, - Minum sampai jam 4 sore 400cc, urin
ortopnea + 800cc
15.30 3. Memonitor intake dan output cairan - kesadaran compos mentis , GCS 15, TD
Hasil : minum s/d jam 4 sore 400c, urin 800cc 150/90 mmHg, HR 90x/m, suhu 36,7 0C,
16.00 4. Mengajarkan cara membatasi cairan RR 24 x/m, oksigen 3 Lpm nasal, Saturasi
Hasil : pasien mengerti minum dalam sehari hanya 98%, ortopnea +
500 cc, tetapi pasirn merasa haus - Posisi tidur fowler
16.30 5. Mengajarkan tehnik mengurangi rasa haus A: Masalah hypervolemia teratasi sebagian
Hasil : pasien mampu mengulang kembali tentang P : Lanjutkan intervensi
64

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
mengurangi haus dengan mengulum es batu, 1. Monitor intake dan output cairan
menghisap permen rendah gula, minum obat 2. Ajarkan cara membatasi cairan
sekalian menelan makan.

6 Domain 4 23/7/19 1. Mempertimbangan kemampuan klien dalam S:


aktivitas/istirahat 15.00 beraktivitas - Pasien mengatakan letih berkurang
Kelas 4 respon Hasil : pasien masih tampak lemas, aktifitas - Pasien mengatakan otot-otot tidak kaku
kardiovaskular/ bertahap - Pasien mengatakan lebih segar
pulmonal 15.15 2. Membantu klien melakukan aktifitas - Pasien mengatakan merasa lebih baik
00094 intoleransi Hasil : Aktifitas pasien dibantu oleh perawat dan O:
aktifitas istrinya secara bertahap - Kesadaran compos mentis, GCS 15
15.30 3. Melakukan Terapi progressive muscle - ADL dibantu
relaxation (PMR) - Oksigen 3 LPM
Hasil : pasien kooperatif, mengungkapkan perasaan - Pasien tampak nyaman
segar dan lebih rileks , otot-ototnya tidak kaku A:
pasien merasa lebih baik, letih berkurang Masalah intoleransi aktivitas teratasi
17.00 4. Membatasi dan gangguan jumlah pengunjung sebagian
65

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
Hasil : keluarga kooperatif P:
17.30 5. Memonitor respon oksigen pasien saat 1. Latih dan ajarkan terapi progressive
perawatan maupun saat melakukan aktivitas muscle relaxation (PMR)
Hasil : pasien tampak nyaman dan sesak berkurang 2. Bantu klien melakukan aktifitas
3. Ajarkan pasien melakukan aktivitas
secara bertahap
7 Domain 12 : 23/7/19 1. Mengajari tehnik relaksasi untuk mengatasi S: Pasien
kenyamanan 16.00 mual - Pasien mengatakan mual berkurang
Kelas 1 : Hasil : pasien melakukakannya dihadapan perawat O:
kenyamanan fisik 16.30 2. Menganjurkan untuk melakukan kebersihan - Pasien tampak makan sedikit-sedikit
00134 : Mual mulut sesering mungkin untuk meningkatkan - Porsi makan ½ porsi dan snack
kenyamanan A: Masalah mual teratasi sebagian
Hasil : pasien kooperatif P: Lanjutkan intervensi
17.00 3. Memonitor asupan makanan terhadap asupan 1. Dorong makan dengan prosi sedikit tapi
gizi dan kalori sering
Hasil : makan habis ½ porsi 2. Kolaborasi pemberian obat antiemetik
17.15 4. Mendorong makan dengan porssi sedikit tapi
66

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
sering
Hasil : pasien kooperatif
17.30 5. Kolaborasi pemberian antiemetic
Hasil : ranitidine 2x1 amp IV
8 Domain 2 : Nutrisi 23/7/19 1. Melakukan pemeriksaan GDS S : pasien mengatakan memakan makanan
Kelas 4 : 15.30 Hasil : GDS : 129 mg/dl ( 23-7-19) yang disediakan RS
metabolisme 16.30 2. Memonitor status cairan O : - hasil GDS : 129 mg/dl
Diagnosa : Resiko Hasil : pembatasan cairan 500 cc/hari - Bibir klien tampak kering
ketidakstabilan 16.45 3. Mengajarkan pasien keluarga tentang - Konjungtiva tampak pucat
kadar gula darah pencegahan, pengenalan dan manajemen - Warna kulit klien tampak pucat
(00179) hiperglikemia A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar
Hasil : pasien dan keluarga kooperatif glukosa dalam darah teratasi sebagian
17.00 4. Kolaborasi pemberian insulin P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : Novorapid 3x25 unit SC - Monitor kadar glukosa darah
9 Domain 2 : nutrisi 24/7/19 1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia S: 5
Kelas 5 : hidrasi 15.00 (edema) - Pasien mengatakan sesak masih ada
00026 : Kelebihan Hasil : Edema di kedua tungkai, pitting edema 3 - Pasien mengatakan akan membatasi
67

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
volume cairan 15.15 detik minum 500cc/hari
2. Memonitor status hemodinamik O:
Hasil : kesadaran compos mentis , GCS 15, TD - Edema ekstermitas masih ada
140/80 mmHg, HR 90x/m, suhu 36,5 0C, RR 22 - Pitting edema 3 detik
x/m, oksigen 3 Lpm nasal, Saturasi 99%, - Kesadaran compos mentis, GCS 15
15.30 ortopnea + berkurang - TD 140/80 mmHg, HR 90x/m, suhu 36,5
0
3. Memonitor intake dan output cairan C, RR 22 x/m
Hasil : minum s/d jam 4 sore 400c, urin 700cc - Posisi tidur fowler
- oksigen 3 Lpm nasal, Saturasi 97%
- ortopnea berkurang
- minum s/d jam 4 sore 400c, urin 700cc
A: Masalah hypervolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor intake dan output cairan
2. Ajarkan cara membatasi cairan
3. Rencana Tranfusi on HD tgl 25/07/19
2 bag (500cc), UFG 3000cc
68

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
10 Domain 4 24/7/19 1. Membantu klien melakukan aktifitas S: 6
aktivitas/istirahat 15.00 Hasil : Aktifitas pasien dibantu oleh perawat dan - Pasien mengatakan letih berkurang
Kelas 4 respon istrinya secara bertahap - Pasien mengatakan lebih segar, otot-otot
kardiovaskular/ 15.15 2. Melakukan Terapi progressive muscle tidak kaku
pulmonal relaxation (PMR) - Pasien mengatakan merasa lebih baik
00094 intoleransi Hasil : pasien kooperatif, mengungkapkan perasaan O:
aktifitas segar dan lebih rileks , otot-ototnya tidak kaku - Kesadaran compos mentis, GCS 15
pasien merasa lebih baik, letih berkurang - ADL dibantu
- Oksigen 3 LPM
- Pasien tampak nyaman
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi
sebagian
P:
1. Latih dan ajarkan terapi progressive
muscle relaxation (PMR)
2. Ajarkan pasien melakukan aktivitas
69

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
secara bertahap
11 Domain 12 : 24/7/19 1. Mengajari tehnik relaksasi untuk mengatasi S: Pasien 7
kenyamanan 17.00 mual - Pasien mengatakan mual berkurang
Kelas 1 : Hasil : pasien melakukakannya dihadapan perawat O:
kenyamanan fisik 17.15 2. Memonitor asupan makanan terhadap asupan - Pasien tampak makan sedikit-sedikit
00134 : Mual gizi dan kalori - Porsi makan 2/3 porsi
Hasil : makan habis 2/3 porsi A: Masalah mual teratasi sebagian
17.30 3. Mendorong makan dengan porssi sedikit tapi P: Lanjutkan intervensi
sering 1. Dorong makan dengan prosi sedikit tapi
Hasil : pasien kooperatif sering
17.35 4. Kolaborasi pemberian antiemetic 2. Kolaborasi pemberian obat antiemetik
Hasil : ranitidine 2x1 amp IV
12 Domain 2 : Nutrisi 24/7/19 1. Melakukan pemeriksaan GDS S : pasien mengatakan tidak mengontrol 8
Kelas 4 : 15.30 Hasil : GDS : 165 mg/dl ( 24-7-19) pola makan
metabolisme 16.30 2. Memonitor status cairan O : - hasil GDS : 165 mg/dl
Diagnosa : Resiko Hasil : pembatasan cairan 500 cc/hari - Bibir klien tampak kering
ketidakstabilan 16.45 3. Mengajarkan pasien keluarga tentang - Konjungtiva tampak pucat
70

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
kadar gula darah pencegahan, pengenalan dan manajemen - Warna kulit klien tampak pucat
(00179) hiperglikemia A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar
Hasil : pasien dan keluarga kooperatif glukosa dalam darah teratasi sebagian
17.00 4. Kolaborasi pemberian insulin P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : Novorapid 3x25 unit SC - Monitor kadar glukosa darah
13 Domain 2 : nutrisi 25/7/19 1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia S: 5
Kelas 5 : hidrasi 14.00 (edema) - Pasien mengatakan sesak berkurang
00026 : Kelebihan Hasil : edema di kedua tungkai berkurang, ptting - Pasien mengatakan akan membatasi
volume cairan 14.15 edema 2 detik minum 500cc/hari
2. Memonitor status hemodinamik O:
Hasil : kesadaran compos mentis , GCS 15, TD - Edema kedua tungkai berkurang
130/80 mmHg, HR 84x/m, suhu 36 0C, RR 22 - Pitting edema 2 detik
x/m, oksigen 3 Lpm nasal lepas pakai, Saturasi - Kesadaran compos mentis, GCS 15
14.20 99%, ortopnea berkurang - TD 130/80 mmHg, HR 84x/m, suhu 36
0
3. Mengantar pasien ke ruang HD untuk HD C, RR 22 x/m
17.30 Hasil : HD 3 jam, Transfusi PRC on HD 2 bag - Posisi tidur semi fowler
4. Memonitor intake dan output cairan - oksigen 3 Lpm nasal lepas pakai
71

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
Hasil : minum s/d jam 4 sore 400, urin + penarikan - ortopnea berkurang
HD 3000cc A: Masalah hypervolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor intake dan output cairan
2. Ajarkan cara membatasi cairan
3. Monitor hasil laboratorium
14 Domain 4 25/7/19 1. Membantu klien melakukan aktifitas S: 6
aktivitas/istirahat 17.00 Hasil : Aktifitas pasien dibantu oleh perawat dan - Pasien mengatakan letih berkurang
Kelas 4 respon istrinya secara bertahap - Pasien mengatakan lebih segar otot-otot
kardiovaskular/ 17.30 2. Melakukan Terapi progressive muscle tidak kaku
pulmonal relaxation (PMR) - Pasien mengatakan merasa lebih baik
00094 intoleransi Hasil : pasien kooperatif, mengungkapkan perasaan - Pasien akan mengatakan melakukan
aktifitas segar dan lebih rileks , otot-ototnya tidak kaku PMR di rumah setelah pulang dari RS
pasien merasa lebih baik, letih berkurang, pasien O:
akan melakukannya saat pulang dari RS - Kesadaran compos mentis, GCS 15
- ADL dibantu
- Oksigen 3 LPM
72

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
- Pasien tampak nyaman
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi
sebagian
P:
1. Latih dan ajarkan terapi progressive
muscle relaxation (PMR)
2. Ajarkan pasien melakukan aktivitas
secara bertahap
15 Domain 12 : 25/7/19 1. Memonitor asupan makanan terhadap asupan S: Pasien 7
kenyamanan 17.00 gizi dan kalori - Pasien mengatakan mual berkurang
Kelas 1 : Hasil : makan habis ¾ porsi O:
kenyamanan fisik 17.15 2. Mendorong makan dengan porssi sedikit tapi - Pasien tampak makan sedikit-sedikit
00134 : Mual sering - Porsi makan ¾ porsi
Hasil : pasien kooperatif A: Masalah mual teratasi sebagian
17.30 3. Kolaborasi pemberian antiemetic P: Lanjutkan intervensi
Hasil : ranitidine 2x1 amp IV 1. Dorong makan dengan prosi sedikit tapi
73

NO DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/SOAP PARAF


JAM
sering
2. Kolaborasi pemberian obat antiemetik
16 Domain 2 : Nutrisi 25/7/19 1. Melakukan pemeriksaan GDS S : pasien mengatakan tidak mengontrol
Kelas 4 : 17.00 Hasil : GDS : 186 mg/dl ( 25-7-19) pola makan
metabolisme 17.10 2. Kolaborasi pemberian insulin O : - hasil GDS : 186 mg/dl
Diagnosa : Resiko Hasil : Novorapid 3x25 unit SC A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar
ketidakstabilan glukosa dalam darah teratasi sebagian
kadar gula darah P : Intervensi dilanjutkan
(00179) - Monitor kadar glukosa darah
74

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, CKD St 5 terjadi pada seorang laki-laki berumur 50 tahun
dengan riwayat DM tipe 2 dan hipertensi, sebelumnya pada tanggal 13 juni 2019
pasien dirawat di RSUD Kota Tangerang dan menjalani inisiasi HD 1x pada
tanggal 17 Juni 2019 dan kemudian pasien Kontrol ke poli ginjal hipertensi, 3
minggu post kontrol pasien mengeluh sesak berat dan tidak bisa ditahan, akhirnya
pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Tangerang pada tanggal 19 Juli 2019, dan
setelah di lakukan pemeriksaan oleh dokter pasien diputuskan untuk di rawat inap
dan harus dilakukan Hemodialisis rutin dan saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluh salah satunya yaitu keletihan (fatique).
Beberapa gejala yang paling umum pada pasien yang menjalani hemodialisis
adalah adanya kelemahan otot, kekurangan energi dan merasa letih (fatigue),
insomnia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dalam jangka panjang
pada pasien GGK (Murtaugh, Addington & Higginson, 2007 ; weisbord et al,
2005 dalam Fari, Aniska Indah.,2019). Fatigue didefinisikan sebagai rasa letih
luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya
secara terus - menerus (Horigan et al, 2012; Jhamb, et al., 2008; Gordon., Doyle.,
Johansen., 2011 dalam Fari, Aniska Indah.,2019). Munculnya keluhan fatigue
pada pasien yang menjalani hemodialisis bisa disebabkan oleh banyak faktor,
termasuk status nutrisi yang buruk, gangguan psikologis, perubahan kondisi
kesehatan, dan gangguan tidur yang buruk (Evans & Lambert, 2009).
Penanganan yang dapat dilakukan selain dari pemberian terapi farmakologi
untuk mengurangi fatigue dapat juga dilakukan terapi nonfarmakologi dalam
bentuk exercise, terapi tidur, akupuntur dan relaksasi (Escalante & Manzullo,
2007). Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan suatu terapi relaksasi
yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan
kemudian relaksasi, Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada
suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks (Herodes, 2010).

74
75

Saat melakukan PMR akan memunculkan respon relaksasi (trophotropic)


yang menstimulasi semua fungsi dimana kerjanya berlawanan dengan system
syaraf simpatis sehingga tercapai keadaan rileks dan tenang. Perasaan rileks akan
menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF) sehingga meningkatkan
produksi beberapa hormone seperti β-endorphin, Enkefalin dan Serotonin
(Ramdhani, 2008 dalam Kasron, 2017), yang secara fisiologis akan menyebabkan
penurunan denyut nadi dan tekanan darah, perubahan fungsi neuroendokrin
meningkatkan aliran darah sehingga mencapai keadan tenang psikologis dan
emosional (Conrad & Roth, 2007 dalam Kasron 2017).
Hasil implementasi pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada
pasien Tn. T yang dilakukan setiap hari selama 3 hari dari tanggal 23-25 Juli 2019
dalam waktu 20-30 menit yang terdiri dari 15 langkah melalui 2 tahapan yaitu
dengan memberikan tegangan pada kelompok otot (± 8 detik) dan melemaskan
kelompok otot tersebut (± 8 detik) kemudian dilanjutkan dengan rileksasi
menggunakan otot pernafasan secara perlahan dan dalam, sehingga dapat
meningkatkan oksigenisasi ke seluruh tubuh, kemudian di dapatkan hasil dari
implementasi tersebut pasien mengungkapkan perasaan segar dan lebih rileks,
otot-ototnya tidak kaku, pasien mengatakan letih berkurang, pasien mengatakan
merasa lebih baik. Pada saat dilakukan intervensi pasien kooperatif untuk
melaksanakan intervensi saat dirumah sakit dengan sangat baik, terlihat dari
antusiasme pasien dan keluarga saat dilakukan terapi dan pembelajaran tentang
tehnik ini.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi Herlina (2015)
tentang perubahan tingkat fatique melalui latihan Progressive Muscle Relaxation
(PMR) pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap tingkat fatique pada pasien antara sebelum
dan sesudah dilakukan PMR. Penelitian yang juga dilakukan oleh Aniska Indah F
(2019) tentang efektifitas Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan Relaxation
Breathing Exercise (RBE) terhadap tingkat fatique dan selfcare pasien GGK,
bahwa pemberian tehnik relaksasi secara kombinasi antara PMR dan RBE yang
digunakan sebagai intervensi keperawatan mandiri yang dapat diajarkan perawat
76

kepada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dapat menurunkan
tingkat fatigue dan meningkatkan tingkat selfcare.
Ahli Fisologis dan psikologis Emund Jacobson (1930., Sustrani dkk, 2004.,
dalam Alfiyanti, 2014) menjelaskan bahwa relaksasi otot progressif adalah cara
efektif untuk mengurangi tekanan akibat masalah psikologis, dimana kita bisa
belajar bagaimana mengistirahatkan otot-otot melalui suatu cara yang tepat.
Factor fisik dan psikologis pasien berbeda-beda dimana riwayat hemodialysis
yang berbeda (Schmidt, dkk 2013 dalam Fari, Aniska Indah., 2019). Oleh sebab
itu perlu pengkajian yang komprehensif daam mengkaji tingkat fatigue kepada
pasien sehingga akan terlihat jelas faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
fatigue pasien yang menjalani hemodialysis.
77

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemberian tehnik Progressive Muscle Relaxation (PMR) dapat
menurunkan ketegangan fisiologis dan secara langsung dapat mengurangi
fatique. Terapi ini digunakan sebagai intervensi keperawatan mandiri yang
dapat diajarkan oleh perawat kepada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis dalam menurunkan tingkat fatigue yang dirasakan
oleh pasien. Pelaksaanaan intervensi ini dapat dilakukkan di rumah oleh
pasien secara mandiri setiap hari dan rutin, oleh sebab itu pentingnya peran
perawat dalam melakukan intervensi dengan memberikan edukasi kepada
pasien dapat dijadikan panduan di ruangan dalam menurunkan tingkat
fatique.

B. Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan n
CKD St 5 on HD diperlukan usaha dari berbagai pihak, maka saran yang dapat
kelompok sampaikan yaitu :
1. Untuk mahasiswa
Mahasiswa dapat terus belajar dan mampu memperkaya wawasan selama
masih pembelajara di perkuliahan. Mahasiswa diharapakan dapat
menerapkan apa yang sudah di pelajari dari perkuliahan. Untuk
masyarakat luas diharapkan dapat menjaga kesehatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Dilihat dari kasus-kasus pada pasien CKD st 5 on HD, banyak penderita
yang mengalami kelelahan, sehingga pemberian pemberian tehnik
Progressive Muscle Relaxation (PMR) perlu. Selain itu Rumah sakit
seharusnya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan, fasilitas, edukasi
dan memberikan kepuasan pada pasien selama perawatan.
78

3. Bagi pembaca ataupun masyarakat luas


Dilihat dari pentingnya pemberian tehnik Progressive Muscle Relaxation
(PMR), maka diharapkan pembaca untuk dapat belajar dan menerapkan
pada anggota keluarga yang mengalami sakit CKD untuk meningkatkan
kualitas hidup. 77

Anda mungkin juga menyukai