OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perilaku, kebiasaan atau gaya hidup masyarakat serta kondisi lingkungan menjadi
Penderitanya tidak mengenal usia, dari anak, dewasa, hingga lanjut usia.
Kidney Disease (CKD) sebagai suatu kondisi adanya penurunan fungsi ginjal
mL/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih dengan adanya gejala
kategori penyakit ginjal stadium akhir (CKD stase 5) yang menandakan bahwa
ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik dalam waktu jangka panjang. Gagal
ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
hemodialisis, dan rawat jalan dalam waktu yang lama (Black & Hawks, 2014)
Menurut data dari (World Health Organization, 2015), angka penderita
gangguan ginjal cukup tinggi. Setiap tahunnya angka kejadian penyakit gagal
ginjal terus meningkat. Data di Amerika Serikat tahun 2015 menemukan bahwa
angka kejadian CKD mencapai 19,2 juta (11%) dari seluruh populasi dewasa dan
0,22% berada pada stadium akhir. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018 angka kejadian CKD di Indonesia yaitu sebesar 0,38% dari jumlah
jiwa yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia, angka ini mengalami
Pasien ketika awal terdiagnosa penyakit serius seperti CKD, tidak sedikit
dari mereka yang mengalami perasaan cemas akan banyak hal yang berhubungan
(Wakhid, et al., 2018). Pasien dengan gagal ginjal membutuhkan support system
yang adekuat, yang dapat memahami perasaannya, dan dapat dipercaya untuk
satu yang paling erat kaitannya yaitu teori tentang adaptasi agar pasien mampu
Pasien dengan CKD sering kali mengalami perubahan, baik secara fisik
itu, pasien sering kali mengalami gangguan konsep diri serta gangguan citra
tubuh dan sulit menerima dirinya karena perubahan yang terjadi pada gagal ginjal
(Morton, 2011). Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk menerapkan teori
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Kidney Disease (CKD). Penyakit ginjal kronik atau penyakit gagal ginjal
stadium akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer and Bare,
2014).
kerusakan Glomerular Fitration Rate (GFR) dengan angka GFR lebih dari 60
2. Klasifikasi
Perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk mengetahui
Stage 1 :
Kidney damage with normal or increase of GFR
GFR ≥ 90 (ml/menit/1.73m2 )
Stage 2 :
Stage 3 :
Stage 4 :
Stage 5 :
Kidney Failure
3. Etiologi
adalah diabetes melitus, selanjutnya diikuti oleh tekanan darah tinggi dan
hyperplasia prostate
kronik sering kali disebabkan oleh penyakit lain, penyebab yang sering
adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab lainnya dari
b. Dyslipidemia.
e. Preeklampsia
f. Obat-obatan
4. Patofisiologi
a. Hipertensi
yang permanen.
b. Diabetes Melitus
GFR.
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam
diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
c. Asidosis
d. Anemia
tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D
menurun.
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika
a. Mual
b. Muntah
e. Masalah tidur
6. Pemeriksaan Penunjang
dan keratin plasma. Hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi
ekstravaskular, masa
dan adanya obstruksi (batu). GFR / LFG dapat dihitung dengan formula
mL/detik/m2.
7. Komplikasi
a. Penyakit Tulang
b. Penyakit Kardiovaskuler.
c. Anemia.
sering mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita
dan terapi terhadap komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
fungsi ginjal tidak terjadi. Jika sudah terjadi penurunan LFG maka terapi
terhadap penyakit dasarnya ini sudah tidak banyak bermanfaat. Pencegahan dan
ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5 ketika LFG kurang dari
kesehatan dan lingkungan yang berkaitan dengan adaptasi. Proses ini dapat
keperawatan.
a. Input
yaitu:
yang negatif pada stimulus fokal. Contoh anemia dan isolasi sosial.
b. Kontrol
adalah respon neural dan brain system dan spinal cord yang
c. Output
berasal dari dalam maupun dari luar. Roy mengkategorikan output system
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal adaptif (Ardi,
2016).
Di bawah ini adalah model sistem adaptasi manusia (McEwen &
M. Wills, 2019) :
Gambar 1. Model sistem adaptif manusia (Sumber: Roy, C., & Andrews, HA (1999)
Model adaptasi Roy (edisi ke 2) Stamford, CT: Appleton & Lange, dikutip dari (McEwen
& M. Wills, 2019).
bahwa ada empat model adaptasi yang merupakan respon klien untuk
a) Mode Fungsi Fisiologis: proses fisik dan kimia yang terlibat dalam
dasar.
orang lain.
adaptasi.
a. Pengkajian Perilaku
tentang tingkat adaptasi saat ini dan untuk merencanakan intervensi yang
akan dilakukan. Pada awal hubungan perawat-klien, evaluasi menyeluruh
(Alligood, 2014).
b. Pengkajian stimulus
Alligood, 2014).
c. Diagnosis Keperawatan
d. Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan atau outcome pada dalam proses keperawatan
e. Intervensi
(Alligood, 2014).
f. Evaluasi
2014).
BAB III
ISI
Kasus
Pasien Tn.“S” usia 38 tahun masuk rumah sakit (RS) pada tanggal 22 Oktober
2022. Pasien masuk ruang perawatan dari ruang Hemodialisa (HD) dengan
keluhan lemas dan sesak setelah menjalani tindakan hemodialisa hari ini, juga
nampak bengkak pada kaki. Klien Tn.”S” 1 bulan lalu di diagnosis gagal ginjal
dan harus menjalani cuci darah 3 kali seminggu .Tn.“S” adalah seorang kepala
keluarga dengan 2 orang anak yang masih kecil, Tn.“S” bekerja sebagai guru di
sebuah Sekolah Dasar di daerahnya. Selama dalam perawatan pasien Tn.”S” lebih
banyak murung, saat ditanya oleh perawat, pasien mengatakan ia masih seperti
bermimpi harus mengidap penyakit gagal ginjal di usianya yang masih muda.
Tn.”S” mengatakan ia cemas akan istri dan anak-anaknya yang masih kecil.,
Tn.”S” memiliki Riwayat penyakit hipertensi sejak 6 tahun terakhir, dan tidak
rutin minum obat. 1 bulan lalu Tn.”S” masuk RS dengan keluhan demam, lemas,
nyeri pinggang, dan gatal-gatal, dan pada saat itu dokter mendiagnosis Tn.”S”
liter/menit. Hasil auskultasi didapatkan adanya bunyi ronchi pada kedua lapang
paru, ada batuk, dan retraksi dinding dada. Akral dingin, CRT <3 detik,
conjungtiva anemis, hasil laboratorium, Hb: 8,6 gr/dl, Ur: 213 mg/dl Cr: 8,6
Satu hari dirawat di ruang perawatan, pasien masih nampak lemas, sesak
vena. Pasien lebih banyak diam, hanya berbicara saat ditanya. Saat perawat “H”
kepada istri dan anak-anaknya yang masih kecil, ia masih nampak belum
terakhir, Tn.”S” hanya ditemani oleh istrinya, ia terpaksa berpisah dengan anak
Aktifivitas pasien Sebagian besar di tempat tidur karena masih sesak jika tidak
Istri pasien mengatakan Tn.”S” kadang sulit untuk tidur malam, gelisah seperti
Nama : Tn.”S”
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin :L
Pendidikan : S1
Agama : Islam
A. Alasan Masuk
Keluhan utama : lemas, sesak nafas setelah menjalani HD,
bengkak
pada kaki.
Riwayat Keluhan utama : Pasien mengalami sesak nafas sejak 2 hari
sebelum HD, memberat pada hari saat pasien
dilakukan HD, disertai perasaan lemas, pucat,
sehingga pasien di anjurkan untuk rawat inap.
B. Riwayat Kesehatan
Pasien didiagnosis menderita gagal ginjal sejak 1 bulan yang lalu, ia menjalani
HD reguler 2 kali dalam seminggu. Tn.”S” juga memiliki Riwayat penyakit
hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat, ia hanya minum
obat anti hipetensi jika merasakan gejala leher tegang dan sakit kepala.
PENGKAJIAN FISIK
A A 5 5
A A 5 5
Kulit : tak
a. Sensorik
Penglihatan : normal
Penciuman : normal
Pendengaran : normal
b. Kognitif
Orientasi : penuh
c. Motorik
c. Eliminasi
Warna : kuning
Frekuensi BAK : 2-3 kali, produksi urine sedikit
e. Olahraga : jarang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
WBC : 12.750
HGB : 8,4 gr/dl
Neut : 74,2
HCT: 25,9
MCV: 81,6
MCH: 28,7
Ur : 213 mg/dl
Cr: 8,6 mg/dl
PT: 13,5
APTT:66,3
2. Foto Thoraks : Efusi Pleura Bilateral
SPIRITUAL, KOMUNIKASI
Cemas : ada
Gelisah : ada
2. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pekerjaan : PNS
3. Spiritual
Agama : Islam
Menjalankan ibadah : ya
4. Budaya
5. Komunikasi
1. Oksigenasi
a. Ventilasi
Pengkajian Perilaku :
bentuk dan gerakan dada simetris, nampak retraksi dada, bunyi nafas
Pengkajian Stimulus:
b. Transportasi Gas
Pengkajian Perilaku :
dan regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada. CRT < 3 detik,
Pengkajian Stimulus :
Pengkajian Perilaku
anoreksia tidak ada, kesulitan menelan tidak ada, mukosa mulut lembab,
karies gigi tidak ada, tinggi badan 168 cm, berat badan 63 kg (IMT
22,32 kg/m2).
Pengkajian Stimulus
3. Eliminasi
Pengkajian Perilaku :
a. Buang air besar tidak ada masalah 1 x /hari, warna feces kuning,
b. Buang air kecil tidak lancar, produksi urine sedikit, kadang nyeri
pada pinggang.
Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: ada masalah pada pola BAK, BAK tidak lancar, urine
sedikit
Pengkajian Perilaku
Klien lebih banyak beraktivitas di tempat tidur karena sesak, namun
Pengkajian Stimulus
tidak ada.
Pengkajian Perilaku
Integritas kulit utuh, membrane mukosa normal, tidak ada luka atau
Pengkajian Stimulus
6. Sensasi
Pengkajian Perilaku
Pengkajian Stimulus
Pengkajian Perilaku
Masukan cairan +1000 ml/hari, klien menyadari pentingnya membatasi
cairan pada pasien dengan penyakit ginjal. Klien mengaku tidak lagi
Pengkajian Stimulus
8. Fungsi Neurologi
Pengkajian Perilaku
dan kontrol gerakan tubuh baik, fungsi sensorik dan motorik baik,
Pengkajian stimulus
9. Fungsi Endokrin
Pengkajian Perilaku
tidak ada.
Pengkajian Stimulus
Pengkajian Perilaku
di kampung.
pada segala hal yang dianjurkan oleh dokter dan akan menjaga
kesehatannya.
Ideal diri: ingin sehat dan aktif walau punya penyakit berat.
Pengkajian Stimulus
Pengkajian Perilaku
masih kecil.
Pengkajian Stimulus
Pengkajian Perilaku
Pengkajian Stimulus
aktivitas.
MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
Data Objektif
PEMBAHASAN
dilakukan dengan berdasar pada teori adaptasi dari Callista Roy. Teori Adaptasi
perilaku dan stimulus. Melalui pengkajian perilaku dan stimulus ini, diidentifikasi
intervensi keperawatan.
proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data yang sistematis, analisa
data oleh perawat yang profesional dalam bidang Kesehatan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari pengkajian perilaku dan stimulus pada pasien dapat
rencana keperawatan.
(PPNI, 2016) mendefenisikan diagnosis keperawatan sebagai suatu
penilaian kritis terhadap respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang bersifat aktual maupun potensial. Pada
pasien Tn. S, setelah dilakukan pengkajian perilaku dan stimulus melalui 4 mode
keperawatan yang merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
(PPNI, 2018). Dalam teori adaptasi Roy, intervensi apapun yang dilakukan dalam
penentuan intervensi keperawatan yang merujuk pada teori adaptasi Roy selalu
berdasar pada tujuan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi klien yang juga
PENUTUP
A. Kesimpulan
interdependen.
keperawatan.
B. Saran
lagi literatur sesuai Evidence Based Nursing terbaru, yang mungkin dapat
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2014
McEwen, M., & M. Wills, E. (2019). Theoretical Basis for Nursing (Fifth).
Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI (ed.); 1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Naha Medika
Siregar, D., Pakpahan, M., Togatorop, L. B., Manurung, E. I., Sitanggang, Y. F.,
Umara, A. F., Sihombing, R. M., Florensa, M. V. A., Perangin-angin, M. A.,
& Mukhoirotin. (2021). Pengantar Proses Keperawatan: Konsep, Teori dan
Aplikasi (A. Karim (ed.); Cetakan 1). Yayasan Kita Menulis.
Sudoyo.(2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Suzanne, S., Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Webster, A. C., Nagler, E. V., Morton, R. L., & Masson, P. (2017). Chronic
Kidney Disease. Lancet (London, England), 389(10075), 1238–1252.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)32064-5