Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SELFCARE DEGENERATIF

PENYAKIT DEGENERATIF GAGAL GINJAL

Kelompok 7

1. Dewi Nur S 201821007


2. Fani Agung M 201821015
3. Metri Satya D. 201821023
4. Silvy Ayuningtyas 201821033

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan adalah suatu proses alamiah yang pasti akan dialami
oleh setiap orang. Secara alamiah, sel-sel tubuh mengalami penurunan dalam
fungsinya akibat proses penuaan. Penurunan fungsi sel juga terjadi pada
penyakit degeneratif. Degeneratif menunjukkan proses yang lebih cepat dari
kerusakan neuron, myelin dan jaringan dengan akibat timbulnya produk-
produk degeneratif dan reaksi penghancuran sel yang hebat. Penyakit seperti
itu menunjukkan adanya penurunan daya tahan sel saraf dan mengakibatkan
kematian sel lebih cepat. Inilah yang disebut penyakit degeneratif, yaitu
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya sehingga sulit disembuhkan
kecuali hanya dicegah dan diminimalisasi baik rasa maupun dampaknya bagi
tubuh. Penyakit ini sejak usia tiga puluhan tahunpun sudah bisa menyerang,
apalagi pada usia 40, 50 dan 60 tahun, untuk itu perlu diwaspadai dan dicegah
sedini mungkin timbulnya penyakit ini. Penyakit yang masuk dalam
kelompok ini salah satunya adalah gagal ginjal.1
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal
untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksit uremik) di dalam darah. Penyebab gagal
ginjal di Indonesia sangat khas negara berkembang, yaitu radang ginjal,
infeksi ginjal, DM dan hipertensi. Kasus infeksi di Indonesia yang tinggi
menjadi penyebab gagal ginjal terbanyak di Indonesia (20%). Penderita Gagal
ginjal berada pada kisaran usia 50 tahun dan usia produktif, sedangkan pada
lansia terjadinya gagal ginjal karena DM dan hipertensi yang tidak diberikan
pengobatan dengan benar. Di Indonesia, prevelensi penyakit ginjal kronik
terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan studi epidemiologi PERNEFRI
tahun 2005 menunjukkan bahwa sebanyak 12,5% dari masyarakat diketahui
mengalami penyakit ginjal kronik. Berdasarkan data PERNEFRI, sampai
tahun 2012 pasien yang mengalami Penyakit Ginjal TahapAkhir mencapai
100.000 pasien.2
Penyakit ginjal kronik berkaitan erat dengan proses degeneratif
sebagai akibat dari kemunduran atau kerusakan fungsi organ-organ tubuh.
Penyakit degeneratif yang berhubungan dengan meningkatnya kejadian
penyakit ginjal kronik antara lain diabetes mellitus, hipertensi, penyakit
jantung koroner, dan penyakit metabolik lainnya yang dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Selain penyakit degeneratif, gaya hidup tidak sehat,
budaya, dan perubahan status sosial ekonomi juga memberikan dampak
terhadap peningkatan angka kejadian penyakit ginjal kronis.3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis
teori degeneratif yang berhubungan erat dengan patofisiologi penyakit
gagal ginjal.
2. Tujuan Khusus
2.1. Mengetahui definisi gagal ginjal
2.2. Mengetahui klasifikasi gagal ginjal kronik
2.3. Mengetahui etiologi gagal ginjal kronik
2.4. Mengetahui factor resiko terjadinya gagal ginjal kronik
2.5. Mengetahui patofisiologi gagal ginjal kronik
2.6. Mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronik
C. Manfaat
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan, acuan, dan pertimbangan terhadap keluhan dan
masalah yang dilaporkan pasien dan keluarga terkait penyakitnya
sehingga tenaga kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
menyiapkan strategi untuk menangani penyakit gagal ginjal kronik
pasien menjadi lebih baik serta meningkatkan keterlibatan keluarga
dalam mendorong dan mendukung kesembuhan pasien
2. Bagi Masyarakat
Peran dukungan keluarga dan masyarakat sangat penting, sehingga
diharapkan keluarga dan masyarakat memahami pentingnya dukungan
mereka untuk pasien gagal ginjal kronik
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi seluruh mahasiswa di STIKES
St.Elisabeth Semarang dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai
pasien gagal ginjal kronis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ginjal adalah organ utama sistem perkemihan yang memroses plasma
darah dan mengeluarkan buangan dalam bentuk urin melalui organ
perkemihan yang meliputi ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal
melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis. Ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai
macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit (Sherwood, 2001).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.4

B. Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR
(Glomerulo Filtration Rate). Stadium-stadium gagal ginjal kronis didasarkan
pada tingkat GFR yang tersisa5. Dan mencakup:
a. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari
normal.
b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan
sendiri karena beratnya beban yang mereka terima.
c. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin
banyak nefron yang mati.
d. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang
dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di
seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtrasi Glomerolus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73 m2 .
Berikut adalah klasifikasinya :

Derajad Penjelasan LFG (ml/mn/1,73 m2 )


1 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ≥ 90
Normal
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 60 – 89
Ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 30 – 59
Sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 15 – 29
Berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

C. Etiologi Gagal Ginjal


a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
Glomerulonefritis terbagi menjadi dua, yaitu glomerulonefritis akut dan
glomerulonefritis kronis. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat
respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus
beta A). Glomerulonefritis kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi
juga tubulus.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi
bakteri. Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung
kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah
dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus urinaria terjadi akibat pembesaran
kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu
terjadinya pielonefritis (Sloane, 2004).

c. Batu ginjal
Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat
mengalir bersama urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam
ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang
menyebar dari ginjal ke selangkangan (Sloane, 2004).
d. Penyakit polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan (Price dan Wilson, 2012).
e. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah
satu penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama..
Lebig dari sepertiga dari semua pasien baru yang masuk dalam program
ESRD (End Stage Renal Disease) menderita gagal ginjal. Diabetes
mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk.
Nefropati diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi
di ginjal pada diabetes mellitus.5

D. Faktor Resiko Terjadinya Gagal Ginjal Kronik


a. Riwayat Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama akan menyebabkan perubahan
resistensi arteriol aferen dan terjadi penyempitan arteriol aferen akibat
perubahan struktur mikrovaskuler. Kondisi ini akan menyebabkan
iskemik glomerular dan mengaktivaasi respon inflamasi. Hasilnya, akan
terjadi pelepasan mediator inflamasi, endotelin dan aktivasi angiotensin
II intrarenal. Kondisi ini akan menyebabkan terjadi apoptosis,
meningkatkan produksi matriks dan deposit pada mikrovaskuler
glomerulus dan terjadilah sklerosis glomerulus atau nefrosklerosis.

b. Riwayat Diabetes Melitus


Keadaan hiperglikemia yang lama akan berakibat buruk pada ginjal dan
dapat menyebabkan terjadinya fibrosis dan inflamasi pada glomerulus
dan tubulus. Kondisi ini menyebabkan percepatan kerusakan fungsi
ginjal.
c. Penggunaan obat yang berlebihan
Penggunaan obat penghilang nyeri secara berlebihan akan berhubungan
dengan kerusakan ginjal atau nefropati. Penggunaan obat untuk
menghilangkan rasa nyeri dan menekan radang dengan mekanisme kerja
menekan sintesis prostaglandin. Akibat menghambat sintesis
prostaglandin menyebabkan vasokontriksi renal, menurunkan aliran
darah ke ginjal, dan potensial menimbulkan iskemia glomerular.
d. Kebiasaan Merokok
Merokok juga berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi.
e. Kurang berolahraga
Kurangnya olahraga dapat berisiko terjadinya peningkatan tekanan darah,
Manfaat olah raga yang sering disebut olah raga isotonik seperti jalan
kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam
hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan hormone
noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan
darah ( Ariani, 2016).6

E. Patofisiologi Yang Berhubungan Dengan Teori Degeneratif Penyakit Gagal


Ginjal

penyakit ginjal kronik terjadi apabila kerusakan ginjal lebih dari tiga bulan dengan kelainan ginjal secara struktural atau

fungsional dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) atau GFR <60 ml/min/1.73 m2 (Smartet al., 2013). Fungsi

ginjal menurun secara menetap akibat kerusakan nefron yang berjalan secara kronis, progresif dan bersifat irreversible. Kondisi ini

mengakibatkan tubuh gagal mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan azotemia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2015 dan Syamsir, 2008).

Penyakit ginjal kronik berkaitan erat dengan proses degeneratif sebagai akibat dari kemunduran atau kerusakan fungsi

organ-organ tubuh. Penyakit degeneratif yang berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronik antara lain diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan penyakit metabolik lainnya yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal

(PERNEFRI, 2003). Selain penyakit degeneratif, gaya hidup tidak sehat, budaya, dan perubahan status sosial ekonomi juga

memberikan dampak

terhadap peningkatan angka kejadian penyakit ginjal kronis.

Patofisiologi GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awalnya tergantung


dari penyakit yang mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi
adalah sama. Pada diabetes melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah
sehingga terjadi nefropati diabetik, dimana terjadi peningkatan tekanan
glomerular sehingga terjadi ekspansi mesangial, hipertrofi glomerular. Semua
itu akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang mengarah pada
glomerulosklerosis (Sudoyo, 2009). Tingginya tekanan darah juga
menyebabkan terjadi GGK. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan
perlukaan pada arteriol aferen ginjal sehingga dapat terjadi penurunan filtrasi
(Rahman,dkk, 2013).
Pada pasien GGK, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam
tubuh. Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu
keseimbangan glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium
yang akan menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume cairan
ekstrasel. Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen
tubulus menuju kapiler peritubular 12 sehingga dapat terjadi hipertensi
.Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak
pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal mengakibatkan
gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari hipertensi.5

F. Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal.
1. Tindakan Konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif, pengobatan antara lain :
a. pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan,
b. pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi, hiperkalemia,
anemia, asidosis,
c. diet rendah fosfat.
2. Pengobatan hiperurisemia
Adapun jenis obat pilihan yang dapat mengobati hiperuremia pada
penyakit gagal ginjal lanjut adalah alopurinol. Efek kerja obat ini
mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagai
asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh (Guyton, 2007).
3. Dialisis
a. Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka
pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu) atau pada pasien
dengan gagal ginjal kronik stadium akhir atau End Stage Renal
Desease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau
permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermeabel
menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai
filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu.
b. TransplantasiTransplantasi Ginjal (TPG)
Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi mayoritas pasien
dengan penyakit renal tahap akhir hampir di seluruh dunia. Manfaat
transplantasi ginjal sudah jelas terbukti lebih baik dibandingkan
dengan dialisis terutama dalam hal perbaikan kualitas hidup. Salah
satu diantaranya adalah tercapainya tingkat kesegaran jasmani yang
lebih baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ginjal adalah organ utama sistem perkemihan yang memproses
plasma darah dan mengeluarkan buangan dalam bentuk urin melalui organ
perkemihan yang meliputi ureter, kandung kemih, dan uretra. Penyakit ginjal
kronik berkaitan erat dengan proses degeneratif sebagai akibat dari
kemunduran atau kerusakan fungsi organ-organ tubuh. Penyakit degenerative
yang berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronik
antara lain diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan
penyakit metabolik lainnya yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Adapun faktor penyebab gagal ginjal diantaranya hipertensi, diabetes melitus,
penggunaan obat yang berlebihan, kebiasaan merokok dan kurang
berolahraga.

B. Saran
1. Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal,
diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab
penyakit dari gagal ginjal.
2. Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya memberikan pendidikan
kesehatan mengenai bahaya dari penyakit gagal ginjal
DAFTAR PUSTAKA
1. Suiraoka IP. Penyakit Degeneratif (Mengenal, Mencegah dan Mengurangi
Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif). Yogyakarta. Medical Book. Hal.2,
36. 2012.
2. Nurcahyati Sofiana, Karim D. Implementasi Self Care Model dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 3 - Nomor 2 hal.26. 2016.
3. Astuti, Anggorowati, Kusuma. Self Management Terhadap Psychosocial
Adjustment Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12,
No.3 hal.182. 2017.
4. Arova F.N. Gambaran Selcare Management Pasien Gagal Ginjal Kronis
dengan Hemodialisis di Wilayah Tangerang Selatan Tahun 2013. Jakarta.
Hal.11 . 2013
5. Rositta ND. 2019. URL : https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1024/4/C
hapter2.pdf&ved=2ahUKEwj9_u_OpYDpAhXWbn0KHV6gA5kQFjAAe
gQIARAB&usg=AOvVaw1VS3wUIkkJAI-LeckAhv8a [diakses pada hari
Jumat, 24 April 2020 pukul 11.50 WIB]
6. Logani Intan, dkk. Faktor Risiko Terjadinya Gagal Ginjal Kronik di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT
Vol. 6 No. 3 hal.132-133. 2017.

Anda mungkin juga menyukai