Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PENANGANAN SYOK DAN RESUSITASI CAIRAN

Disusun oleh :
Kelompok 6
Maya Ratih Kurniasari 201821022
Metri Satya D 201821023
Nabila Septya N 201821025
Nadianovita F 201821026

DIII ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST.ELISABTEH SEMARANG
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah
shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara
cepatdapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/
karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin,
basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler. Syok
merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditasdan
mortalitas di instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit
(ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% jutaan penderita tersebar
diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1400 klien meninggal setiap
hari.Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak - anak setiap tahun di
seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok. Syok merupakan suatu
gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau perfusi
yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik
terutama di arteri,berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel
dan sangat kecilnya curah jantung. Seseorang dikatakan syok bila terdapat
ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh. Kegagalan
memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif,
gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita. Mempertahankan
perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital merupakan tindakan
yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok bukanlah
merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai
manifestasi hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel
akan kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik
tidak bisa dipertahakan,akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme
anaerob. Jalur metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul adenosine
triphosphate (ATP) per molekul glukosa dan asam laktat. Tanpa adanya
energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan, akibatnya
akan terjadi ketidakseimbangan pompa potassium sodium. Sel
membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas
mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel akan
rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas
di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi
fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan
kematian pada pasien syok. Penatalaksanaan keperawatan dengan kasus
syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan
Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat
serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu
dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ
tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai
penatalaksanaan keperawatan kegawat daruratan syok.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dan pembaca mampu memahami konsep
penatalaksanaan kegawat daruratan penanganan syok.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa dan pembaca mampu memahami
1) Pengertian tindakan penanganan syok
2) Tujuan tindakan penanganan syok
3) Indikasi penanganan syok
4) Kontraindikasi penanganan syok
5) Prosedur kerja (SOP) penanganan syok
C. Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca dan mahasiswa mampu
memahami konsep dasar syok dan mengaplikasikanya dalam penanganan
kegawat daruratan syok.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan untuk mengatasi syok
dan menggantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau
dehidrasi. Resusitasi cairan merupakan salah satu unsur penting dalam
penatalaksanaan kasus trauma. Tujuan utama dilakukannya resusitasi
cairan pada kasus trauma adalah untuk mencegah terjadinya hipotermia,
asidosis, dan koagulopati yang dapat mengakibatkan kerusakan organ
lebih lanjut. Pemberian jumlah dan jenis cairan resusitasi yang tepat dapat
menurunkan resiko kerusakan organ irreversibel akibat hipoperfusi
jaringan.
B. Tujuan
Untuk menggantikan volume cairan tubuh yang hilang sebelumnya,
menggantikan cairan hilang yang sedang berlangsung dan mencukupi
kebutuhan cairan sehari
C. Indikasi
indikasi resusitasi cairan adalah ketidakstabilan hemodinamik.
Ketidakstabilan hemodinamik atau syok yang diindikasikan untuk
mendapatkan resusitasi cairan, antara lain syok hipovolemik, syok
kardiogenik, dan syok distributif.
D. Kontraindikasi
Tidak terdapat kontraindikasi pada resusitasi cairan. Pemberian cairan
secara berlebih pada resusitasi cairan perlu dihindari pada pasien yang
tidak mengalami ketidakstabilan hemodinamik. Pemberian cairan secara
berlebih tidak sesuai indikasi akan menimbulkan komplikasi pada pasien
seperti edema paru akut hingga kematian. Pada kasus yang jarang terjadi,
pasien dapat mengalami reaksi alergi terhadap beberapa jenis cairan. Bila
pasien menunjukan reaksi alergi terhadap cairan yang diberikan,
pemberian cairan harus dihentikan segera
E. Prosedur Kerja(SOP)
Penatalaksanaan Syok Hipovolemik
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Suhu tubuh dipertahankan dengan
memakaikan selimut pada penderita untuk mencegah kedinginan dan
mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh
penderita karena akan sangat berbahaya.
b. Pemberian Cairan
1) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi
cairan ke dalam paru.
2) Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau
dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak
ada indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita
menjadi mual atau muntah. 4) Cairan intravena seperti larutan isotonik
kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi
cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial,
dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
5) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti
dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit
harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra
vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume
perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang
hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang
dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah
lengkap.
6) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
7) Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan
oksigenasi darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
8) Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat
canggih berupa pemasangan CVP, “Swan Ganz” kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penatalaksanaan keperawatan dengan kasus syok memerlukan tindakan
cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat
emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat
mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang
singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.
B. Saran
Agar dalam menangani syok yang sedang terjadi dapat menerapkan
tindakan yang sesuai dengan prosedur

DAFTAR PUSTAKA
1. (http://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/Unida-
Putri-syok-kardiogenik-dan-penaganannya.pdf)

Anda mungkin juga menyukai