Disusun Oleh:
JAUHARI ATTABRANI
20224663021
a) Definisi
progresif. Tahap terakhir dari gagal ginjal kronik yaitu gagal ginjal terminal
yang merupakan keadaan fungsi ginjal sudah sangat buruk. Tes klirens keatinin
dapat digunakan untuk menunjukkan perbedaan dari gagal ginjal kronik dengan
Gagal ginjal kronik adalah suatu kerusakan fungsi ginjal progresif sehingga
menyebabkan terjadinya uremia atau biasa disebut dengan kelebihan urea dalam
darah. Gagal ginjal kronik merupakan terjadinya penurunan fungsi ginjal dalam
metabolisme dan cairan elektrolit. Penyakit gagal ginjal kronik tahap akhir
ditandai dengan penurunan keadaan fungsi ginjal irreversible dan pada suatu
b) Etiologi
manifestasi klinis yang akan sangat membantu diagnosa, contoh: gout akan
menyebabkan nefropati gout. Penyebab terbanyak PGK pada dewasa ini adalah
ginjal polikistik dan sindroma alport, uropati obstruksi, dan nefritis interstisial
(Irwan, 2016).
Sedangkan di Indonesia, penyebab PGK terbanyak adalah glomerulonefritis,
infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal yang
penyakit yang merusak baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap penyakit
kronik.
diberbagai organ.
menjadi rusak.
menghasilkan energi.
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
ginjal pada benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam
c) Klasifikasi
d) Patofisiologi
Patofisiologi awal dari penyakit gagal ginjal kronik sesuai dengan penyakit
macam penyebabnya seperti nefropati DM, penyakit ginjal turunan, darah tinggi
maupun infeksi yang terjadi pada saluran kemih yang kemudian menimbulkan
penurunan, hal ini akan memicu terjadinya penyakit gagal ginjal kronik dimana
fungsi ginjal akan terjadi ketidakstabilan pada proses ekskresi maupun sekresi.
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti dengan peningkatan tekanan
lebih parah pada suatu nefron. Luka scerotik akan menyebabkan glomelurus
mengurangi fungsi ginjal yang kemudian tindak lanjut pada pasien dengan darah
tinggi pada gagal ginjal dapat dikondisikan. Jika penyakit ini tidak segera
fungsi ginjal biasanya sering dialami oleh orang yang sudah dewasa. Kelainan
ginjal berdasarkan waktunya dibagi menjadi dua yaitu gagal ginjal kronik serta
gagal ginjal akut. Gagal ginjal akur merupakan penurunan fungsi pada ginjal yang
e) Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala dari penyakit Gagal Ginjal Kronis menurut Smeltzer dan
1) Hipertensi
3) Asidosis Metabolik
4) Penurunan Konsentrasi
5) Gangguan Pernafasan
6) Oedema
f) Komplikasi
pathologis.
2) Penyakit kardiovaskuler
3) Anemia
penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual
hiperprolaktinemia.
g) Pemeriksaan Penunjang
(2) Hitung darah lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl.
tahap akhir perubahan EKG tidak terjadi kalium 6,5 atau lebih besar.
6) Urine rutin
untuk mendeteksi dan/atau mengukur beberapa zat dalam urin seperti produk
sampingan dari metabolisme yang normal dan abnormal, sel, fragmen sel, dan
bakteri.
7) Urine khusus
(2) warna : abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid dan
fosfat.
porfirin.
(4) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menunjukkan
kerusakan ginjal berat
8) ECO
(Retio Pielografi)
h) Penatalaksanaan
1) Dialisis
membantu penyembuhan luka. Dialisis dikenal dengan cuci darah ialah salah
yang membuang zat-zat sisa serta kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat rendah (lebih dari 90%)
sehingga tidak lagi untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu
dilakukan terapi
2) Koreksi Hiperkalemi
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG serta EKG. Bila terjadi
3) Koreksi Anemia
gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah
hanya dapat diberikan bila adanya indikasi yang kuat, contoh adanya
infusiensi coroner.
4) Koreksi Asidosis
asidosis.
5) Pengendalian Hiperetensi
natrium.
6) Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat pasien gagal ginjal kronik, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru
2. WOC
Kerusakan Glomerolus
CKD
B1 B2 B3
D.0008
PENURUNAN CURAH
JANTUNG
D.0008
PERFUSI PERIFER TIDAK
EFEKTIF
B4 B5 B6
NUTRISI KULIT
D.0022
HIPERVOLEMIA
D.0040
Adanya nyeri pinggul
GANGGUAN
Infeksi saluran Kemih ELIMINASI URIN
Keterbatasan gerak
Respon hipotalamus dan sendi
Pelepasan mediator Kimia
D.0056
D.0077 INTOLERANSI
AKTIVITAS
NYERI AKUT
3. Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
(50 – 70 tahun), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi
70 % pada laki - laki. Laki-laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait
sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal
muntah, dialoresis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini
dalam tubuh
perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena
nutrisi.
4) Riwayat Penyakit Dahulu : Gagal ginjal kronik dimulai dengan
lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada
(urolithiasis)
diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu
saat sakit
Riwayat Psikososial : Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien
memiliki koping adaptif yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis,
perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien akan
mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronik biasanya lemah.
2) Tanda vital
ventilasi (kussmaul)
gagal ginjal kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang
Stagnasi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan
uremia berat. Selain itu, biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT
>3 detik. Palpatasi jantung, chest pain, dsypneu, gangguan irama jantung
dan gangguan sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa
ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada gangguan
paling menonjol adalah penurunan urine <400 ml/hari bahkan sampai pada
b) Diagnosa Keperawatan
1) Defisit Nutrisi
5) Hipervolemia berhubungan
6) Intoleransi aktivitas
7) Nyeri akut
Terapeutik
1. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
2. Batasi asupan cairan
dan garam
3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30 – 40
derajat
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretic
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT) jika perlu
Terapeutik
1. Hindari pemasangan
infus, atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan
tourniquet pada area
yang cidera
4. Lakukan pencegahan
infeksi
5. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan berolahraga
rutin
3. Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
9. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
10. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis: rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa).
Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan diharapkan toleransi (I.05178)
berhubungan aktivitas meningkat L.05047
dengan Observasi
kelemahan Kriteria Hasil :
1. Identifikasi gangguan
1. Keluhan Lelah menurun
fungsi tubuh yang
SDKI, 2016 D.0056 2. Dispnea saat aktivitas
mengakibatkan
Kategori: menurun
kelelahan
Fisiologis Subkategori: 3. Dispnea setelah aktivitas
2. Monitor kelelahan
Aktivitas/Istirahat menurun
fisik dan emosional
4. Frekuensi nadi membaik
3. Monitor pola dan jam
tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Kolaborasi
d) Implementasi Keperawatan
utnuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
sebagai berikut:
1. Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil identifikasi
interdependen
2. Tahap 3 : Dokumentasi
e) Evaluasi Keperawatan
keperawatan.
diharapkan
ditentukan sebelumnya.
Daftar Pustaka
Divanda, D. ., Idi, S., & Rini, W. . (2019). Asuhan Gizi Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. 8–
25.
Najikhah, U. (2020). Penurunan Rasa Haus Pada Pasien Chronic Kidney Disease
(CKD) Dengan Berkumur Air Matang.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5655