RUANG INTERNE
PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. NURHUSNA, S.KEP., M.KEP
PEMBIMBING KLINIS :
Ns. MADINATUL MUNAWAROH, S.KEP
Ns. HELFINA, S.KEP
Disusun Oleh :
HENNI RAMADHANI SAFITRI (G1B223032)
KELOMPOK 2
1. Definisi
g) Nefropati obstruktif
Misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h) Batu saluran kencing menyebabkan hidrolityasis adalah penyebab gagal
ginjal pada benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urin pada saluran kemih.
3. Klasifikasi
1) Manifestasi umum
kehilangan gairah, kelelahan, edema, hipertensi, fetor uremik.
2) Sistem respirasi
Sesak, edema paru, krekels, kusmaul, efusi pleura, depresi refleks batuk,
nyeri pleuritik, napas pendek, takipnea, sputum kental, pneumonitis uremik.
Penurunan ekskresi H+ terjadi karena ketidakmampuan tubulus ginjal untuk
mensekresi NH3 (amonia) dan menyerap HCO3 (natrium bikarbonat), serta
penurunan ekskresi asam-asam organik dan fosfat. Asidosis berkontribusi
terhadap anoreksia, kelelahan, dan mual pada pasien uremik. Pernapasan
kusmaul adalah napas berat dan dalam, gejala yang jelas dari asidosis yang
disebabkan oleh kebutuhan meningkatkan ekskresi karbon dioksida untuk
mengurangi asidosis.
3) Sistem kardiovaskuler
Edema periorbital, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), hipertensi, friction
rub pericardial, aterosklerosis, distensi vena jugularis, gagal jantung,
gangguan irama jantung, iskemia pada otot jantung, perikarditis uremia, dan
hipertrofi ventrikel kiri, hiperkalemia, hiperlipidemia, tamponade
perikardial.
4) Sistem integument
Pruritus, purpura, kuku tipis dan rapuh, kulit berwarna abu-abu mengkilat,
kulit kering, ekimosis, rambut tipis dan kasar, terjadi hiperpigmentasi dan
pucat, lesi pada kulit.
5) Sistem pencernaan
Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, perdarahan pada mulut dan
saluran cerna.
6) Sistem musculoskeletal
Fraktur tulang, nyeri tulang, kekuatan otot menurun, kram otot, gangguan
tumbuh kembang pada anak, footdrop.
7) Sistem persarafan
Kejang, penurunan tingkat kesadaran, ketidakmampuan berkonsentrasi,
perubahan perilaku, stroke, ensefalopati, neuropati otonom dan perifer,
disorientasi, kelemahan, dan kelelahan.
8) Sistem reproduksi
Amenorea, atrofi testis, penurunan libido, infertilitas.
9) Sistem hematologi
Anemia, trombositopenia.
4. WOC dan Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih
produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)
5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidakbersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
venadengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukanmelalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
makadilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
1) Dialisis
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan
apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga
tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring
2) Koreksi hiperkalemi
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya
4) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
5) Pengendalian hipertensi
6) Transplantasi ginjal
kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa
meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar
luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada
diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH
yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2
yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik
pada gagal ginjal.
7. Komplikasi
Menurut Prabowo (2014) komplikasi yang dapat timbul dari penyakit
gagal ginjal kronik adalah :
a. Penyakit tulang : Penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan
peningkatan kadar alumunium.
b. Penyakit kardiovaskuler : Ginjal yang rusak akan gagal mengatur tekanan
darah. Ini karena aldosteron (hormon pengatur tekanan darah) jadi bekerja
terlalu keras menyuplai darah ke ginjal. Jantung terbebani karena
memompa semakin banyak darah, tekanan darah tinggi membuat arteri
tersumbat dan akhirnya berhenti berfungsi.tekanan darah tinggi dapat
menimbulkan masalah jantung serius.
c. Anemia : Anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit, sehingga
sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk membentuk darah
lama kelamaan juga akan semakin berkurang.
d. Disfungsi seksual : Pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria
kadang merasa cepat lelah sehingga minat dalam melakukan hubungan
seksual menjadi kurang.
Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Dengan
Masalah CKD
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampirsama
dalam batas ambang kewajaran. Tetapi jika kondisi ini berlanjut (kronis),
a. Biodata
dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut
bau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh menurunnya fungsi
fisiologi kulit, nafas bau urea. Pada kondisi yang sudah memburuk
analgetik.
f. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping
dialisis. Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang
kecemasan.
1. Pola pemeliharaan–pemeliharaan
terdapat odem.
4. Pola eliminasi
perut kembung.
5. Pola tidur–istirahat
6. Pola kognitif–perseptual
lingkungan sekitar.
h. Pemeriksaan Fisik
meningkat
(takipnea), hipertensi atau hipotensi sesuai dengan kondisi
fluktuatif.
2. Pemeriksaan fisik
b. Kepala
massa).
akar rambut.
c. Mata
kelenjar lakrimal.
d. Hidung
e. Telinga
warna,dan lesi.
g. Leher
tiroid.
h. Thorak dan tulang belakang
dan ukuran).
bernapas panjang.
perkusi: sonor/hipersonor/redup.
midklavikula kiri.
kanan-kiri).
k. Abdomen
kebersihan umbilikus.
l. Genetalia
belum.
m. Ekstremitas
2. Diagnosa Keperawatan
kronik yaitu:
sindrom hipoventilasi.
untuk makan)
keletihan, nyeri, obesitas, - Vital sign lift atau jaw thrust bila perlu
posisi tubuh yang Status Kriteria 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Hasil :
menghambat ekspansi paru - Mendemonstrasikan batuk efektif dan ventilasi
dan sindrom hipoventilasi suara napas yang bersih, tidak ada sianosis 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Menunjukkan jalan napas yang paten 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
Tanda Tanda vital dalam rentang normal 8. Lakukan suction pada mayo
meningkat Terapeutik
meningkat >20% dari kondisi 6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
istirahat 7. Kekuatan tubuh bagian bawah Lakukan latihan rentang gerak pasin
4. Evaluasi
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas
Faruq Mh, Purwanti Os, Purnama Ap. Efek Relaksasi Benson Dalam
Menurunkan Kecemasan Pasien Yang Menjalani Hemodialisa. J Ilm
Keperawatan Sai Betik, [Internet]. 2020;16(1):24–9. Available From:
Https://Publikasiilmiah.Ums.Ac.Id/Bitstream/Handle/11617
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
RUANG INTERNE
PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. NURHUSNA, S.KEP., M.KEP
PEMBIMBING KLINIS :
Ns. MADINATUL MUNAWAROH, S.KEP
Ns. HELFINA, S.KEP
Disusun Oleh :
HENNI RAMADHANI SAFITRI (G1B223032)
KELOMPOK 2