Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAHAN KEPERAWATAN

DENGAN CKD (Chronic Kidney Disease)

DI SUSUN OLEH :
BAYU SETYO H

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2021

1
2

A. Konsep Dasar Chronic Kidney Disease ( CKD )

a. Definisi Chronic Kidney Diseas e ( CKD )

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal

yang progresif dan irreversible dimana tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Zurmeli, Bayhakki, & Utami, 2015).

Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai nilai laju

filtrasi glomerulus (LFG) yang berada dibawah batas normal selama > 3

bulan (Muchtar, Heedy, & Widdhi, 2015).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu perubahan fungsi

ginjal yang progresif dan ireversibel ditandai oleh penurunan laju filtrasi

glomerulus secara medadak dan cepat (hitungan jam – minggu) (Faruq,

2017).

b. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease ( CKD )

Gangguan fungsi ginjal kronis dapat dikelompokkan menjadi 4

stadium menurut keparahanya, yaitu :

a) Kondisi normal: Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal Nilai GFR

60 – 89 ml/menit/1,73 m2.

b) Stadium 1: Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR,

belum terasa gejala yang mengganggu Ginjal berfungsi 60-89%. Nilai

GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

c) Stadium 2: Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan. Ginjal

berfungsi 30-59%. Nilai GFR 30-5 ml/menit/1,73 m2.

d) Stadium 3: kerusakan berat sudah tingkat membahayakan. Ginjal

berfungsi 15-29%. Nilai GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2.

e) Stadium 4: Kerusakan parah, harus cuci ginjal. Fungsi ginjal kurang

dari 15% Nilai GFR kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2.

c. Etiologi
3

Gagal Ginjal Chronic dapat disebabkan karena berbagai penyakit

antara lain : penyakit diabetes melitus, hipertensi, glomeluronefritis,

gangguan kongenital dan herediter, nefropati toksik, nefropati obstruktif

dan batu saluran kencing.

1) Pre Renal

a) Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatau penyakit kelainan metabolik

dengan karakteristik hipeglikemia terjadi karena kelainan sekresi

insulin dan gangguan metabolisme karbohidra, lemak dan protein.

b) Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal

disamping faktor lain seperti proteinuria, jenis penyakit ginjal,

hiperglikemi dan faktor lain. Tingginya tekanan darah membuat

pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan

pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga

mengalami gagal ginjal.

c) Zat Toksik

2) Renal

a) Glomeluronefritis

Glomerulonefritis (GN) adalah penyakit parenkim ginjal progesif

yang sering berakhir dengan gagal ginjal kronik, disebabkan oleh

respon imunologik.

b) Gangguan kongenital dan herediter

Misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.

c) Nefropati toksik

Misalnya : penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.

3) Post Renal

a) Nefropati obstruktif

Misalnya : traktus urinarius bagian atas (adanya batu, neoplasma

fibrosis retroperitoneal, traktus urinarius), bagian bawah


4

(hipertrofi prostat, struktur uretra, anomalycongenital, leher vesika

urinaria dan uretra) (Riyadi, 2015).

d. Patofisiologi

Patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD) beragam, bergantung

pada proses penyebab penyakit. Proses patologi umum yang menyebabkan

kerusakan nefron. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan

inflamasi interstisial dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan

penurunan fungsi ginjal (Sylvia, 2016).

Pada tahap awal, saat nefron hilang , nefron fungsional yang masih

ada mengalami hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan

meningkat dalam nefron ini dan lebih banyak pertikel zat terlarut disaring

untuk mengkompensasi massa ginjal yang hilang. Kebutuhan yang

meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada mengalami sklerosis

(jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada

akhirnya. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga menjadi

penyebab cedera tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus

berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal telah teratasi (Fauci et

al., 2016).

Perjalanan Chronic Kidney Disease (CKD) beragam, berkembang

selama periodebulanan hingga tahunan. Pada tahap awal, sering kali

disebut penurunan cadangan ginjal, nefron yang tidak terkena

mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan pada pasien

asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika

penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan beberapa

manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada

ginjal di tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran

kemih) dapat menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal

atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara

tajam, pasien menjadi Oliguria, dan manifestasi uremia muncul. Pada End

Stage Renal Disease (ESRD), tahap akhir CKD, GFR kurang dari 10%
5

normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan

hidup (LeMone, 2016).

e. Perhitungan Glomelurus Filtration Rate (GFR)

GFR untuk laki – laki :

(140 – umur) x Berat Badan}


GFR =
72 x kreatinin darah

GFR untuk perempuan :

(140 – umur) x Berat Badan}


GFR = 72 x kreatinin darah
× 0,85

f. Manifestasi Klinis

Manifestasi yang terjadi pada CKD antara lain terjadi pada system

kardiovaskuler, dermatologi, gastro intestinal, neurologis, pulmoner,

muskuloskletal, dan psiko-sosial menurut (Chang, dkk 2013) diantaranya

adalah :

1) Kardiovaskuler :

a) Hipertensi

Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal

tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah

rusak.Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal

ginjal. Hipertensi diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari

aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.

b) Gagal Jantung Kongestif

Kegagalan jantung dalam memompa pasokan darah yang

dibutuhkan tubuh. Hal ini dikarenakan terjadi kelainan pada otot-

otot jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja secara normal.

2) Dermatologi

Kulit pasien berubah menjadi putih seakan-akan berlilin diakibatkan

penimbunan pigmen urine dan anemia. Kulit menjadi kering dan


6

bersisik. Rambut menjadi rapuh dan berubah warna. Pada penderita

uremia sering mengalami pruritus.

3) Gastrointestinal

Gangguan gastrointestinal berkaitan dengan malnutrisi yang

menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien gagal

ginjal. ejala gastrointestinal yang paling sering ditemukan pada pasien

gagal ginjal adalah nausea, vomitus, nyeri abdomen, diare, dan

konstipasi.

4) Neuromuskuler

Gagal ginjal menyebabkan peningkatan kadar fosfat darah, yang

mempengaruhi fungsi saraf perifer serta fungsi neuromuskular yang

disebabkan oleh nyeri otot, otot spasititas,kebingungan serta terjadinya

perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan

otot sampai kejang.

5) Pulmoner

seperti adanya sputum kental dan liat, pernafasan dangkal, kusmol,

sampai terjadinya edema pulmonal.

6) Muskuloskletal

Gagal ginjal melemahkan tulang karena kondisi yang disebut penyakit

ginjal kronis gangguan mineral dan tulang. Gagal ginjal dapat

menghilangkan keseimbangan kalsium dan fosfor dalam darah,

menyebabkan kelenjar paratiroid memproduksi terlalu banyak hormon

paratiroid. Tingginya tingkat hormon paratiroid menarik kalsium dari

tulang ke dalam darah, membuat tulang tidak memiliki kalsium yang

cukup.

7) Psiko-sosial

Terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada harga diri

rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan kematian.


7

8) Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang.

Kondisi ini dapat mengganggu kerja ginjal. Gangguan keseimbangan

asam basa, disebabkan oleh kondisi yang berbeda. Pada gagal ginjal

terjadi asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dimana asidosis

metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau

saat ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine.

9) Ketidakseimbangan Elektrolit

Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh

seseorang menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu

rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit bisa menimbulkan

berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh seperti gagal

ginjal.

10) Penurunan Hormon Eriprotein

Eritropoietin merupakan suatu glikoprotein hormon yang dapat

merangsang proliferasi dan difSerensiasi sel-sel progenitor darah

merah. Eritropoietin digunakan pada kondisi anemia akibat penyakit

gagal ginjal kronik, serta anemia. Mekanisme kerja eritropoietin

adalah dengan cara mengikat reseptor eritropoietin pada permukaan

sel darah merah sehingga menyebabkan proses diferensiasi dan

proliferasi sel erythroid. Kadar eritropoietin di dalam darah cenderung

rendah pada kondisi anemia.

h. Pemeriksaan Diagnostik

1) Laboratorium :

a) Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,

dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah

retikulosit yang rendah.

b) Gas Darah Arteri : pH kurang dari 7,2 (normal 7,38-7,44)

c) Kalium : meningkat (normal 3,55-5,55 mEq/L)

d) Magnesium/fosfat : meningkat (normal 1,0-2,5 mg,dl)


8

e) Kalsium : menurun (normal 9-11 mg/dl)

f) Protein (khususnya albumin) menurun (normal 4-5,2 g/dl)

g) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara

ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1.

h) Kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat.

i) Nilai normal :

Laki-laki: 97-137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93-1,32 mL/detik/m2

Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85-1,23 mL/detik/m2

j) Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan.

k) Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,

terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.

l) Radiologi : Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar

ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena

proses diagnostikakan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu

penderita diharapkan tidak puasa.

m)Intra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai sistem pelviokalisisdan

ureter.

n) USG (Ultrasonografi) :Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal

parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem

pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

o) EKG (Elektrokardiografi) :Untuk melihat kemungkinan hipertropi

ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit

(hiperkalemia)(Johnson, 2010)

i. Penatalaksanaan

Penatalaksanan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) antara lain :

a) Tindakan konservatif, untuk meredakan atau memperlambat gangguan

fungsi ginjal progresif.

1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.


9

2) Pembatasan protein, tidak hanya mengurangi kadar Blood Urea

Nitrogen (BUN), tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat,

serta mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari protein.

Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan sampai 60-80

g/hari, apabila penderita mendapatkan pengobatan dialisis teratur.

Rasional: Untuk membatasi produk akhir metabolisme protein yang

tidak dapat di ekskresi oleh ginjal. Menurunkan kadar ureum dan

kreatinin dalam darah, mencegah/mengurangi penimbunan garam/air

dalam tubuh.

3) Diet rendah kalium

Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut.

Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80

mEq/hari.

4) Diet rendah natrium

Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na). Asupan

natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan,

edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.

5) Pengaturan cairan

Merupakan tindakan untuk mengobservasi intake dan output cairan

pada klien. Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut

harus diawasi dengan seksama.Parameter yang tepat untuk diikuti

selain data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat

adalah pengukuran berat badan harian.Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan dan

edema.Sedangkan asupan yang terlalu rendah, mengakibatkan

dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal. ) (Herdin et al,

2010).

b) Hemodialisa dan dialisis

1) Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakanpada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka


10

pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan

penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD)

yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan

hemodialisisa dalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik

dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan

2) Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika

ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Bagi penderita

gagal ginjal kronik, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun

demikian, hemodialisistidak menyembuhkan atau memulihkan

penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas

metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari

gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. 

j. Komplikasi

Suwira (2012) yang melaporkan penelitian tahun 2008 oleh

Smeltzer kompikasi pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) antara

lain adalah:

1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme,

dan masukan diit berlebih.

2) Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

renin angiotensin aldosteron.

4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.

5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar

kalium serum yang rendah, metabolisme kadar vitamin D yang

abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan

nitrogen dan ion anorganik.

6) Uremia akibat peningkatan kadam ureum dalam tubuh.

7) Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebih.


11

8) Malnutrisi karena anoreksia, mual dan muntah.

9) Hiperparatiroid, hiperkalemia, dan hiperfosfatemia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Disease ( CKD )

a. Pengkajian

1. Identitas klien

Penderita Chronic Kidney Disease (CKD) kebanyakan berusia

diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami Chronic Kidney

Disease (CKD) dibawah umur tersebut dan kebanyakan terjadi pada

laki-laki yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,

penggunaan obat-obatan dan sebagainya. Chronic Kidney Disease

(CKD) dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga

mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian Chronic Kidney

Disease (CKD), karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang

terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air

minum/mengandung banyak senyawa/zat logam dan pola makan yang

tidak sehat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang didapat pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) biasanya bervariasi, mulai dari output sedikit sampai tidak

dapat buang air kecil, bengkak pada ekstremitas, gelisah sampai

penurunan kesadaran, tidak selera makan (Anoreksia), mual muntah,

mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum) dan gatal pada

kulit.
12

a. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum

a. Keadaan umum : pasien tampak lemah, dan ekspresi wajah

biasanya gelisah.

b. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pasien biasanya kompos

mentis sampai koma.

c. Tanda – tanda vital : tekanan darah mengalami peningkatan

sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Respiration rate lebih dari 20 x/menit, suhu badan relative

normal 36,6-37,5 °C, denyut nadi teraba takikardi dalam kisaran

90-120 x/menit, skala nyeri 3-6 (Skala nyeri ringan sampai

skala nyeri berat).

2. Pemeriksaan B1 sampai b6

a. Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum klien biasanya lemah dan terlihat sakit berat,

tingkat kesadaran menurun. Pada TTV sering didapatkan adanya

perubahan pola pernafasan meningkat, tekanan darah terjadi

perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.

b. B1 (Breathing)

Klien bernafas dengan bau urine sering didapat pada fase ini.

Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan

pembuangan karbondioksida yang menumpuk disirkulasi

c. B2 (Blod)

Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif. Tekannan

darah mneingkat, akral dinging, CRT . 3 detik, palpitasi, nyari

dada dan sesak nafas. Gangguan irama jantung , edem aperfusi

jaringan perifer sekunder dan penurunan curah jantung akibat

hiperkalemi. Pada hematologi sering didapatkan adanya anemia.

Anemia sebagaia akaibat dari penurunan produksi eritroprotein.


13

d. B3 (Brain)

Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,

seperti perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering

didapatkan adanya kejang , kram otot dan nyeri otot.

e. B4 (Bladder)

Penurunan pengeluaran urine < 400 ml/ hari , sampai anuri,

terjadi penurunan libiudo berat.

f. B5 (Bowel)

Didapatkan adanya mual muntah, anoreksia, bau mulut amonia,

peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga

sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

g. B6 (Bone)

Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri

kaki. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum dan

anemia.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan berhubungan dengan

hiperventilasi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru

3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Hb

menurun, suplai oksigen ke jaringan menurun.

4. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme

regulasi.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual, muntah.

6. Kerusakan Intregritas kulit berhubungan dengan akumulasi ureum

dalam kulit.
14

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan otot,

anemia.

8. Gangguan rasa nyama ( Nanda, 2015 -2017 )

c. Rencana Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan berhubungan

dengan hiperventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

pola nafas kembali efektif.

NOC (Kriteria Hsil) NIC (Intervensi dan Aktivitas)

1. Status pernafasan : Ventilasi 1. Manajement jalan nafas


a. Frekuensi pernafasan (4-5 ) a. Posisikan pasien untuk
b. Irama pernafasan ( 4-5 ) memaksimalkan ventilasi
c. Kedalaman inspirasi ( 4-5 ) b. Auskultasi suara nafas, catat area yang
d. Suara perkusi nafas ( 4-5 ) ventilasinya menurun atau tidak ada
e. Suara nafas tambahan (4-5 ) adanya suara tambahan
f. Retraksi dinding dada (4-5 ) c. Posisikan untuk meringsnksn sesak
nafas
d. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sebagaimana mestinya

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak

terjadi gangguan pertukaran gas.

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan aktivitas)


1. Respon ventilasi mekanik : dewasa 1. Terapi Oksigen
a. Tingkat pernapasan (4-5) a. Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi
b. irama pernapasan (4-5) trakea denagn cepat.
c. Kedalaman inspirasi (4-5) b. Batasi (aktivitas) merokok.
d. Saturasi oksigen (4-5) c. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
Skala target outcome d. Berikan oksigen tambahan seperti yang
1. Sanggat terganggu diperintahkan .
2. Banyak terganggu e. Monitor aliran oksigen
3. Cukup terganggu
4. Sedikit tergnggu
5. Tidak terganggu

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

Hb menurun, suplai oksigen ke jaringan menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

diharapkan sirkulasi perifer tetap normal.


15

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan aktivitas)


1. Perfusi jaringan 1. Manajemen Sensasi Perifer
a. Pengisiian kapiler jari (4-5) a. Monitor tekanan darah,
b. Pengisian kapiler jari kaki (4-5) nadi, suhu, dan status
c. Suhu kulit ujung kaki dan tangan pernapasan.
(4-5) b. Monitor tekan darah, denyut
d. Kekuatan denyut nadi (4-5) nadi, dan
pernapasansebelum, selama,
Skala target outcome dan setelah beraktivitas
1 Deviasi berat dari kisaran normal dengan tepat.
2 Deviasi yang cukup besar dari c. Catat gaya dan fluktuasi
kisaran normal yang luas pada tekanan
3 Deviasi sedang dari kisaran darah.
normal d. Monitor sianosis sentral dan
4 Deviasiringan dari kisaran perifer
normal
5 Tidak ada deviasi dari kisaran
normal

4. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi.

a) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan mempertahankan

masukan cairan yang adekuat.

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan aktivitas)


1.Keseimbangan cairan 1.Manajement cairan/ elektrolit
a. Tekanan darah (4 -5)
b. keseimbangan intake dan a. Timbang berat badan harian
output dalam 24 jam (4 – b. Berikan cairan yang sesuai
5) c. Tingkatkan intake/asupan
c. Berat badan stabil (4 – 5) cairan per oral ( misalnya,
d. Kelembapan kelembapan memberikan cairan oral sesuai
mukosan (4-5) prefensi pasien, tempatkan
cairan yang mudah dijangkau,
Skala target outcome dan menyediakan air segar )
1. Sangat terganggu yang sesuai
2. Banyak terganggu d. Minimalkan asupan makanan
3. Cukup terganggu dan minuman dengan diuretik
4. Sedikit terganggu atau pencahar
5. Tidak terganggu e. Jaga pencatatan intake/output
yang akurat
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Monitor respon pasien terhadap
terapi elektrolit yang diresepkan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama diharapkan

kebutuhan nutrisi terpenuhi.

NOC ( Kriteria Hsil ) NIC ( Intervensi dan Aktivitas )


16

1. Status nutrisi : makanan dan 1.Manajement nutrisi


cairan a. Identifikasi ( adanya ) alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
a. Asupan makanan secara pasien
oral (4-5) b. Berikan pilihan makanan sambil
b. Asupan cairan secara oral menawarkan bimbingan terhadap
(4-5) pilihan ( makanan ) yang lebih
c. Asupan cairan secara sehat, jika diperlukan
intravena (4-5) c. Ciptakan lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi makanan
( misalnya : bersih, berventilasi,
santaidan bebas dari bau yang
menyengat )
d. Lakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulut sebelum
makan
e. Monitor kalori dan asupan
makanan
f. Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat
badan

6. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan akumulasi

ureum dalam kulit

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

kerusakan intregritas kulit dapat teratasi.

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan Aktivitas)


1. Intregritas jaringan : kulit dan mukosa 1. manajement pruritas
a. Lesi pada kulit (4-5) a. Tentukan penyebab dari
b. Lesi mukosa membran (4-5) (terjadinya) pruritus
c. Pengelupasan kuli (4-5) misalnya : dermatitis kontak,
d. Jaringan parut (4-5) kelainan sistemik, dan obat
– obatan
Skala target outcome b. Lakukan pemeriksaan fisik
1. Berat (terjadinya) kerusakan kulit
2. Cukup berat c. Berikan krim dan losion
3. Sedang yang mengandung obat,
4. Ringan sesuai dengan kebutuhan
5. Tidak ada

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan

otot, anemia.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan aktivitas dapat

kembali normal.

NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi dan Aktivitas )


1. Toleransi terhadap aktivitas 1. Terapi aktivitas
a. Saturasi oksigen ketika a.Pertimbangakan kemampauan
beraktivitas (4-5) klien dalam berpartisipasi
b. Frekuensi nadi ketika melalui aktivitas spesifik
beraktivitas (4-5) b. Berkolaborasi dengan ahli terapi
c. Frekuensi pernafasan ketika fisik, okupasi dan terapis
beraktivitas (4-5) rekreasioanl dalam perencanaan
d. Kekuatan tubuh bagian atas (4- dan pemantuan program
5) aktivitas, jika memang perlu
17

e. Kekuatan tubuh bagian bawah c.Bantu pasien untuk mengeplorasi


(4-5) tujuan personal dari aktivitas –
aktivitas yang konsisten dari
Skala target outcome kemampauan fisik , fisiologis
1. Sangat terganggu dan sosial
2. Banyak terganggu d. Bantu klien dan keluarga untuk
3. Cukup terganggu mengidentifikasi kelemahan
4. Sedikit terganggu dalam level ktivitas tertentu
Tidak terganggu

8. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi dan Aktivitas )


Status kenyamanan (2008) Manajemen lingkungan: kenyamanan
Indicator: (6482)
1. Kesejahteraan fisik (1-5) 1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga
2. Control terhadap gejala (1-5) dalam mengelola lingkungan dan
3. Lingkungan fisik (1-5) kenyamanan yang optimal
Keterangan: 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
1. Deviasi berat dari kisaran mendukung
normal 3. Hindari gangguan yang tidak perlu dan
2. Deviasi yang cukup besar dari berikan untuk waktu istirahat
kisaran normal 4. Posisikan pasien untuk memfalisitasi
3. Deviasi sedang dari kisaran kenyamanan spt. Imobilisasi bagian
normal tubuh yang nyeri.
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal

d. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan (Asmadi, 2013).

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat

memberikan intervensi keperawatan secara langsung dan tidak langsung

terhap klien (Smeltzer, 2012).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir

yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan

melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2012).


18

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


Aan Komariah dan Djam’an Satori .2012. Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung : Alfabeta.
Batticac,B. Fransisca. 2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Metabolisme. Jakarta : Salemba Medika.
Berawi,K.N. 2010. Fisiologi Ginjal dan Cairan Tubuh. Jakarta : EGC
Cahyani, N. D. 2016. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Tingkat
Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis
di RSD dr.Soebandi Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(2), 210–217.
https://doi.org/10.1111/petr.12264
Carpenter, C. B., Lazarus, J. M. 2014. Dialisis dan Transplantasi Dalam Terapi
Gagal Ginjal dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison
Edisi 13. Jakarta : EGC. hlm:1435-1443.
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik.
Edisi 6. Jakarta: EGC
Darma, S.P . 2015. Penyakit Ginjal : Deteksi Dini Dan Pencegahan.
Yogyakarta : CV Solusi Distribusi.
Darmawan, Rosi. 2013. Faktor yang Mempengaruhi GFR dan RBF (Online)
http://rosidmarwanto.blogspot.com/2013/05/faktor-yang-memengaruhi-
gfr-dan-rbf.html. Diakses kamis 13 Desember 2018 pukul 06.30 WIB.
Dinkes Kabupaten Bnayuwangi. 2018. Profil Kesehatan Banyuwangi Tahun
2018.
Evelyn. 2013. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Fauci et al. Severe Sepsis and Septic Shock. Harison’s: Principles of Internal
Medicine 17thEd. USA: The McGraw Hill Companies;2014.E-book
version.
Faruq, M. 2017. Upaya Penurunan Volume Cairan. Program Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta, C.
Fleeson, W., Jayawickreme, E., Jones, A. B. A. P., Brown, N. A., Serfass, D.
G., Sherman, R. A Matyjek-, M. 2017. Perbandingan kualitas hidup
pasien gagal ginjal chronic diabetes melitus dan hipertensi. Journal of
Personality and Social Psychology, 1(1), 1188–1197.
https://doi.org/10.1111/j.1469-7610.2010.02280.x.
Gray V, & Jachson. 2014. Effect Manual Lymph Drainage in Addition to
Guidelines and Exercise. British Medical Journal.
Gloria M.Bulechek, Howard K.Butcher, Joana M. Dochterman & Cheryl M.
2015-2017. Nursing Interventions Classification (NIC). United
Kingdom : Elsevier Global Rights.
Herawati, Y., & Mahmudy, W. F. 2018. Optimasi Menu Makanan Bagi Pasien
Gagal Ginjal Menggunakan Algoritme Lebah. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2(4), 1698–1703.
Sibuea, Herdin dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartika, Lita. 2014. Faktor – faktor berhubungan dengan asupan cairan klien
Gagal Ginjal Kronis Jakarta : RSUP Fatmawati Jakarta.
Keith L. Moore, Anne M.R. Agur. 2011. Anatomi dan fisiologi dasar. Jakarta :
EGC.
Lucky A Valarie, Tonelli Marcello, dan John W Stanifer. 2018. The Global
Burden of Kidney Disease and the Sustaineble Development Goals.
United States of America : Departement of Medicine.
LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa.
Jakarta: EGC.
LeMone, Priscilla, Keren M Burke, Gerene Buldoff. 2012. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
L Johnson . 2010. Buku Ajar Keperwatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha
medika.

Anda mungkin juga menyukai