Oleh :
SRI WAHYUNI
14420202188
c. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan laboratorium menurut Barbara Engram (1999) meliputi,
Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya, klirens
kreatinin menunjukan penyakit ginjal tahap akhir bila berkurang
sampai90%, elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor,
kalsium, magnesium dan produk fosfor-kalsium, dengan natrium
serumrendah, gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik (nilaih pH,
kadar bikarbonat dan kelebihan basa di bawah rentang normal), hemoglobin
dan hematokrit dibawah rentangnormal, Jumlah sel darah merah dibawah
rentang normal, Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolisme
tulang dipengaruhi.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Pius & Herlina, 2019) pengobatan gagal ginjal kronik dapat
dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau
transplantasi ginjal.
a. Tindakan konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
Pengobatan:
1. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
a) Pembatasan protein
b) Diet rendah kalium
c) Diet rendah natrium
d) Pengaturan cairan
2. Pencegahan dan pengobatan komplikasi
a) Hipertensi
b) Hiperkalemia
c) Anemia
d) Asidosis
e) Diet rendah fosfat
b. Dialisa dan transplantasi
Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialisis dan
transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mempertahankan
penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal.
Hamodialisa adalah suatu proses dimana komposisi solute darah
diubah oleh larutan lain melalui membran semi permiabel, hemodialisa
terbukti sangat bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup pasien
(Brunner & Suddarth, 2005; Wijaya, 2013). Pada umumnya hemodialisa
pada pasien GKK dilakukan 1 atau 2 kali seminggu dan sekurang-
kurangnya berlangsung selama 3 bulan secara berkelanjutan (Wiliyanarti &
Muhith, 2019).
Transplantasi ginjal merupakan terapi paripurna (Total Renal
Replacement Teraphy) untuk menolong pasien dengan kegagalan organ
ginjalnya, sehingga pasien merasa tidak lagi sakit ginjal dan dapat hidup
dengan normal, serta lebih unggul baik dari segi prosedur, kualitas hidup,
ketergantungan pada fasilitas medis, biaya, dan diyakini dapat
meningkatkan harapan hidup tanpa harus menjalani cuci darah lagi (susant,
2019).
a. Suplemen
Suplemen yang terbanyak digunakan adalah suplemen kesehatan yaitu
calfera yang mengandung multivitamin, mineral, asam folat, zat besi dan
kalsium. Vitamin dan mineral penting untuk metabolisme. asam folat
dibutuhkan selain untuk memenuhi kekurangan asam folat dan mencegah
anemia. Calfera juga mengandung zat besi untuk memenuhi kekurangan zat
besi saat menjalani terapi dialisis dan pencegahan anemia (Tuloli, Madania,
Mustapa, & Tuli, 2019).
8. Prognosis
Rustina (2012) dalam menyataka (Mardhatillah, Arsin, Syafar, &
Hardianti, 2020) bahwa dengan pasien yang telah lama menjalani terapi
hemodialisis cenderung memiliki tingkat cemas lebih rendah dibandingkan
dengan responden yang baru menjalani hemodialisis, hal ini disebabkan karena
dengan lamanya seseorang menjalani hemodialisis, maka seseorang akan lebih
adaptif dengan tindakan dialisis. Pasien yang sudah lama menjalani terapi
hemodialisis kemungkinan sudah dalam fase penerimaan. Pertama kali pasien
gagal ginal kronik didiagnosa harus menjalani dialisis jangka panjang.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013), diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Data Demografi : Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun,
namun ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-
obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian
CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan. yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa / zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan Riwayat sakit yang diderita pasien
sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik,
hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat DM, hipertensi pada keluarga
dapat beresiko menrunnya sakit DM maupun hipertensi terhadap anggota
keluarga lain
d. Riwayat kesehatan sekarang Adanya keluhan penurunan aktivitas fisik,
sesak nafas, odema pada perifer.
e. Pola-pola fungsional
1) Pola nutrisi dan metabolik
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan
nutrisi dan air naik atau turun.
2) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu.
3) Aktifitas dan latian.
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta
pasien tidak dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas
dibantu.
4) Pola istirahat dan tidur
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung
mata. Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.
5) Pola persepsi dan koknitif
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan
kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak dapat berkomunikasi
dengan jelas.
6) Integritas Ego
Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : umumnya keadaan umum Lemah, aktifitas dibantu, terjadi
penurunan sensifitas nyeri. tingkat kesadaran pasien bervariasi dari
compos mentis sampai coma.
2) Vital sign : karna kondisi ginjal yg tidak dapat mengatasi keseimbangan
cairan, kebanyakan klien CKD akan mengalami tekanan darah naik,
respirasi rate mungking meningkat, nadi meningkat dan reguler.
3) Kepala dan leher : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
4) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata anemis
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Hidung : simetris, kebersihan baik, tidak ada lesi
7) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan
pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeri telan.
9) Dada Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar
suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran
jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
10) Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,
perut buncit
11) Ekstrimitas : Ekstremitas. Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu,
terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refil lebih dari 2
detik.
12) Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
13) Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
2. Diagnosis
1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi,
diabetesmelitus
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cederabiologis
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan
5) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirahbaring.
6) Resiko penurunan curah jantung b/d tekanan darah meningkat
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Pruritus
↓
Gg. Integritas kulit
Preload ↑
↓
Res. penurunan Curah
jantung
DAFTAR PUSTAKA
Adhiatama, A. T., Wahab, Z., & Widyantara, I. F. (n.d.). Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik Pada Pasien Hemodialisis
Di RSUD Tugurejo Semarang.
Ali, A. R., Masi, G. N., & Kallo, V. (2017). Perbandingan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik dengan comorbid faktor diabetes militus dan hipertensi diruangan
hemodialisa RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-Jurnal Keperawatan.
Dewi, G. A., Margiani, N. N., & Ayusta, I. M. (2019). Rerata ukuran ginjal dewasa
normal dengan computed tomography di RSUP Sanglahtahun 2017. JURNAL
MEDIKA UDAYANA.
Gani, N. S., Ali, R. H., & Paat, B. (2017). Gambaran Ultrasonografi Ginjal pada
Penderita Gagal Ginjal Kronik di Bagian Radiologi FK Unsrat/SMF Radiologi
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 April – 30 September 2015.
Jurnal e-Clinic (eCl).
Kalengkongan, D. J., Makahaghi, Y. B., & Tinungki, Y. L. (2018). Faktor-faktor risiko
yang berhubungan dengan chronik kidney disease (CKD) penderita yang dirawat
di rumah sakit daerah liunkendage tahuna. Jurnal ilmiah sesebanua.
Mardhatillah, Arsin, A., Syafar, M., & Hardianti, A. (2020). Ketahanan hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP DR. Wahin
Sudirohusodo Makassar. JKMM.
Pius, S. E., & Herlina, S. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalanihemodialisis di rumah sakit
tarakan jakarta. Jurnal keperawatan widya gantari indonesia.
Susianti, H. (2019). Memahami interpretasi pemeriksaan laboratorium gagal ginjal
kronik. Malang: UB Pres.
Tuloli, T. S., Madania, Mustapa, M. A., & Tuli, E. P. (2019). Evaluasi Penggunaan
Obat Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud
Toto Kabila Periode 2017-2018. ejournal.poltektegal.
Wiliyanarti, P. F., & Muhith, A. (2019). Life experience of chronic kidney diseases
undergoing hemodialysis therapy. NurseLine Journal.
Yasmara, R. a. (2016). Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: ECG.
Yusria, L., & Suryaningsih, R. (2020). Diagnosis dan manajemen glomerulonefritis
kronik.
Zasra, R., Radias, Z., Harnavi, H., & Syaiful, A. (2018). Indikasi dan Persiapan
Hemodialis Pada Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal Kesehatan Andalas.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1438/1/cover%20sampai%20akhir.pdf