Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN CHRONIC KIDNEY DIASES (CKD)

DI RUANG FRESIA 2 RS. HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH :

MAULIDIA BELLA NABILA

PO71200210054

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI TAHUN AJARAN 2023/2024
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kegagalan fungsi ginjal dalam
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah yang terjadi selama bertahun-tahun
(Muttaqin dan Sari, 2014).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit
nefron) yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung
lama dan menetap, yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolic (toksik
uremik) sehinggal ginjal tidak mampu memenuhi kebutuhan serta
menimbulkan sakit (Aspiani, 2015).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangana cairan dimana
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible elektrolit sehingga
terjadi uremia (kondisi ginjal ketika tidak lagi bisa menyaring dengan baik)
(Smeltzer & Bare, 2015).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bawah penyakit Chronic
Kidney Disease (CKD) merupakan suata keadaan klinis yang ditandai dengan
menurunya fungsi ginjal yang terjadi menimal selama kurun waktu 3 bulan di
akibatkan oleh kelainan fungsi ginjal itu sendiri.

2. Etiologi
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan terjadinya Chronic
Kidney Disease (CKD) bisa disebabkan oleh
a. Penyakit ginjal seperti
- Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis
- Infeksi pada kuman : pyelonephritis, ureteritis.
- Batu pada ginjal : nefrolitiasis.
- Kista di ginjal : polcyystis kidney.
- Trauma langsung di ginjal.
- Keganasan di ginjal.
- Sumbatan di ginjal seperti batu, tumor, penyempitan atau struktur.
b. Penyakit di luar ginjal
- Penyakit sistemik diantaranyagula darah tinggi, kolestrol tinggi
- Dyslipidemia.
- SLE
- Infeksi dibadan : TBC paru, sifilitis, malaria, hepatitis
- Preeklamsi
- Obat-obatan
- Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar) (Muttaqin dan
Sari 2014).

3. Klasifikasi
Stadium Chronic Kidney Disease (CKD) diklasifikasikan berdasarkan nilai
LFG (Laju filtasi Glomerulus)
Stadium Deskripsi LFG
GI Normal atau tinggi <_ 90
G2 Penurunan ringan 60-89
G3a Penurunan ringan-sedang 45-59
G3b Penurunan sedang-berat 30-44
G4 Penurunan berat 15-29
G5 Gagal ginjal < 15

Sedangkan menurut Andra dan Yessie (2013), Chronic Kidney Disease (CKD)
dibagai menjadi 3 stadium:
a. Stadium 1 : Penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin
serum normal dan penderita asimptomatik.
b. Stadium 2 : Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak,
Blood Urea Nirogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
c. Stadium 3 : Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Williams dan Wilkins (2010) adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan Kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, dan sacrum), edema periorbital,
gesekan pericardium, pembesaran vena-vena dileher, pericarditis,
tamponade, pericardium, hyperkalemia, hyperlipidemia.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan lengket, suara
ronchi basah kasar (krekels), penurunan reflek batuk, nyeri pleura, sesak
napas, takpnea, pneumonitis uremik.
c. Gangguan Gastrointestinal.
Terjadi gangguan mual muntah, pengecapan rasa logam, cegukan,
konstipasi, atau diare.dan nafas berbau ammonia
d. Gangguan Musculoskeletal
Restless leg syndrome (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan)
burning feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak
kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas)
osteodistrofi ginjal.
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh, kulit
kering dan mudah terkelupas, pruritus berat, ekimosis, purpura, ramput
kasar dan tipis.
f. Ganggaun Endokrin
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminorea, atrofi testis, ketidaksuburan.
g. Ganggaun Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Asam dan Basa
Terjadi kehilangan natrium serta dehidrasi, asidosis, hyperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia. dapat juga terjadi retensi garam dan air.
h. System Hematologi
Anemia yang terjadi karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritipoesis pada sum-sum tulang dapat berkurang, hemolysis
yang disebabkan berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksit, dapat juga terjadi gangguan fungsi thrombosis dan trombositopenia

5. Patofisiologi
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan
antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan
pemekatan urin.
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi
tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan
antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan
pemekatan urin.
Ginjal mengalami penurunan dalam memproduksi hormon eritopoetin
dimana tugas dari hormone tersebut yaitu untuk merangsang sumsum tulang
belakang dalam memproduksi sel darah merah. Hal ini mengakibatkan
produksi sel darah merah yang mengandung hemoglobin menurun sehingga
klien mengalami anemia. Sel darah merah juga berfungsi dalam mengedarkan
suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, maka ketika sel darah merah
mengalami penurunan, tubuh tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang
cukup sehingga tubuh menjadi lemas, tidak bertenaga, dan sesak (Smeltzer &
Bare, 2015).
Berkurangnya suplai oksigen ke tubuh atau rendahnya kadar oksigen di
tubuh mengakibatkan tubuh melakukan metabolisme anaerob. Ketikaginjal
tidak dapat mengeluarkan asam dari tubuh, dan adanya peningkatan asam
laktat di tubuh sehingga tubuh merasa kelelahan dan muncul rasa pegal atau
nyeri sendi.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi) Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi Ginjal dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal
ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
7. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin dan sari (2014) penataklasaan yang muncul diantaranya:
a. Dialysis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hyperkalemia (Jumlah kalium dalam darah sangat tinggi),
pericarditis (Iritasi dan peradangan pada lapisan tipis yang melapisi
jantung), dan kejang. Dialysis memperbaiki abdormalitas biokimia;
menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendrungan pendarahan; dan membantu penyembuhan
luka
b. Koreksi Hyperkalemia.
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hyperkalemia dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama yang harus diingat
adalah jangan menimbulkan hyperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hyperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hyperkalemia, maka pengobatanya yang dilakukan yaitu dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian
Infus Glukosa.
c. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditunjukan untuk mengatasi faktor difisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan dapat meninggikan nilai Hb
didalam tubuh. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi
yang kuat, misalnya ada insufisiensi coroner
d. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intaravena perlahan- lahan,
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialysis dan dialysis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis
e. Pengendalian Hipertensi.
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati- hati
karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
f. Transplantasi Ginjal.
Dengan mencangkokan ginjal yang sehat ke pasien Chronic Kidney
Disease, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

8. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare
(2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
h. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
1) Identitas klien
Terdiri dari nama, no. rekam medis, tanggal lahir, umur, agama, jenis
kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
diagnosa medis dan nama identitas penanggung jawab meliputi : nama,
umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Pengumpulan Data Dasar
1) Keluhan utama
Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat bervariasi,
mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan
gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terjadi penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya napas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.
Kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalah dan
mendapat pengobatan apa (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, pengguanaan obat-obat nefrotoksik. Dan
biasanya adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi presdiposi penyebab.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun penyakit
diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus
terjadinya penyakit CKD.
5) Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping yang
baik. Pada klien Chronic Kidney Disease, biasanya perubahan
psikososial terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur
fungsi tubuh dan menjalani proses dialisis. Klien akan mengurung diri
dan lebih banyak berdiam diri murung. selain itu, kondisi ini juga
dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,
sehingga klien mengalami kecemasan.
6) Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Kondisi klien Chronic Kidney Disease (CKD) biasanya lemah, tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV
sering didapatkan RR meningkat, hipertensi/hipotensi sesuai dengan
kondisi fluktuatif.
7) System Pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas, jika terjadi komplikasi
asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi.
8) Sistem Hematologi
Biasanya ditemukan fricition rub pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasa terjadi peningkatana tekanan darah, akaral teraba dingin, CRT
lebih dari 3 detik, terjadi palpitasi jantung, chest pain, dyspnea, terjadi
gangguan di irama jantung dan terjadi gangguan sirkulasi lainya.
9) Sistem Neuromuskuler
Terjadi penurunan kognitif serta terjadi disorientasi pada pasien
Chronic Kidney Disease. Terjadi penurunan kesadaran terjadi jika
telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi cerebral terganggu.
10) Sistem Kardiovaskuler
retensi natrium dan air akan mengalami peningkatan kerena tekanan
darah.Tekanan darah meningkat diatas keambangan akan
mempengarui volume vaskuler sehingga akan terjadi peningkatan
beban jantung pada klien Chronic Kidney Disease.
11) Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan Chronic Kidney
Disease akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan
hormone repoduksi. Selain itu, jika kondisi Chronic Kidney Disease
berhubungan dengan penyakit diabetes militus, maka aka ada
gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolisme.
12) Sistem Perkemihan
Dengan terjadinya gangguan dan kegagalan fungsi ginjal secara
menyeluruh di proses filtrasi, sekresi, reabsorbsi dan ekresi, maka
tanda gejala yang paling menonjol yaitu penurunan pengeluaran urine
kurang dari 400 ml/hari bahkan sampai pada tidak adaanya urine.
13) Sistem pencernaan
14) Gangguan yang terjadi pada system pencernaan lebih dikarenakan efek
dari penyakit itu sendiri. Sering ditemukan anoreksia, mual, muntah,
dan diare.
15) Sistem Muskuloskeletal
Dengan terjadinya gangguan penurunan atau kegagalan fungsi sekresi
pada ginjal maka berdampak pada proses demineralisasi pada tulang,
sehingga beresiko terjadinya pengkroposan tulang yang tinggi.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah
sebagai berikut (Nurarif, 2015 dan SDKI, 2018):
1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
2) Hipervolemia berhubungan dengan system regulasi
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
4) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan Penurunan selama 1 x 24 jam, 1. Periksa sirkulasi
konsentrasi diharapkan perfusi perifer (mis. nadi
hemoglobin ditandai jaringan perifer perifer, edema,
dengan Pengisian meningkat dengan pengisian kapiler,
kapiler >3 detik, kriteria hasil : warna, suhu, ankle-
Nadi perifer 1. Denyut nadi perifer brachial index)
menurun Akral Meningkat 2.Identifikasi faktor
teraba dingin, Warna 2. Warna kulit pucat resiko gangguan
kulit pucat, Menurun sirkulasi (mis.
Turgor kulit 3. Nyeri ekstremitas diabetes perokok,
menurun menurun orang tua,hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
3. Monitor panas,
Kemerahan
Terapeutik :
1.Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi
2.Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3.Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cedera
4.Lakukanpencegahan
Infeksi
Edukasi :
1.Anjurkan berhenti
merokok
2.Anjurkan
berolahraga rutin
3. Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki sirkulasi
Kolaborasi : -
2. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan tindakan keperawatan Hipervolemia
Gangguan selama 1x 24 jam, Observasi
mekanisme diharapkan status 1.Periksa tanda dan
Regulas ditandai keseimbangan cairan gejala hypervolemia
dengan Edema apat ditingkatkan 2.Identifikasi
anasarca dan/atau dengan kriteria hasil: penyebab
edema perifer, berat 1.Tekanan darah hypervolemia
badan meningkat dalam batas normal 3. Monitor intaje dan
dalam waktu singkat 2. Denyut nadi radial output cairan
dalam batas normal Therapeutik
3.Keseimbangan 1.Timbang berat
intake dan output badan setiap hari pada
dalam 24jam waktu yang sama
4. Berat badan stabil 2.Batasi asupan cairan
5. Turgor kulit tidak dan garam
mengilap dan tegang 3.Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40
derajat.
Edukasi
1. Anjurkan melapor
jika haluaran urine
<0.5 ml/kg/jam dalam
6 jam
2.Anjurkan melapor
jika BB bertambah >
1 kg dalam sehari
Kolaborasi
Kolabo pemberian
diuritik
17. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Defisit nutrisi Setelah diberikan Observasi:
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Identifikasi status
Ketidakmampuan selama 1x24 jam nutrisi
mencerna makanan defisit nutrisi teratasi 2. Identifikasi alergi
Ditandai dengan dengan kriteria hasil : danintoterasi makanan
Berat badan 1. Porsi makan yang 3.Identifikasi
menurun minimal dihasilkan meningkat makanan yang disukai
10% dibawah 2. Kekuatan otot 4. Identifikasi
rentang ideal pengunyah meningkat kebutuhan kalori dan
3. Kekuatan otot jenis nutrien
menelan meningkat Terapeutik
4. Serum albumin 1. Lakukan oral
meningkat hyginene sebelum
makan, jika perlu
2.Fasilitasi menetukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaboasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antlemetik
4. Nyeri Akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri
Berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan Agen selama 1x 24 jam 1. Identifikasi Lokasi,
pencendera diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
fisiologis mengeluh nyeri berkurang frekuensi, kualitas,
nyeri, tampak dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
meringis, sulit tidur 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon
3.kesulitan tidur nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor
yang memperberat
terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan dari sebuah rencana
yang telah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan kriteria hasil yang telah
direncanakan dalam tindakan keperawatan yang diprioritaskan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramat
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai ke efektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisi data dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika

Muttaqin, A., & Sari, K. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan

Saepuloh, T. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease


(Ckd) Dengan Kelebihan Volume Cairan Diruang Marjan Bawah
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Slamet Garut.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Definsi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan.

Tim Pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta

Selatan

Anda mungkin juga menyukai