Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Desi Natalia T. I. S.Kep., Ns., M.Kep Fidiana Kurniawati. S.Kep., Ns., M.Kep
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak
fungsi jantung atau akibat penurunan funs kontraktilitas jantung kronik. Secara
praktis, syok kardiogenik timbul karena gangguan mekanik atau miopatik. Etiologi
syok kardiogenik menurut Mayoclinic (2014), meliputi :
a. Infark miokard akut
b. Miokarditis akut
c. Tamponade jantung akut
d. Endokarditis infektif
e. Trauma jantung
f. Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA)
g. Kardiomiopati tingkat akhir
h. Stenosis valvular berat
i. Regurgitas valvuvar akut
j. Miksoma atrium kiri
k. Komplikasi bedah jantung
1.1.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung
pada fase terminal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah
koroner berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada otot jantung yang
semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase awal,
namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila
kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang
dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal
sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga
produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti
terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan
fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.
Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan
kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok
volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali. Hal
tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2 sangatlah menurun kejaringan,
sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral dinging pada
ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan denyut nadi yang
berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi
penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac
output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi
ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi
air dan natrium menyebabkan produksi urine berkurang( Oliguri < 30ml/ jam).
Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya
peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana kondisi ini akan semakin
memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular .Hal tersebut dapat
menyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk
aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema paru.
PATHWAY
1.1.6 Masifestasi Klinis
Menurut Mayoclinic (2014), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan :
a. Keluhan Pokok
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri substernal seperti IMA.
b. Tanda Penting
1. Tensi turun < 80-90 mmHg
2. Takipneu dan dalam
3. Takikardi
4. Nadi cepat
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
7. Sianosis
8. Diaforesis (mandi keringat)
9. Ekstremitas dingin
10. Perubahan mental
c. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai dengan:
1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
2. Produksi urin < 20 mL/jam.
3. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
4. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik:
a. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
b. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg.
c. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
d. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
e. Bila mungkin pasang CVP.
f. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
2. Medikamentosa :
a. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
b. Ansietas, bila cemas
c. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
d. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
e. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
f. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV.
g. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
h. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
1.1.9 Komplikasi
Menurut Mayoclinic (2014), beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
selama pada pasien syok kardiogenik meliputi :
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
Definisi
Keadekuatan jantung mempompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh
Ekspetasi meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kekuatan 1 2 3 4 5
nadi perifer
Ejection 1 2 3 4 5
Fraction
(FE)
Cardiac index 1 2 3 4 5
Left 1 2 3 4 5
ventricular
stroke work
indeks
(LVSWI)
Stroke 1 2 3 4 5
Volume Index
(SVI)
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Palpitasi 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Gambaran 1 22 3 4 5
EKG aritmia
Lelah 1 2 3 4 5
Edema 1 2 3 4 5
Distensi vena 1 2 3 4 5
jugularis
Dispnea 1 2 3 4 5
Oliguria 1 2 3 4 5
Pucat/sianosis 1 2 3 4 5
Paroxymal 1 2 3 4 5
nocturnal
dyspnea
(PND)
Ortopnea 1 2 3 4 5
Batuk 1 2 3 4 5
Suara jantung 1 2 3 4 5
S3
Suara jantung 1 2 3 4 5
S4
Murmur 1 2 3 4 5
jantung
Berat badan 1 2 3 4 5
Hepatomegali 1 2 3 4 5
Pulmunary 1 2 3 4 5
vascular
resistence
(PVR)
Systemic 1 2 3 4 5
vascular
resistence
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburuk Membaik
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Capillary 1 2 3 4 5
Rerill Time
(CRT)
Pulmunary 1 2 3 4 5
arteri wedge
pressure
(PAWP)
Central 1 2 3 4 5
venous
pressure
SIKI
Perawatan Jantung I.02075
Definisi : Mengidentifikasi, merawat, dan mengatasi komplikasi akibatketidakseimbangan
antara suplay dan konsumsi oksigen miokard
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dyspnea,
kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP
2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi :
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronchi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah osmotic, jika perlu)
4. Monitor intak dan output cairan
5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (missal: intensitas, kolasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium jantung (missal: elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-
BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan setelah aktifitas
13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat ( missal beta
bloker, ACE inhibitor, calcium chhanel bloker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau dengan posisi
yang nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (missal:batasi asupan kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemah)
3. Gunakan stocking elastis dan peneumatik intermiten, sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurang stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saluran oksigen > 94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti aritmia, jika perlu
Rujuk keprogram rehabilitasi jantung
American Heart Association (AHA). (2015). Heart Care Research : Coronary Heart
Disease
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI