Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Desi Natalia T. I. S.Kep., Ns., M.Kep Fidiana Kurniawati. S.Kep., Ns., M.Kep
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :
1. Faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebebakan 3 faktor :
Faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, arteritis
Faktor sirkulasi : hipotensi , stenisus aurta, influsiensi
Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
Aktifitas yang berlebihan
Emosi
Makan yang terlalu banyak
hyoertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada :
Kerusakan miokard
Hypertropimiokard
Hypertensi diastolic
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
Usia lebih dari 40 tahun
Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
Hereditas
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
b. Faktor risiko yang dapat diubah :
Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet
tinggi lemak jenih, kalori
Minor : inaktifitas fisik, stress psikologis yang berlebihan
Pembentukan trombus
Iskemia N-stemi
Kebutuhan O2
metabolisme
Kontraksi miokard
Merangsang nosiseptor
Perununan kemampuan tubuh Kebutuhan O2
menyediakan energi
Angina pektoris Kompensasi RR
Kelemahan Penurunan curah
Nyeri jantung
Takipnea/dispnea
Intoleransi
aktivitas Pola napas tidak efektif
1.1.5 Komplikasi
1. Aritmia
Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat
infark atau pada daerah perbatasan yang mengelilingi, kerusakan sistem
konduksi, lemah jantung kongestif atau keseimbangan elektrolit yang
terganggu. (Suddarth, 2014)
2. AV Blok
Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi dihubungkan dengan
berbagai jenis penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koroner dan
penyakit jantung reumatik. Pada blok jantung atrioventrikuler (AV),
kontraksi jantung lemah dan tidak memiliki dorongan yang cukup untuk
mengirim darah dari atrium ke ventrikel. Denyut nadi dapat rendah,
mencapai 30 kali per menit. (Suddarth, 2014)
3. Gagal jantung
Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung kongestif dapat timbul
sebagai akibat kerusakan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau keduanya
dengan atau tanpa aritmia. Penurunan cardiac output pada pump failure
akibat IMA tersebut menyebabkan perfusi perifer berkurang. Peningkatan
resistensi perifer sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja jantung
bertambah. Bentuk yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok
kardiogenik. (Suddarth, 2014)
4. Emboli/tromboemboli
Emboli paru pada IMA: adanya gagal jantung dengan kongesti vena,
disertai tirah baring yang berkepanjangan merupakan faktor predisposisi
trombosis pada vena-vena tungkai bawah yang mungkin lepas dan terjadi
emboli paru dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik. Embolisasi 23
sistemik akibat trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada permukaan
daerah infark atau trombus dalam aneurisma ventrikel kiri. (Suddarth,
2014)
5. Ruptura
Komplikasi ruptura miokard mungkin terjadi pada IMA dan menyebabkan
kemunduran hemodinamik. Ruptura biasanya pada batas antara zona infark
dan normal. Ruptura yang komplit (pada free wall) menyebabkan
perdarahan cepat ke dalam cavum pericard sehingga terjadi tamponade
jantung dengan gejala klinis yang cepat timbulnya. (Suddarth, 2014)
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat ditegakkann
diagnosis STEMI. Gambaran STEMI yang terlihat pada EKG antara lain:
a. Lead II, III, aVF : Infark inferior
b. Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
c. Lead V2-V4 : Infark anterior
d. Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
e. Lead I, aVL : Infark high lateral
f. Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
g. Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
h. Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
2. Echocardiogram : digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi
jantung khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang
ultrasound.
3. Foto thorax : tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada
bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi
ventrikel
4. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)
Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan memonitor
x- ray untuk mengetahui sumbatan pada arteri koroner
5. Tes Treadmill
Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas.
6. Laboratorium : Pemeriksaan yang dianjurkan adalah:
a. Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal
dalam 2-4 hari.
b. cTn (cardiac specific troponin). Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. enzim
ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari,
sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
c. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
1) Mioglobin. Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai
puncak dalam 4-8 jam.
2) Creatinin kinase (CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal
dalam 3-4 hari.
3) Lactic dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam bila ada
infark miokard, mencapai puuncak 3-6 hari dan kembali normal dalam
8-14 hari
Definisi
Keadekuatan jantung mempompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh
Ekspetasi meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kekuatan 1 2 3 4 5
nadi perifer
Ejection 1 2 3 4 5
Fraction
(FE)
Cardiac index 1 2 3 4 5
Left 1 2 3 4 5
ventricular
stroke work
indeks
(LVSWI)
Stroke 1 2 3 4 5
Volume Index
(SVI)
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Palpitasi 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Gambaran 1 22 3 4 5
EKG aritmia
Lelah 1 2 3 4 5
Edema 1 2 3 4 5
Distensi vena 1 2 3 4 5
jugularis
Dispnea 1 2 3 4 5
Oliguria 1 2 3 4 5
Pucat/sianosis 1 2 3 4 5
Paroxymal 1 2 3 4 5
nocturnal
dyspnea
(PND)
Ortopnea 1 2 3 4 5
Batuk 1 2 3 4 5
Suara jantung 1 2 3 4 5
S3
Suara jantung 1 2 3 4 5
S4
Murmur 1 2 3 4 5
jantung
Berat badan 1 2 3 4 5
Hepatomegali 1 2 3 4 5
Pulmunary 1 2 3 4 5
vascular
resistence
(PVR)
Systemic 1 2 3 4 5
vascular
resistence
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburuk Membaik
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Capillary 1 2 3 4 5
Rerill Time
(CRT)
Pulmunary 1 2 3 4 5
arteri wedge
pressure
(PAWP)
Central 1 2 3 4 5
venous
pressure
SIKI
Perawatan Jantung I.02075
Definisi : Mengidentifikasi, merawat, dan mengatasi komplikasi akibatketidakseimbangan
antara suplay dan konsumsi oksigen miokard
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dyspnea,
kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP
2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi :
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronchi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah osmotic, jika perlu)
4. Monitor intak dan output cairan
5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (missal: intensitas, kolasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium jantung (missal: elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-
BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan setelah aktifitas
13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat ( missal beta
bloker, ACE inhibitor, calcium chhanel bloker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau dengan posisi
yang nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (missal:batasi asupan kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemah)
3. Gunakan stocking elastis dan peneumatik intermiten, sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurang stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saluran oksigen > 94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti aritmia, jika perlu
Rujuk keprogram rehabilitasi jantung
Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI