DISUSUN OLEH
INSTITUT TEKNOLOGI K ES EH A T A N D AN SA I N S
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. Cover
2. Pengesahan
3. Penilaian
4. Laporan Pendahuluan ACS
5. Resume ACS
6. Resume Colelitiasis
7. Resume CAD
1. Cover
2. Pengesahan
3. Penilaian
4. Laporan Pendahuluan CAD
5. Laporan Kasus CAD
1. Cover
2. Pengesahan
3. Penilaian
4. Laporan Pendahuluan Syok Cardiogenik
5. Laporan Kasus Syok Cardiogenik
6. Analisa Keterampilan
Disusun Oleh
Asmita Kurnia Samaa, S.Kep
P2002073
A. Pengertian
Acute coronary syndrome (ACS) merupakan suatu kegawatdaruratan jantung dengan morbiditas
dan mortalitas komplikasi yang masih tinggi, sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak
bila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Sindrom Koroner Akut (SKA) sendiri merupakan
bagian dari penyakit jantung koroner (PJK) dimana yang termasuk ke dalam Sindrom Koroner
Akut adalah angina pektoris tidak stabil (Unstable Pectoris / UAP), infark miokard dengan ST
Elevasi (STElevation Myocard Infarct (STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi Non
STElevation Myocard Infarct (STEMI) (Myrtha, 2012)
B. Etiologi
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1. Aktifitas berlebihan
2. Emosi
3. Makan terlalu banyak
4. Hypertiroidisme
Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1.Kerusakan miocard
2.Hypertropi miocard
3.Hypertensi diastolik
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak danterus-menerus tidak
mereda, biasanya dirasakan diatas region sternalbawah dan abdomen bagian atas
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidaktertahankan lagi
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalarke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri)
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan ataugangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dantidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesisberat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yanghebat karena neuropati
yang menyertai diabetes dapat menggangguneuroreseptor.
2. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri epigastrik.
3. Perubahan tanda vital, seperti takikardi, takipnea, hipertensi, atau hipotensi,dan penurunan
saturasi oksigen (SAO2)atau kelainan irama jantung
D. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteribesar. Timbunan
ini, dinamakan ateroma atau plak akan menggangu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang
menyusun lapisan dinding dalam pembuluhdarah dan menyumbat aliran darah karena timbunan
menonjol ke lumenpembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotikdan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi sempit dan aliran darahterhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cebderungterjadi pembentukan bekuan
darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinyakoagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakanpenyakit aterosklerosis. Mekanisme pembentukan lesi
aterosklerosis adalah pembentukan thrombuspada permukaan plak, konsolidasi thrombus akibat
efek fibrin, perdarahan kedalam plak, dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plakpecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat
arterikoroner dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Hal ini di dukung denganstruktur arteri
koroner yang rentan terhadap ateroskerosis, dimana arteri koronertersebut berpilin dan berkelok-
kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisiyang rentan untuk terbentuknya atheroma Dari
klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik danInfark. Iskemia adalah
suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifatsementara dan reversibel. Penurunan suplai
oksigen akan meningkatkanmekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat
menyebabkankematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapatmenyebabkan
kematian otot jantung (infark miokard). Ventrikel kiri merupakanruang jantung yang paling rentan
mengalami iskemia dan infark, hal inidisebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar
untuk berkontraksi.Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan
tidakcukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapatmenurunkan PH sel
(asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: Tinversi, dan depresi segmen ST.
Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplaienergi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu
fungsi ventrikel kiri.Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan,
serabutototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi inidapat
menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyerisebagai akibat
penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina pektorismerupakan nyeri dada yang menyertai
iskemia miokardium.Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina),
anginapektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). Angina Pektoris
Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbulsaat melakukan aktifitas.
Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang denganistirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil
(UAP): Pada UAP nyeri dada timbul padasaat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan
terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan
oleh spasme arteri koroner. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapatmenyebabkan
kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis).Bagian miokardium yang mengalami
nekrosis atau infark akan berhentiberkontraksi secara permanen (yang sering disebut infark)
Arteriosclerosis
Trombosis koroner
Konstriksi arteri
koronaria
Aliran darah
O2 & nutrisi
Infark Miokardium
Infark transmural
Infark Subendokardial
4. Sel darah putihLeukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMAberhubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasiMeningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan
inflamasi.
6. AGD Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
7. Kolesterol atau Trigliserida serumMeningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai
penyebab IMA.
8. Rontgen DadaMungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
9. EkokardiogramDilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dindingventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
10. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokardmisal lokasi atau
luasnya AMI.
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
11. Pencitraan darah jantung (MUGA)Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum,
gerakan dindingregional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
12. Angiografi coronerMenggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanyadilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkajifungsi
ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad faseAMI kecuali mendekati
bedah jantung angioplasty atau emergensi.
13. Nuklear Magnetic Resonance (NMR) Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung
atau katup ventrikel,lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan
darah.
14. Tes stress olah raga Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukansehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
F. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain
1. Aritmia
2. Kematian mendadak
3. Syok kardiogenik
4. Gagal Jantung ( Heart Failure)
5. Emboli Paru
6. Ruptur septum ventikuler
7. Ruptur muskulus papilaris
8. Aneurisma Ventrikel
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Umum
a. Pasien dianjurkan istirahat total
b. Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada keluhan nyeri dada dapatdiit cair
c. Segera pasang IV line
d. Oksigen
e. Nitral (cedocard) sublingual
f. Nitrogliserin oral atau infus (drip)
g. Aspirin 160 mg dikunyah
h. Pain killer (Morphine/Petidine)
i. Penderita dirawat di CVCU/ICCU, memerlukan monitor ketat2.
2. Khusus
a. B BlokerMengurangi konsumsi oksigen. Pilihan pada B Bloker non ISA.KI pada AV
blok,Asma Bronkial,Severe LHF. Pemberian B bloker dapatmenurunkan progresif AKS
sekitar 13 %.
b. ACE Inhibitor Hari pertama serangan, mampu menurunkan mortalitas fasca infark.
c. Lipid Lowering Terapi (atorvastatin )
d. Trombolitik TerapiPemberian Trombolitik terapi hanya pada Infrak dengan Gelombang Q
(STelevasi),sedang pada infark non Q dan APTS tidak ada manfaat pemberiantrombolitk.
e. HeparinUFH (unfraksional heparin), risiko perdarahan memerlukan monitorAPTTT,dosis
bolus 5000 IU,diikuti dengan infus 1000 IU/jam (2-2,5 x nilaiAPTT baseline). Low Molucle
Weight Heparin (LMWH) lebih aman,risikoperdarahan kecil dan tidak memerlukan
pemantauan APTT. Dosis sesuaidengan berat badan, 1 mg/kgBB
f. Platelet Gliko Protein (GP) Iib/IIIa reseptor Bloker.Digunakan untuk pencegahan
pembekuan darah lebih lanjut,fibrinolisisendogen dan mengurangi derajat stenosis.
g. Primary dan Rescue PTCADi senter-senter yang fasilitas cath-lab dan tenaga ahli yang
lengkap,jarang memberikan trombolitik biasanya penderita langsung didorong kekamar
cateterisasi untuk dilakukan PTCA, dan pada mereka yang gagaldalam pemberian
trombolitk dilaukan rescue PTCA.
h. CABG
H. Pengkajian Keperawatan
a. Airways :
1. kaji kepatenan jalan nafas pasien,
2. kaji obstruksi jalan nafas ada tidaknya sputum atau benda asing yang menghalangi jalan
nafas
3. kaji adanya suara nafas tambahan karena adanya obstruksi : gargling.snoring,stridor.
b. Breathing :
1. Kaji frekuensi pernafasan.
2. Kaji irama pernafasan.
3. Kaji bunyi nafas : broncovesikuler,vesikuler dan bronchial.
4. Kaji adanya suara nafas tambahan :wheezing dan ronkhi.
5. Kaji adanya retraksi dinding dada.
6. Kaji ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation :
1. kaji nadi pasien.
2. Kaji akral (hangat/dingin).
3. Kaji tekanan darah.
4. Kaji capillary refill time.
5. Kaji saturasi oksigen.
6. Kaji adanya sianosis.
d. Disability :
1. Tingkat kesadaran
a. Compos mentis : 14-15
b. Apatis : 13-14
c. Somnolen : 10-12
d. Supor : 8-9
e. Coma : <3
2. GCS
a. Eye
Spontan :4
Dengan rangsangan suara : 3
Dengan rangsangan nyeri :2
Tidak ada respon :1
b. Verbal
Orientasi baik :5
Bingung :4
Menggigau :3
Menceracau :2
Tidak ada respon :1
c. Motorik
Mengikuti perintah :6
Rangsangan nyeri :5
Menjauhi sumber nyeri :4
Flexi abnormal :3
Ekstensi abnormal :2
Tidak ada respon :1
3. Reflek pupil
2/2 : isokor
4/2 : an isokor
3/3 : disokor
6/6 : dilatasi
4.Reflek cahaya
+/+ : bagus
+/- : lambat
-/- : tidak ada reflek
e. Exposure ;
Kaji deformitas
Kaji adanya contusio
Kaji adanya luka
Kali adanya edema
I. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Ekspresi wajah tumpul
b) Capek
c) Mengantuk
d) Berat badan meningkat
e) Kelambanan mental
f) Kurangnya pertumbuhan rambut
g) Suara parau (seperti katak)
h) Kulit bersisik
i) Oedema seluruh tubuh
j) Sakit kepala
k) Mual
l) Anoreksia
2. Palpasi
a) Denyut nadi melemah
b) Konstipasi
3. Auskultasi
a) Detak jantung lambat
b) Tekanan darah menurun
4. Perkusi
a. Suara perut dullness
J. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
K. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
b. Nitro Gliserin
c. BetaBloker
d. Morfin sulfa
Daftar Pustaka
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Centra Communications. Diakses
tanggal 12 Januari 2021 melalui www.inaheart.org
Umur
Nama : Tn M Jenis Kelamin : L : 62 tahun
Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun Sumber informasi Alamat : Jl Gunung Sari
:Pasien
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama (bila nyeri = PQRST): Pasien mengeluh nyeri P : nyeri timbul bila cuaca digin dan saat istirahat, Q : Nyeri
terasa seperti di tusuk-tusuk, R : Nyeri terasa didada sebelah kiri tembus ke belakang, S : skala nyeri 5, T : Nyeri terasa sejak
tanggal 11/1/2021 pukul 23.00 nyri hilang timbul
Mekanisme Cedera : tidak ada cedera fisik
AIRWAY
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling
Stridor N/A
Keluhan Lain:
BREATHING
Gerakan dada: Simetris Asimetris
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak Nafas : Ada N/A RR 19 x/mnt
Keluhan Lain:
CIRCULATION
Nadi : Teraba Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya Tidak ada
Keluhan Lain:
PRIMER SURVEY
DISABILITY
Respon : Alert Verbal Pain Unrespon
Kesadaran : CM Delirium Somnolen ... ... ...
GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Keluhan Lain : tidak ada
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
SECONDARY SURVEY
Even/Peristiwa Penyebab: pasien terlentang dan cuaca dingin 4. Kolaborasi pemberian analgetik
Tanda Vital :
BP : 186/76 mmHg N : 75x/mnt S: 36,9 oC RR : 19 x/mnt
SECONDARY SURVEY
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher:
Inspeksi : nampak simetris, tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada oedema,
Dada:
Inspeksi : nampak simetris, tidak nampak jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : resonan
Auskultasi: suara nafas vesikuler, beonkovesikuler, bronchial
Abdomen:
Inspeksi : abdomen simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada udara bebas,dan cairan di rongga abdomen
Auskultasi Peristaltik usus 12 x/menit
Pelvis:
Inspeksi : nampak simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi tidak nampak edema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Punggung :
Inspeksi : nampak simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Neurologis :
GCS 15 E4M6V5
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
PRIMER SURVEY
DISABILITY
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain:
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
SECO
NDARY SURVEY
timbul sekitar 1 bulan lalu, nyeri hilang timbul sehingga pasien keperawatan selama 2 jam diharap :
tidak segera memeriksakan diri ke RS, tanggal 4 januari pasien 1. Keluhan nyeri menurun
ke klinik dan di USG abdomen ditemukan colelitiasis
Intervensi :
Alergi : Tidak ada 1. Manajemen nyeri :
Kontrol lingkungan yang
Medikasi : Tidak ada
memperberat rasa nyeri (suhu
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Pasien belum pernah operasi, ruangan)
tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Makan Minum Terakhir : pukul 07.00 Ajarkan teknik non farmakologis
untuk meredakan nyeri
Even/Peristiwa penyebab: terdapat batu di saluran empedu
Kolaborasi pemberian analgetik
Tanda Vital :
BP : 120/80 mmHg N : 72 x/menit S: 36,3 oC RR : 20 x/menit
SECONDARY SURVEY Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data Objektif
3. BP : 120/80 mmHg
N : 72 x/menit
S: 36,3 oC
RR : 20 x/menit
4. Hasil USG Colelitiasis
Assessment
Tanggal/Jam Subjektif Objektif (Laboratorium Dan Plan Implementasi Evaluasi
Therapy)
13 Januari 2021 Pasien mengatakan BP : 120/80 mmHg USG : Colelitiasis Tujuan: 5.Mengobservasi S:
Pukul 08.30 nyeri perut kanan atas Setelah dilakukan asuhan TTV dan skala Pasien mengatakan
N : 72 x/menit keperawatan selama 2 jam nyeri nyeri berkurang
tembus ke belakang,
keluhan nyeri berkurang P: Nyeri karena
nyeri seperti ditusuk- S: 36,3 oC 6.Mengontrol
colelitiasis
lingkungan yang
tusuk, nyeri di Kriteria Hasil
RR : 20 x/menit memperberat
rasakan sejak satu Keluhan nyeri menurun Q : nyeri seperti
rasa nyeri,
bulan lalu, nyeri mengatur posisi ditusuk-tusuk,
Intervensi :
pasien yang
hilang timbul
1. Kontrol lingkungan mengurangi rasa R : nyeri abdomen
yang memperberat nyeri kanan atas tembus
rasa nyeri (suhu
7. Menjelaskan ke belakanga,
ruangan)
penyebab nyeri
2. Jelaskan penyebab, karena penyakit S : Skala nyeri A/I :
periode, dan pemicu colelitiasis, nyeri 10
nyeri bisa hilang T : nyeri di rasakan
3. Ajarkan teknik non timbul
sejak satu bulan
farmakologis untuk 8.Mengajarkan lalu, nyeri hilang
meredakan nyeri teknik non
farmakologis timbul
4. Kolaborasi
pemberian obat nyeri untuk meredakan
nyeri yaitu teknik
O:
nafas dalam
Tanda-tanda vital
TD : 110/70mmHg
N : 72 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36 oC
A:
Nyeri akut belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1.Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (suhu
ruangan)
2.Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk meredakan
nyeri
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak sejak tanggal 10/1/2021, sesak dirasa memberat saat malam hari bila
tidur,perut mulai membesar sejak tanggal 7/1/2021
Mekanisme Cedera : tidak ada
Intervensi :
1. Observasi frekuensi, kedalaman, dan upaya
pernafasan
2. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya krekels,
mengi, ronki
3. Observasi retraksi dada
4. Berikan posisi kepala tempat tidur lebih tinggi.
5. Ubah posisi secara periodik; dorong nafas dalam
dan latihan batuk
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
Nadi : Teraba Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya Tidak ada
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
PRIMER SURVEY
DISABILITY
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak
Contusio : Ya Tidak
Abrasi : Ya Tidak
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain:
tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
Pola nafas tidak efektif b/d hambatan
ANAMNESA upaya nafas
Riwayat Penyakit Saat Ini : Pasien mulai sesak sejak tanggal Setelah dilakukan tindakan
SECONDARY SURVEY
10/1/2021 sesak dirasa memberat saat malam hari bila tidur,
perut mulai membesar sejak tanggal 7/1/2021 keperawatan selama 2 jam ,
Medikasi :
Makan Minum Terakhir Makan terakhir : Pukul 10.00 1. Pasien tidak mengalami dispnea
Pernapasan
Intervensi :
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN CT-SCAN USG EKG
ENDOSKOPI Laboratorium
Hasil :
Hasil CT scan dalam batas normal,
Hasil USG abdomen nampak cairan tidak spesifik
Hasil Lab Hb 8,6g/dL Leukosit 15,86 10^3/ul,
Ureum 78,2 ng/dL, Creatinin 2,66 ng/dL
Data Objektif
1. BP : 124/85 mmHg
N : 111 x/menit
S: 36 oC
RR : 36 x/menit
2. Hasil USG abdomen
nampak cairan tidak
spesifik
Assessment
(Laboratorium Dan
Therapy)
Hb 8,6g/dL Setelah dilakukan tindakan
Leukosit 15,86 10^3/ul
Ureum 78,2 ng/dL keperawatan selama 2 jam ,
Creatinin 2,66 ng/dL
pola nafas efektif
n
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Observasi frekuensi,
kedalaman, dan upaya
pernafasan
2. Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
krekels, mengi, ronki
3. Observasi retraksi
dada
4. Berikan posisi kepala
tempat tidur lebih
tinggi.
5. Ubah posisi secara
periodik; dorong nafas
dalam; dan latihan
batuk
6. Berikan O2 sesuai
indikasi
LAPORAN RUANG INTENSIVE CORONARY CARE UNIT
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN
KRITIS DENGAN DIAGNOSA CAD POST CABG PADA TN. W DI SILOAM
HOSPITALS BALIKPAPAN
B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari CAD adalah terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah pengerasan pada
dinding arteri. Aterosklerosis ditandai dengan adanya penimbunan lemak, kolesterol, di laposan intima arteri.
Timbunan ini dinamakan atheroma atau plak. Walaupun pengetahuan tentang kejadian etilogi tidak lengkap,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab untuk perkembangan ateroskelorosis. Ada
beberapa faktor resiko yang mengakibatkan terjadinya CAD (Hemingway & Marmot, 2015) yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
Kerentanan terhadao aterosklerosis meningkat dengan bertambahna usia. Pada laki-laki bias any
risiko meningkat setelah 45 tahun sedangkan pada wanita pada usia 55 tahun.
b. Jenis Kelamin
Aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanitas. Wanita relative lebih
rendah terhadap penyakit ini karena dilindungi oleh hormon estrogen, namun setelah menopause sama
rentannya dengan pria.
c. Riwayat Keluarga dengan CAD
Riwayat keluarga yang mengalami CAD, meningkatkan kemungkinan timbulnya ateroskelorosis
premature.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Faktor yang dapat domidifikasi yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau
kebiasaan pribadi, yang meliputi :
a. Hyperlipidemia
Hiperlipidemia adalah peningkatan lipid serum, yang lemiputi Kolesterol (> 200 mg/dl),
Trigliserida (> 200 mg/dl) LDL (>160 mg.dl) dan HDL (<35 mg/dl).
b. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sisteolik dana tau diastolic. Hipertensi terjadi jika
tekanan datrah melebih 140 mmHg. Peningkatan tekanan darah mengakibatkan bertambahnya beban
kerja jantung. Akibatnya timbul hipertrofi ventrikel sebagai kompensasi untuk meningkatkan kontraksi.
Ventrikel semakin lama tidak mampu lagi mengkompensasi tekanan darah yang terlalu tinggi hingga
akhirnya terjadi dilatasi dan payah jantung dan jantung semakin terancam oleh aterosklerosis koroner.
c. Merokok
Merokok akan melepaskan nikotin dan karbonmonoksida ke dalam darah, karbonmonoksida
lebih besar daya ikatnya dengan hemoglobin daripada dengan oksigen, akibatnya suplai darah untuk
jantung berkurang karena telah didominasi oleh karbonmonoksida. Sedangkan nikotin yang ada dalam
darah akan merangsang pelepasan katokolamin, ketokolamin ini menyebabkan konstriksi pembuluh
darah sehingga suplai darah ke jantung berkurang. Merokok juga dapat meningkatkan adhesi trombosit
yang mengakibatkan terbentuknya thrombus.
d. Diabetes Melitus
Hiperglikemi menyebabkan peningkatan egregasi trombosit. Hal ini akan memicu terbentuknya
thrombus. Pasien Diabetes Melitus juga berarti mengalami kelainan dalam metabolisme termasuk lemak
karena terjadinya toleransi terhadap glukosa.
e. Obesitas
Obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan standar. Obesitas akan
meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
f. Inaktifitas Fisik
Inaktifitas fisik akan meningkatkan risiko aterosklerosis. Dengan latihan fisik akan
meningkatkan HDL dan aktivitas fibrinolysis.
g. Stress dan Pola Tingkah Laku
Stress akan merangsang Hiperaktivitas HPA yang dapat mempercepat terjadinya CAD.
Peningkatan kadar kortisol menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, dan keruskan sel endotel pembuluh
darah dan merangsang kemotaksis (Januzzi dkk, 2014).
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Pangkalan (2010) gejala yang umum terjadi pada seseorang yang terkena CAD atau penyakit
jantung koroner, yaitu :
1. Nyeri dada (Angina)
Seseorang penderita CAD akan merasa tekanan atau sesak di dada. Rasa sakit tersebut disebut
sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Hal ini hilang dalam beberapa menit
setelah menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang, terutama perempuan,
nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan terasa di perut, punggung atau lengan.
2. Sesak nafas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka seseorang
akan mengalami sesak nafas atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga.
3. Serangan Jantung
Jika arteri coroner benar-benar diblokir, seseorang akan mengalami serangan jantung.
D. PATOFISIOLOGI
CAD atau penyakit jantung koronor berawal dari penimbunan lemak pada pembulu darah arteri yang
mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses ini pembuluhdarah arteri menyempit dan mengeras, sehingga
jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi jantung terganggu dan harus bekerja
sangat keras. Penyakit ini sering disebut dengan istilah atherosclerosis (Suiraoka, 2012).
Aterosklerosis merupakan komponen penting yang berperan dalam proses pengapuran atau penimbunan
elemen-elemen kolesterol. Salah satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas normal juga
sangat penting bagi tubuh. Masalahnya akan berbeda ketika asupan kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang
adekuat yang berhubungan dengan keadaan patologi yaitu Panyakit Jantung Koroner erat hubungannya dengan
peningkatan kadar profil lipid (Suiraoka, 2012).
Kebutuhan oksigen yang melebih kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami
gangguan menyebabkan terjadinya iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekankan fungsi miokardium. Apabila
iskemia ini berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta
nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang mengalami infark mula-mula akan tampak
memar dan sianotik akibat berkuranganya aliran darah regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada
sel-sel, respons peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan oleh sel-sel yang
mengalami kamatian (Fathoni, 2011).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebebkan oleh penumpukan lemak disertai klot
trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan penumpukan klot darah. Pada akhirnya dampak akut
sekaligus fatal dari penyakit jantung coroner berupa serangan jantung (Fajar, 2015).
E. PATHWAY
Usia, jenis kelamin, diet tinngi lemak, DM, merokok, hipertensi, kadar
kolesterol total dan LDL tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, kegemukan,
riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga, kurang olah raga, stress
Pengkajian
Ketidakefektifan Pembedahan
Terpasang ventilator
pola nafas thorax dan jantung
G. KOMPLIKASI
1. Aritmia
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu gangguan dalam irama jantung
yang bisa menimbulkan perubahan elektrofisiologis otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologis ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman garfik aktivitas listrik sel. Misalnya
perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung.
2. Gagal Jantung Kongestif
Merupakan kongesti srkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kiri akan menimbulkan kongesti pada vena pulnomalis, sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan
menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
3. Syok Kardikardiogenik
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikrl kiri sesudah mengalami infark yang
massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu
penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi coroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan
kematian.
4. Disfungsi Otot Papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis.
Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan
aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium dan vena pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan
mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi
sistemik dan thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter.
6. Pericarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epicardium yang langsung berkontak dengan pericardium
menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru
Emboli paru bisa menyebabkan episode dyspnea, aritmia atau kematian mendadak. Thrombosis vena
profunda lebih lazim pada psien payahjantung kongestif yang parah.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit jantung koroner tergentung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami
pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup
Pola makan sehat dan seimbang dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk
melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan
kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkonstribusi terhadap
penyempitan arteri jantung.
Olahraga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olahraga membantu kita untuk
menjadi fit dan membangun sistem sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan.
Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat
lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.
2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner
Diabetes mellitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor
utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor
utama ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup dana tau obat-obatan dapat membantu menstabilkan
progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3. Terapi Medis
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung, yang paling umum diantaranya :
a. Aspirin/Clopidogrel/Tiklopidin
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada
ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprosol, Kavedilol)
Obat-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan
gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate)
Obat-obatan ini bekerja membuka arteri jantung dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot
jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat umumnya
diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada
secara cepat.
d. Obat-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin)
Obat-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas Rendah) yang merupakan
salah satu penyebab utama untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut
merupkan andalan terapi penyakit jantung koroner.
4. Intervensi Jantung Perkutan
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit melalui selubung
plastic ditempatkan dalam arteri baik selangkangan atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung
yang menyempit, dimana itu kemudia dikembangan untuk membuka penyempitan. Kemudian, tube jala
kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam
sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dari serangan jantung akut. Untuk penyakit
jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif.
Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode
ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal
dengan Bedah Bypass Ateri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang
lebih baik.
5. Operasi
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)
CABG melibatkan penanaman arteria tau vena lai dari dinding dada, lengan atau kaki untuk
membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol
parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian
sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif,
resiko dapat serendah 1 persen. Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan ditengah dada, ahli bedah
memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetak, menggunakan alat khusus yang
dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b. Operasi Robotik
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotik.
Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil
keyhole di dinding dada. Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko
infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.
c. Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur
disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prosedur ini, laser digunakan
untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh
darah baru, dan ini membantu mengurangi angina.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway antara lain:
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien, apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas?
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pasein antara lain:
1) Adanya snoring atau gurgling
2) Stridor atau suara nafas tidak normal
3) Agitasi (hipoksia)
4) Penggunaan oto bantuk pernafasan
5) Sianosis
c. Look dan Listen bukri adanya masalah pada saluran nafas bagian atas dan potensial penyebab obstrusi
sepert : muntahan, perdarahan, gigi lepas atau hilang, gigi palsu, trauma wajah.
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas maka pastikan jalan nafas pasien terbuka
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk mengalami
cedera tulang belakang.
f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien susai indikasi : (Chin lift jaw thrust,
lakukan suction jika perlu, oropharyngeal airway, lakukan intubasi).
2. Breathing
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway antara lain:
a. Look, listen dan feel : lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien
1) Inspeksi : dari tingkat pernnafasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebegai berikut :
sianosis, penetrating injury, flail chest, sucking, shest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
2) Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi
beguna untuk diagnosis heamothorax dan pneumothorax
3) Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada
b. Buka dada pasien dan obsevasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu
c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas; kaji lebih lanjut mengenai karakteristik dan kualitas
pernafasan pasien.
d. Penilaian kembali status mental pasien
e. Kaji adanya masalah pernafasan yang mengancam jiwa lainnya berikan terapi sesuai kebutuhan.
3. Circulation
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway antara lain:
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill)
4. Disability
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU:
1) A : Alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang diberikan
2) V : Vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
3) P : responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal yang digunakan
untuk mengkaji gagal untuk merespon)
4) U : Unresponsive to pain, jika psaien tidak merespon baik stimulis nyeri
5. Exsposure
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien didiuga memiliki
cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika
melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan
pada pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal.
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala dan leher : lakukan inspeksi dan palpasi pada area kepala dan leher
2. Dada : lakukan inspeksi, palpasi, pekusi dan auskultasi pada lapang dada
3. Abdomen : lakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada keseluruhan abdomen, terutama pada
keluhan pasien.
4. Pelvis : lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada area pelvis
5. Ekstremitas atas dan bawah : lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada ekstremitas bagian atas dan
bawah
6. Punggung : lakukan inspeksi dan palpasi pada bagian punggung
7. Neurologis : lakukan penilaian kesadaran dan fungsi neuroogis pasien
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur invasif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret yang berlebihan
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafsan dan nyeri saat bernafas post operasi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring post operasi
5. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, preload dan afterload
6. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
7. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan perdarahan post prosedur invasif
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Managemen Nyeri
Definisi : Pengalaman keperawatan selama … x …. hari
sensorik atau emosional yang diharapkan nyeri akut berkurang, Observasi
berkaitan dengan kerusakan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
jaringan aktual atau Tingkat nyeri karakterisktik, durasi,
fungsional, dengan onset Ket : 1 : Menurun, 2: Cukup frekuensi, kualitas,
mendadak atau lambat dan Menurun, 3 : Sedang, 4 : Cukup intensitas nyeri
berintensitas ringan hingga Meningkat, 5 : Meningkat.
2. Identifikasi skala nyeri
berat yang berlangsung < 3 Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
bln
3. Identifikasi respon
Kemampuan
menuntaskan
nyeri non vebal
Penyebab : aktivitas 4. Identifikasi faktor yang
a. Agen pencedera fisiologis memperberat dan
(mis, inflamasi, iskemia, Ket: 1 :Memburuk 2 : Cukup memperingan nyeri
neoplasma) Memburuk 3 : Sedang, 4 : Cukup 5. Identifikasi
b. Agen pencedera kimiawi Membaik, 5 : Membaik pengetahuan dan
(mis, terbakar, bahan Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 keyakinan tentang nyeri
kimia iritan) Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh
c. Agen pencedera fisik Pola nafas budaya terhadap respon
(mis, abses, amputasi, Tekanan darah
nyeri
terbakar, terpotong, Proses berfikir
mengangkat berat, Focus
7. Identifikasi pengaruh
prosedur operasi, trauma, Fungsi berkemih nyeri terhadap kualitas
latihan fisik berlebihan) hidup
Perilaku 8. Monitor keberhasilan
Nafsu makan terapi komplementer
Gejala dan Tanda Mayor
Pola tidur
Subjektif yang sudah diberikan
a. Mengeluh nyeri 9. Monitor efek samping
Ket: 1 : meningkat, 2 : Cukup
Objektif penggunaan analgetik
Meningkat 3: Sedang, 4 : Cukup
a. Tampak meringis
Menurun, 5 : Menurun
b. Bersikap protektif (mis, Teraupetik
waspada, posisi Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
1. Berikan teknik
menghindari nyeri) Keluhan nyeri
Meringis nonfarmakologis untuk
c. Gelisah
Sikap Protektif mengurangi rasa nyeri
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur Gelisah (mis. TENS, hipnosis,
Kesulitan tidur akupresur, terapi
Kondisi Klinis Terkait Menarik diri musik, biofeedback,
a. Kondisi pembedahan Berfokus pada terapi pijat,
b. Cedera traumatis diri sendiri aromaterapi, teknik
c. Infeksi Diaphoresis imajinasi terbimbing,
d. Sindrome koroner akut Perasaan dpresi kompres hangat/dingin,
e. Glaucoma Perasaan takut terapi bermain)
mengalami 2. Kontrol lingkungsn
cedera berulang yang memperberat rasa
Anoreksia nyeri (mis. Suhu
Perineum terasa
ruangan, pencahyaan,
tertekan
kebisingan)
Uterus teraba
membulat 3. Fasilitasi istirahat dan
Ketegangan otot tidur
Pupil dilatasi 4. Pertimbangkan jenis
Muntah dan sumber nyeri
Mual dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan tehnik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
5. Resiko Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
Jantung keperawatan selama … x …. hari
Definisi : berisiko mengalami diharapkan resiko penurunan curah Observasi
pemompaan jantung yang jantung tidak terjadi, dengan kriteria 1. Identifikasi tanda/gejala
tidak adekuat untuk hasil: primer penurunan curah
memenuhi kebutuhan jantung
metabolisme tubuh. Curah Jantung 2. Identifikasi tanda/gejala
Ket : 1 : Menurun, 2: Cukup sekunder penurunan
Faktor Risiko: Menurun, 3 : Sedang, 4 : Cukup curah jantung
a. Perubahan afterload Meningkat, 5 : Meningkat. 3. Monitor tekanan darah
b. Perubahan frekuensi Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 4. Monitor intake dan output
jantung Kekuatan nadi cairan
c. Perubahan irama jantung perifer 5. Monitor saturasi oksigen
d. Perubahan kontraktilitas Ejection fraction 6. Monitor keluhan nyeri
e. Perubahan preload (EF) dada (mis, intensitas,
Left ventricular lokasi, radiasi, durasi,
Faktor Klinis Terkait: stroke work presivitasi yang
a. Gagal jantung kongestif index (LVSWI) mengurangi nyeri)
b. Sindrom coroner akut Stroke volume 7. Monitor EKG 12 sadapan
c. Gangguan katup jantung index (SVI) 8. Monitor aritmia (kelainan
(stenosisi/ regurgitasi irama dan frekuensi)
aorta, pulmonalis, Ket: 1 :Memburuk 2 : Cukup 9. Monitor tekanan darah
trikuspidalis, atau Memburuk 3 : Sedang, 4 : Cukup dan frekuensi nadi
mitralis) Membaik, 5 : Membaik sebelum dan sesudah
d. Atrial/ ventricular septal Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 aktivitas
defect Tekanan darah
e. Aritmia Capillary refill Terapeutik
time (CRT) 1. Posisikan pasien semi-
Pulmonary Fowler atau Fowler
artery wedge dengan kaki ke bawah
pressure (PAWP atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang
Central venous
sesuai (mis. batasi asupan
pressure
kafein, natrium,
kolesterol dan makanan
Ket: 1 : meningkat, 2 : Cukup
tinggi lemak)
Meningkat 3: Sedang, 4 : Cukup
Menurun, 5 : Menurun 3. Berikan dukungan
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 emosional dan spiritual
Palpitasi 4. Berikan oksigen untuk
Bradikardia mempertahankan saturasi
Takikardia oksigen > 94%
Gambaran EKG
Aritmia Edukasi
Lelah 1. Anjurkan beraktivitas
Edema fisik sesuai toleransi
Distensi vena 2. Anjurkan beraktivitas
jugularis fisik secara bertahap
Dyspnea 3. Anjurkan berhenti
Oligurla merokok
4. Ajarkan pasien dan
Pucat/sianosis
keluarga mengukur intake
Paroxysmal
dan output cairan harian
nocturnal
dyspnea (PND)
Kolaborasi
Ortopnea
1. Kolaborasi pemberian
Batuk
antiaritmia, jika perlu
Suara jantung S3 2. Rujuk ke program
Suara jantung S4 rehabilitasi jantung
Berat badan
Hepatomegali
Pulmonary
vascular
resisteance
(PVR)
Systernic
vascular
resistance
6. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Edukasi Pencegahan Infeksi
Definisi : berisiko mengalami keperawatan selama … x …. hari
peningkatan terserang diharapkan resiko infeksi tidak Obervasi
organisme patogenik. terjadi, dengan kriteria hasil: 1. Periksa kesiapan dan
Tingkat Infeksi kemampuan menerima
Faktor Risiko : Ket : 1 : Menurun, 2: Cukup informasi
a. Penyakit kronis (mis, Menurun, 3 : Sedang, 4 : Cukup
diabetes mellitus) Meningkat, 5 : Meningkat. Teraupetik
b. Efek prosedur invasive Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 1. Siapkan materi, media
c. Malnutrisi Kebersihan tentang faktor-faktor
d. Peningkatan paparan tangan
penyebab, cara
organisme patogen Kebersihan
lingkungan identifikasi dan
badan
e. Ketidakadekuatan Nafsu makan
pencegahan resiko
pertahanan tubuh primer infeksi di rumah sakit
f. Ketidakadekuatan Ket: 1 :Memburuk 2 : Cukup maupun di rumah.
pertahanan tubuh Memburuk 3 : Sedang, 4 : Cukup 2. Jadwalkan waktu yang
sekunder Membaik, 5 : Membaik tepat untuk
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 memberikan
Kondisi Klinis Terkait: Kadar sel darah pendidikan kesehatan
a. AIDS putih sesuai kesepakatan
b. Luka bakar Kultur darah dengan klien dan
c. Penyakit paru obstruktif Kultur urine
keluarga
kronis Kultur sputum
d. Diabetes mellitus 3. Berikan kesempatan
Kultur area luka untuk bertanya
e. Tindakan invasive
Kultur feses
f. Kondisi penggunaan
terapi steroid Edukasi
g. Penyalahgunaan obat Ket: 1 : meningkat, 2 : Cukup 1. Jelaskan tanda dan
h. Ketuban pecah sebelum Meningkat 3: Sedang, 4 : Cukup gejala infeksi lokal dan
waktunya Menurun, 5 : Menurun sistemik
i. Kanker Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 2. Informasikan hasil
j. Gagal ginjal Demam pemeriksaan
k. Imunosupresi Kemerahan laboratorium (mis,
l. Lymphedema Nyeri
m. Leukositopenia leukosit)
Bengkak
n. Gangguan fungsi hati 3. Anjurkan mengikuti
Vesikel
tindakan pencegahan
Cairan berbau
busuk sesuai kondisi
Sputum 4. Ajarkan cara
berwarna hijau memeriksa kondisi luka
Drainase atau luka operasi
purulent 5. Anjurkan kecukupan
Piuna nutrisi, cairan dan
Periode malaise istirahat
Periode 6. Anjurkan mengelola
menggigil antibiotic sesuai resep
Letargi 7. Ajarkan cara mencuci
Gangguan tangan
kognitif
M. DAFTAR PUSTAKA
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with
risk of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
BIODATA PASIEN
I. ANAMESA (PENGKAJIANAWAL)
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dada setelah operasi, P : nyeri post CABG Q : Nyeri seperti di tusuk
-tusuk, R : nyeri di dada tembus ke belakang S : skala nyeri 6, T : nyeri terus menerus setelah
operasi
4. Riwayat Pembedahan
Pasien megatakan belum pernah operasi sebelumnya
5. PengobatanTerakhir
Pasien rutin minum obat diabetes
II. PENGKAJIANPRIMER
1. Airway:
JalanNafas : Paten TidakPaten
Obstruksi : Lidah Cairan BendaAsing N/A
SuaraNafas : Snoring Gurgling Stridor N/A
Keluhan Lain :
Batuk ada dahak tetapi
susah untuk dikeluarkan
2. Breathing :
Gerakan dada : Simetris Asimetris
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur TidakTeratur
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak Nafas : Ada N/A RR : 22 x/mnt BGA : . . . . .
Keluhan Lain:
3. Circulation
Nadi : Teraba 94 x/menit Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
1. B 1 : Breathing(Pernafasan/Respirasi)
Airway : ada dahak susak di keluarkan
Breath : nafas spontan, RR 22 x/menit, SpO2 92 %, pengembangan dada simetris, pernafasan
cuping hidung tidak ada
Yapukul.............. Tidak
Risiko decubitus Tidak Terdapat luka Ya,jelaskan...
PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik. Sedang √ Buruk Sangat Buruk
Status Mental Sadar √ Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Sendiri Jalan Dengan Kursi Roda Di tempat tidur √
Bantuan
Mobilitas Bebas Agak Terbatas √ Sangat Terbatas Tidak Mampu
Bergerak Bergerak
Inkontinensia Kontinen √ Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Inkontinensia Inkontinensia Urin dan Alvi
Urin
SKOR 8 6 1
TOTAL SKOR 15
Keterangan :
2. Riwayat Psikososial
Status Psikologi
Tenang Cemas Takut Marah Sedih
Kecenderung bunuhdiri Lain-lain sebutkan . . . ..
Status Mental
Sadar dan orientasibaik
Ada masalah prilaku,sebutkan
Prilaku kekerasan yang dialami pasiensebelumnya
Status Sosial
a. Hubungan pasien dengan anggota keluarga Baik tidakbaik
b. Kerabat terdekat yang dapat dihubungi
: Nama : Ny I
Hubungan : Istri
Telepon : 08227121xxx
Pekerjaan pasien : Karyawan swasta
3. StatusGiszi
SKRINING GIZI (berdasarkan (MST/Malnutrition Screening Tool) Untuk Pasien dewasa
Antropometri : BB 62 kg TB : 168 cm LILA 38 cm
4. Skrining StatusFungsional
Aktivitas dan mobilisasi : (lampirkan formulir pengkajian status fungsinal Barthel Index)
Mandiri Perlu bantuan, sebutkan
Ketergantungan total, dilaporkan ke dokter (Ya,pukul................Tidak)
5. KebutuhanKhusus
Lanjut usia Pasien kemotherapi/radiasi Ketergantungan obat
Sakit terminal Daya imun rendah Korban kekerasan/terlantar
Penyakit menular Kelainan emosional Lainnya, jelaskan
6. Kebutuhan Edukasi (dikaji pada pasien dan ataukeluarga)
Kebutuhan pembelajaran pasien (pilih topic pembelajaran pada kotak yang tersedia)
Diagnosadan manajemen Obat-obatan Perawatan luka
Rehabilitasi Manajemen nyeri Diet dan nutrisi
Lain-lain
7. Perencanaan Pulang (dilengkapi dalam waktu 48 jam pertama pasien masuk ruang rawat)
a. Pasien tinggal dengan siapa? sendiri anak/lain-lain sebutkansuami
b. Dimana letak kamar pasien di rumah? Lantai dasar Lantaidua/tiga
c. Bagaimana kondisi rumah pasien?
Penerangan lampu terang/cukup terang/ kurang (coret salahsatu)
Kamar tidur jauh/dekat dengan kamar mandi (coret salahsatu)
WC jongkok/duduk (coret salahsatu)
d. Bagaimana perawatan kebutuhan dasar pasien ? Mandiri Dibantu sebagian
Dibantu penuh
e. Apakah pasien memerlukan alat bantu khusus? Ya, sebutkan Tidak
f. Apa makanan pasien? Tidak berdiet Vegetarian Diet, sebutkan . . ..
g. Apakah perlu dirujuk ke komunitas tertentu? Tidak Ya, sebutkan . . ..
ENDOSKOPI Laboratorium
Hasil / Interpretasi: Cardiomegaly disertai dilatasi diatas et elongasi aorta, Pulmo dalam batas
normal
Tromboaspilet 1x1 PO
Lactulac 3x15ml PO
Nebuliser Nacl 4x3ml Nebul
PENILAIAN STATUS FUNGSIONAL
(BERDASARKAN PENILAIAN BARTHEL INDEX)
NILAI SKOR
NO FUNGSI SKOR URAIAN SAAT MGG MGG MGG MGG SAAT
SEBELU
MASU I II III IV PULAN
M SAKIT
K RS DI RS DIRS DI RS DI RS G
Tidak
0 terkendali/teratur
Mengendalikan (perlu pencahar)
1 rangsang defekasi Kadang-kadang
BAB 1 tidakterkendali
2 Madiri √ √ √ √
Tak √
0 terkendali/pakai
Mengendalikan kateter
2 rangsang berkemih Kadang-kadang
(BAK) 1 tak terkendali
2 Madiri √ √ √
Butuh √
Membersihkan diri 0 pertolonganorang
3 (cuci muka, sisir lain
rambut, sikat gigi) √ √ √
1 Mandiri
Tergantung
0 pertolongan orang
Penggunaan lain
jamban, masuk dan Perlu pertolongan √
keluar (memakai pada beberapa
4 kegiatan dapat
celana, 1
membersihkan, mengerjakan
menyiram) sendiri kegiatan
yang lain
2 Mandiri √ √ √
0 Tidak mampu
Perlu ditolong √
5 Makan 1 memotong
makanan
2 Mandiri √ √ √
Perlu banyak
bantuan untuk
1
bisa duduk (2
Berubah sikap dari
6 orang)
berbaring ke duduk
2 Bantuan (2 orang) √
3 Mandiri √ √ √
0 Tidak mampu √
Bisa
1 (pindah)dengan
7 Berpindah/berjalan kursi roda
Berjalandengan
2 bantuan 1orang
3 Mandiri √ √ √
NILAI SKOR
MG SAAT
NO FUNGSI SKOR URAIAN G PULAN
SAAT MGG MGG III MGG G
SEBELU MASU I II DI IV
M SAKIT K RS DIRS DIRS RS DIRS
Tergantung orang
0 lain
1 Sebagian dibantu √
8 Memakai baju
2 Mandiri √ √ √
0 Tidak Mampu
Butuh √ √ √ √
1 pertolongan
9 Naik turun tangga
2 Mandiri
Tergantung orang √
0 lain
10 Mandi
1 Mandiri √ √ √
TOTAL SKOR 19 19 19 8
NAMA & TANGAN PERAWAT Mita Mita Mita Mita
Keterangan :
Data Objektif :
1. Nampak luka post CABG di
tutup kasa, terdapat drain
dengan produksi 84cc/24 jam.
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Pemberian Obat :
Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan
kontraindikasi
09.00 1 Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien Mita
Mempertahankan teknik aseptik pada pasien
10.00 1 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi seperti demam, bengkak, ada Mita
nanah
Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
DISUSUN OLEH
NIM : P2002073
2021
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS
BIODATA PASIEN
Nama / Inisial : Mr .R Usia : 64 thn JK : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaaan : Tidak bekerja (Pensiun)
Status Pernikahan : Menikah
No RM : 120657
Diagnosa Medis : Syok Septik dd Syok Cardiogenik, CAD, HT, CHF
Tanggal Masuk RS : 21 Januari 2021
Alamat : Bukit Damai Indah No 20
Ket :
Laki-laki Garis Perkawinan
Perempuan Garis keturunan
Pasien Garis Serumah
II. PENGKAJIAN
PRIMER
1. Airway :
Paten √Tidak Paten
Jalan Nafas :
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing √Dahak
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor √Ronkhi
Keluhan Lain :
Ada dahak di
saluran ETT, dahak
kental, jumlah
banyak, warna
kuning
2. Breathing :
Gerakan dada : √ Simetris Asimetris
Irama Nafas : √ Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : √ Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada √N/A
Sesak Nafas : Ada √N/A RR : 26 x/mnt BGA : . . . . .
Keluhan Lain:
Pasien terpasang alat
bantu napas
(ventilator)
3. Circulation
Nadi : √ Teraba 123 x/menit Tidak teraba
Sianosis : Ya √ Tidak
Keluhan Lain :
2. B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)
RR: 26 x/m, SPO2 : 99 %
Terpasang ventilator dengan mode PC –BIPAP Rate 20, P inp: 17, PS : 12, PEEP: 5,
Fio2 50 %
3. B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler / Sirkulasi)
Hr : 123 x/m, TD : 125/58 mmHg, akral hangat. T: 37 C, CRT < 2 detik,
4. B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
Ku: sedang, kesadaran: awake, GCS: E4,M6,Vett, pupil 3/3 , isokor.
Ya pukul........... Tidak
2. Risiko decubitus √Tidak Terdapat luka Ya, jelaskan...
PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik Sedang Buruk √ Sangat Buruk
Status Mental Sadar √ Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Sendiri Jalan Dengan Kursi Roda Di tempat tidur √
Bantuan
Mobilitas Bebas Agak Terbatas Sangat Terbatas Tidak Mampu
Bergerak Bergerak √
Inkontinensia Kontinen √ Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Inkontinensia Inkontinensia Urin dan Alvi
Urin
SKOR 8 2 2
TOTAL SKOR 12/ Resiko sedang terjadi dekubitus
Keterangan :
3. Riwayat Psikososial
Status Psikologi
Hubungan : Istri
Telepon : 081xxxxxx94
Pekerjaan pasin : IRT
4. Status Gizi
6. Kebutuhan Khusus
√Lanjut usia Pasien kemotherapi/radiasi Ketergantungan obat
√Sakit terminal √ Daya imun rendah Korban kekerasan/terlantar
Penyakit menular Kelainan emosional Lainnya, jelaskan : tidak ada
7. Kebutuhan Edukasi (dikaji pada pasien dan atau keluarga)
Kebutuhan pembelajaran pasien (pilih topic pembelajaran pada kotak yang tersedia)
Lain- lain
8. Perencanaan Pulang (dilengkapi dalam waktu 48 jam pertama pasien masuk ruang
rawat)
√WC duduk
NILAI SKOR
NO FUNGSI SKOR URAIAN SAAT MGG MG MGG MGG SAAT
SEBELU
MASU I G III IV PULAN
M
K RS DI RS II DI RS DI RS G
SAKIT
DI
RS
Tidak √
0 terkendali/teratur
Mengendalikan (perlu pencahar)
1 rangsang defekasi Kadang-kadang
BAB 1 tidak terkendali
2 Madiri √
Tak √
0 terkendali/pakai
Mengendalikan kateter
2 rangsang berkemih Kadang-kadang
(BAK) 1 tak terkendali
2 Madiri √
Butuh √ √
Membersihkan diri 0 pertolongan orang
3 (cuci muka, sisir lain
rambut, sikat gigi) √
1 Mandiri
Tergantung
0 pertolongan orang
Penggunaan lain
jamban, masuk dan Perlu pertolongan √
keluar (memakai pada beberapa
4 kegiatan dapat
celana, 1
membersihkan, mengerjakan
menyiram) sendiri kegiatan
yang lain
2 Mandiri √
0 Tidak mampu
Perlu ditolong √
5 Makan 1 memotong
makanan
2 Mandiri √
Perlu banyak
bantuan untuk
1
bisa duduk (2
Berubah sikap dari
6 orang)
berbaring ke duduk
2 Bantuan (2 orang) √
3 Mandiri √
0 Tidak mampu √
Bisa
1 (pindah)dengan
7 Berpindah/berjalan kursi roda
Berjalan dengan
2 bantuan 1 orang
3 Mandiri √
NILAI SKOR
MG SAAT
NO FUNGSI SKOR URAIAN G PULAN
SAAT MGG MGG III MGG G
SEBELU MASU I II DI IV
M SAKIT K RS DI RS DI RS RS DI RS
0
Tergantung orang √
lain
1 Sebagian dibantu
8 Memakai baju
2 Mandiri √
0 Tidak Mampu
1
Butuh √
9 Naik turun tangga pertolongan
2 Mandiri √
0
Tergantung orang √
10 Mandi lain
1 Mandiri √
TOTAL SKOR 20 5
NAMA & TANGAN PERAWAT Mita Mita
Keterangan : Saat masuk RS memiliki ketergantungan berat
DO:
Batuk tidak efektif
Ada dahak di saluran ETT, Hipersekresi kelenjar mukosa
dahak kental, jumlah
banyak, warna kuning
Suara nafas ronkhi
Pasien terpasang
ventilator
Akumulasi sekret berlebih
TTV:TD:125/58mmHg
N: 123x/mnt
T: 37 C
RR: 26 x/mnt
Spo2: 99%
Sekret mengental di jalan napas
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Frekuensi napas √
Pola napas √
Edukasi
Kolaborasi