ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK (STEMI)
Disusun oleh :
Settiyana (PO6220119430)
REGULER V
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.
STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total
sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat
nutrisi - oksigen dan mati. Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosa
rawat inap terserang di Negara maju. IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian
dari spectrum koroner akut yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa
elevasi ST dan IMA dengan elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi
thrombus pada plak arterosklerosis yang sudah ada sebelumnya (Sudarjo, 2019).
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai
akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis
inversibel otot jantung. (Huan H Gray,dkk,2020,136).
Infark miokard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan
darah koroner miokard karena ketidakadekuatan aliran darah (Carpenito, 2018).
Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan
karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos, 2019).
Infark miokard merupakan akibat dari iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45
menit yang memyebabkan kerusakan selular yang irreversible dan kematian otot atau
nekrosis pada bagian miokardium (Price &Wilson, 2019).
2. Etiologi/Penyebab
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard. Penyebab
penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner karena
ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh embolus atau
thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu terjadi
ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen.
Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid.
b. Laboratotium
1. Pemeriksaan Enzim jantung
- CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam
(3-5 hari).
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
- LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2 : Meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
- AST (/SGOT : Meningkat
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q nyata,
elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini tampak
pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis.
Selang beberapa waktu gelombang ST dan gelombang T akan kembali normal
hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograf adanya infark
lama.
Nekrosis
Resiko
penurunan
Metabolism anaerob Seluler hipoksia
curah
jantung
Gangguan
Timbunan asam
pertukaran Nyeri
laktat meningkat
gas Integritas membrane sel berubah
Intoleransi
aktifitas
COP turun Kegagalann pompa
jantung
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung.
Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung,
dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan
PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk
menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat
dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra
untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi
jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan
kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri
koroner.
h. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien, kemudian
dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola
tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar gamma. (Kabo,
2019).
6. Penatalaksanaan Medik
a. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil
kerusakan jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-
obatan ,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap
mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan
suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2.
Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2
telah mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk
mengurangi beben kerja jantung membatasi luas kerusakan.
b. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai
oksigen; Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG
(nitrogliserin). Anti koagulan Missal;heparin (untuk mempertahankan
integritas jantung) Trombolitik Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam
tubuh). (Smeltzer & Bare,2020).
B. Analgesik
Nyeri pada sindroma koroner akut harus ditangani agar nyeri tidak
menginduksi pelepasan katekolamin yang memperberat beban jantung.
Analgesik yang dapat diberikan adalah:
D. Morfin
Morfin pada non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) diberikan 1-5
mg melalui intravena. Pemberian dapat diulang 5-30 menit sesuai dengan
kondisi nyeri pasien, namun hati-hati terhapat overdosis yang dapat
menyebabkan depresi pernapasan dan hipotensi. Naloxon 0,4-2,0 mg intravena
diberikan apabila terjadi overdosis morfin. Pemberian morfin pada STEMI
diberikan 2-4 mg secara intravena.
E. Antiplatelet
Antiplatelet seperti aspirin dan clopidogrel dapat digunakan sebagai tata
laksana sindrom koroner akut.
F. Aspirin
Aspirin diberikan 160-320 mg, dikunyah untuk dosis awal. Selanjutnya
diberikan dosis rumatan sebesar 80 mg tiap per hari.
G. Clopidogrel
Pemberian clopidogrel sebagai penatalaksanaan sindrom koroner akut dimulai
dengan dosis awal 300-600 mg, lalu dilanjutkan dengan dosis rumatan 75 mg
per hari.
H. Penurun Kolesterol
Pasien dengan sindroma koroner akut juga dapat memiliki kelainan
metabolisme seperti diabetes maupun dislipidemia. Dislipidemia ditatalaksana
dengan pemberian obat penurun kolesterol yang pilihan utamanya golongan
HMG co-A reductase inhibitor. Sediaan yang banyak tersedia adalah
simvastatin 40 mg per hari atau atorvastatin 10-20 mg per hari.
I. Stratifikasi Risiko
Sebelum terapi reperfusi pasien dengan NSTEMI harus dilakukan penilaian
stratifikasi risiko. Hal ini agar mencegah dilakukannya prosedur yang tidak
perlu dalam pemilihan strategi invasif. Stratifikasi risiko dilakukan dengan
sistem skoring menggunakan salah satu dari 2 sistem skoring di bawah ini.
J. Terapi Reperfusi
Sebelum dilakukan reperfusi, pasien STEMI harus dilakukan penilaian
stratifikasi risiko. Tata laksana berikutnya adalah tindakan reperfusi. Tindakan
reperfusi dapat dilakukan dengan:
1. Fibrinolisis
2. Intervensi (primary PCI)
3. Operasi coronary artery bypass graft (CABG)
4. Fibrinolisis
Vital Sign Status Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
DO/DS: Tissue perfusion: perifer Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
- Aritmia, takikardia, bradikardia Setelah dilakukan asuhan selama 3x 24 jantung
- Palpitasi, oedem jam penurunan kardiak output klien Monitor balance cairan
- Kelelahan teratasi dengan kriteria hasil: Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
- Peningkatan/penurunan JVP Tanda Vital dalam rentang normal antiaritmia
- Distensi vena jugularis (Tekanan darah, Nadi, respirasi) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
- Kulit dingin dan lembab Dapat mentoleransi aktivitas, kelelahan
- Penurunan denyut nadi perifer tidak ada kelelahan Monitor toleransi aktivitas pasien
- Oliguria, kaplari refill lambat Tidak ada edema paru, perifer, Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
- Nafas pendek/ sesak nafas dan tidak ada asites Anjurkan untuk menurunkan stress
- Perubahan warna kulit Tidak ada penurunan kesadaran Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Batuk, bunyi jantung S3/S4 AGD dalam batas normal Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Kecemasan Tidak ada distensi vena leher Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Warna kulit normal Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus
perifer
Minimalkan stress lingkungan
c. Intoleransi Aktivitas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
Berhubungan dengan : Toleransi aktivitas
Tirah Baring atau imobilisasi aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Kelemahan menyeluruh Konservasi Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Ketidakseimbangan antara suplei eneergi Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
Gaya hidup yang dipertahankan. selama 3x 24 jam. Pasien bertoleransi Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
DS: terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
kelelahan atau kelemahan. dalam aktivitas fisik tanpa disertai Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Adanya dyspneu atau peningkatan tekanan darah, nadi dan Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
Gangguan Pertukaran gas Respiratory Status : Gas exchange Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Berhubungan dengan : Keseimbangan asam Basa, Elektrolit Pasang mayo bila perlu
è ketidakseimbangan perfusi ventilasi Respiratory Status : ventilation Lakukan fisioterapi dada jika perlu
è perubahan membran kapiler-alveolar Vital Sign Status Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
DS: Setelah dilakukan tindakan
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
è sakit kepala ketika bangun keperawatan selama 3x 24 jam
Barikan pelembab udara
è Dyspnoe Gangguan pertukaran pasien teratasi
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
è Gangguan penglihatan dengan kriteria hasi:
Monitor respirasi dan status O2
DO: Mendemonstrasikan peningkatan
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
è Penurunan CO2 ventilasi dan oksigenasi yang
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
è Takikardi adekuat
Monitor suara nafas, seperti dengkur
è Hiperkapnia Memelihara kebersihan paru paru
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
è Keletihan dan bebas dari tanda tanda distress
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
è Iritabilitas pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
è Hypoxia
dan suara nafas yang bersih, tidak ventilasi dan suara tambahan
è kebingungan
è sianosis ada sianosis dan dyspneu (mampu Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) mengeluarkan sputum, mampu Observasi sianosis khususnya membran mukosa
è Hipoksemia bernafas dengan mudah, tidak ada Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan
è hiperkarbia pursed lips) tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,
è pH arteri abnormal normal Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
èfrekuensi dan kedalaman nafas abnormal AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam batas
normal
3. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan mlibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Menurut Craven
dan Himle, evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien
yang tampil.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC.
Suyono, S et al. (2003). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI