Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama.
Banyak pasien yang mangalami kematian akibat penyakit jantung. Penanganan
yang salah dan kurang cepat serta cermat adalah salah satu penyebab kematian.
Infark miokard akut  merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan
perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita  infark miokard
setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini.
Masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah membuat mereka salah
untuk pengambilan keputusan penangan utama. Sehingga menyebabkan
keterlambatan untuk ditangani. Hal ini yang sering menyebabkan kematian.
Berbagai penelitian standar terapi trombolitik secara besar-besaran telah
dipublikasikan untuk infark miokard akut (IMA) dengan harapan memperoleh hasil
optimal dalam reperfusi koroner maupun stabilisasi koroner setelah iskemia.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa definisi dari STEMI.
1.2.2 Apa etiologi dari STEMI.
1.2.3 Apa manifestasi klinis dari STEMI.
1.2.4 Apa penatalaksanaan dari STEMI.
1.2.5 Bagaimana pathofisiologi dari STEMI.
1.2.6 BagaimanaWeb of Cause dari STEMI.
1.2.7 Bagaimana Askep pada STEMI.
 
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari STEMI.
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari STEMI.
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari STEMI.
1.3.4 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari STEMI.
1.3.5 Untuk mengetahui pathofisiologi dari STEMI.
1.3.6 Untuk mengetahui Web of Cause dari STEMI.
1.3.7 Untuk mengetahui Askep dari STEMI.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di
Negara maju. Laju mortalitas awal 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi
sebelum pasien mencapai Rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30%
dalam 2 dekade terakhir, sekita 1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan
awal, meninggal dalam tahun pertama setelah IMA (Sudoyo, 2006).
IMA dengan elevasi ST (ST elevation myocardial infarction = STEMI) merupakan
bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pectoris tak
stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST. STEMI umumnya terjadi jika
aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya (Sudoyo, 2006).

2.2 Etiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid.

2.3 Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu
STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis,
sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture
jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI
gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi
alasan pada STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik.
Selanjutnya  pada lokasi rupture plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin,
serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan
melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor local yang poten). Selain itu aktivasi

2
trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIB/IIIA. Setelah
mengalami konversi fungsinya, reseptor, mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen
asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF)
dan fdibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalent yang dapat mengikat dua
platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue faktor pada sel endotel yang
rusak. Faktor VII dan X diaktivasi mengakibatkan konversi protombin menjadi thrombin,
yang kemudian menkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit)
kemudian akan mengalami oklusi oleh trombosit dan fibrin.
Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri
koroner yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas congenital, spasme koroner
dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.

3
WOC

Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Nekrosi
s

Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Suplay oksigen ke Miokard menurun

Resiko
Metabolism Seluler hipoksia penurunan
anaerob curah
Gangguan jantung
Timbunan asam
pertukaran Nyeri
laktat meningkat
gas Integritas membrane sel berubah

Kelemahan
Kecemasan Kontraktilitas turun

Intoleransi
aktifitas
COP turun
Kegagalann pompa
jantung
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung

Resiko kelebihan volume


cairan ekstravaskuler
4
2.4 Manifestasi Klinis
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesa
secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika
dicurigai nyeri dada yang berasal dari jantung dibedakan apakah nyerinnya berasal dari
koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat infark miokard
sebelumnya serta faktor-faktor risiko antara lain hipertensi, diabetes militus, dislipidemia,
merokok, stress serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat dan tepat
apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang terlambat atau yang salah
dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang berat.
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA. Gejala ini
merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA. Sifat nyeri dada angina
sebagai berikut:
 Lokasi: substernal, retrosternal, dan prekordial.
 Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti
ditusuk, rasa diperas, dan diplintir.
 Penjalaran ke: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut, dan juga ke lengan kanan.
 Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat.
 Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
 Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas dan
lemas.

Diagnosis banding nyeri dada STEMI antara lain perikarditis akut, emboli paru,
diseksi aorta akut, kostokondritis dan gangguan gastrointestinal, Nyeri dada tidak selalu
ditemukan pada STEMI. STEMI tanpa nyeri lebih sering dijumpai pada diabetes militus
dan usia lanjut.
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali
ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit
dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark
anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardi dan atau
hipotensi). Tanda fisis lain pada disfungsi fentrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan
intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat
ditemukan murmur midsistolik atau late sistlik apical yang bersifat sementara karena
disfungsi apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai
38°C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.

5
Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada
yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST ≥2mm, minimal pada 2 sandapan
prekordial yang berdampingan atau  ≥1mm pada 2 sandapan ekstremitas. Pemeriksaan
enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis, namun
keputusan memberikan terapi revaskularisasi tak perlu menunggu hasil pemeriksaan
enzim, mengingat dalam tatalaksana IMA, prinsip utama Penatalaksanaan adalah time is
muscle.
Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan
nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera
dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan EKG di IGD merupakan senter
dalam menentukan keputusan terapi karena bukti kuat menunjukkan gambaran elevasi
segmen ST dapat mengidentifikasi pasien yang bermanfaat untuk dilakukan terapi
perfusi. JIka pemeriksan EKG awal tidak diagnostic untuk STEMI tetapi pasien tetap
simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serial dengan interval 5-10 menit
atau pemantauan EKG 12 sandapan secara continue harus dilakukan untuk mendeteksi
potensi perkembangan elevasi segmen ST. Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG
sisi kanan harus diambil untuk mendeteksi kemungkinan infark pada ventrikel kanan.
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST mengalami
evlolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya infark miokard gelombang Q.
Sebagian kecil menetap menjadi infark miokard gelombang non Q. Jika obstruksi
thrombus tidak total, obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral,
biasanya tidak ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami
angina pectoris tak stabil atau non STEMI. Pada bagian pasien tanpa elevasi ST
berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut infark non Q. Sebelumnya istilah
infark miokard transmural digunakan jika EKG menunjukkan gelombang Q atau hilangnya
gelombang R dan infark miokard miokard non transmural jika EKG hanya menunjukkan
perubahan sementara segmen ST dan gelombang T, namun ternyata tidak selalu ada
korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi infark (mural/transmural) sehingga
terminology IMA gelombang Q dan non Q menggantikan IMA mural/nontransmural.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana
pasien STEMI namun tidak boleh menghambat implementasi terapi repefusi.
1. Petanda (Biomarker) Kerusakan Jantung
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah Creatinin Kinase (CK)MB dan cardiac
specific troponin (cTn)T atau cTn1 dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan
sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal,

6
karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan
elevasi ST dan gejala IMA, terapi reperfusi diberikan segera mungkin dan tidak
tergantung pada pemeriksaan biomarker. Pengingkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai
batas atas normal menunjukkan ada nekrosis jantung (infark miokard).
CKMB: meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan kembali normal dala 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis dan
kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.
cTn: ada 2 jenis yaitu cTn T dab cTn I. Enzim mini meningkat setelah 2 jam bila ada
infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi
setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.

2. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:


Mioglobin: dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam.
Creatinin Kinase (CK): Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai
puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24 jam bila ada infark miokard,
mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
Garis horizontal menunjukkan upper reference limit (URL) biomarker jantung pada
laboratorium kimia klinis. URL adalah nilai mempresentasikan 99th percentile kelompok
control tanpa STEMI.
Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah leikositosis polimorfonuklear yang
dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari.
Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/u1.

2.6 Penatalaksanaan
Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat ini mengacu pada data-data dari
evidence based berdasarkan penelitian randomized clinical trial yang terus berkembnag
ataupun konsesus dari para ahli sesuai pedoman (guideline).
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri
dada, penilaian dan implementasi strategi perfusi yang mungkin dilakukan, pemberian
antitrombotik dan terapi antiplatelet, pemberian obat penunjang dan tatalaksana
komplikasi IMA. Terdapat beberapa pedoman (guidelie) dalam tatalaksana IMA dengan
elevasi ST yaitu dari ACC/AHA tahun 2004 dan ESC tahun 2003. Walaupun demikian
perlu disesuaikan dengan kondisi sarana/fasilitas di tempat masing-masing senter dan
kemampuan ahli yang ada (khususnya di bidang kardiologi Intervensi).

7
 Tatalaksana Awal
1. Tatalaksana Pra Rumah Sakit
Prognosis STEMI sebagian besar tergantung adanya 2 kelompok komplikasi
umum yaitu: komplikasi elektrikal (aritmia) dan komplikasi mekanik (pump
failure). Sebagian besar  kematian di luar Rumah Sakit pada STEMI disebabkan
adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam
pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pertama.
Sehingga elemen utama tatalaksana prahospital pada pasien yang dicurigai
STEMI antara lain:
 Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.
Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan
resusitasi.
Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta
staf medis dokter dan perawat yang terlatih.
 Melakukan terapi perfusi.
Keterlambatan terbanyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan
selama transportasi ke Rumah Sakit, namun karena lama waktu mulai onset
nyeri dada sampai keputusan pasien untuk meminta pertolongan. Hal ini bisa di
tanggulangi dengan cara edukasi kepada masyarakat oleh tenaga professional
kesehatan mengenai pentingnya tatalaksana dini.

Pemberian fibrinolitik pra hospital hanya bisa dikerjakan jika ada paramedic di
ambulans yang sudah terlatih untuk menginterpretasi EKG dan tatalaksana STEMI dan
kendali komando medis online yang bertanggung jawab pada pemberian terapi. Di
Indonesia saat ini pemberian trombolitik pra hospital ini belum bisa dilakukan.
Panel A: Pasien dibawa oleh EMS setelah memanggil 9-1-1: Reperfusi pada
pasien STEMI dapat dilakukan dengan terapi farmakologis (fibrinolisis) atau pendekatan
kateter (PCI primer). Implementasi strategi ini bervariasi tergantung cara transportasi
pasien dan kemampuan penerimaan rumah sakit. Sasaran adalah waktu iskemia total
120 menit. Waktu transport ke rumah sakit bervariasi dari kasus ke kasus lainnya, tetapi
sasaran waktu iskemik total adalah 120 menit. Terdapat 3 kemungkinan:
JIka EMS mempunyai kemampuan memberikan fibrinolitik dan pasien
memennuhi syarat tetapi, fibrinolisis pra rumah sakit dapat dimulai dalam  30 menit sejak
EMS tiba.
Jika EMS tidak mampu memberikan fibrinolisis sebelum ke rumah sakit dan
pasien dibawa ke rumah sakit yang tak tersedia sarana PCI, hospital door-needle time
harus dalam 30 menit untuk pasien yang mempunyai indikasi fibrinolitik.

8
Jika EMS tidak mampu memberikan fibrinolisis sebelum ke rumah sakit dan pasien
dibawa ke rumah sakit dengan sarana PCI, hospital-door-to-balloon time harus dalam
waktu 90 menit.

2. Tatalaksana di Ruang Emergensi


Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien yang dicurigai STEMI mencakup:
mengurangi/menghilangkan nyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan
kandidat terapi perfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang tepat di
rumah sakit dan menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI.
 Tatalaksana Umum
Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri
<90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama
6 jam pertama.
Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan
dapat diberikan sampai 3 dosis dengan Intervensi 5 menit. Selain mengurangi nyeri
dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi
pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada
terus berlangsung dapat diberikan NGT intravena. NGT intravena juga diberikan
untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru.
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90mmHg
atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada
EKG, JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari pada
pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam
sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Mengurangi/menghilangkan nyeri dada
Mengurangi atau menghilangkan nyeri dada sangat penting, karena nyeri dikaitkan
dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan
beban jantung.
Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesic pilihan dalam
tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan
dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping
yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar
melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi

9
curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi
tungkai pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%.
Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau
blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini
biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropine 0,5 mgIV.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif
pada spectrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorbsi aspirin bukkal
dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang bias adiberikan adalah metoprolol 5 mg
setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit,
tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronchi tidak lebih
dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan
dengan metoprolol oral dengan dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral
dengan dosis 50 mg tiap 6 jam dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
Terapi Reperfusi
Reperfusi dini akan memeperpendek  lamaoklusi koroner, meminimlakan derajat
disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi  kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventricular yang maligna.
Sasaran terapi perfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle (atau medical
contact-to-needle) time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30
menit atau door-to-ballon) time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.

  2.7 Prognosis
               Kelangsungan hidup kedua pasien STEMI dan NSTEMI selama enam bulan
setelah serangan jantung hampir tidak berbeda. Hasil jangka panjang yang ditingkatkan
dengan kepatuhan hati-hati terhadap terapi medis lanjutan, dan ini penting bahwa semua
pasien yang menderita serangan jantung secara teratur dan terus malakukan terapi
jangka panjang dengan obat-obatan seperti:
ASPIRIN®
clopidrogel
statin (cholesterol lowering) drugs

10
beta blockers (obat-obat yang memperlambat denyut jantung dan melindungi otot
jantung)
ACE inhibitors (obat yang meningkatkan fungsi miokard dan aliran darah)
Kerusakan pada otot jantung tidak selalu bermanifestasi sebagai rasa sakit dada
yang khas, biasanya berhubungan dengan serangan jantung. Bahkan jika penampilan
karakteristik EKG ST elevasi tidak dilihat, serangan jantung mengakibatkan kerusakan
otot jantung, sehingga cara terbaik untuk menangani serangan jantung adalah untuk
mencegah mereka.

Tabel 2.7.1: Risk Score untuk Infark Miokard dengan Elevasi ST (STEMI)
 Faktor Risiko (Bobot)
Skor Risiko/Mortalitas 30 hari(%)
1. Usia 65-74 tahun (2 poin)
0 (0,8)
2. Usia > 75 tahun (3 poin)
1 (1,6)
3. Diabetes mellitus/hipertensi atau angina (1 poin)
2 (2,2)
4. Tekanan darah sistolik < 100 mmHg (3 poin)
3 (4,4)
5. Frekuensi jantung > 100 mmHg (2 poin)
4 (7,3)
6. Klasifikasi Killip II-IV (2 poin)
5 (12,4)
7. Berat < 67 kg (1 poin)
6 (16,1)
8. Elevasi ST anterior atau LBBB (1 poin)
7 (23,4)
9. Waktu ke perfusi > 4 jam (1 poin)
8 (26,8)
10.Skor risiko = total poin ( 0-14 )
>8 (35,9)

11
2.8 Diagnosa dan Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokardium.
Kriteria hasil: Mengidentifikasi metode yang dapat menghilangkan nyeri,melaporkan nyeri
hilang atau terkontrol.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Kolaboratif
Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
1. Agen non steroid, mis: 1. Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan
indometasin(indocin);, respon inflamasi.
ASA(aspirin) 2. Untuk menurunkan demam dan
2. Antipiretik mis: ASA/asetaminofen meningkatkan kenyamanan.
(tylenol) 3. Diberikan untuk gejala yang lebih berat.
3. Steroid 4. Memaksimalkan ketersediaan oksigen
4. Oksigen 3-4 liter/menit untuk menurunkan beban kerja jantung
dan menurunkan ketidaknyamanan
karena iskemia.
Mandiri    1. Mengetahui lokasi dan derajat nyeri. Pada
1. Selidiki keluhan nyeri dada, iskemia miokardium nyeri dapat
memperhatikan awitan, faktor memburuk dengan inspirasi dalam,
pemberat atau penurun gerakan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak atau membungkuk.
2.  Memberikan lingkungan yang tenang dan
tidakan kenyamanan. Mislanya merubah
posisi, menggunakan kompres hangat,
dan menggosok punggung
Tindakan ini dapat meningkatkan
kenyamanan fisik dan emosional pasien.

2. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan konstriksi


fungsi ventrikel, degenerasi otot jantung.
Kriteria hasil: Menurunkan episode dispnea, angina dan disritmia. Mengidentifikassi
perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri
1.  Pantau irama dan frekuensi jantung 1. a.Takikardia dan disritmia dapat terjadi
a. Auskultasi bunyi jantung. saat jantung berupaya untuk
Perhatikan jarak / tonus jantung, meningkatkan curahnya berespon
murmur, gallop S3 dan S4. terhadap demam. Hipoksia, dan
b. Dorong tirah baring dalam posisi asidosis karena iskemia.
semi fowler b.  Memberikan deteksi dini dari terjadinya
komplikasi misalnya GJK, tamponade
jantung.

2.  Berikan tindakan kenyamanan 2.  Menurunkan beban kerja jantung,


misalnya perubahan posisi dan memaksimalkan curah jantung
gosokan punggung, dan aktivitas
hiburan dalam toleransi jantung

12
3. Dorong penggunaan teknik 3.  Meningkatkan relaksasi dan
menejemen stress misalnya latihan mengarahkan kembali perhatian.
pernapasan dan bimbingan imajinasi Perilaku ini dapat mengontrol
ansietas, meningkatkan relaksasi dan
menurunkan kerja jantung
4. Evaluasi keluhan lelah, dispnea, 4.  Manifestasi klinis dari GJK yang dapat
palpitasi, nyeri dada kontinyu. menyertai endokarditis atau
Perhatikan adanya bunyi napas miokarditis
adventisius, demam
Kolaboratif
1. Berikan oksigen komplemen 1.  Meningkatkan keseterdian oksigen
untuk fungsi miokard dan menurunkan
efek metabolism anaerob,yang terjadi
sebagai akibat dari hipoksia dan
asidosis.
2. Berikan obat – obatan sesuai 2.  Dapat diberikan untuk meningkatkan
dengan indikasi misalnya digitalis, kontraktilitas miokard dan
diuretik menurunkan beban kerja jantung
pada adanya GJK ( miocarditis)

3. Antibiotic/ anti microbial IV 3.  Diberikan untuk mengatasi pathogen


yang teridentifikasi, mencegah
kerusakan jantung lebih lanjut.
4. Bantu dalam periokardiosintesis 4.  prosedur dapat dilakuan di tempat tidur
darurat untuk menurunkan tekanan cairan di
sekitar jantung.
5. Siapkan pasien untuk pembedahan 5.  Penggantian katup mungkin diperlukan
bila diindikasikan untuk memperbaiki curah jantung

3. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan b.d menurunya suplai oksegen ke
otot.
Kriteria hasil: mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara
individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi
perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Evaluasi status mental. 1. Indicator yang menunjukkan embolisasi
Perhatikikan terjadinya sistemik pada otak.
hemiparalisis, afasia, kejang,
muntah, peningkatan TD.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba- 2.  Emboli arteri, mempengaruhi jantung
tiba yang disertai dengan takipnea, dan / atau organ vital lain, dapat terjadi
nyeri pleuritik, sianosis, pucat sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
atau disritmia kronis
3. Tingkatkan tirah baring dengan 3. Dapat mencegah pembentukan atau
tepat migrasi emboli pada pasien endokarditis.
Tirah baring lama, membawa resikonya
sendiri tentang terjadinya fenomena
tromboembolic.

13
4. Dorong latihan aktif/ bantu dengan 4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran
rentang gerak sesuai toleransi. balik vena karenanya menurunkan
resiko pembentukan thrombus.
Kolaborasi Heparin dapat digunakan secara
Berikan antikoagulan, contoh heparin, profilaksis bila pasien memerlukan tirah
warfarin (coumadin) baring lama, mengalami sepsis atau
GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah
penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada
perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk
terapi setelah penggantian katup jangka
panjang, atau adanya thrombus perifer.

4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan


Kriteria Hasil: mempertahankan pola nafas efektif bebas sianosis, dan tanda lain dari
hipoksia.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1.  Kecepatan dan upaya mungkin
kedalaman. Contoh adanya dispnea, meningkat karena nyeri, takut, demam,
penggunaan otot bantu nafas, penurunan volume sirkulasi, hipoksia
pelebaran nasal. atau diatensi gaster.
2. Lihat kulit dan membran mukosa untuk 2. Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
adanya sianosis. menunjukkan kondisi hipoksia atau
komplikasi paru
3. Tinggikan kepala tempat tidur letakkan 3. Merangsang fungsi pernafasan /
pada posisi duduk tinggi atau ekspansi paru. Efektif pada pencegahan
semifowler. dan perbaikan kongesti paru.
Kolaborasi:
Berikan tambahan oksigen dengan kanul Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
atau masker, sesuai indikasi untuk kebutuhan sirkulasi khususnya pada
adanya gangguan ventilasi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot


miokard, penurunan curah jantung
Kriteria hasil: menunjukkan toleransi aktivitas, menunjukkan pemahaman tentang
pembatasan terapeutik yang diperlukan.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. 1.   Miokarditis menyebabkan inflamasi
Perhatikan adanya dan perubahan dan kemungkinan kerusakan sel-sel
dalam keluhan kelemahan, keletihan, miokardial, sebagai akibat GJK.

14
dan dispnea berkenaan dengan Penurunan pengisian dan curah
aktivitas jantung dapat menyebabkan
pengumpulan cairan dalam kantung
perikardial bila ada perikarditis.
Akhirnya endikarditis dapat terjadi
dengan disfungsi katup, secara
negatif mempengaruhi curah
jantung
2. Pantau frekuensi dan irama jantung, 2.  Membantu derajad dekompensasi
tekanan darah, dan frekuensi jantung and pulmonal penurunan
pernapasan sebelum dan sesudah TD, takikardia, disritmia, takipnea
aktivitas dan selam di perlukan adalah indikasi intoleransi jantung
terhadap aktivitas.
3. Mempertahankan tirah baring selama 3.  Demam meningkatkan kebutuhan
periode demam dan sesuai indikasi. dan konsumsi oksigen, karenanya
meningkatkan beban kerja jantung,
dan menurunkan toleransi aktivitas
4. Membantu klien dalam latihan progresif 4.  Pada saat terjadi inflamasi klien
bertahap sesegera mungkin untuk mungkin dapat melakukan aktivitas
turun dari tempat tidur, mencatat yang diinginkan, kecuali kerusakan
respon tanda vital dan toleransi pasien miokard permanen.
pada peningkatan aktivitas

5. Evaluasi respon emosional 5.   Ansietas akan terjadi karena proses


inflamasi dan nyeri yang di
timbulkan. Dikungan diperlukan
untuk mengatasi frustasi terhadap
hospitalisasi.
Kolaborasi
Berikan oksigen suplemen Peningkatan ketersediaan oksigen
mengimbangi peningkatan konsumsi
oksigen yang terjadi dengan
aktivitas.

6.     Kurang pengetahuan kondisi penyakit


Kriteria hasil : menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan
dan kemungkinan komplikasi.

Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Jelaskan efek inflamasi pada jantung, 1. Untuk bertanggung jawab terhadap
ajarkan untuk memperhatikan gejala kesehatan sendiri, pasien perlu
sehubungan dengan komplikasi / memahami penyebab khusus,
berulangnya dan gejala yang pengobatan, dan efek jangka
dilaporkan dengan segera pada panjang yang diharapkan dari
pemberi perawatan misalny demam, kondisi inflamasi, sesuai dengan
nyeri, peningkatan berat badan, tanda/gejala yang menunjukkan
peningkatan toleransi terhadap kekambuhan/komplikasi

15
aktifitas.

2. Anjurkan pasien/orang terdekat 2. Untuk bertanggung jawab terhadap


tentang dosis, tujuan dan efek kesehatan sendiri, pasien perlu
samping obat: kebutuhan memahami penyebab khusus,
diet/pertimbangan khusus: aktivitas pengobatan, dan efek jangka
yang diizinkan/dibatasi panjang yang diharapkan dari
kondisi inflamasi, sesuai dengan
tanda/gejala yang menunjukkan
kekambuhan/komplikasi

3. Kaji ulang perlunya antibiotic jangka 3. Perawatan di rumah sakit lama /


panjang/terapi antimikrobial pemberian antibiotic IV /
antimicrobial perlu sampai kultur
darah negative / hasil darah lain
menunjukkan tak ada infeksi.

4. Tekankan pentingnya evaluasi 4. Pemahaman alasan  untuk


perawatan medis teratur. Anjurkan pengawasan medis dan rencana
pasien membuat perjanjian. untuk/penerimaan tanggung jawab

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : Tn.A
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

16
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Tanggal masuk RS : 24 Juni 2018
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kota Jaya
Diagonosa Medis : STEMI
Tanggal pengkajian : 24 Juni 2018
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan utama
Nyeri dada
b. Riwayat penyakit sekarang
3 jam sebelum MRS klien tiba-tiba pingsan, dada terasa tertekan, nyeri
menjalar ke bahu belakang, keluar keringat dingin. Maka oleh tetangganya
di bawa ke IGD RSMS tanggal 24 Juni 2018 jam 11.20 WIB dan masuk ke
ICCU. Saat dilakukan pengkajian, pasien mengeluh nyeri dada seperti
tertekan, nyeri menjalar kebahu belakang, klien merasa badannya terasa
lemas seperti tidak memiliki tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah
lelah, inginya tiduran terus, masih bisa beraktivitas namun tidak dapat
berjalan melebihi 60 meter, badan terasa lemas pada bagian punggung
menjalar ke ekstermitas,dengan skala 5,lemas saat beraktivitas ringan.
Selain itu pasien mengeluh nafsu makan menurun, saat masuk makanan
akan terasa mual, BB sebelum sakit 80 kg dan setelah sakit 70 kg. KU:
lemas, TD: 100/80 mmHg, Nadi: 67x/menit, RR: 20x/menit, S: 360C.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah dirawat di RSUD Lahat pada tahun 2011 karena penyakit
hipertensi dengan Tekanan darah 190/100 mmHg dan memiliki penyakit
Asma dan rutin mengkonsumsi obat Symbiccort budesodine.

d. Riwayat penyakit keluarga


Klien telah berkeluarga dan memiliki 4 anak yaitu laki-laki dan
perempuan. Pasien mengatakan tidak memiliki waktu untuk berolahraga,
saat muda suka bermain sepak bola, tapi sekarang sudah tidak lagi. Selain
sepak bola tidak menyukai olahraga yang lain. Dalam keluarganya juga
tidak menerapkan pola hidup yang sehat. Pasien merokok karena dalam
keluarganya yang laki-laki kebanyakan merokok.

17
Keterangan :
: Laki-laki
:Perempuan
X :Meninggal Dunia
: Klien
: Tinggal serumah
A. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola persepsi kesehetan dan manajemen kesehatan
Riwayat medis sebelumnya
Riwayat imunisasi : Pasien mengatakan lupa riwayat imunsasi klien, tetapi klien
belum pernah mengalami penyakit seperti tetanus, polio dan gangguan
pernafasan kronis seperti pneumonia dan TB paru.
Merokok :Sebelum sakit pasien pernah merokok, namun semenjak sakit sudah
berhenti.
Riwayat alergi : Klien mengatakan memiliki alergi terhadap debu
Persepsi tentang kesehatan : Pasien mengatakan kesehatan itu penting dan
ingin penyakitnya sembuh sehingga pasien memeriksakan kesehatanya di
pelayanan kesehatan.

Kebiasaan manajemen kesehatan :


 Karena klien sibuk bekerja, klien tidak ada waktu untuk olahraga
 Setelah sakit,klien mengikuti seluruh prosedur pengobatan medis secara
teratur,seperti minum obat dan mulai berhenti merokok, klien juga sudah
tidak bekerja kembali dan hanya tinggal dirumah
 klien mengatakan jika ada keluarganya yang sakit akan berobat ke
puskesmas/rumah sakit

18
 Klien mengatakan rumah sudah permanen,lantai sudah disemen, dirumah
sudah ada fasilitas MCK.
DS :
Pasien mengatakan ingin sekali bisa sembuh dari sakit yang dialaminya
Klien mengatakan sudah tidak bekerja lagi setelah sakit, peran sebagai
pencari nafkah diganti oleh anaknya.
DO :
 Pasien dibawa ke rumah sakit karena tiba- tiba pingsan dan nyeri dada
 Karena klien sibuk bekerja, klien tidak ada waktu untuk olahraga
 Setelah sakit,klien mengikuti seluruh prosedur pengobatan medis secara
teratur, mulai berhenti merokok.
 pasien dan keluarga sudah tahu penyakit yang diderita
 pasien tampak biasa saja dalam megalami penyakit yang diderita
 pasien tampak banyak diam dan sesekali bercerita ke petugas

2. Pola nutrisi dan metabolik


TB :166cm, BB: 70Kg (sekarang) dan 80Kg (sebelumnya)
60 60
IMT sekarang: 70/1,662 =25 (pre obese) = =22.05(normal)
1.65 2
2.72
sebelum: 80/1,662 =29 (pre obese)
Jenis diet : Biasa (nasi dan lauk pauk)
Nafsu makan :Sebelum dirawat di rumah sakit: Nafsu makan menurun, makan 1-
2kali/hari hanya habis setengah porsi. Sedangkan Saat dirawat di rumah sakit:
Tidak nafsu makan.
Intoleransi makan : ada
Kondisi mulut: Membrane mukosa kering, gigi berlubang ada, Menggunakan
cairan intravena infus RL 10 tpm
Kondisi kulit: Warna sawo matang, suhu tubuh 36 0C (axial), kelembaban : kering,
turgor kulit : Baik (elastis)

DS :
 Pasien mengatakan merasa mual, tidak nafsu makan

DO :
 Ada penurunan BB ± 10 kg dalam 10 th terakhir

19
 KU: lemas, TD: 100/80 mmHg, Nadi: 67x/menit, RR: 22x/menit, S: 36 0C.
60 60
 IMT sekarang: 70/1,62 =25 (pre obese) = =22.05(normal)
1.65 2.72
2

sebelum: 80/1,662=29 (pre obese)


 Nafsu makan menurun, mual, selama di RS porsi yang disediakan tidak
habis
 Diit program RS : BBDJ

3. Pola eliminasi
Kebiasaan buang air besar (BAB):
Frekuensi: 1 kali/ hari
Konsistensi: Keras
Warna : kuning
Jumlah: Normal
Masalah : klien belum BAB selama dirawat di RS (konstipasi)
Kebiasaan buang air kecil (BAK):
Warna:Kuning
Kejernihan:Keruh
Frekuensi:4 kali/hari
Jumlah: 600 cc/hari
Masalah: terjadi penuruan output urin
Penggunaan alat bantu: tidak terpasang kateter
Inspeksi abdomen:Bentuk simetris.
Palpasi abdomen : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi abdomen : Suara bising usus normal
Perkusi Abdomen :timpani

DS :
 pasien mengatakan setelah masuk RS selama 4 hari belum pernah BAB
DO :
 Kebiasaan buang air kecil (BAK):Warna:Kuning, Kejernihan: keruh,
Frekuensi:4 kali/hari, Jumlah: 600 cc/hari
 Kebiasaan buang air besar (BAB): Pasien belum pernah BAB Setelah 4
hari dirawat di RS
4. Pola aktivitas dan olahraga

20
Aktivitas pasien masih bisa sendiri, namun pasien mudah lelah dan hanya
mampu berjalan kurang dari 60 meter. Pasien telah lama tidak berolahraga
karena cepat merasa lelah dan sesak nafas
Muskuloskeletal :Tidak ada tremor, tidak ada atrofi, tidak ada pembengkakan.
Kemampuan merawat diri:
0= Independen
1= Dengan bantuan alat
2= Dengan bantuan orang lain
3= Dengan bantuan orang lain dan alat
4= Tergantung/ tidak dapat melakukan.
Skala
Aktivitassehari-hari
0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Pindah dari tempat tidur √
Transfering √
Ambulating √
Naik tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah tangga √

Pasien masih sanggup untuk merawat diri dengan baik ,namun karena
keterbatasan klien yang mudah lelah mengakibatkan pasien lebih sering bedrest
karena tidak dapat melakukan aktivitas berat
Alat bantu : tidak ada, ada pengaman tempat tidur
Gaya berjalan : pasien bedrest
Range of Motion (ROM) : terbatas
Postur tubuh : normal
Deformitas : tidak ada
Amputasi :-
Pengkajian perkembangan fisik: normal

Kardiovaskuler ,

21
Irama jantung regular, ada nyeri dada, bunyi jantung normal, akral dingin, tidak
ada acites, tidak mengalami clubbing finger, tidak ada oedem, kaki tidak kram,
klien pusing, tidak ada palpitasi, TD : 100/80 mmHg, HR : 67 x/ menit
Ektremitas
Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan. pada telapak
tangan basah. Terpasang infus RL 10 tpm di ekstermitas kanan atas.
Pernafasan
Inspeksi paru: Dada Simetris, Frekuensi pernafasan: 20 x/menit
Auskultasi dada: Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Palpasi: ada nyeri tekan
Kesimpulan dari data Pola aktivitas dan olahraga, yang akan dilanjutkan untuk
dirumuskan pada analisa data :
DS :
 pasien mengeluh badan terasa lemas seperti tidak memiliki tenaga pada
seluruh tubuhnya dan mudah lelah, inginya tiduran terus, masih bisa
beraktivitas namun tidak dapat berjalan melebihi 60 meter, badan terasa
lemas pada bagian punggung menjalar ke ekstermitas,dengan skala
4,lemass saat beraktivitas berat.
DO :
 Pasien lemas
 Aktivitas sehari-hari pasien masih bisa sendiri sebagian,namun ada yang
memerlukan bantuan
 Pola nafas tidak teratur, bunyi nafas vesikuler, ada retraksi dada, ada nyeri
saat bernafas, sesak nafas, nafas pendek dan dangkal, terpasang nasal
kanul 3 L/ menit

5. Pola istirahat dan tidur


Kebiasaan tidur:
Sebelum dirawat dirumah sakit: Tidur siang sampai 2 jam, malam jam 9-5 / hari.
Setelah dirawat dirumah sakit klien tidur 1-2 jam , malam hanya tidur sekitar 6-8
jam/hari. Pasien dapat tidur . Klien tidak mempunyai metode khusus sebelum
tidur seperti minum obat, minum air hangat atau kebiasaan lain seperti mandi,
membaca, nonton TV, mendengarkan musik.

DS :

22
 pasien tidak ada gangguan dalam pola tidur
DO :
 Pasien tampak tidur saat petugas datang
 Pasien tidak beraktivitas
 Pasien terlihat lemas

6. Pola kognitif dan persepsi


Pasien dapat membaca dan menulis
Pasien dapat berbahasa Indonesia
Tingkat kesadaran: Compos mentis
Mood (Subjektif):Cemas, klien mengatakan cemas terhadap kondisinya saat ini.
Afek (Objektif):Sedih, klien sedih dengan kondisinya saat ini.
Memori : Jangka pendek baik, jangan panjang baik.
Pupil:Isokor, reflek terhadap cahaya langsung segera.
Reflek: Normal, kekuatan menggenggam: kanan dan kiri kuat
Mendorong/ menarik:Kanan dan kiri kuat
Tidak ada mati rasa dan kesemutan
Nyeri (PQRST)
Pencetus/propoctive (P) : nyeri
Quality (Q) seperti apa nyeri dirasakan: seperti ditindih
Region (R): dada menjalar kepunggung
Skala/ intensitas: 6
Timing (T)/Seberapa sering dan kapan terjadinya nyeri: hilang dan timbul
Panca indera
Lapang pandang : [√] Dalam batas normal [-] Menggunakan kaca mata [-]
Menggunakan lensa kontak [-] Buta
Protesis : [-] Mata buatan (kiri/kanan)
Pendengaraan : [√] Dalam batas normal [-] Terganggu (kiri/kanan) [-]
Menggunakan alat bantu dengar [ -] Tinnitus [ -] Ada
pengeluarancairan dari telinga
Sentuhan : [√] dalam batas normal [ -] abnormal(jelaskan) dapat
merasakan sentuhan kulit dengan normal [ -] kesemutan [ -]
mati rasa
Penciuman : [√] Dalam batas normal [ -] Abnormal (jelaskan) indra
penciuman tidak ada masalah, klien dapat mencium bau
secara normal.
Kesimpulan dari fungsi panca indra:

23
DS : pasien mengatakan tidak ada hambatan pada pandangan dan
pendengaranya
DO: pasien tidak memakai kacamata
Pasien masih memiliki kemampuan mendengar yang baik
Rangsangan sentuhan pasien masih baik
Pasien dapat mencium dengan baik
Kemampuan
Berkomunikasi : Bahasa yang digunakan: bahasa Indonesia , membaca:
dapat membaca, kejelasan: jelas dan artikulasi: jelas
Kemampuan membuat keputusan sendiri (subjektif): [ -] Mudah [√] Terganggu
sebagian [- ] Sulit
Kesimpulan dari data Pola Kognitif dan persepsi, yang akan dilanjutkan untuk
dirumuskan pada analisa data :
DS :
 pasien mengatakan takut bila penyakitnya tidak kunjung sembuh
 Pasien mengatakan ingin sehat dan beraktivitas seperti biasanya
DO :
 Pasien terlihat cemas
 Pasien terlihat kurang perhatian dengan sekitar
 Ekspresi wajah pasien terlihat datar

7. Pola persepsi dan konsep diri


Penampilan : [-] Tenang [√] Cemas[√] Irritable [-] Menolak [-] Gelisah [√]
berpenampilan/berpakaian sesuai [-] Rapih
Tingkat kecemasan:
Objektif [-] Wajah kemerahan [-] Perubahan volume suara [√] Perubahan kualitas
suara(gemetar/ragu-ragu) [√] Ketegangan otot (menggenggam tinju santai/mulut
terkunci)
Bahasa tubuh (jelaskan) :Klien terlihat khawatir, cemas dengan kondisi
kesehatannya
Kontak mata: Klien sesekali memandang orang yang mengajaknya berbicara
Menjawab pertanyaan: [√] segera [-] ragu- ragu [√] bingung
Pandangan terhadap diri sendiri (subjekif): [√] Positif [-] Kadang-kadang negative
Citra tubuh (subjektif):[-] Tidak ada perubahan [√] Tidak tahu pasti [-] Ada
perubahan (jelaskan): Klien mengatakan khawatir dengan kondisi yang di alami
klien, dan berharap bisa cepat sembuh.
Pola peran dan berhubungan (relationsip) data sosial

24
Dengan siapa klien tinggal: [√]Sendiri [-]Bersama istri dan anak-anaknya.
Menikah:Sudah menikah 35 tahun, memiliki 4 orang anak.
Status pekerjaan : -
Sistem pendukung : [- ] Pasangan [√] Tetangga/teman [-] Keluarga berdekatan
[√] Keluarga berjauhan : [-] tidak Ada
Interaksi keluarga (jelaskan):
Klien dan keluarga selalu berkomunikasi tentang penyakit yang dialami oleh
klien. Namun karena anak klien rumahnya berjauhan dan masih mempunyai
anak kecil sehingga klien tinggal sendirian dirumah. Kalau terjadi sesuatu dengan
klien, kien selalu menghubungu keluarganya. Klien tampak tidak ada yang
menemani dirumah sakit.
Perhatianya (concern) tentang penyakit :Klien datang ke RS untuk memeriksakan
penyakitnya.
Ketika dirawat di rumah sakit menyebabkan perubahan peran yang bermakna :
tidak
Aktivitas social : [-] Aktif [√] Tebatas [-] Tidak ada. Sebelum sakit
aktif
Aktif berpatisipasi dalam hal : Pengajian dan acara pertemuan / kegiatan di
RT
Perasaan kenyamanan dalam situasi social (subjektif): [√]Nyaman [-] Tidak
nyaman

DS :
 Pasien mengatakan sudah tidak bekerja lagi dan untuk memenuhi
kebutuhanya mengandalkan anaknya yang bekerja.
 Pasien mengatakan tidak memiliki ketrampilan yang bisa dikerjakan saat
menganggur di rumah karena mudah lelah saat beraktivitas.
 Pasien mengatakan merasa dirinya perlu pengobatan yang serius
 Pasien mengatakan akan rutin minum obat
 Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam berhubungan dengan orang
lain

DO :

25
 Pasien tampak ragu- ragu menjawab pertanyaan petugas
 Pasien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya
 Bila ada petugas lebih sering diam dan banyak tidur
 Pasien tidak ada yang menemani di RS, anak-anaknya belum ada yang
berkunjung.

8. Pola seksual dan reproduksi (Laki-laki)


Riwayat masalah prostat : [√] Ada [-] Tidak ada
Riwayat perdarahan dan lesi: [-] Ada [√] Tidak ada
Riwayat penyakit menular seksual :[-] Ada [√] Tidak ada
Kesimpulan dari data Pola seksualitas dan reproduksi, yang akan dilanjutkan
untuk dirumuskan pada analisa data :
DS : Pasien mengatakan memiliki penyakit prostat sejak setahun yang lalu dan
rencananya akan dioperasi
DO :
 Kulit pasien tampak sudah mengendor

9. Pola koping dan toleransi stres data psikologis


Tanda-tanda stress berlebihan (menangis, meremes-remes tangan, megepalkan
tinju) jelaskan : pasien masih dalam fase anger dimana belum menerima kondisi
yang dialaminya sekarang
cara utama mengalami stress? tidur
Hal yang menjadi perhatian berkaitan dengan hospitalisasi/penyakit: (finansial,
perawatan diri) dalam perawatan diri, klien dibantu oleh istrinya dan anaknya dari
mulai personal hygyne, mobilisasi, dan toileting.
Apakah pernah mengalami kehilangan (loss) dalam satu tahun terakhir: [- ] iya [√]
tidak.
DS:
 pasien mengatakan akan membutuhkan biaya yang banyak jika selalu
masuk rumah sakit
 pasien mengatakan biaya selama di rumah sakit sudah ikut BPJS,
namun kesulitan dalam biaya setiap hari selama di rawat
DO:
 Pasien tampak putus asa
 Pasien selalu meminta untuk cepat pulang

10. Pola nilai-nilai dan keyakinan data spiritual

26
Agama : [√] Islam [-] Kristen [-] Protestan [-] Katolik [-] Hindu [-] Budha [- ] Yahudi
[-] lainya
Tanyakan kepada klien tentang
Keterbatasanya dalam menjalankan agama: SMRS klien selalu melaksanakan
sholat 5 waktu, tapi setelah dirawat klien tidak pernah sholat dengan alasan
lemas dan tidak bisa melakukan sholat.
Praktik beragamnya: klien selalu berdoa untuk kesembuhannya
DS:
 Pasien mengatakan tidak dapat berdiri secara tegak sehingga kesulitan
untuk melakukan shalat
 pasien mengatakan selama di RS belum melakukan shalat
 Pasien mengatakan percayakan kesembuhanya pada Allah SWT
 Pasien mengatakan tidak pernah sholat karena merasa tidak suci karena
selalu keluar air kencing tanpa disadari
DO:
 Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas datang
 Pasien lebih banyak diam

3.2 Pemeriksaan penunjang diagnostik


1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 24/06/2018

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Darah lengkap
Hemoglobin L 12,0 g/dl 11,2-17.3
Leokosit L 7670 /ul 3800-10600
Hematokrit L 36 % 40-52
Eritrosit L 4.2 10^6/ul 4,4-5,9
Trombosit N 224..000 /ul 150.000-440.000
MCV N 85,8 Fl 80-100
MCH N 28,4 Pg 26-34
MCHC N 33,1 % 32-36
RDW N 12.9 % 11,5-14,5
MPV N 10,0 Fl 9,4-12,4
Hitung jenis
Basofil N 0,5 % 0-1
Eosinofil N 2,6 % 2-4
Batang L 0,5 % 3-5
Segmen N 67,3 % 50-70
Limfosit L 17,9 % 25-40
Monosit H 11,2 % 2-8
Kimia Klinik
Ureum darah H 41.3 Mg/dl 14.98-38.52
Kreatinin darah H 2.18 Mg/dl 0,5- 1,5

27
Natrium L 138 mEq/L 135-145

Terapi
1. CLOPIDOGREL 75 MG TAB
2. SIMVASTATIN 20 MG TAB
3. ISDN 10 MG TAB
4. RL 10 TPM
5. CLOBAZAM 10 MG TAB
6. NITROKAF RETARD 2,5 MG
7. ASPILET 80 MG
8. DULCOLAX SUPP ADULT 10 MG
9. ONDANSENTRON 4 MG INJ
10. OMEPRAZOLE 40 MG INJ
11. ARIXTRA 2,5 MG INJ
12. SUCRALFAT 500 MG TAB

28
3.3 Analisa data
Nama klien : TN. “A”
Ruangan : ICCU
Tanggal pengkajian : 24 Juni 2018
Diagnosa medis : NSTEMI

Data Subyektif dan


Tgl Etiologi Masalah Keperawatan
Obyektif
24 Juni DS: Agen injury Nyeri akut
2018 Pasien mengatakan nyeri dada seperti tertekan, nyeri menjalar biologis
kebahu belakang dengan skala 7 dan dirasakan hilang timbul
1. DO :
KU pasien lemas
Pasien tampak menyeringai kesakitan
Dispnea
Pasien tampak gelisah
TD : 100/80 mmHg, N : 77 x/menit, RR: 22 X/menit

2. Ds : pasien mengatakan mengalami nyeri dada, lemas dan Cardiac output Penurunan curah jantung
kelelahan
DO : TD : 100/80 mmHg
RR : 20 x/ menit
HR :67 X / menit
S : 36 C
Pasien tampak lemas
Kulit pasien tampak pucat

29
3. DS : Pasien mengatakan sesak nafas karena nyeri dada dispnea Ketidakefektifan pola nafas
DO : dispnea
Pernafasan cuping hidung
Penggunaan otot bantu pernafasan
Nafas pendek dan dangkal
RR: 22 x/menit
Tampak pasien memegangi dada

4. DS: Kelemahan Intoleransi aktivitas


 pasien mengeluh badan terasa lemas seperti tidak
memiliki tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah
lelah, inginya tiduran terus, masih bisa beraktivitas
namun tidak dapat berjalan melebihi 60 meter, badan
terasa lemas pada bagian punggung menjalar ke
ekstermitas,dengan skala 4,lemas saat beraktivitas
ringan.
DO:
 KU pasien lemah
 Klien ADL sebagian di bantu perawat
 Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
 Denyut nadi :Teratur 57 x/menit, tekanan darah: 140/90
mmHg(berbaring)
 Klien terlihat tidak nyaman setelah beraktivitas
5. DS : Krisis situasi Ansietas
 pasien mengatakan takut bila penyakitnya tidak
kunjung sembuh
 Pasien mengatakan ingin sehat dan beraktivitas
seperti biyasanya
DO :
 Pasien terlihat cemas
 Pasien terlihat kurang perhatian dengan
lingkungan sekitar
 Ekspresi wajah pasien terlihat datar

30
6. DS: Kurang sistem Ketidakefektifan performa Peran
 Pasien mengatakan sudah tidak bekerja lagi dan pendukung
untuk memenuhi kebutuhanya mengandalkan
anaknya yang bekerja.
 Pasien mengatakan tidak memiliki ketrampilan
yang bisa dikerjakan saat berada di rumah
karena mudah lelah saat beraktivitas
DO:
 Pasien tampak cemas dengan keadaan
penyakitnya
 Bila ada petugas lebih sering diam dan banyak
tidur
 Pasien di tunggui oleh istrinya saja, anak-
anaknya belum ada yang berkunjung

7. DS: Kurangnya Resiko Hambatan Religiositas


 Pasien mengatakan tidak dapat berdiri secara integrasi
tegak sehingga kesulitan untuk melakukan sosial
shalat
 pasien mengatakan selama di RS belum
melakukan shalat
 Pasien mengatakan percayakan
kesembuhanya pada Allah SWT
 Pasien mengatakan tidak sholat karena
merasa tidak suci karena air kencing keluar
tanpa disadari
DO:
 Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas
datang
 Pasien lebih banyak diam

31
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan cardiac output
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Keletihan
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
6. Ketidakefektifan performa peran berhubungan dengan kurang sistem pendukung
7. Resiko hambatan religiositas berhubungan dengan kurangnya integrasi sosial

3.5 Rencana keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
.
Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pantau kadar serum elektrolit yang
1. elektrolit 3x24 jam, diharapkan klien dapat terpenuhi abnormal
DS: kebutuhan elektrolitnya. 2. Pantau adanya tanda dan gejala over
Pasien mengatakan Kriteria Hasil: hidrasi yang memburuk atau dehidrasi
badannya terasa lemas Indikator IR ER 3. Monitor hasil laboraturium yang
seperti tidak memiliki Serum kalium 3 5 relevan dengan keseimbangan cairan
tenaga pada seluruh Serum kreatinin 2 5 4. Berikan cairan yang sesuai
tubuhnya dan mudah lelah, Serum natrium 3 5 5. Tingkatkan intake/asupan cairan per
inginya tiduran terus, masih Keterangan : oral
bisa beraktivitas namun 1. Keluhan ekstrim 6. Berikan suplemen elektrolit tambahan
tidak dapat berjalan 2. Keluhan berat yang diresepkan
melebihi 100 meter, badan 3. Keluhan sedang 7. Lakukan tindakan tindakan untuk
terasa lemas pada bagian 4. Keluhan ringan mengontrol kehilangan elektrolit yang
punggung menjalar ke 5. Tidak ada keluhan berlebihan
ekstermitas,dengan skala 8. Konsultasikan dengan dokter jika
4,lemass saat beraktivitas tanda dan gejala ketidakseimbangan

32
berat. cairan atau elektrolit.
Pasien mengatakan mual
saat masuk makanan
DO: Ku pasien lemas
Membran mukosa pasien
kering
Elastisitas kulit kurang
Lab:
Hb: 11,0 Ht: 34 Ka: 7,8 creatinin:
3 Na: 130
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji status fisiologis pasien yang
dengan Keletihan 3x24 jam, diharapkan toleransi aktivitas teratasi menyebabkan kelelahan sesuai
DS: Kriteria Hasil: dengan kortek usia dan
 pasien mengeluh badan perkembangan
terasa lemas seperti Indikator IR ER 2. Monitor asupan nutrisi untuk
tidak memiliki tenaga Frekuensi nadi ketika mengetahui sumber energi yang
3 5 adekuat
pada seluruh tubuhnya beraktivitas
dan mudah lelah, inginya Frekuensi pernafasan ketika 3. Monitor sistem kardiorespirasi pasien
3 5 selama kegiatan
tiduran terus, masih bisa beraktifitas
beraktivitas namun tidak Tekanan darah sistolik dan 4. Monitor lokasi sumber
dapat berjalan melebihi 3 5 ketidaknyamanan selama aktivitas
diastolik ketika beraktivitas
100 meter, badan terasa Jarak berjalan 3 5 5. Monitor respon oksigen pasien
lemas pada bagian Kekuatan tubuh bagian atas 3 5 6. Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
punggung menjalar ke Kekuatan tubuh bagian bawah 3 5 dialami psien yang bisa
ekstermitas,dengan Kemudahan dalam melakukan mempengaruhi fungsi kognitif
skala 4,lemass saat 2 5 pemantauan diri dan pengaturan
aktivitas hidup harian (ADL)
beraktivitas berat. Kemampuan untuk berbicara aktivitas pasien
DO: 3 5 7. Ajarkan pasien mengungkapkan
ketika melakukan aktivitas fisik
 KU pasien lemah perasaan secara verbal mengenai
Keterangan :
 Klien ADL sebagian di keterbatasan yang dialami
1. Keluhan ekstrim
bantu keluarga 8. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan
2. Keluhan berat
 Aktivitas klien terbatas kegiatan dan teknik manajemen waktu
3. Keluhan sedang
hanya tirah baring untuk mencegah kelelahan
4. Keluhan ringan
 Denyut nadi :Teratur 57 9. Bantu pasien untuk menjadwalakan

33
x/menit, tekanan darah: 5. Tidak ada keluhan periode istirahat
190/90 mmHg(berbaring) 10. Pilih intervensi untuk mengurangi
Klien terlihat tidak nyaman kelelahan baik secara farmakologis
setelah beraktivitas maupun non farmakologis dengan
tepat
3. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Anxiety reduction
krisis situasi 1x24 jam, diharapkan tidak mengalami ansietas: 1. Gunakan pendekatan yang
DS : Kriteria Hasil: menenangkan.
 pasien Indikator IR ER 2. Nyatakan dengan jelas harapan
mengatakan takut Rasa takut yang disampaikan 3 5 terhadap perilaku pasien
bila penyakitnya secara lisan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
tidak kunjung Peningkatan tekanan darah 3 5 yang dirasakan selama prosedur.
sembuh Tidak dapat beristirahat 3 5 4. Temani pasien untuk memberikan
 Pasien Menggunakan strategi koping 3 5 keamanan dan mengurangi takut.
mengatakan ingin efektif 5. Dengarkan dengan penuh perhatikan.
sehat dan Mempertahankan konsentrasi 3 5 6. Identifikasi tingkat kecemasan
beraktivitas seperti 7. Bantu pasien mengenal situasi yang
Keterangan : menimbulkan kecemasan
biyasanya
1. Tidak mandiri 8. Dorong pasien untuk mengungkapkan
DO :
2. Dibantu orang dan alat perasaan ketakutan, persepsi.
 Pasien terlihat
3. Dibantu orang 9. Berikan obat untuk mengurangi
cemas
4. Dibantu alat kecemasan.
 Pasien terlihat 5. Mandiri penuh
kurang perhatian
dengan
lingkungan sekitar
 Ekspresi wajah
pasien terlihat
datar

4. Ketidakefektifan performa peran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji tngkat pengetahuan
berhubungan dengan kurang 4x24 jam, diharapkan tidak mengalami 2. Kaji lebih lanjut tentang koping
sistem pendukung ketidakefektifan performa peran: 3. Monitor indikator stres
DS: Kriteria Hasil: 4. Menyediakan informasi mengenai
pasien sesuai dengan apa yang

34
 Pasien mengatakan sudah tidak Indikator IR ER menjadi keinginan pasien
bekerja lagi dan untuk Bantuan kepada penerima 3 5 5. Mengajarkan mengenai cara
memenuhi kebutuhanya rawatan mengenai aktivitas meningkatkan rasa aman bagi pasien
mengandalkan anaknya yang hidup sehari hari
bekerja. Pemberian dukungan emosi 3 5
 Pasien mengatakan tidak pada penerima rawatan
memiliki ketrampilan yang bisa Perhatian positif yang tulus bagi 3 5
dikerjakan saat berada di penerima rawatan
rumah karena mudah lelah Penyediaan lingkungan yang 3 5
saat beraktivitas nyaman
DO: Keterangan :
 Pasien tampak cemas dengan 1. Tidak mandiri
keadaan penyakitnya 2. Dibantu orang dan alat
 Bila ada petugas lebih sering 3. Dibantu orang
diam dan banyak tidur 4. Dibantu alat
 Pasien di tunggui oleh istrinya 5. Mandiri penuh
saja, anak-anaknya belum ada
yang berkunjung

5. Resiko hambatan religiositas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi keinginan pasien terhadap
berhubungan dengan kurangnya 2x24 jam, diharapkan tidak mengalami hambatan ekspresi keagamaan
integrasi sosial religiositas: 2. Eksplorasi alternatif untuk beribadah
DS: Kriteria Hasil: 3. Diskusikan mengenaiminat terhadap
 Pasien mengatakan keagamaan
tidak dapat berdiri secara Indikator IR ER 4. Dengarkan dan kembangkan perasaan
tegak sehingga kesulitan Kualitas keyakinan 3 5 mengenai waktu untuk beribadah
untuk melakukan shalat Kualitas harapan 3 5 5. Bantu dengan memodifikasi cara
 pasien mengatakan Kemampuan berdoa 3 5 memenuhi kebutuhan keagamaan
selama di RS belum Kemampuan beribadah 3 5 karenaa ketidakmampuan.
melakukan shalat Pengalaman spiritual 3 5
 Pasien mengatakan Keterkaitan dengan orang lain 3 5
percayakan Berinteraksi dengan orang lain 3 5
kesembuhanya pada Allah untuk berbagi ide, perasaan

35
SWT dan keyakinan

Keterangan :
DO: 1. Tidak mandiri
 Pasien terlihat selalu 2. Dibantu orang dan alat
tertidur saat petugas 3. Dibantu orang
datang 4. Dibantu alat
 Pasien lebih banyak 5. Mandiri penuh
diam

3.6 Catatan keperawatan


Hari Pertama
Diagnosa
No Hari/Tgl/ Waktu Implementasi Respon Pasien Paraf
keperawatan
1. Senin, 25-06- Resiko 1. Memantau kadar serum DS : Pasien mengatakan badanya terasa lemas seperti tak
2018/09.40 ketidakseimbangan elektrolit yang abnormal bertenaga
elektrolit 2. Memantau adanya tanda Pasien mengatakan terasa mual saat masuk makanan
dan gejala over hidrasi Pasien mengatakan masih bisa berjalan tapi tidak bisa
yang memburuk atau lama-lama
dehidrasi
3. Memonitor hasil  Ku pasien lemas
laboraturium yang relevan  Membran mukosa pasien kering
dengan keseimbangan DO :  Elastisitas kulit kurang
cairan Lab: Hb: 11,0 Ht: 34 Ka: 4,2 creatinin: 1,5 Na: 137

2. Senin, 25-06- Intoleransi Aktivitas 1. Mengkaji status fisiologis DS:  pasien mengeluh badan masih terasa lemas tidak
2018/09.40 berhubungan pasien yang memiliki tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah

36
dengan Keletihan menyebabkan kelelahan lelah, badan terasa lemas pada bagian punggung
sesuai dengan kortek usia menjalar ke ekstermitas,dengan skala 4,lemass
dan perkembangan saat beraktivitas berat.
2. Memonitor asupan nutrisi DO:
untuk mengetahui sumber  KU pasien lemah
energi yang adekuat  Klien ADL sebagian di bantu keluarga
3. Mengkaji sistem  Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
kardiorespirasi pasien  Denyut nadi :Teratur 60 x/menit, tekanan darah:
selama kegiatan 170/90 mmHg(berbaring)
4. Memonitor lokasi sumber  Klien terlihat tidak kelelahan setelah beraktivitas
ketidaknyamanan selama meski sebentar
aktivitas
5. Mengurangi
ketidaknyamanan fisik
yang dialami psien yang
bisa mempengaruhi fungsi
kognitif pemantauan diri
dan pengaturan aktivitas
pasien

6. Mengajarkan pasien
mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
3. Senin, 25-06- Ansietas 1. Menggunakan pendekatan DS :  pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya
2018/09.40 berhubungan yang menenangkan. bila tidak kunjung sembuh
dengan krisis 2. Menjelaskan semua DO :
situasi prosedur dan apa yang  Pasien mengatakan ingin sehat dan beraktivitas
dirasakan selama seperti biyasanya
prosedur.  Pasien terlihat cemas
3. Mendengarkan dengan  Pasien terlihat kurang perhatian dengan lingkungan
penuh perhatikan. sekitar
4. Mengidentifikasi tingkat  Ekspresi wajah pasien terlihat datar
kecemasan

37
5. Membantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
6. Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan
ketakutan, persepsi.
7. Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan.
4. Senin, 25-06- Ketidakefektifan 1. Mengkaji tngkat DS:  Pasien mengatakan ingin bekerja kembali untuk
2018/09.40 performa peran pengetahuan memenuhi kebutuhannya.
berhubungan 2. Mengkaji lebih lanjut
dengan kurang tentang koping DO:  Pasien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya
sistem pendukung 3. Memonitor indikator stres  Pasien di tunggui oleh istrinya saja, anak-anaknya
4. Menyediakan informasi belum ada yang berkunjung
mengenai pasien sesuai
dengan apa yang menjadi
keinginan pasien
5. Mengajarkan mengenai
cara meningkatkan rasa
aman bagi pasien

38
5. Senin, 25-06- Resiko hambatan 1. Mengidentifikasi keinginan DS:  Pasien mengatakan mulai sering berdoa kepada
2018/13.20 religiositas pasien terhadap ekspresi allah SWT dan sedikit demi sedikit mulai mau
berhubungan keagamaan beribadah walaupun dengan tiduran
dengan kurangnya 2. Mengeksplorasi alternatif DO:
integrasi sosial untuk beribadah  Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas datang
3. Mendiskusikan mengenai  Pasien lebih banyak diam
minat terhadap
keagamaan
4. Mendengarkan dan
kembangkan perasaan
mengenai waktu untuk
beribadah
5. Membantu dengan
memodifikasi cara
memenuhi kebutuhan
keagamaan karenaa
ketidakmampuan.

Hari Kedua

Diagnosa
No Hari/Tgl/ Waktu Implementasi Respon Pasien Paraf
keperawatan
1. Selasa, 26-06- Resiko 1. Memonitor hasil laboraturium DS : Pasien mengatakan masih terasa lemas dan maunya
2018/09.00` ketidakseimbangan yang relevan dengan selalu tiduran dan selalu mengantuk
elektrolit keseimbangan cairan Pasien mengatakan mual sudah mualai berkurang
2. Memberikan cairan yang sesuai  KU pasien lemah, pasien terlihat lemas
3. Meningkatkan intake/asupan  Membran mukosa kering
cairan per oral DO :  Menggunakan cairan intravena infus NACL 10
4. Memberikan suplemen elektrolit tpm
tambahan yang diresepkan  Lab: Hb: 11,5 Ht: 34 Ka: 7,8 creatinin: 3 Na: 130

39
2. Selasa, 26-06- Intoleransi Aktivitas 1. Memonitor asupan nutrisi untuk DS:  pasien mengeluh badan masih terasa lemas
2018/ 10.00 berhubungan dengan mengetahui sumber energi tidak memiliki tenaga untuk bangun dan
Keletihan yang adekuat DO: aktivitas.
2. Mengurangi ketidaknyamanan
fisik yang dialami psien yang  KU pasien lemah
bisa mempengaruhi fungsi  Klien ADL sebagian di bantu keluarga
kognitif pemantauan diri dan  Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
pengaturan aktivitas pasien  Denyut nadi :Teratur 65 x/menit, tekanan
3. Membantu pasien untuk darah: 160/90 mmHg(berbaring)
menjadwalakan periode  Klien terlihat tidak kelelahan setelah
istirahat beraktivitas meski sebentar
4. Memilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis maupun
non farmakologis dengan tepat

40
3. Selasa, 26-06- Ansietas 1. Menggunakan pendekatan DS :  pasien mengatakan masih cemas terhadap
2018/ 10.30 berhubungan dengan yang menenangkan. penyakitnya bila tidak kunjung sembuh
krisis situasi 2. Menjelaskan semua prosedur DO :
dan apa yang dirasakan  Pasien mengatakan ingin sehat dan
selama prosedur. beraktivitas seperti biyasanya
3. Mendengarkan dengan penuh  Pasien terlihat cemas, bingung
perhatikan.  Pasien terlihat kurang perhatian dengan
4. Mengidentifikasi tingkat lingkungan sekitar
kecemasan  Ekspresi wajah pasien terlihat datar
5. Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan
ketakutan, persepsi.
6. Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan.

41
4. Selasa, 26-06- Ketidakefektifan 1. Mengkaji lebih lanjut tentang DS:  Pasien mengatakan merasa ingin bekerja
2018/16.20 performa peran koping kembali agar dapat memenuhi kebutuhannya
berhubungan dengan 2. Memonitor indikator stres dan tidak bergantung kepada anaknya.
kurang sistem 3. Menyediakan informasi DO:
pendukung mengenai pasien sesuai  Pasien tampak cemas dengan keadaan
dengan apa yang menjadi penyakitnya
keinginan pasien  Pasien di tunggui oleh istrinya saja, anak-
4. Mengajarkan mengenai cara anaknya belum ada yang berkunjung
meningkatkan rasa aman bagi
pasien

42
5. Resiko hambatan 1. Mengidentifikasi keinginan DS:  Pasien mengatakan mulai sering berdoa
religiositas pasien terhadap ekspresi kepada allah SWT dan sedikit demi sedikit
berhubungan dengan keagamaan mulai mau beribadah walaupun dengan
kurangnya integrasi 2. Mengeksplorasi alternatif untuk DO: tiduran
sosial beribadah
3. Mendiskusikan mengenai minat  Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas
terhadap keagamaan datang
4. Mendengarkan dan  Pasien lebih banyak diam
kembangkan perasaan
mengenai waktu untuk
beribadah
5. Membantu dengan
memodifikasi cara memenuhi
kebutuhan keagamaan karenaa
ketidakmampuan.

Hari Ketiga

Diagnosa
No Hari/Tgl/ Waktu Implementasi Respon Pasien Paraf
keperawatan
1. Rabu, 27 -06- Resiko 1. Memantau kadar serum DS : Pasien mengatakan badanya mulai terasa segar
2018//09.40 ketidakseimbangan elektrolit yang abnormal Pasien dapat masuk makanan dari Rumah Sakit
elektrolit 2. Memonitor hasil laboraturium
yang relevan dengan
keseimbangan cairan
3. Memberikan cairan yang sesuai DO :  KU pasien cukup,
4. Meningkatkan intake/asupan  Membran mukosa lembab
cairan per oral  Menggunakan cairan intravena infus NACL 10
5. Memberikan suplemen elektrolit tpm
tambahan yang diresepkan  Elastisitas baik

43
6. Melakukan tindakan tindakan  Lab: Hb: 11,7 Ht: 45 Ka: 7,8 creatinin: 3 Na: 135
untuk mwngontrol kehilangan
elektrolit yang berlebihan
7. Mengkonsultasikan dengan
dokter jika tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan atau
elektrolit.

2. Rabu, 27 -06-2018/ Intoleransi Aktivitas 1. Memonitor asupan nutrisi untuk DS:  pasien mengeluh badan masih terasa lemas,
10.00 berhubungan dengan mengetahui sumber energi tetapi sudah dapat duduk walaupun tidak
Keletihan yang adekuat DO: terlalu lama
2. Mengkaji sistem kardiorespirasi
pasien selama kegiatan  KU pasien lemah
3. Mengurangi ketidaknyamanan  Klien ADL sebagian di bantu keluarga
fisik yang dialami psien yang  Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
bisa mempengaruhi fungsi  Denyut nadi :Teratur 59 x/menit, tekanan
kognitif pemantauan diri dan darah: 170/90 mmHg(berbaring)
pengaturan aktivitas pasien  Klien terlihat tidak kelelahan setelah
4. Membantu pasien untuk beraktivitas meski sebentar
menjadwalakan periode
istirahat
5. Memilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis maupun
non farmakologis dengan tepat
3. Rabu, 27 -06-2018 / Ansietas 1. Menggunakan pendekatan DS :  pasien mengatakan cemas terhadap
10.20 berhubungan dengan yang menenangkan. penyakitnya bila tidak kunjung sembuh
krisis situasi 2. Menjelaskan semua prosedur DO :
dan apa yang dirasakan  Pasien mengatakan ingin sehat dan
selama prosedur. beraktivitas seperti biyasanya
3. Mengidentifikasi tingkat  Pasien terlihat cemas
kecemasan  Pasien terlihat kurang perhatian dengan
4. Mendorong pasien untuk lingkungan sekitar
mengungkapkan perasaan  Ekspresi wajah pasien terlihat datar

44
ketakutan, persepsi.
5. Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan.

4. Rabu, 27 -06- Ketidakefektifan 1. Mengkaji lebih lanjut tentang DS:  Pasien mengatakan ingin bekerja kembali
2018/14.30 performa peran koping untuk memenuhi kebutuhannya.
berhubungan dengan 2. Memonitor indikator stres
kurang sistem 3. Menyediakan informasi DO:  Pasien tampak cemas dengan keadaan
pendukung mengenai pasien sesuai penyakitnya
dengan apa yang menjadi  Pasien di tunggui oleh istrinya saja, anak-
keinginan pasien anaknya belum ada yang berkunjung

5. Resiko hambatan 1. Mendiskusikan mengenai minat DS:  Pasien mengatakan mulai sering berdoa
religiositas terhadap keagamaan kepada allah SWT dan sedikit demi sedikit
berhubungan dengan 2. Mendengarkan dan mulai mau beribadah walaupun dengan
kurangnya integrasi kembangkan perasaan DO: tiduran
sosial mengenai waktu untuk
beribadah  Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas
3. Membantu dengan datang
memodifikasi cara memenuhi  Pasien lebih banyak diam
kebutuhan keagamaan karenaa
ketidakmampuan.

3.7 Evaluasi
Nama : Tn.A Umur : 65 Tahun
Diagnosa Keperawatan : Resiko Ketidakseimbangan elektrolit
Tanggal Catatan Perkembangan TTD

45
Perawat
25-06- S: Pasien mengatakan badanya terasa lemas seperti tak bertenaga
2018 Pasien mengatakan terasa mual saat masuk makanan
Pasien mengatakan masih bisa berjalan tapi tidak bisa lama-lama

O: Ku pasien lemas
 Membran mukosa pasien kering
 Elastisitas kulit kurang
Lab: Hb: 11,0 Ht: 34 Ka: 4,2 creatinin: 1,5 Na: 137
A: Masalah Resiko Ketidakseimbangan elektrolit belum teratasi
Indikator Awal Akhir Tujuan
Serum Kalium 3 4 5
Serum natrium 2 3 5
Serum Kreatinin 3 4 5
P: lanjutkan Intervensi
1. Monitor TTV
2. Monitor Hasil Laboratorium
3. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
26 -06- S: Pasien mengatakan masih terasa lemas dan maunya selalu tiduran dan selalu mengantuk
2018 Pasien mengatakan mual sudah mualai berkurang
O: KU pasien lemah, pasien terlihat lemas
 Membran mukosa kering
 Menggunakan cairan intravena infus NACL 10 tpm
Lab: Hb: 11,5 Ht: 34 Ka: 7,8 creatinin: 3 Na: 130
A: Masalah Resiko Ketidakseimbangan elektrolit teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Tujuan
Serum Kalium 3 5 5
Serum natrium 2 3 5
Serum Kreatinin 3 4 5

P: lanjutkan Intervensi
1. Monitor TTV
2. Monitor Hasil Laboratorium

46
3. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
27-06- S: Pasien mengatakan badanya mulai terasa segar
2018 Pasien dapat masuk makanan dari Rumah Sakit
O: KU pasien cukup,
Membran mukosa lembab
Menggunakan cairan intravena infus NACL 10 tpm
Elastisitas kulit baik
Lab: Hb: 11,7 Ht: 45 Ka: 7,8 creatinin: 3 Na: 135
A : Masalah Resiko Ketidakseimbangan elektrolit teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Tujuan
Serum Kalium 3 5 5
Serum natrium 2 3 5
Serum Kreatinin 3 4 5

P: lanjutkan Intervensi
1. Monitor TTV
2. Monitor Hasil Laboratorium
3. Pertahankan status Elektrolit

Tanggal Catatan Perkembangan TTD


Peraw
25-06- S: pasien mengeluh badan masih terasa lemas tidak memiliki tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah lelah, badan terasa lemas pada
2018 bagian punggung menjalar ke ekstermitas,dengan skala 4,lemass saat beraktivitas berat.
O: KU pasien lemah
Klien ADL sebagian di bantu keluarga
Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
Denyut nadi :Teratur 60 x/menit, tekanan darah: 170/90 mmHg(berbaring)
Klien terlihat tidak kelelahan setelah beraktivitas meski sebentar
A: Masalah Intoleransi Aktivitas belum teratasi

Indicator Awal Ahir Tujuan

47
Frekuansi nadi saat 3 4 5
beraktivitas
Frekuensi pernapasan 3 4 5
saat beraktivitas
Tekanan darah sistolik 3 4 5
dan diastolik
Jarak berjalan 3 4 5
Kemampuan dalam 2 3 5
melakukan ADL

P: lanjutkan Intervensi
-monitor TTV
-Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan
-Bantu pasien untuk menjadwalakan periode istirahat
-Ciptakan lingkungan yang nyaman
26-06- S: pasien mengeluh badan masih terasa lemas tidak memiliki tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah lelah, badan terasa lemas pada
2018 bagian punggung menjalar ke ekstermitas,dengan skala 4,terasa lemas saat beraktivitas berat.
O: KU pasien lemah
Klien ADL sebagian di bantu keluarga
Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
Denyut nadi :Teratur 80 x/menit, tekanan darah: 160/90 mmHg(berbaring), RR: 20x/m
Klien terlihat tidak kelelahan setelah beraktivitas meski sebentar
A: Masalah Intoleransi Aktivitas teratasi sebagian
Indicator Awal Ahir Tujuan
Frekuansi nadi saat 3 5 5
beraktivitas
Frekuensi pernapasan 3 5 5
saat beraktivitas
Tekanan darah sistolik 3 4 5
dan diastolik
Jarak berjalan 3 4 5
Kemampuan dalam 2 4 5

48
melakukan ADL

P: lanjutkan Intervensi
-monitor TTV
-Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan
-Bantu pasien untuk menjadwalakan periode istirahat
-Ciptakan lingkungan yang nyaman
27-06- S: pasien mengeluh badan masih terasa lemas tidak memiliki tenaga pada seluruh tubuhnya dan mudah lelah, badan terasa lemas pada
2018 bagian punggung menjalar ke ekstermitas,dengan skala 5,terasa lemas saat beraktivitas berat.
O: KU pasien lemah
Klien ADL sebagian di bantu keluarga
Aktivitas klien terbatas hanya tirah baring
Denyut nadi :Teratur 80 x/menit, tekanan darah: 160/90 mmHg(berbaring), RR: 20x/m
Klien terlihat tidak kelelahan setelah beraktivitas meski sebentar
A: Masalah Intoleransi Aktivitas teratasi sebagian
Indicator Awal Ahir Tujuan
Frekuansi nadi saat 3 5 5
beraktivitas
Frekuensi pernapasan 3 5 5
saat beraktivitas
Tekanan darah sistolik 3 4 5
dan diastolik
Jarak berjalan 3 4 5
Kemampuan dalam 2 4 5
melakukan ADL

P: lanjutkan Intervensi
-monitor TTV
-Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan
-Bantu pasien untuk menjadwalakan periode istirahat
-Ciptakan lingkungan yang nyaman

49
Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Tanggal Catatan Perkembangan TTD
Perawat
25-06- S: pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya bila tidak kunjung sembuh
2018 O: Pasien mengatakan ingin sehat dan beraktivitas seperti biyasanya
Pasien terlihat cemas
Pasien terlihat kurang perhatian dengan lingkungan sekitar
Ekspresi wajah pasien terlihat datar
A: masalah ansietas belum teratasi
Indikator Awal Akhir Tujuan
Rasa takut yang 3 4 5
disampaikan secara lisan
Peningkatan tekanan darah 3 4 5
Tidak dapat beristirahat 3 4 5
Menggunakan strategi 3 4 5
koping efektif
Mempertahankan
3 5
konsentrasi 5

P: lanjutkan intervensi

50
-Menggunakan pendekatan yang menenangkan.
-Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
-Mengidentifikasi tingkat kecemasan
-Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan, persepsi.
Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan.

26-06- S: pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya bila tidak kunjung sembuh
2018 O: Pasien mengatakan ingin sehat dan beraktivitas seperti biyasanya
Pasien terlihat mulai tenang
Pasien terlihat mulai memperhatikan lingkungan sekitar pasien
A: masalah ansietas belum teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Tujuan
Rasa takut yang 3 4 5
disampaikan secara lisan
Peningkatan tekanan darah 3 5 5
Tidak dapat beristirahat 3 5 5
Menggunakan strategi 3 4 4
koping efektif
Mempertahankan 4
3 5
konsentrasi

P: lanjutkan intervensi
-Menggunakan pendekatan yang menenangkan.
-Mengidentifikasi tingkat kecemasan
-Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan, persepsi.
Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan.

27-06- S: pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya


2018 O: Pasien mengatakan ingin sehat dan beraktivitas seperti biyasanya
Pasien terlihat mulai tenang
Pasien tmulai terbuka dengan perawat
A: masalah ansietas teratasi
Indikator Awal Akhir Tujuan

51
Rasa takut yang 3 5 5
disampaikan secara lisan
Peningkatan tekanan darah 3 5 5
Tidak dapat beristirahat 3 5 5
Menggunakan strategi 3 5 5
koping efektif
Mempertahankan
3 5
konsentrasi 5

P: lanjutkan intervensi
-Menggunakan pendekatan yang menenangkan.
-Mengidentifikasi tingkat kecemasan
-Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan, persepsi.
Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan.

Diagnosa Keperawatan : ketidakefektifan performa peran


Tanggal Catatan Perkembangan TTD
Perawat
25-06- S: Pasien mengatakan ingin bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhannya.
2018 O: Pasien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya
Pasien di tunggui oleh istrinya saja, anak-anaknya belum ada yang berkunjung
A:masalah ketidakefektifan peran belum teratasi
Indikator Awal Ahir Tujuan
Bantuan kepada penerima 3 4 5
rawatan mengenai aktivitas
hidup sehari hari
Pemberian dukungan emosi 3 4 5
pada penerima rawatan
Perhatian positif yang tulus 3 5 5

52
bagi penerima rawatan
Penyediaan lingkungan 3 4 5
yang nyaman
P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji lebih lanjut tentang koping
- Memonitor indikator stres
- Menyediakan informasi mengenai pasien sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasien
26-06- S: Pasien mengatakan ingin beraktivitas seperti biasa
2018 O: Pasien mulai kooperatif
Pasien di tunggui oleh istri dan ayahnya secara bergantian,anaknya sudah mulai ada yang berkunjung
A:masalah ketidakefektifan peran teratasi sebagian
Indikator Awal Ahir Tujuan
Bantuan kepada penerima 3 4 5
rawatan mengenai aktivitas
hidup sehari hari
Pemberian dukungan emosi 3 5 5
pada penerima rawatan
Perhatian positif yang tulus 3 5 5
bagi penerima rawatan
Penyediaan lingkungan 3 4 5
yang nyaman
P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji lebih lanjut tentang koping
- Memonitor indikator stres
Menyediakan informasi mengenai pasien sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasien
27-06- S: Pasien mengatakan akan menggali kemampuan dirinya lagi.
2018 O: Pasien tampak lebih tenang
Pasien di tunggui oleh istri dan ayahnya
A:masalah ketidakefektifan peran teratasi
Indikator Awal Ahir Tujuan
Bantuan kepada penerima 3 5 5
rawatan mengenai aktivitas
hidup sehari hari

53
Pemberian dukungan emosi 3 5 5
pada penerima rawatan
Perhatian positif yang tulus 3 5 5
bagi penerima rawatan
Penyediaan lingkungan 3 5 5
yang nyaman
P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji lebih lanjut tentang koping
- Memonitor indikator stres

Diagnosa Keperawatan : Resiko hambatan religiositas


Tanggal Catatan Perkembangan TTD
Perawat
25-06- S: Pasien mengatakan mulai sering berdoa kepada allah SWT dan sedikit demi sedikit mulai mau beribadah walaupun dengan tiduran
2018 O: Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas datang
Pasien lebih banyak diam
A: masalah resiko hambatan religiositas belum teratasi
Indikator Awal Akhir Tujuan
Kualitas keyakinan 3 4 5
Kualitas harapan 3 3 5
Kemampuan berdoa 3 4 5
Kemampuan beribadah 3 3 5
Pengalaman spiritual 3 4 5
Keterkaitan dengan orang 3 4 5
lain
Berinteraksi dengan orang 3 3 5
lain untuk berbagi ide,
perasaan dan keyakinan
P: lanjutkan intervensi
- Mendiskusikan mengenai minat terhadap keagamaan
- Mendengarkan dan kembangkan perasaan mengenai waktu untuk beribadah
- Membantu dengan memodifikasi cara memenuhi kebutuhan keagamaan karenaa ketidakmampuan.

54
26-06- S: Pasien mengatakan mulai sering berdoa kepada allah SWT dan seing berdzikir
2018 O: Pasien terlihat selalu tertidur saat petugas datang
Pasien mulai membuka percakapan dengan perawat
A: masalah resiko hambatan religiositas teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Tujuan
Kualitas keyakinan 3 4 5
Kualitas harapan 3 4 5
Kemampuan berdoa 3 4 5
Kemampuan beribadah 3 4 5
Pengalaman spiritual 3 4 5
Keterkaitan dengan orang 3 4 5
lain
Berinteraksi dengan orang 3 4 5
lain untuk berbagi ide,
perasaan dan keyakinan
P: lanjutkan intervensi
- Mendiskusikan mengenai minat terhadap keagamaan
- Mendengarkan dan kembangkan perasaan mengenai waktu untuk beribadah
- Membantu dengan memodifikasi cara memenuhi kebutuhan keagamaan karenaa ketidakmampuan.
27-06- S: Pasien mengatakan yakin akan kesembuhan penyakitnya dan mulai menerima apa yang terjadi pada dirinya
2018 Pasien mengatakan pengobatan yang dijalankan sebagai usaha untuk kesembuhanya
O: Pasien terlihat mulai ramah dengan petugas
Pasien memegang tasbih
A: masalah resiko hambatan religiositas teratasi
Indikator Awal Akhir Tujuan
Kualitas keyakinan 3 5 5
Kualitas harapan 3 5 5
Kemampuan berdoa 3 5 5
Kemampuan beribadah 3 5 5
Pengalaman spiritual 3 5 5
Keterkaitan dengan orang 3 5 5
lain
Berinteraksi dengan orang 3 5 5

55
lain untuk berbagi ide,
perasaan dan keyakinan
P: lanjutkan intervensi
- Mendiskusikan mengenai minat terhadap keagamaa, Mendengarkan & kembangkan perasaan mengenai waktu untuk beribadah

56
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Petrus. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Jakarta


arpenito ( 2000),Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktek Klinis,Ed.6,EGC, Jakarta
Doenges at al ( 2000 ),Rencana Asuhan Keperawatan,Ed.3,EGC,Jakarta
Price & Wilson (1995),Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Ed,4,EGC
Jakarta
Soeparman & Waspadi(1990),Ilmu Penyakir Dalam,BP FKUI,Jakarta
Boedi Warsono;Diagnostik dan Pengobatan Penyakit Jantung: Lektor Madya Fakultas
kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. 1984,hal 93-100.
Elliott M.Antman,Eugene Braunwald;Acute Myocardial Infarction;Harrison’s Principles of
Medicine 15th edition,2005,page 1-17.
Lily Ismudiati Rilantono,dkk.;Buku Ajar Kardiologi;Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,2004,hal 173-181.
Pramonohadi Prabowo;Penyakit Jantung Koroner,Lab/UPF Ilmu Penyakit Jantung;FK
Unair RSUD dr.Soetomo,Surabaya,1994,hal 33-36.
Prof.dr.H.M.Sjaifoellah Noer,dkk.;Buku Ajar Ilmu Penyakit Dala

57
58

Anda mungkin juga menyukai