LAPORAN PENDAHULUAN
STENOSIS MITRAL
OLEH :
ST RAFIAH HAMZAH
19. 04. 028
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Mitral stenosis adalah blok aliran darah pada tingkat kantup mitral,
akibat adanya perubahan struktur mitral leaflets yang menyebabkan tidak
membukanya kantup mitral secara sempurna pada saat drastolik.
Mitral stenosis adalah perubahan progresif dan pengerutan bilah-bilah
katup mitral yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif
aliran darah.
B. Anatomi Fisiologi
Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat
pompa kiri, yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan
darah bersih ke peredaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini
mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi; vena
kava, atrium kanan, ventrikal kanan, arteri pulmonal, paru-paru, vena
pulmonal, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula,
vena, vena kava.
Batas kiri jantung terdiri atas tonjolan yang bulat lonjong atau
setengah bulat, terdiri dari tonjolan I paling atas adalah arkus aorta,
merupakan setengah bulatan yang kira-kira sebesar ibu jari, berhubungan
langsung dengan aorta desenden. Tonjolan II: disebabkan oleh arteri
pulmonal, pada umumnya lebih kecil, kadang-kadang sukar terlihat. Pada
sistolik jantung, tonjolan ini akanlebih nyata. Tonjolan III: disebabkan oleh
aurikel atrium kiri, biasanya tidak tampak kecuali jika ada pembesaran atrium
kiri. Tonjolan IV : dibentuk oleh dinding luar ventrikel kiri.
Pada batas kanan jantung juga terdapat 4 tonjolan, tonjolan I:
disebabkan oleh vena kava superior, merupakan pelebaran di sisi
mediastinum. Tonjolan II: disebabkan oleh aorta asenden, merupakan garis
lurus mengarah ke atas menuju ke arkus aorta. Batas vena kava dengan aorta
asenden sukar ditetapkan tanpa aortogram. Tonjolan III : kadang-kadang ada
3
C. Etiologi
Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik,
akibat reaksi yang progresif dari demam rematik oleh infeksi streptococcus.
Diperkirakan 90% stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung rematik.
Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu stenosis mitral kongenital, vegetasi
dari systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid,
mucopolysaccharhidosis, rheumatoid arthritis (RA), Wipple’s disease, Fabry
disease, akibat obat fenfluramin atau phentermin, serta kalsifikasi annulus
maupun daun katup pada usia lanjut akibat proses degeneratif. Stenosis katup
mitral juga bisa merupakan suatu kelainan bawaan. Bayi yang lahir dengan
kelainan ini jarang bisa bertahan hidup lebih dari 2 tahun, kecuali jika telah
menjalani pembedahan. Miksoma (tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan
darah dapat menyumbat aliran darah ketika melewati katup mitral dan
menyebabkan efek yang sama seperti stenosis katup mitral.
4
D. Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan
utama berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue. Pada stenosis mitral
yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal
nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru.Aritmia atrial berupa fibrilasi
atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-
40%. Sering terjadi pada usia yang lebih lanjut atau distensi atrium yang akan
merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal ini tidak berhubungan
dengan derajat stenosis.
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti
tromboemboli, infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat
besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara serak.
E. Patofisiologi
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4- 6 cm². Bila
area orifisum katup ini berkurang sampai 2cm², maka diperlukan upaya aktif
atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang
normal tetap terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan katub
berkurang, hingga menjadi 1 cm². Pada tahap ini dibutuhkan suatu tekanan atrium
kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal.
Gradien transmitral merupakan “ hall mark” stenosis mitral selain luasnya
area katup mitral.walaupun Rahimtoola berpendapat bahwa gradien dapat terjadi
akibat aliran besar melalui katup normal, atau aliran normal melalui katup sempit.
Sebagai akibatnya tekanan atrium kiri akan diteruskan ke V. Pulmonalis
dan seterusnya mengakibatkan kongesti paru serta keluhan sesak (exertional
dyspnea).
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien
transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan
5
antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap.
berdasarkan luasnya area katup mitral dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Derajat A20-OS interval Area gradien
stenosis
Ringan >110 msec >1.5cm ² < 5 mmHg
F. Komplikasi
1. Fibrilasi atrium
2. Emboli sistemik
3. Hipertensi pulmonal dan dekonpensasi jantung
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan
ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm),
peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ;
penurunan curah jantung.
2. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup
mitral.
3. ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel
kanan, fibrilasi atrium kronis.
4. Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan
vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
5. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan
gerakan daun-daun katup.
H. Penatalaksanaan
1. Medika mentosa
a. Obat obat diuritik atau long acting nitrat untuk mengurangi sesak,
b. Beta bloker atau calcium chanel blocker untuk mengontrol Rate
8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian primer
10
g. Pernafasan
- Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
- Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
13
h. Keamanan
- Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
i. Pembelajaran/Penyuluhan
- Gejala : Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.
j. Faktor faktor etnik seperti : orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak
optimal dan kongesti paru
2. Penurunan kardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama
konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatatan SVR, miocardial
infark.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard.
14
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O
1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan selama 1x24 jam diharapkan pola nafas 2. Monitor pola napas
pengembangan paru yang kembali efektif, dengan kriteria hasil: 3. Monitor bunyi napas tambahan
tidak optimal dan kongesti RR dalam batas normal 16-20x/mnt 4. Monitor respirasi dan status O2
paru Tidak menggunakan otot bantu 5. Berikan oksigen
nafas 6. Monitor aliran oksigen
Tidak ada bunyi napas tambahan 7. Posisikan semi fowler
8. Berikan bronchodilator bila perlu
2 Penurunan kardiac output Setelah dilakukan tindakan keperawatam 1. Idenitfikasi tanda/gejala primer
berhubungan dengan 3 x 24 jam di harapkan mempertahankan penurunan curah jantung
perubahan dalam rate, jantung memompa darah dengan adekuat 2. Identifikasi tanda gejala sekunder
irama konduksi jantung, dengan kriteria hasil : penurunan curah jantung
menurunnya preload atau Tanda tanda vital dalam batas normal 3. Monitor tekanan darah
peningkatatan SVR, HR 60-100/menit regular, 4. Monitor keluhan nyeri dada
miocardial infark. Tidak ada hipotensi orthostatic 5. Monitor aritmia
AGD dalam batas normal. 6. Posisikan pasien dengan posisi yang
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
3. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
4. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta
5. Suparman (2000), Ilmu Penyakit Dalam Julid I Jakarta : FKUI
17
Endocarditis rematik,
thrombus, kalsifikasi
Stenosis mitral
katup
Cepat lelah
Sesak napas
Intoleransi aktivitas