Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS

Oleh :
TRIYATI
NIM : 15400049

Program Studi Profesi Ners


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2016
Penyakit ileus

A. Anatomi Fisiologi

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran intestinal, yang jumlah
panjangnya kira-kira 2/3 dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat
diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorbsi.
Usus halus dibagi dalm 3 bagian anatomik: bagian atas disebut duodenum, bagian
tengah disebut yeyenum, dan bagian bawah disebut ileum. Duktus koleduktus yang
memungkinkan untuk pasase baik empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri
kedalam duodenum pada ampula vater.
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak pada bagian bawah kanan
duodenum yang disebut sekum.Pada pertemuan ini terdapat katub ileosekal yang
berfungsi untuk mengontrol pasase sisi usus kedalam usus besar dan mencegah refluks
bakteri kedalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendik veriformis. Usus besar
terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen segmen tranfersum yang
memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri
abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian yaitu kolon sigmoid dan
rektum. Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik
yang membentuk baik sfingter internal dn eksternal (Bruner dan Suddarth, 2002)

B. Definisi
Menurut Sjamsuhidajat (2003) ileus adalah hilangnya pasase isi usus, Ileus
Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara dan
ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik.Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis
yang sering dijumpai, merupakan 60--70%, dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akuta. Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik
yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau, mempengaruhi dinding
usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus (Irwanasari, 2007).
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) obstruksi usus terjadi bila sumbatan
mencegah aliran normal dari isi usus melalui saluran usus. Aliran ini dapat terjadi
karena dua tipe proses:
1. Mekanis, terjadi obtruksi intramural atau obstruksi mural dari tekanan pada dinding
usus.
2. Fungsional, muskulatur usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Kondisi
ini dapat bersifat sementara sebagai akibat dari penanganan usus selama
pembedahan.

C. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) obstruksi usus bisa terjadi pada usus halus
dan usus besar tetapi kebanyakan terjadi dalam usus halus (85%) yang dapat bersifat
parsial atau komplit. Penyebab mekanis terjadinya obstruksi usus antara lain:
1. Perlekatan, lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat
atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.
2. Intususepsi yaitu satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya.
3. Volvulus yaitu usus memutar dan kembali kekeadaan semula.
4. Hernia, protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding atau otot
abdomen.
5. Tumor, tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.

D. Tanda dan gejala


Menurut Potter & Perry (2006) obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik
berupa nyeri abdomen yang bersifat kolik, muntah muntah dan obstipasi, distensi
intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan sebagai menusuk-nusuk
atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang serangan,
biasanya disertai perasaan perut yang melilit dan terdengar semacam "suara" dari dalam
perut. Pada saat pemeriksaan dapat didengarkan bising usus yang kasar dan meninggi
(borgorygmi dan metalic sound). Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus,
beberapa gambaran klinik dapat membantu yaitu rasa nyeri abdomen yang hebat,
bersifat menetap, makin lama makin hebat. Pada pemeriksaan abdomen,didapatkan
ascites. Terdapatnya abdominal tenderness. Adanya tanda-tanda yang bersifat umum,
demam, dehidrasi berat, tachycardi, hipotensi atau shock.

E. Patofisiologi
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan
pasase lumen usus terganggu dan akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa
gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan
rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi
cairan dan gas semakin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada
tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus setelah proximal
sumbatan.
Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik)
sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini
menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah muntah.Pada obstruksi usus
yang lanjut, peristaltik mudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya
kontraksinya. Pada saat ini gambaran kliniknya dapat dikenal dengan gangguan kolik
menghilang, distensi usus berat, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, serta
dehidrasi berat.Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan
pendarahan dinding usus yang menyebabkan nekrosis/gangguan dinding usus. Bahaya
umum dari keadaan ini ,adalah sepsis/toxinemia (Bruner dan Suddarth, 2002)

F. Pathways

Perlekatan Intusepsi Volvulus Hernia Tumor

Strangulasi Penyempitan/penyumbatan lumen usus

Pasase lumen usus terganggu

Pengumpulan isi lumen usus (gas&cairan)

Gangguan aliran darah usus proksimal distensi, bagian distal kolaps Gangguan absorsi usus
Pada dinding usus
Peristaltik usus proksimal meningkat Gangguan pemenuhan
nutrisi
Nekrosis Kolik abdomen
Refluk isi usus
Resti infeksi kedalam lambung Nyeri

Perforasi Muntah muntah Resti injury

Peritonitis Kekurangan Volume cairan


dan elektrolit

Septikemia Dehidrasi berat


Resti shock
Peristaltik usus
Distal menurun Obstipasi Perubahan perfusi jaringan

Gangguan pola eleminasi

G. Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidajat, R. Dkk (2003) penanganan ileus adalah:
1. Konservatif
Penderita dirawat dirumah sakit
Penderita dipuasakan
Kontrol status airway, breathing and circulation.
Dekompresi dengan nasogastric tube.
Intravenous fluids and electrolyte
Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
2. Farmakologis
Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob
Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif
Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis
obstruksi kolon.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi. Lisis pita untuk band.
Herniorepair untuk hernia inkarserata
Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
Reseksi usus dengan anastomosis
Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

H. Pengkajian Gawat Darurat


Menurut Manaf (2007) pengkajian kegawatdaruratan ileus antara lain:
1.Pengkajian Primer
A. Airway
Pasien jarang jarang terjadi gangguan jalan nafas kecuali disertai penyakit lain.
B. Breathing
Perubahan pola nafas (nafas dangkal).
C. Circulation
Perubahan TD (hipotensi).
Nadi mungkin tidak teratur.
Takhikardi.
Keringat dingin
pucat
D. Diability
Merasa lemah, lelah dan gangguan mobilitas
2.Pengkajian Sekunder
a. Anamnesis
Pada suatu penyakit bedah darurat anamnesis merupakan pemeriksaan yang
sangat penting. Bahan-bahan utama yang dapat diperoleh melalui anamnesis yang
memberikan informasi sangat berharga pads proses penegakan diagnosis adalah :
 Lokasi nyeri
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen yang
bersifat kolik. Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa
gambaran klinik dapat membantu yaitu rasa nyeri abdomen yang hebat,
bersifat menetap, makin lama makin hebat.
 Bentuk rasa nyeri
Nyeri pada akut abdomen dapat berbentuk nyeri terus menerus atau berupa
kolik. Rasa nyeri perut dirasakan sebagai menusuk-nusuk atau rasa mulas
yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang serangan
biasanya disertai perasaan perut yang melilit dan pada keadaan strangulasi,
nyeri biasanya lebih hebat dan menetap.
 Perubahan fisiologi alat pencernaan
- Tidak ada nafsu makan, mual, muntah. Bila obstruksi tinggi, muntah hebat
bersifat proyektil dengan cairan muntah yang berwarna kehijauan. Pada
obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas.
Muntah tidak proyektil dan berbau "feculent", warna cairan muntah
kecoklatan.
- Defekasi teratur, mencret, obstipasi.
- Perut kembung, serangan kolik.
- Sudah berapa lama semua perubahan ini berlangsung.
 Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada daerah abdomen adalah :
Penderita kesakitan,pernafasan dangkal karena nyeri didaerah abdomen, pucat,
keringat dingin. Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila
obstruksinya rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat talsis
usus (Darm-steifung).
 Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
- Perasaan nyeri. Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan
bertambah pada waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri
lepas. Pada peritonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan
pada penekanan dinding abdomen di daerah lain. Perasaan nyeri yang
memang sudah ada terus menerus akan bertambah pada waktu palpasi
sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peritonitis lokal
akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pada penekanan dinding
abdomen di daerah lain.
- Kejang otot(muscular rigidity, defense musculaire)
Distensi abdomen disebabkan karena akumulasi pengumpulan isi lumen
usus oleh gas dan cairan.Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pada
peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga
secara reflex terjadi kejang otot.
 Perkusi
Bunyi timpani bahkan hipertimpani karena meteorismus disebabkan distensi
usus yang berisikan gas pada ileus obstruksi rendah.
 Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi (borborhygmi) dan pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

I. Diagnosa Keperawatan Kegawatdaruratan dan Fokus intervensi


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah sekunder terhadap reflek isi
usus kedalam lambung
 Pantau tanda vital,catat adanya hipotensi(termasuk perubahan
postural),takhikardi,takhipnea dan suhu badan.
 Observasi kulit/membran mukosa serta turgor.
 Ukur berat jenis urine
 Hindarkan dari bau yang merangsang dari lingkungan sekitar.
 Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit sesuai indikasi.

2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan nekrosis sekunder terhadap Gangguan aliran
darah Pada dinding usus.
 Pantau tanda tanda vital, perhatikan terhadap peningkatan suhu.
 Kaji bising usus.
 Pertahankan puasa.
 Lakukan aspirasi dengan nasogastrik tube.
 Lakukan enema isotonik hingga bersih.
 Kolaborasi untuk dilakukan cyto operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Suzane, c. (terjemahan), Edisi 8,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Irwanasari, 2007. Ileus Obstruktif diakses tanggal 11 mei 2016 dari


http://irwanashari.blogspot.com/2007/07/ileus-obstruktif.html

Potter, P. A, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Jakarta, Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang, 2003. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manaf, N. M, Ileus Obstruktif diakses tanggal 11 mei 2016 dari


http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html

Anda mungkin juga menyukai