F DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CRUSH INJURY DI RUANGAN KLINIK BEDAH
PLASTIK RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
DI SUSUN
OLEH
NIM : 7119201724
………………………. ………………………
A. Definisi
(Pemecahan otot) dan pelepasan komponen sel otot yang berbahaya dan
serius meliputi kulit dan jaringan lunak dibawa kulit kerusakan pembuluh
lebih sering mengenai anggota gerak dibanding anggota tubuh yang lain.
menjadi gagal ginjal akut dan lebih dari 50% yang perlu dilakukan tindakan
fasiotomi. Dari mereka dengan gagal ginjal, 50% harus dilaksanakan
dialisis
dapat terjadi karena organ dilengkapi dengan otot dan tulang. Tulang
merupakan alat gerak pasif artinya tulang dapat bergerak jika dibantu
tulang kering, betis, tumit, pergelangan kaki, dan telapak kaki. Bagian-
1. Os. Scapula
2. Os. Clavikula
(Ekstremitas)
3. Os. Humerus
4. Os. Radius
5. Os. Ulna
6. Os. Carpal
7. Os. Metacarpal
8. Os. Phalanges
C. Etiologi
tertindih oleh objek berat, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja pada
industri, kecelakaan kerja lain yang menyebabkan luka hancur yang serius.
injury . Pada trauma yang ringan dapat ditandai dengan adanya luka robek,
nyeri terlokasir dan ringan. Namun pada trauma crush injury yang berat
dapat terlihat kerusakan hebat dibawa kulit lokasi lesi dan sering dijumpai
darah, tulang serta tendon dan organ lainnya. Beberapa tanda yang
mungkin dan sering timbul yaitu klinis pada kulit mungkin hampir sama
dengan trauma bukan crush injury , bengkak daerah trauma, paralisis ( jika
mengenai vertebra), parestesi, nyeri, pulsasi ujung distal dari lokasi trauma
mungkin ada atau tidak ada mioglobinuri yang mana warna urine menjadi
E. Patofisiologi/ patologi
sel otot. Pada awalnya, ada tiga mekanisme yang bertanggung jawab atas
Proses ini terjadi selama satu jam pertama setelah crush injury.
Biasanya, otot bisa bertahan sekitar 4 jam tanpa aliran darah (warm
ischemia time) sebelum kematian sel terjadi. Setelah waktu ini, sel-sel
Konsekuensi Reperfusi
hypocalcemia.
Sindrom Komparteme
Kelompok otot yang dikelilingi oleh lapisan keras dari fasia jaringan
kerusakanotot. Selain itu, pembuluh darah atau saraf yang berjalan melalui
Penilaian
Pasien dengan crush injury memiliki sedikit tanda dan gejala. Kita
jika intervensi kita tertunda karena menunggu tanda-tanda dan gejala crush
F. Manifestasi klinis
1. Nyeri
2. Kehilangan fungsi
5. Krepitasi
6. Hematuria
7. Syok
8. Perdarahan
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
mikroskopik.
2. Pemeriksaan radiologis
c. Pemeriksaan urologis
MRI.
pasien dengan fraktur pelvis. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa,
H. Kemungkinan komplikasi
1. Hypotensi
2. Crush Syndrome
3. Renal Failure
4. Compartmen Syndrome
5. Cardiac Arres
I. Penatalaksanaan
lebih dari 6-8 jam setelah kejadian, jika tidak dapat ditangani dengan baik
terapi akhir-akhir ini berupa pemberian cairan intravena dan manitol untuk
cairan keluar. Volume agresif ini dapat mencegah kematian yang cepat
sering timbul dan juga sebagai salah satu langkah pertama dalam
biasanya diberikan:
adalah 200 gr/kg, dosis yang lebih tinggi dari ini dapat merusak fungsi
ginjal. Manitol boleh diberikan hanya setelah aliran urin baik yang dikoreksi
sterile dengan kain kasa. Lokasi cedera diangkat lebih tinggi dari posisi
jantung akan membantu untuk membatasi edema dan mempertahankan
yang hidupnya berada dalam bahaya langsung dan yang tidak dapat
melepaskan diri dengan cara lain. <ni merupakan bidang yang sulit dengan
pasien. Amputasi dirumah sakit harus dilakukan oleh dokter ahli yang
Pada amputasi bawah lutut dapat dilakukan jika ada kerusakan yang
sulit untuk dipertahan lagi dan kerusakan fungsi komponen yang terdapat
pada daerah bawah lutut (under of knee) yang melibatkan kerusakan kulit,
Sehingga amputasi pada daerah bawah lutut dapat dilakukan dengan cara
lutut (amputation above the knee). Pastikan tindakan ini membantu pasien
dan otot extensors, sebab kedua fungsi otot ini akan melebarkan pinggul
pasien dan prosthesi, yang mana untuk membentuk lututnya dan juga
dari jaringan parut yang sensitif dengan tulang yang cukup baik ditutupi
dan otot yang sehat dan tidak melekat. Dalam hal ini sangat penting
nyawa bila dibiarkan, misalnya pada crush injury, sepsis yang berat,
hilang sama sekali, adanya nyeri yang hebat, malformasi hebat atau
Trauma langsung:
Jatuh, hantaman, kecelakaan, dll
Fraktur
Prosedur
pembedahan Pergeseran fragmen tulang
Merusak jaringan
Pre op Resiko infeksi sekitar
Nyeri akut
HB menurun
Menembus kulit
Kurangnya
Resiko
pengetahuan Hambatan mobilitas
pendarahan
fisik
luka Gangguan
Defisiensi integritas kulit
pengetahuan
Syok
hipovolemik Resiko infeksi
ansietas
Post op
Syok Mual
hipovolemik
Efek samping anastesi
Resiko infeksi
Penurunan curah Resiko
jantung ketidakefektifan
perfusi ginjal Konfusi
akut
Penurunan
kesadaran
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
pasien.
1. Keluhan Utama
ke rumah sakit.
membran mukosa.
dilakukan.
1) Kepala : rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
dikepala.
3) Hidung : Simetris, tidak ada secret dalam hidung, tidak ada lesi,
karies gigi.
5) Telinga : Daun telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen
dalam telinga, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, fungsi
pendengaran baik.
gangguan menelan.
7) Dada
Paru-paru:
Perkusi : sonor
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Perkusi : pekak
Perkusi :tympani
dapat digerakkan,
hemangioma.
Intoleransi aktivitas
12)Keadaan lokal
lebar hemangioma.
B. Diagnosa Keperawatan
area cidera.
keterbatasan/deformitas.
C. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Nyeri Akut Nyeri akut pada pasien dapat teratasi Manajemen nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
personal).
dll)
manajemen nyeri.
Resiko Infeksi Pasien terbebas dari resiko infeksi selama Kontrol infeksi :
(Post Op) dilakukan tindakan keperawatan, dengan 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 2. Isolasi orang yang terkena penyakit
infeksi menular.
4. Jumlah leukosit dalam batas normal (N: mencuci tangan yang sesuai.
universal.
9. Pakai sarung tangan steril dengan tepat.
saluran IV.
yang sesuai.
kesehatan.
3. Perfusi jaringan baik 6. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
E. Evaluasi Keperawatan
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
Syafuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2 – Jakarta : EGC
EGC