Dosen Pembimbing:
Dr. YULIS SETIYA DEWI S.Kep.Ns., M.Ng.
Disusun Oleh:
Nama : Florentina Lisa Pratama
NIM : 131911133125
Kelas : A3
Kelompok : PKK 2-Kelompok 8
(Perbesaran pada atrium kiri, siluet pada atrium kanan, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri)
3) Ekokardiogram
Ekokardiogram adalah alat yang digunakan untuk menilai etiologi stenosis mitral,
morfologi, keparahan, dan turut menentukan intervensi pengobatan yang akan dilakukan.
Ekokardiogram digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat morbiditas stenosis mitral
dengan menggunakan skor Wilkins. Skor Wilkins menilai mobilitas (kemampuan),
ketebalan, kalsifikasi (keterlibatan kalsium pada mitral), ketebalan subvalvular. Nilai skor
wilkins > 8 maka stenosis mitral akan berprognosis buruk.
Non-Reumatik
Infeksi Bakteri
Streptococcus Beta
Hemolitikus Grup A Endokarditis dan SLE Kalsifikasi katup Kelainan jantung bawaan
(Streptococcus
pyogenes)
Penebalan katup Kelainan jaringan ikat katup
Demam Reumatik
dan berkurang
elastisitas katup
Antibodi menyerang bakteri
pada saluran pernapasan
Kekakuan katup
Aliran darah dari Atrium kiri ke Ventrikel kiri terhambat Fibrilasi Atrial dan palpitasi
Jantung berdebar-debar
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Tahanan Tinggi di Volume input CO Menurun CO Menurun Peningkatan CO Menurun Sering terjaga di
darah ke ventrikel Tekanan malam hari
atrium kiri kiri menurun
Suplai darah ke Pulmonal
Suplai darah ke Ginjal Menurun Hipertensi Pulmonal Aliran Darah ke
Peningkatan otak menurun muskuloskletal
Cardiac output MK: Gangguan
tekanan pembuluh menurun menurun Pola Tidur (D.0055)
Penurunan GFR Hambatan Aliran
vena pulmonal MK: Risiko Perfusi Darah Ventrikel
Serebral Tidak Kanan ke Arteri Pulmo
Pembuluh vena Menurunnya O2 dan
Efektif (D.0017) Disfungsi
dan kapiler pecah menumpuknya CO2
Curah Jantung Ginjal
Menurun Suplai darah ke
Hambatan Aliran
MK: jaringan menurun Darah Atrium kanan Respirasi Aerob tidak
Darah merembes Penurunan MK: Risiko
Perfusi Renal ke ventrikel kanan berjalan digantikan
ke intestisial Curah Jantung Respirasi Anaerob
Tidak Efektif
(D.0008) MK: Perfusi
paru-paru (D.0016)
Perifer Tidak
Hambatan Aliran Darah
Efektif (D.0009)
dari Vena Cava Superior Berkurangnya jumlah ATP yang
Tertumpuknya
Edema pulmonal Tekanan pulmonal meningkat dan Inferior di produksi dan menumpuknya
cairan dan elektrolit
asam laktat di otot
2) Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) b.d. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d. SaO2
menurun (<98%), PCO2 meningkat (>45 mmHg), PO2 menurun (<80 mmHg),
takikardia (N>100 x/menit), pH arteri menurun (<7,38), takikardia (N>100 x/menit),
pH arteri menurun, napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas (otot leher,
tulang rusuk, sternum, atau perut), retraksi dinding dada.
2. Penurunan Curah Jantung (D.0008) b.d. penurunan afterload d.d. dispnea, ortopnea,
palpitasi, dispnea nokturnal paroksismal (PND), tekanan darah meningkat, nadi perifer
teraba lemah, CRT (Capillary refill time) > 3 detik, takikardia (N>100x/menit), suara
murmur jantung pada apex jantung, suara jantung S3 akhir diastolik, distensi vena
jugularis (>8cmH2O)
3. Nyeri akut (D.0077) b.d. agen pencedera fisiologi (penekanan rongga thoraks akibat
peningkatan tekanan pulmonal) d.d. mengeluh nyeri di bagian dada tengah sedikit ke
kiri terasa seperti ditusuk-tusuk atau tertimpa benda padat diatas dada, terasa nyeri 24
jam makin bertambah ketika berbaring sejajar jantung dengan kepala, tampak meringis,
bersikap protektif (memegang dada tengah sedikit ke kiri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat (N>100x/menit), sulit tidur, pola napas takipneu (RR>20x/menit)
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d. penurunan aliran arteri perifer d.d. pengisian
kapiler (CRT) > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral terasa dingin,
warna kulit pucat, turgor kulit menurun (>5 detik)
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) d.d. stenosis mitral
6. Intoleransi aktivitas (D.0056) b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d. mengeluh cepat lelah ketika melakukan aktivitas, dispnea saat dan setelah
aktivitas, merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
7. Gangguan pola tidur (D.0055) b.d. kurang kontrol tidur akibat fibrilasi atrial dan
palpitasi d.d. mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, sering terbangun dari
tidur khususnya tidur di malam hari.
8. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037) d.d. kelebihan volume cairan dan edema
anarsaka (ekstremitas)
9. Risiko perfusi renal tidak efektif (D.0016) d.d. disfungsi ginjal akibat aliran darah arteri
ginjal menurun sehingga GFR menurun
10. Nausea (D. 0076) b.d. peningkatan tekanan intraabdominal (hepatomegali) d.d.
mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan, pucat, mata cowong
11. Defisit pengetahuan tentang prosedur Valvuloplasti atau Tindakan Pembedahan Katup
(D.0111) d.d. menanyakan masalah yang dihadapi, terlihat kebingungan
12. Ansietas (D.0080) b.d. krisis situasional d.d. merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari prosedur yang akan dilakukan, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
13. Nyeri akut (D.0077) pasca prosedur tindakan d.d. mengeluh nyeri di area luka insisi,
tampak meringis, bersikap protektif atau melindungi area insisi untuk tidak tersentuh
atau tertekan, gelisah, frekuensi nadi meningkat (N>100x/menit), sulit tidur.
14. Risiko infeksi (D.0142) d.d. efek prosedur invasif tindakan pembedahan valvuloplasti
atau tindakan pembedahan katup
15. Risiko Gangguan Integritas Kulit (D.0139) d.d. penurunan mobilitas dan tirah baring
pasca pembedahan
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. D.0003 Gangguan L. 01003 Pertukaran Gas I.01026 Terapi Oksigen 1. Mengevaluasi ada atau tidaknya
Pertukaran Gas Setelah dilakukan intervensi Observasi perbaikan setelah dilakukannya
Gangguan Pertukaran keperawatan selama 1x2 - Monitor efektivitas penggunaan terapi intervensi terapi oksigen pada
Gas b.d. jam, maka Pertukaran Gas oksigen dengan evaluasi AGD, oksimetri, klien.
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria pemeriksaan pH arteri 2. Penggunaan oksigen dalam jangka
ventilasi-perfusi d.d. hasil: - Monitor integritas mukosa hidung akibat waktu yang lama dapat
SaO2 menurun (<98%), - SaO2 membaik (98-100%) pemasangan oksigen, khususnya menyebabkan kekeringan pada
PCO2 meningkat (>45 - PCO2 membaik (35-45 penggunaan nasal kanul membran mukosa hidung, jika
mmHg), PO2 menurun mmHg) Terapeutik terdapat indikasi membran
(<80 mmHg), takikardia - PO2 membaik (80-100 - Siapkan dan atur peralatan pemberian mukosa kering maka dapat
(N>100 x/menit), pH mmHg) oksigen dipasang humadifier untuk
arteri menurun (<7,38), - Frekuensi nadi membaik - Diskusi dengan klien dan keluarga untuk melembabkan oksigen yang keluar
napas cuping hidung, (60-100 x/menit) anjuran rawat inap bagi klien dengan dari alat terapi oksigen.
penggunaan otot bantu - pH arteri membaik (7,38- kondisi yang memerlukan terapi oksigen 3. Menyiapkan peralatan
napas (otot leher, tulang 7,42) kontinyu pemasangan oksigen
rusuk, sternum, atau - napas cuping hidung Edukasi 4. Meningkatkan pemberian terapi
perut), retraksi dinding membaik - Edukasi pasien dan keluarga perlunya oksigen jika kondisi klien
dada. - penggunaan otot bantu penggunaan oksigen di rumah memerlukan bantuan terapi
napas menurun oksigen kontinyu 24 jam untuk
- retraksi dinding dada - Edukasi pasien dan keluarga mengenai menunjang perbaikan kondisi
menurun indikasi penggunaan, prosedur klien dan mengurangi sesak napas
penggunaan, indikasi pelepasan masker klien dengan pemberian terapi
oksigen, dan prosedur pelepasan masker oksigen yang adekuat.
oksigen 5. Meningkatkan edukasi klien dan
Kolaborasi keluarga mengenai perlunya
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen penggunaan oksigen di rumah
- Kolaborasi penentuan alat masker 6. Meningkatkan kemampuan klien
oksigen sesuai kebutuhan klien dan keluarga klien untuk turut
- Kolaborasi waktu dan durasi penggunaan membantu memonitor dan
oksigen meningkatkan efektivitas terapi
dengan memahami indikasi
penggunaan, prosedur
penggunaan, indikasi pelepasan
serta prosedur pelepasan masker
oksigen
7. Menentukan dosis oksigen yang
sesuai dengan kondisi klien, jika
kekurangan dosis maka terapi
menjadi tidak efektif, dan jika
terlalu berlebih akan
menyebabkan alkalosis
respiratorik di dalam tubuh
8. Memaksimalkan dan
meningkatkan efektivitas terapi
yang diberikan
9. Penentuan waktu pemberian terapi
oksigen yang sesuai dengan
kondisi klien.
2. D.0008 Penurunan L.02008 Curah Jantung I.02075 Perawatan Jantung 1. Mengidentifikasi adanya
Curah Jantung Setelah dilakukan intervensi Observasi komplikasi yang disebabkan
Penurunan Curah keperawatan selama 1x2 - Identifikasi tanda/gejala sekunder menurunnya curah jantung
Jantung b.d. penurunan jam, maka Curah Jantung penurunan curah jantung (peningkatan 2. Mengidentifikasi dan
afterload d.d. dispnea, meningkat dengan kriteria berat badan, edema, hepatomegali, mengevaluasi perkembangan
ortopnea, palpitasi, hasil: oliguria, kulit pucat, pusing, mual dan stenosis mitral yang terjadi dan
dispnea nokturnal - dispnea menurun muntah) efek yang ditimbulkan pada
paroksismal (PND), - ortopnea menurun - Identifikasi EKG 12 sadapan kinerja jantung.
tekanan darah - kekuatan nadi perifer - Identifikasi nilai laboratorium jantung 3. Mengidentifikasi adanya
meningkat, nadi perifer meningkat (elektrolit: natrium, kalium, sodium) komplikasi ketidakseimbangan
teraba lemah, CRT - palpitasi menurun - Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi elektrolit dan cairan yang
(Capillary refill time) > sebelum dan sesudah aktivitas (dapat meningkatkan risiko terjadinya
3 detik, takikardia edema pada klien
(N>100x/menit), suara - dispnea nokturnal dilakukan dengan ekokardiogram 4. Mengidentifikasi dan
murmur jantung pada paroksismal (PND) olahraga) mengevaluasi efek yang
apex jantung, suara menurun Terapeutik ditimbulkan stenosis terhadap
jantung S3 akhir - CRT membaik (< 3 detik) - Diskusikan jenis dan durasi aktivitas kemampuan aktivitas klien. klien
diastolik, distensi vena - Suara jantung S3 akhir yang dapat dilakukan dan tidak dengan stenosis mitral rentan
jugularis (>8cmH2O) diastolik menurun menimbulkan jantung berdebar-debar dan mengalami intoleransi aktivitas
- Suara murmur jantung sesak napas 5. Mengidentifikasi tingkat
menurun Edukasi kemampuan jantung dalam
- Distensi vena jugularis - Anjurkan klien posisi semi-fowler atau menunjang aktivitas klien dengan
menurun (<8 cmH2O) fowler dengan posisi kepala lebih tinggi stenosis mitral
- Tekanan darah meningkat dari jantung 6. Mengurangi rasa sesak dan nyeri
(120/80- 130/90 mmHg) - Anjurkan melakukan diet jantung yang dada yang dialami klien dengan
sesuai (batasi asupan natrium, kafein, modifikasi posisi
berikan makanan tinggi vitamin B 7. Meningkatkan asupan yang dapat
kompleks dan omega-3) memberikan nutrisi baik bagi sel-
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai sel otot dan vaskular jantung
toleransi 8. Mengurangi peningkatan
- Anjurkan berhenti merokok dan terpapar kebutuhan oksigen akibat
asap rokok peningkatan aktivitas sehingga
- Anjurkan melakukan tirah baring mengurangi beban afterload
Kolaborasi jantung
- Kolaborasi tatalaksana valvuloplasti atau 9. Mengurangi gaya hidup yang
tindakan pembedahan katup meningkatkan kerusakan pada sel-
- Kolaborasi pemberian Antikoagulan atau sel jantung dan pembuluh darah
pengencer darah (heparin), jika perlu juga mengurangi pembentukan
- Kolaborasi pemberian Diuretik clotting yang akan memperburuk
(furosemide) jika terdapat penumpukan kondisi stenosis mitral yang
cairan, edema, asites, jika perlu terjadi
- Kolaborasi pemberian Antiaritmia 10. Mengurangi beban afterload
(amiodarone) jantung, sehingga klien dapat
- Kolaborasi pemberian Beta-blocker berkurang nyeri dada dan rasa
(bisoprolol) sesak
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung 11. Tindakan valvuloplasti
dengan pemasangan kateter balon
pada katup mitral dapat
memperlebar katup mitral yang
mengalami stenosis sehingga
darah dapat mengalir lebih lancar
dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
Dengan begitu, curah jantung
dapat meningkat. Selain itu,
tindakan pembedahan katup juga
dapat menjadi pilihan untuk
mengganti katup mitral yang
mengalami stenosis dengan katup
mitral yang kondisinya baik
sehingga aliran darah dari atrium
kiri ke ventrikel kiri tidak
terganggu.
12. Untuk menghindari risiko
terjadinya trmboemboli pada
atrium dan pembuluh jantung
karena aliran darah yang tertahan.
13. Penumpukan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh yang
terjadi akibat menurunnya GFR
pada ginjal imbas menurunnya CO
jantung dapat dikurangi dengan
pemberian diuretik. Pemberian
diuretik dapat membuang
kelebihan cairan melalui urine
dengan memodifikasi proses
reabsorbsi pada TKP supaya lebih
banyak membuang elektrolit dan
air untuk menjadi urine
14. Untuk mengatasi aritmia yang
terjadi akibat stenosis mitral yang
menghambar kinerja jantung,
sehingga jantung bekerja tidak
beraturan sehingga menimbulkan
aritmia
15. Untuk menjaga dan
menstabilkan tekanan darah dan
menstabilkan kinerja jantung
16. Terapi meningkatkan fungsi
jantung pembuluh darah secara
bertahap
3. D.0077 Nyeri Akut L.08066 Tingkat Nyeri I.08243 Pemberian Analgetik 1. Menghindari adanya alergi setelah
Nyeri akut b.d. agen Setelah dilakukan intervensi Observasi pemberian obat analgesik
pencedera fisiologi keperawatan selama 1x60 - Identifikasi riwayat alergi obat 2. Meningkatkan efektivitas dan
(penekanan rongga menit, maka Tingkat Nyeri - Identifikasi kesesuaian jenis analgetik kinerja obat analgesik untuk
thoraks akibat menurun dengan kriteria dengan tingkat keparahan nyeri menurunkan nyeri
peningkatan tekanan hasil: Terapeutik 3. Meningkatkan efektivitas obat
pulmonal) d.d. analgesik dan kenyamanan
mengeluh nyeri di - Keluhan nyeri dada - Diskusikan jenis analgesik yang sering penggunaan obat oleh klien karena
bagian dada tengah menurun (skala 0-3/tidak digunakan dan disukai klien dalam klien sudah terbiasa dan menyukai
sedikit ke kiri terasa nyeri/nyeri ringan) mengatasi nyeri penggunaan analgesik tertentu
seperti ditusuk-tusuk - Meringis menurun Edukasi untuk menurunkan nyeri
atau tertimpa benda - Sikap protektif menurun - Jelaskan efek terapi dan efek samping 4. Meningkatkan perhatian, monitor
padat diatas dada, terasa - Gelisah menurun obat analgesik yang digunakan: efek samping, dan pencegahan
nyeri 24 jam makin - Frekuensi nadi membaik efek samping penggunaan acetaminophen efek samping yang dapat
bertambah ketika (60-100x/menit) yaitu sakit kepala, mual, muntah, dan ditimbulkan oleh penggunaan obat
berbaring sejajar jantung - Pola tidur membaik sakit bagian epigastrik analgesik
dengan kepala, tampak - Pola napas membaik Kolaborasi 5. Menurunkan nyeri sesuai dengan
meringis, bersikap (RR: 12-20x/menit) - Kolaborasi pemberian dosis dan jenis tingkat nyeri sehingga tepat jenis,
protektif (memegang analgesik yang sesuai tingkat keparahan tepat dosis, serta aman dikonsumsi
dada tengah sedikit ke nyeri dan aman untuk klien dengan oleh klien dengan penyakit
kiri), gelisah, frekuensi penyakit jantung. Salah satunya yaitu jantung untuk menghindari
nadi meningkat analgesik Acetaminophen. komplikasi yang dapat terjadi
(N>100x/menit), sulit - Kolaborasi medikasi untuk mengatasi 6. Mencegah dan mengatasi efek
tidur, pola napas efek samping yang dapat timbul dari samping yang terjadi akibat
takipneu penggunaan analgesik, jika perlu. penggunaan analgesik
(RR>20x/menit) Seperti penggunaan Acetaminophen yang
diminum setelah makan, menambah
medikasi obat GI, seperti Ranitidine
Pengkajian nyeri dada
PQRST:
P: peningkatan tekanan
pulmonal dan
pembesaran atrium kiri
mendesak rongga dada
Q: rasa nyeri tajam,
terasa seperti ditusuk-
tusuk, atau tertimpa
benda besar di atas dada
R: bagian tengah dada
sedikit ke kiri
S: ringan (1-3), sedang
(4-5), berat (6-10)
T: 24 jam, bertambah
ketika klien tidur
berbaring dengan posisi
jantung sejajar dengan
kepala.
Daftar Pustaka
Cunningham MW. Rheumatic Fever, Autoimmunity and Molecular Mimicry: The
Streptococcal Connection. Int Rev Immunol. 2014 Jul-Aug; 33(4): 314–329.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4669348/#__ffn_sectitle
Shah SN, Sharma S. Mitral Stenosis. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430742/
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI