5. Pemeriksaan Penunjang
Mitral Stenosis dievaluasi dengan menggunakan prosedur non-invasif dan invasif.
Evaluasi non-invasif dilakukan dengan menggunakan elektrokardiogram (EKG), rontgen
dada, ekokardiogram, dan ekokardiogram olahraga. Evaluasi invasif dilakukan dengan
menggunakan kateterisasi jantung.
1) Elektrokardiogram (EKG)
Pada EKG terlihat adanya perubahan pada gelombang P. Hal ini menunjukkan
pembesaran pada atrium kiri. Adanya deviasi aksis kanan dan hipertrofi ventrikel kanan
menunjukkan hipertensi pulmonal berat.
Non-Reumatik
Infeksi Bakteri
Streptococcus Beta
Hemolitikus Grup A Endokarditis dan Kalsifikasi katup Kelainan jantung bawaan
(Streptococcus SLE
Kekakuan katup
Aliran darah dari Atrium kiri ke Ventrikel kiri terhambat Fibrilasi Atrial dan palpitasi
Jantung berdebar-debar
B1 B2 B3 B4 B5 B6
2) Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) b.d. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d.
SaO2 menurun (<98%), PCO2 meningkat (>45 mmHg), PO2 menurun (<80 mmHg),
takikardia (N>100 x/menit), pH arteri menurun (<7,38), takikardia (N>100 x/menit),
pH arteri menurun, napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas (otot leher,
tulang rusuk, sternum, atau perut), retraksi dinding dada.
2. Penurunan Curah Jantung (D.0008) b.d. penurunan afterload d.d. dispnea, ortopnea,
palpitasi, dispnea nokturnal paroksismal (PND), tekanan darah meningkat, nadi
perifer teraba lemah, CRT (Capillary refill time) > 3 detik, takikardia
(N>100x/menit), suara murmur jantung pada apex jantung, suara jantung S3 akhir
diastolik, distensi vena jugularis (>8cmH2O)
3. Nyeri akut (D.0077) b.d. agen pencedera fisiologi (penekanan rongga thoraks akibat
peningkatan tekanan pulmonal) d.d. mengeluh nyeri di bagian dada tengah sedikit ke
kiri terasa seperti ditusuk-tusuk atau tertimpa benda padat diatas dada, terasa nyeri 24
jam makin bertambah ketika berbaring sejajar jantung dengan kepala, tampak
meringis, bersikap protektif (memegang dada tengah sedikit ke kiri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat (N>100x/menit), sulit tidur, pola napas takipneu
(RR>20x/menit)
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d. penurunan aliran arteri perifer d.d. pengisian
kapiler (CRT) > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral terasa dingin,
warna kulit pucat, turgor kulit menurun (>5 detik)
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) d.d. stenosis mitral
6. Intoleransi aktivitas (D.0056) b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d. mengeluh cepat lelah ketika melakukan aktivitas, dispnea saat dan
setelah aktivitas, merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
7. Gangguan pola tidur (D.0055) b.d. kurang kontrol tidur akibat fibrilasi atrial dan
palpitasi d.d. mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas
tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, sering terbangun
dari tidur khususnya tidur di malam hari.
8. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037) d.d. kelebihan volume cairan dan
edema anarsaka (ekstremitas)
9. Risiko perfusi renal tidak efektif (D.0016) d.d. disfungsi ginjal akibat aliran darah
arteri ginjal menurun sehingga GFR menurun
10. Nausea (D. 0076) b.d. peningkatan tekanan intraabdominal (hepatomegali) d.d.
mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan, pucat, mata cowong
11. Defisit pengetahuan tentang prosedur Valvuloplasti atau Tindakan Pembedahan Katup
(D.0111) d.d. menanyakan masalah yang dihadapi, terlihat kebingungan
12. Ansietas (D.0080) b.d. krisis situasional d.d. merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari prosedur yang akan dilakukan, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
13. Nyeri akut (D.0077) pasca prosedur tindakan d.d. mengeluh nyeri di area luka insisi,
tampak meringis, bersikap protektif atau melindungi area insisi untuk tidak tersentuh
atau tertekan, gelisah, frekuensi nadi meningkat (N>100x/menit), sulit tidur.
14. Risiko infeksi (D.0142) d.d. efek prosedur invasif tindakan pembedahan valvuloplasti
atau tindakan pembedahan katup
15. Risiko Gangguan Integritas Kulit (D.0139) d.d. penurunan mobilitas dan tirah baring
pasca pembedahan
3) Intervensi Keperawatan
N Diagnosis Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
o
1. D.0003 Gangguan L. 01003 Pertukaran Gas I.01026 Terapi Oksigen 1. Mengevaluasi ada atau tidaknya
Pertukaran Gas Setelah dilakukan intervensi Observasi perbaikan setelah dilakukannya
Gangguan Pertukaran keperawatan selama 1x2 - Monitor efektivitas penggunaan terapi intervensi terapi oksigen pada
Gas b.d. jam, maka Pertukaran Gas oksigen dengan evaluasi AGD, klien.
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria oksimetri, pemeriksaan pH arteri 2. Penggunaan oksigen dalam
ventilasi-perfusi d.d. hasil: - Monitor integritas mukosa hidung akibat jangka waktu yang lama dapat
SaO2 menurun (<98%), - SaO2 membaik (98-100%) pemasangan oksigen, khususnya menyebabkan kekeringan pada
PCO2 meningkat (>45 - PCO2 membaik (35-45 penggunaan nasal kanul membran mukosa hidung, jika
mmHg), PO2 menurun mmHg) Terapeutik terdapat indikasi membran
(<80 mmHg), takikardia - PO2 membaik (80-100 - Siapkan dan atur peralatan pemberian mukosa kering maka dapat
(N>100 x/menit), pH mmHg) oksigen dipasang humadifier untuk
arteri menurun (<7,38), - Frekuensi nadi membaik - Diskusi dengan klien dan keluarga untuk melembabkan oksigen yang
napas cuping hidung, (60-100 x/menit) anjuran rawat inap bagi klien dengan keluar dari alat terapi oksigen.
penggunaan otot bantu - pH arteri membaik (7,38- kondisi yang memerlukan terapi oksigen 3. Menyiapkan peralatan
napas (otot leher, tulang 7,42) kontinyu pemasangan oksigen
rusuk, sternum, atau - napas cuping hidung Edukasi 4. Meningkatkan pemberian terapi
perut), retraksi dinding membaik - Edukasi pasien dan keluarga perlunya oksigen jika kondisi klien
dada. - penggunaan otot bantu penggunaan oksigen di rumah memerlukan bantuan terapi
napas menurun - Edukasi pasien dan keluarga mengenai oksigen kontinyu 24 jam untuk
- retraksi dinding dada indikasi penggunaan, prosedur menunjang perbaikan kondisi
menurun penggunaan, indikasi pelepasan masker klien dan mengurangi sesak napas
oksigen, dan prosedur pelepasan masker klien dengan pemberian terapi
oksigen oksigen yang adekuat.
Kolaborasi 5. Meningkatkan edukasi klien dan
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen keluarga mengenai perlunya
- Kolaborasi penentuan alat masker penggunaan oksigen di rumah
oksigen sesuai kebutuhan klien 6. Meningkatkan kemampuan klien
- Kolaborasi waktu dan durasi penggunaan dan keluarga klien untuk turut
oksigen membantu memonitor dan
meningkatkan efektivitas terapi
dengan memahami indikasi
penggunaan, prosedur
penggunaan, indikasi pelepasan
serta prosedur pelepasan masker
oksigen
7. Menentukan dosis oksigen yang
sesuai dengan kondisi klien, jika
kekurangan dosis maka terapi
menjadi tidak efektif, dan jika
terlalu berlebih akan
menyebabkan alkalosis
respiratorik di dalam tubuh
8. Memaksimalkan dan
meningkatkan efektivitas terapi
yang diberikan
9. Penentuan waktu pemberian
terapi oksigen yang sesuai dengan
kondisi klien.
2. D.0008 Penurunan L.02008 Curah Jantung I.02075 Perawatan Jantung 1. Mengidentifikasi adanya
Curah Jantung Setelah dilakukan intervensi Observasi komplikasi yang disebabkan
Penurunan Curah keperawatan selama 1x2 - Identifikasi tanda/gejala sekunder menurunnya curah jantung
Jantung b.d. penurunan jam, maka Curah Jantung penurunan curah jantung (peningkatan 2. Mengidentifikasi dan
afterload d.d. dispnea, meningkat dengan kriteria berat badan, edema, hepatomegali, mengevaluasi perkembangan
ortopnea, palpitasi, hasil: oliguria, kulit pucat, pusing, mual dan stenosis mitral yang terjadi dan
dispnea nokturnal - dispnea menurun muntah) efek yang ditimbulkan pada
paroksismal (PND), - ortopnea menurun - Identifikasi EKG 12 sadapan kinerja jantung.
tekanan darah - kekuatan nadi perifer - Identifikasi nilai laboratorium jantung 3. Mengidentifikasi adanya
meningkat, nadi perifer meningkat (elektrolit: natrium, kalium, sodium) komplikasi ketidakseimbangan
teraba lemah, CRT - palpitasi menurun - Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi elektrolit dan cairan yang
(Capillary refill time) > - dispnea nokturnal sebelum dan sesudah aktivitas (dapat meningkatkan risiko terjadinya
3 detik, takikardia paroksismal (PND) dilakukan dengan ekokardiogram edema pada klien
(N>100x/menit), suara menurun olahraga) 4. Mengidentifikasi dan
murmur jantung pada - CRT membaik (< 3 detik) Terapeutik mengevaluasi efek yang
apex jantung, suara - Suara jantung S3 akhir - Diskusikan jenis dan durasi aktivitas ditimbulkan stenosis terhadap
jantung S3 akhir diastolik menurun yang dapat dilakukan dan tidak kemampuan aktivitas klien. klien
diastolik, distensi vena - Suara murmur jantung menimbulkan jantung berdebar-debar dengan stenosis mitral rentan
jugularis (>8cmH2O) menurun dan sesak napas mengalami intoleransi aktivitas
- Distensi vena jugularis Edukasi 5. Mengidentifikasi tingkat
menurun (<8 cmH2O) - Anjurkan klien posisi semi-fowler atau kemampuan jantung dalam
- Tekanan darah meningkat fowler dengan posisi kepala lebih tinggi menunjang aktivitas klien dengan
(120/80- 130/90 mmHg) dari jantung stenosis mitral
- Anjurkan melakukan diet jantung yang 6. Mengurangi rasa sesak dan nyeri
sesuai (batasi asupan natrium, kafein, dada yang dialami klien dengan
berikan makanan tinggi vitamin B modifikasi posisi
kompleks dan omega-3) 7. Meningkatkan asupan yang dapat
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai memberikan nutrisi baik bagi sel-
toleransi sel otot dan vaskular jantung
- Anjurkan berhenti merokok dan terpapar 8. Mengurangi peningkatan
asap rokok kebutuhan oksigen akibat
- Anjurkan melakukan tirah baring peningkatan aktivitas sehingga
Kolaborasi mengurangi beban afterload
- Kolaborasi tatalaksana valvuloplasti atau jantung
tindakan pembedahan katup 9. Mengurangi gaya hidup yang
- Kolaborasi pemberian Antikoagulan atau meningkatkan kerusakan pada
pengencer darah (heparin), jika perlu sel-sel jantung dan pembuluh
- Kolaborasi pemberian Diuretik darah juga mengurangi
(furosemide) jika terdapat penumpukan pembentukan clotting yang akan
cairan, edema, asites, jika perlu memperburuk kondisi stenosis
- Kolaborasi pemberian Antiaritmia mitral yang terjadi
(amiodarone) 10. Mengurangi beban afterload
- Kolaborasi pemberian Beta-blocker jantung, sehingga klien dapat
(bisoprolol) berkurang nyeri dada dan rasa
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung sesak
11. Tindakan valvuloplasti
dengan pemasangan kateter balon
pada katup mitral dapat
memperlebar katup mitral yang
mengalami stenosis sehingga
darah dapat mengalir lebih lancar
dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
Dengan begitu, curah jantung
dapat meningkat. Selain itu,
tindakan pembedahan katup juga
dapat menjadi pilihan untuk
mengganti katup mitral yang
mengalami stenosis dengan katup
mitral yang kondisinya baik
sehingga aliran darah dari atrium
kiri ke ventrikel kiri tidak
terganggu.
12. Untuk menghindari risiko
terjadinya trmboemboli pada
atrium dan pembuluh jantung
karena aliran darah yang tertahan.
13. Penumpukan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh yang
terjadi akibat menurunnya GFR
pada ginjal imbas menurunnya
CO jantung dapat dikurangi
dengan pemberian diuretik.
Pemberian diuretik dapat
membuang kelebihan cairan
melalui urine dengan
memodifikasi proses reabsorbsi
pada TKP supaya lebih banyak
membuang elektrolit dan air
untuk menjadi urine
14. Untuk mengatasi aritmia
yang terjadi akibat stenosis mitral
yang menghambar kinerja
jantung, sehingga jantung bekerja
tidak beraturan sehingga
menimbulkan aritmia
15. Untuk menjaga dan
menstabilkan tekanan darah dan
menstabilkan kinerja jantung
16. Terapi meningkatkan fungsi
jantung pembuluh darah secara
bertahap
3. D.0077 Nyeri Akut L.08066 Tingkat Nyeri I.08243 Pemberian Analgetik 1. Menghindari adanya alergi
Nyeri akut b.d. agen Setelah dilakukan intervensi Observasi setelah pemberian obat analgesik
pencedera fisiologi keperawatan selama 1x60 - Identifikasi riwayat alergi obat 2. Meningkatkan efektivitas dan
(penekanan rongga menit, maka Tingkat Nyeri - Identifikasi kesesuaian jenis analgetik kinerja obat analgesik untuk
thoraks akibat menurun dengan kriteria dengan tingkat keparahan nyeri menurunkan nyeri
peningkatan tekanan hasil: Terapeutik 3. Meningkatkan efektivitas obat
pulmonal) d.d. - Keluhan nyeri dada - Diskusikan jenis analgesik yang sering analgesik dan kenyamanan
mengeluh nyeri di menurun (skala 0-3/tidak digunakan dan disukai klien dalam penggunaan obat oleh klien
bagian dada tengah nyeri/nyeri ringan) mengatasi nyeri karena klien sudah terbiasa dan
sedikit ke kiri terasa - Meringis menurun Edukasi menyukai penggunaan analgesik
seperti ditusuk-tusuk - Sikap protektif menurun - Jelaskan efek terapi dan efek samping tertentu untuk menurunkan nyeri
atau tertimpa benda - Gelisah menurun obat analgesik yang digunakan: 4. Meningkatkan perhatian, monitor
padat diatas dada, terasa - Frekuensi nadi membaik efek samping penggunaan efek samping, dan pencegahan
nyeri 24 jam makin (60-100x/menit) acetaminophen yaitu sakit kepala, mual, efek samping yang dapat
bertambah ketika - Pola tidur membaik muntah, dan sakit bagian epigastrik ditimbulkan oleh penggunaan
berbaring sejajar jantung - Pola napas membaik Kolaborasi obat analgesik
dengan kepala, tampak (RR: 12-20x/menit) - Kolaborasi pemberian dosis dan jenis 5. Menurunkan nyeri sesuai dengan
meringis, bersikap analgesik yang sesuai tingkat keparahan tingkat nyeri sehingga tepat jenis,
protektif (memegang nyeri dan aman untuk klien dengan tepat dosis, serta aman
dada tengah sedikit ke penyakit jantung. Salah satunya yaitu dikonsumsi oleh klien dengan
kiri), gelisah, frekuensi analgesik Acetaminophen. penyakit jantung untuk
nadi meningkat - Kolaborasi medikasi untuk mengatasi menghindari komplikasi yang
(N>100x/menit), sulit efek samping yang dapat timbul dari dapat terjadi
tidur, pola napas penggunaan analgesik, jika perlu. 6. Mencegah dan mengatasi efek
takipneu Seperti penggunaan Acetaminophen samping yang terjadi akibat
(RR>20x/menit) yang diminum setelah makan, menambah penggunaan analgesik
medikasi obat GI, seperti Ranitidine
Pengkajian nyeri dada
PQRST:
P: peningkatan tekanan
pulmonal dan
pembesaran atrium kiri
mendesak rongga dada
Q: rasa nyeri tajam,
terasa seperti ditusuk-
tusuk, atau tertimpa
benda besar di atas dada
R: bagian tengah dada
sedikit ke kiri
S: ringan (1-3), sedang
(4-5), berat (6-10)
T: 24 jam, bertambah
ketika klien tidur
berbaring dengan posisi
jantung sejajar dengan
kepala.
Daftar Pustaka
Cunningham MW. Rheumatic Fever, Autoimmunity and Molecular Mimicry: The
Streptococcal Connection. Int Rev Immunol. 2014 Jul-Aug; 33(4): 314–329.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4669348/#__ffn_sectitle
Shah SN, Sharma S. Mitral Stenosis. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430742/
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI