Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi

Kanker endometrium dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor risiko dominan
yang meningkatkan risiko dari kanker endometrium pada 80% kasus adalah produksi hormon
estrogen yang berlebih atau kekurangan hormon progesteron (R. Harris, 2020). Umumnya
keadaan ini dapat dialami ketika menarche dini, menopause yang lambat, siklus menstruasi
anovulasi, menopause terlambat, dan beberapa kasus terjadi pada perempuan dengan
obesitas. Faktor risiko lain yaitu penggunaan kontrasepsi oral sekuensial berupa pil KB yang
hanya berisikan hormon estrogen dan terapi sulih hormon estrogen. Kondisi anovulasi dapat
menyebabkan keadaan nulipara dan hal ini dapat meningkatkan risiko tejadinya kanker
endometrium dan risiko ini menurun seiring dengan semakin banyaknya seorang wanita
melahirkan (multipara) (Kresno, 2021). PCOS (Sindrom Ovarium Polikistik) dapat menjadi
pemicu kondisi nulipara dan anovulasi pada wanita.
Obesitas pada wanita dapat meningkatkan kadar hormon estrogen akibat reaksi
aromatase. Sel-sel teka interna ovarium dan korteks adrenal diubah menjadi androtenedion.
Androtenedion akan diubah menjadi oestrone (estrogen) oleh enzim aromatase yang terdapat
pada jaringan adiposa (lemak). Sehingga, semakin banyak lemak atau kondisi obesitas pada
wanita maka akan meningkatkan produksi dari hormon estrogen. Faktor risiko lain yang
memengaruhi yaitu: riwayat diabetes, hipertensi (faktor risiko penyakit diabetes dan
obesitas), dan penggunaan tamoxifen (Pulungan, 2020). Tamoxifen merupakan obat golongan
antiestrogen dan banyak digunakan sebagai terapi pada penderita kanker payudara. Akan
tetapi, kandungan antiestrogen atau antikanker pada Tamoxifen hanya terdapat pada
isomertransnya saja dan sebagian lain bersifat agonis estrogen. Isomertrans ini dapat diubah
menjadi isomercis oleh sinar UV. Jika kandungan Tamoxifen ini berubah maka obat
Tamoxifen ini akan bersifat estrogenik. Penggunaan Tamoxifen dalam jangka waktu yang
lama akan semakin meningkatkan efek agonis estrogen dan mengurangi sifat antiestrogen dan
antikanker pada obat ini.
Faktor genetik dan riwayat keluarga juga menjadi faktor risiko terjadinya kanker
endometrium. Riwayat keluarga dengan kanker payudara/ovarium/tumor ovarium sel
granulosa dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker endometrium. Penyintas kanker
payudara dengan penggunaan terapi Tamoxifen jangka panjang sangat berisiko mengidap
kanker endometrium.
Sindroma Keluarga HNPCC atau sindrom Lynch dengan mutasi pada gen MLH1,
MSH6, TGBR2, PMS1, dan PMS2 dapat meningkatkan terjadinya mutasi pada sel. Sebab,
gen tersebut berfungsi untuk mengoreksi kesalahan pada cetakan basa nitrogen pada DNA
ketika replikasi sel. Jika gen ini terjadi keabnormalan, maka DNA akan kehilangan
kemampuannya untuk mengoreksi kesalahan cetak basa nitrogennya, sehingga keabnormalan
sel akan mulai terjadi dan diturunkan. Sel-sel abnormal yang bertumpuk dan terus bereplikasi
dapat menjadi pemicu munculnya kanker. Sindrom Lynch juga dapat menyebabkan kanker
kolorektal dan akan dengan cepat bermetastesis menyebabkan kanker pada organ atau
jaringan tubuh yang lain.
Mutasi pada gen somatik yang kehilangan fungsi dari PTEN tumor suppressor gen
dapat menyebabkan kanker endometrium tipe 1 yang ditemukan pada > 60% kasus,
sedangkan mutasi pada p53 tumor supressor gen banyak ditemukan pada kanker
endometrium tipe 2 (R. Harris, 2020). Fungsi utama dari PTEN adalah menghentikan siklus
sel dan memicu apoptosis (Astawa, 2018). Jika gen ini mengalami kerusakan maka proliferasi
sel menjadi abnormal dan berlebihan (overgrowth). Mutasi pada gen PTEN dikenal sebagai
Cowden syndrome.
Patofisiologi kanker endometrium dibedakan sesuai dengan jenis kanker endometrium
yaitu kanker endometrium tipe 1 dan tipe 2. Kanker endometrium tipe 1 umumnya dialami
oleh klien yang berusia >60 tahun (pascamenopause). Kanker endometrium tipe 1 yaitu jenis
endometrioid grade 1 dan 2, terdapat pada sebagian besar kanker endometrium, dan sering
ditemukan pada kanker stadium awal. Kanker endometrium tipe 1 memiliki prognosis yang
baik (Perbowo, 2020).
Pada kanker endometrium tipe 1 disebabkan oleh terjadinya peningkatan kadar
hormon estrogen baik endogen maupun eksogen atau akibat dari kekurangan hormon
progesteron. Sedangkan hormon progesteron pada wanita berfungsi dalam meningkatkan
enzim yang dapat mengubah estradiol menjadi estron yang memiliki afinitas dengan
Estrogen Receptor lebih rendah. Adanya hormon progesteron ini akan mengendalikan dari
hormon estrogen dalam menjalani fungsinya untuk menginduksi pembelahan sel pada
endometrium (Kresno, 2021). Progesteron juga bertanggung jawab dalam kematangan sel
ovum.
Kadar esterogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada
kondisi anovulasi dalam jangka waktu yang lama, konsumsi estrogen dalam jangka waktu
yang lama, dan malfungsi tiroid. Ketidaknormalan atau ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron dapat menyebabkan kondisi abnormal sel-sel endometrium yang mengalami
pertumbuhan yang cepat akibat induksi estrogen (endogen atau eksogen), keadaan ini dikenal
sebagai endometrial hiperplasia. Endometrial hiperplasia dapat memungkinkan terbentuknya
kanker endometrium (P. Harris et al., 2019). Pertumbuhan sel-sel endometrium yang cepat ini
dapat disebabkan akibat interaksi hormon estrogen dengan sel stroma atau glandular
endometrium. Sel stroma endometrium diduga dapat memicu proliferasi sel epitel sehingga
menyebabkan hiperplasia (Kresno, 2021).
Hiperplasia dibedakan menjadi dua, yaitu: hiperplasia tipikal (sederhana dan
kompleks) dan hiperplasia atipikal. Hiperplasia tipikal memiliki risiko sekitar <1% untuk
berkembang menjadi kanker. Sedangkan hiperplasia atipikal memiliki potensi sekitar 15%
berkembang menjadi kanker dengan sebanyak 50% kasus berkembang menjadi karsinoma
(kanker ganas) (P. Harris et al., 2019). Hormon estrogen tidak hanya memengaruhi proliferasi
sel, tetapi juga hormon estrogen juga dapat merusak DNA (Kresno, 2021).
Kanker endometrium tipe 2 yaitu jenis endometrioid grade 3 dan jenis non-
endometrioid (serus, clear cell, mixed cell, dan underdifferentiated). Tipe kanker ini bersifat
tidak sensitif terhadap estrogen, tidak berhubungan dengan obesitas, dan memiliki prognosis
yang buruk (Perbowo, 2020). Kanker endometrium tipe 2 ini tidak disebabkan oleh hormon
estrogen. Kanker endometrium ini bersifat agresif, memiliki risiko kekambuhan, dan
metastasis yang tinggi. Karsinosarkoma endometrium juga termasuk jenis kanker
endometrium tipe 2 ini.
Kanker endometrium dapat berkembang khususnya pada jaringan stroma dan
glandular endometrium. Perkembangan kanker endometrium ditunjukkan dengan adanya
perkembangan atau infiltrasi dan invasi tumor. Selanjutnya, tumor ganas tersebut dapat
bermetastesis ke kelenjar getah bening hingga ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.
Metastesis kanker endometrium dapat menyebar dan membentuk massa di intra abdomen
serta dapat menyebabkan sistem imun melemah.
Pembentukan tumor pada sebuah jaringan akan menyebabkan terbentuknya pembuluh
baru untuk mendukung kelangsungan hidup dari tumor dan proliferasinya yang berlangsung
secara cepat. Pembentukan pembuluh darah ini dikenal dengan angiogenesis. Pembuluh darah
yang terbentuk tidak bersifat kuat dan cenderung lebih mudah mengalami perdarahan. Oleh
karena itu, pada kanker sering ditemui manifestas klinis berupa perdarahan atau memar. Pada
kanker endometrium, hal tersebut juga terjadi. Perdarahan terjadi pada endometrium dan
dikeluarkan melalui vagina (perdarahan vaginal) dan proses ini akan juga menimbulkan nyeri
pada penderitanya. Perdarahan vaginal dapat berupa menstruasi dengan darah yang
dikeluarkan secara berlebihan (menorrhagia), perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, dan perdarahan yang terjadi pada pascamenopause. Selain itu, siklus mentruasi yang
tidak teratur dan seringnya terjadi perdarahan di antara dua siklus mentruasi
(menometroragia) juga dapat menjadi tanda dan gejala ketidakseimbangan hormon atau
bahkan dapat mengindikasi terjadinya kanker endometrium.
Penatalaksanaan kanker endometrium ini dapat berupa tindakan farmakologis dan
nonfarmakologis. Tindakan farmakologis yaitu: kemoterapi dan terapi hormon. Sedangkan,
tindakan nonfarmakologis yaitu: operasi/pembedahan, dan terapi radiasi. Pentalaksanaan
akan dibahas lebih rinci pada subbab berikut ini.

Referensi:
Astawa, I. N. M. (2018). Dasar-Dasar Patobiologi Molekuler I: Apoptosis & Onkogenesis - I
Nyoman Mantik Astawa - Google Buku. Airlangga University Press.
https://books.google.co.id/books?
id=zDWwDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kanker+endometrium&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwixr9fDgqLvAhVDbn0KHbGuB1AQ6AEwB3oECAgQAg#v=onepage
&q=kanker endometrium&f=false
Harris, P., Nagy, S., & Varadaxis, N. (2019). Mosby’s Dictionary of Medicine, Nursing and
Health Professions - Revised 3rd ... - Peter Harris, Sue Nagy, Nicholas Vardaxis -
Google Buku. ELSEVIER. https://books.google.co.id/books?
id=z46ADwAAQBAJ&pg=PA601&dq=endometrium+cancer&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwj9xprLhqLvAhWPXisKHRLoCMEQ6AEwAnoECAEQAg#v=onepage&q=endom
etrium cancer&f=false
Harris, R. (2020). Epidemiology of Chronic Disease: Global Perspectives - Randall E.
Harris - Google Buku. https://books.google.co.id/books?
id=qKKODwAAQBAJ&pg=PA320&dq=endometrium+cancer&hl=id&sa=X&ved=2ah
UKEwj9xprLhqLvAhWPXisKHRLoCMEQ6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=endo
metrium cancer&f=false
Kresno, S. B. dkk. (2021). Risiko dan Pencegahan Kanker : Ditinjau dari Sisi Genomik dan
Non-Genomik - Siti Boedina Kresno, Noorwati Sutandyo, Fiastuti Witjaksono, Sonar S.
Panigoro - Google Buku. Universitas Indonesia Publishing.
https://books.google.co.id/books?
id=iCYgEAAAQBAJ&pg=PA150&dq=kanker+endometrium&hl=id&sa=X&ved=2ah
UKEwixr9fDgqLvAhVDbn0KHbGuB1AQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q&f=fal
se
Perbowo, P. (2020). PANDUAN TATALAKSANA KANKER GINEKOLOGI - Google Play.
https://play.google.com/books/reader?id=1fHuDwAAQBAJ&hl=en&pg=GBS.PA63
Pulungan, P. W. (2020). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan - Pebri Warita
Pulungan, Samsider Sitorus, Riza Amalia, Belet Lydia Ingrit, Julietta Hutabarat,
Sulfianti Sulfianti, Dina Dewi Anggraini, Martina Pakpahan, Fajaria Nur Aini,
Wahyuni Wahyuni, Apriza Apriza, Marl. Yayasan Kita Menulis.
https://books.google.co.id/books?
id=v4sEEAAAQBAJ&pg=PA122&dq=kanker+endometrium&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwixr9fDgqLvAhVDbn0KHbGuB1AQ6AEwA3oECAIQAg#v=onepage&q=kanker
endometrium&f=false

Anda mungkin juga menyukai