BAB 1
PENDAHULUAN
intervensi operasi. Hematotoraks akut yang cukup banyak yang terlihat pada foto
toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor
kehilangan darah selanjutnya. Walaupun banyak faktor yang berperan dalam
memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hematotoraks, status
fisiologi dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan faktor utama.
Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada
sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2
sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi
bedah harus dipertimbangkan.
Oleh karena itu,penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami tentang
penyebab, penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan pasien hematothorax.
3
BAB 2
HEMATOTORAKS
a) Anatomi Toraks
Rongga thorax dibatasi oleh iga-iga, yang bersatu di bagian
belakang pada vertebra thoracalis dan di depan pada sternum. Kerangka
rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri
dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di
anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang.
Kartilago dari 6 iga memisahkan articulatio dari sternum, kartilago ketujuh
sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung
pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas clavicula dan di
atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
4
Gambar 1 . (a) Anterior view dinding toraks. (b). Posterior view dari
dinding toraks
b) Fisiologi Pernapasan
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih
tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik
otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai
penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena
diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu
sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus,
skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif
akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis
eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang.
Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir
menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai
udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-
gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari
0,5 μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir
pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan
mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan
parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur
dengan udara dalam ruangan sepi anatomik saluran udara dan dengan uap
air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang
jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam
alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir.
7
2.2 DEFINISI
2.3 ETIOLOGI
a. Traumatis
- Trauma tumpul.
- Penetrasi trauma (Trauma tembus, termasuk iatrogenik).
b. Non traumatic atau spontan
- Neoplasia (primer atau metastasis).
- Diskrasia darah, termasuk komplikasi antikoagulasi.
- Emboli paru dengan infark.
- Robek adhesi pleura berkaitan dengan pneumotorax spontan.
- Bullous emfisema.
- Tuberkulosis.
- Paru atriovenosa fistula.
10
2.4 PATOFISIOLOGI
Hemotoraks traumatik
Trauma laserasi pembuluh darah atau struktur parenkim paru perdarahan darah
berakumulasi di rongga pleura hemotoraks.
2.5 KLASIFIKASI
13
a. Hematothoraks ringan
Jumlah darah kurang dari 400 cc
Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga IX
b. Hematothoraks sedang
Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga VI
c. Hematothoraks berat
Jumlah darah lebih dari 2000 cc
35% tertutup bayangan pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga IV
a. b. c.
(Mancini, 2011)
2.7 DIAGNOSA
Diagnosis banding
KONDISI PENILAIAN
Tension pneumothorax • Deviasi Tracheal
• Distensi vena leher
• Hipersonor
• Bising nafas (-)
Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal
• Vena leher kolaps
• Perkusi : dullness
• Bising nafas (-)
Cardiac tamponade • Distensi vena leher
• Bunyi jantung jauh dan lemah
• EKG abnormal
2.8 PENATALAKSANAAN
2.9 KOMPLIKASI
c. Pneumothorax.
d. Pneumonia.
e. Septisemia.
f. Syok.
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan
diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk
memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-
tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga
menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru,
atau bahkan kematian.
2.10 PROGNOSIS
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : AA
Gender : Laki-laki
Umur : 19 tahun
MR : 66.82.93
Alamat : Dusun XI gg. Bromo Kabupaten Deli Serdang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : Hal ini dialami pasien ± 4 jam SMRS, pada saat itu
pasien mengendarai motor dengan kecepatan ± 60
km/j dan tiba-tiba kendaraan di depan dia berhenti
sehingga pasien menghindar dan akhirnya
terjatuh. Pasien mengaku bahwa ia jatuh lalu
terbentur punggung kanan terbentur lalu
berguling-guling di jalan aspal hingga jarak ± 3 m
dari kejadian awal. Pasien pada saat itu tidak
memakai helm pada saat kejadian. Riwayat
pingsan (+), riwayat muntah (-), nyeri kepala (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Primary survey
a. Airway :
Look : Dada kanan ketinggalan bernafas
Listen : Suara Nafas (+)
Feel : Hembusan nafas terasa (+)
23
b. Breathing :
Look : ketinggalan bernafas pada thorax dextra
Listen : kanan : menghilang ; kiri : vesikuler
Feel : kanan : beda ; kiri : sonor
c. Circulation :
Look : Perdarahan spontan (-)
Feel : Akral hangat ; Arteri radialis teraba
d. Disability:
Look : Pupil : isokor ; diameter : 3mm/3mm ; GCS : 15 (E4V5M6)
e. Exposure: Secondary survey
Secondary Survey:
a. Kepala: : dalam batas normal
b. Mata: konjungtiva palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm), refleks cahaya (+/+)
c. Telinga : tidak ditemukan kelainan
d. Hidung : tidak ditemukan kelainan
e. Mulut : tidak ditemukan kelainan
f. Leher : Tidak ditemukan kelainan
g. Thorax:
Inspeksi : ketinggalan bernafas pada thorax dextra , hematom pada
punggung dextra
Perkusi : kanan : beda; kiri : sonor
Auskultasi : kanan : menghilang ; kiri : vesikuler
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Abdomen:
Inspeksi: distensi (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi: timpani
Palpasi: soepel, nyeri tekan (-), defens muskular (-)
24
Status Lokalisata
Excoriated wound o/t regio patella sinistra, regio palmaris sinistra,
Hematom o/t back
DIAGNOSIS
Right Hematothorax
PENATALAKSANAAN
IVFD Asering 20 gtt/i
O2 10 L/i via Non Rebreathing Mask
Pasang Folley catheter 18 fr
Inj. Ceftriaxone 1 gr
Inj. Ketorolac 30mg
Inj. Ranitidine 50mg
Debridement luka
Pasang Thorax Drain
25
BAB 4
KESIMPULAN
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA