Anda di halaman 1dari 9

Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk


Adityo Wibowo1
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Batuk adalah refleks pertahanan tubuh untuk membersihkan sekret dan partikel pada saluran napas serta
melindungi dari aspirasi atau inhalasi material asing, patogen, inflamasi dan post nasal drip. Dalam kondisi
normal, batuk berperan sebagai sistem pelindung saluran napas dan parenkim paru dari benda asing,
namun batuk yang berlebihan dan tidak produktif berpotensi membahayakan mukosa saluran napas
sehingga perlu dihentikan. Obat anti batuk dapat bekerja secara sentral pada sistem saraf pusat dan bekerja
di perifer pada saluran napas dengan tujuan utama menekan frekuensi dan intensitas batuk yang
disebabkan kondisi patologis. Mekanisme kerja obat anti batuk yang bekerja sentral antara lain adalah
persebaran intra serebroventrikular setelah pemberian obat, identifikasi obat pada jaringan sistem saraf
pusat dan potensi kerja pada pembuluh darah otak. Obat batuk dengan mekanisme kerja perifer bekerja
dengan cara menghambat aktivasi saraf sensoris di saluran napas mulai laring sampai saluran napas bawah.
Proses kerja langsung neurotransmitter ini disebut sebagai suatu refleks akson yang akan membangkitkan
motorik saluran napas dan menyebabkan batuk. Tujuan utama menekan batuk paling baik adalah dengan
menyingkirkan penyebab utamanya atau penyakit dasarnya

Kata kunci: batuk, obat anti batuk, mekanisme kerja

Mechanism Of Action Of Anti-Cough Medicine

Abstract
Coughing is the body's defense mechanism to clear secretions and particles from the airways and to protect
against aspiration or inhalation of foreign material, pathogens, inflammation and post-nasal drip. Under
normal conditions, coughing acts as a protective system for the airways and lung parenchyma from foreign
objects, but excessive and unproductive coughing has the potential to harm the airway mucosa and
therefore needs to be stopped. Anti-cough medicines can act centrally on the central nervous system and
peripherally in the airways with the main aim of suppressing the frequency and intensity of coughing caused
by pathological conditions. The mechanism of action of anti-cough medicines that work centrally include
intra cerebro ventricular distribution after drug administration, identification of drugs in the central nervous
system network and act potentially in cerebral blood vessels. Anti-cough medicine with a peripheral
mechanism of action works by inhibiting the activation of sensory nerves in the airways from the larynx to
the lower respiratory tract. The process of direct action of this neurotransmitter is referred to as an axonal
reflex that will excite airway motors and cause coughing. The main goal of suppressing cough is best to
eliminate the main cause or the underlying disease.

Keywords: cough, anti-cough medicines , mechanism of action

Korespondensi : Adityo Wibowo l adityowibowo@fk.unila.ac.id

Pendahuluan menyebabkan glotis akan membuka


Batuk adalah refleks pertahanan oleh aliran udara dan terakhir adalah
tubuh untuk membersihkan sekret dan fase ekspulsi berupa ekspirasi cepat dan
partikel pada saluran napas serta menyebabkan bunyi batuk akan
melindungi dari aspirasi atau inhalasi terdengar. Dalam kondisi normal, batuk
material asing, patogen, inflamasi dan berperan sebagai sistem pelindung
post nasal drip. Batuk adalah saluran napas dan parenkim paru dari
mekanisme motorik yang bersifat benda asing, namun batuk yang
ekspulsif dan terdiri dari tiga fase yaitu berlebihan dan tidak produktif
fase inspirasi dengan inspirasi dalam berpotensi membahayakan mukosa
untuk memasukkan udara ke saluran saluran napas sehingga perlu
napas, yang kedua adalah fase kompresi dihentikan.1,2
yaitu usaha ekspirasi paksa yang kuat

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 75


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

beberapa faktor seperti infeksi dan ke otot dinding dada, otot perut dan
malnutrisi. 1, 2 saluran napas atas. 1,3
Penyebab batuk dapat terjadi akibat Tabel 1. Komponen refleks batuk(5,6)
masalah di paru maupun dari luar paru. Reseptor Aferen Eferen Efektor
Infeksi akut saluran napas bawah Laring Cabang Nervus Otot
(trakeobronkitis, bronkitis eksaserbasi Trakea nervus vagus laring,
akut), Infeksi kronik saluran napas Bronkus vagus trakea dan
Telinga bronkus.
bawah (bronkitis, bronkiektasis,
Pleura
tuberkulosis, jamur), infeksi parenkim Lambung
paru (fibrosis interstitial, pneumonia),
penyakit paru obstruktif (bronkitis Hidung Nervus Saraf-saraf Otot-otot
kronik, asma, penyakit paru obstruktif Sinus trigeminus trigeminus, saluran
kronik), tumor (karsinoma bronkus, paranasalis fasialis, napas atas
karsinoma sel alveolar, tumor jinak), hipoglosus dan otot
benda asing di saluran napas bawah, dan lain-lain bantu
post nasal drip, tumor faring, laringitis napas.
akut dan refluks gastroesofagus.6,7
Faring Nervus Saraf Otot-otot
Batuk terjadi melalui stimulasi
glosofaring trigeminus, saluran
refleks yang terdiri dari 5 komponen eus fasialis, napas atas
yaitu reseptor batuk, saraf aferen, pusat hipoglosus dan otot
batuk, saraf eferen dan efektor. Pusat dan lain-lain bantu
batuk menghasilkan sinyal eferen yang napas.
berjalan pada nervus vagus, frenikus,
interkostal, lumbar, trigeminus, fasialis Perikardium Nervus Nervus Diafragma,
dan hipoglosus menuju ke efektor. Diafragma frenikus frenikus, otot-otot
Neuron efektor refleks batuk terdiri dari interkosta interkosta,
otot laring, trakea, bronkus, diafragma dan lumbaris abdominal
dan otot
dan interkostal untuk menghasilkan
lumbal.
batuk sedangkan akhir aferen nervus
vagus banyak ditemukan pada mukosa
Obat Anti Batuk Dengan Efek Kerja
dan dinding saluran napas atas sampai
Sentral
terminal bronkiolus dan parenkim
Obat yang bekerja secara sentral
paru.1,3
terdiri atas golongan opioid dan non
Obat anti batuk harus tepat bekerja
opioid. Golongan opioid seperti morfin
pada lokasi pencetus munculnya batuk
dan kodein bekerja secara primer pada
baik secara sentral dan maupun perifer
refleks batuk di sistem saraf pusat.
sehingga tepat sasaran dan
Golongan anti batuk bekerja sentral
meminimalisasi efek samping yang
dengan berikatan pada reseptor opioid,
muncul. Tinjauan pustaka akan dibahas
GABA-B, takinin, Non Opioid 1 dan
mekanisme kerja obat anti batuk dalam
reseptor sigma. Anti batuk non spesifik
menghambat refleks batuk.
bekerja secara sentral dengan berikatan
pada banyak reseptor. Menilai
Isi
mekanisme kerja obat anti batuk sentral
Komponen refleks batuk
antara lain adalah persebaran intra
Pusat batuk terletak sistem saraf
serebro ventrikular setelah pemberian
pusat yaitu di medula oblongata yang
obat, identifikasi obat pada jaringan
terpisah menjadi dorsal respiratory
sistem saraf pusat dan potensi intra
column (DRC) dan ventral respiratory
arterial dan intravena otak.8
column/Botzinger complex (VRC) kedua
kompleks ini berkaitan dengan neuron
yang secara langsung mengatur motorik

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 76


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

Kodein telah melarang penggunaan obat batuk


Kodein adalah suatu derivat morfin golongan kodein pada anak karena obat
yang bekerja terhadap reseptor opioid. ini telah diteliti oleh European
Ada tiga jenis reseptor opioid dengan Medicines Agency (EMA) bahwa
nama Mu, Delta dan Kappa. Secara kandungan kodein akan cepat sekali
umum mekanisme kerjanya dimetabolisme menjadi morfin oleh
menurunkan Cyclic adenosine enzim Cytochrome P2D6 ultra-rapid
monophosphate (cAMP) intraseluler, metabolizers sehingga level morfin yang
hiperpolarisasi sel serta menurunkan tinggi dalam darah menyebabkan efek
sekresi neurotransmitter. 9 toksik yaitu kesulitan bernapas.9,11
Kodein digunakan sebagai obat
untuk batuk kronik termasuk untuk Dektrometorfan
jenis batuk yang tidak jelas etiologinya. Dekstrometorfan menekan refleks
Dosis yang dapat diberikan berkisar batuk dengan cara bekerja langsung
antara 15 mg – 120 mg per hari pada bagian medulla otak. Obat ini
sedangkan untuk batuk kronik misal menunjukkan ikatan yang kuat dengan
pada kasus keganasan dosis yang beberapa lokasi di otak, termasuk
diberikan sekitar 30 mg tiap 4-6 jam.9 bagian medulla yang mengatur batuk.
Kodein adalah jenis obat yang sering Komponen ini merupakan reseptor
digunakan dari jenis golongan yang antagonis N-metil-D-aspartat (NDMA)
bekerja sentral. Obat ini menekan batuk dan bekerja dengan cara memblok
50-100% tanpa menimbulkan efek kanal secara nonkompetitif serta
depresi pernapasan. Kerja obat ini tidak bekerja secara agonis dengan reseptor
hanya menekan frekuensi batuk tetapi sigma-1 pada reseptor opioid, antagonis
juga menurunkan kerja motorik dari reseptor nikotinik pada a3b4, a4b2, a7,
otot ekspirasi. 10 inhibitor transporter serotonin serta
Mekanisme lain dalam menekan inhibitor kanal kalsium. Mekanisme
respon saraf pusat adalah dengan utamanya dalam mencegah batuk
berikatan pada pusat batuk di batang adalah bekerja pada nukleus solitarius
otak sehingga menekan rangsang yang bekerja terkait dengan serat
terjadinya batuk dan jalur motorik afferen vagal pulmoner di sistem saraf
ekspirasi. Penelitian menemukan bahwa pusat.12
dosis obat yang beredar bebas didalam Dekstrometorfan merupakan suatu
darah seperti pada pemberian kodein senyawa sintetik yang berasal dari
intravena akan menurunkan refleks levorphanol, substansi ini terkait
batuk dalam satuan nanogram/mililiter dengan kodein dan turunan morfin yang
(ng/ml).10 non opioid. Dekstrometorfan akan
Pada kasus dengan gangguan saluran menimbulkan efek antibatuk tanpa
napas atas penggunaan obat yang menyebabkan efek antinyeri atau efek
bekerja pada sistem saraf pusat menjadi ketergantungan. Obat ini akan
tidak efektif karena segmen saluran menembus sawar darah plasenta dan
napasnya lebih besar, terkait dengan mengaktifkan reseptor sigma di saraf
teori yang menyatakan bahwa refleks pusat sehingga menekan refleks
yang timbul dari saluran napas atas batuk.12
bukan disebabkan oleh batuk namun Bioavailabilitas penyerapan lewat
lebih disebabkan karena refleks pemberian oral jumlahnya rendah
ekspirasi. Refleks ini terjadi akibat usaha karena mengalami metabolisme tingkat
tiba-tiba yang dihasilkan tanpa diawali pertama yang sangat tinggi.
proses inspirasi dan spesifik oleh Perbandingan dosis 30 mg
penyebab yang dirangsang dari laring. dekstrometorfan menunjukkan waktu
American Academy of Paediatrics (AAP) paruh sekitar 2,4 jam dan

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 77


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

bioavailabilitas sekitar 1-2%. saraf pusat dan tanpa pembentukan


Dekstrometorfan akan terserap secara potensial aksi. Proses kerja langsung
penuh dan cepat di saluran cerna neurotransmitter ini disebut sebagai
kemudian akan menunjukkan efek kerja suatu refleks akson yang akan
setelah 15-30 menit. Durasi kerja dari membangkitkan motorik saluran napas
obat ini sekitar 3-6 jam pada dosis dan menyebabkan batuk. Obat-obatan
biasa. Metabolisme obat ini secara anti batuk yang bekerja perifer
penuh terjadi di hepar dan bertujuan untuk menghambat refleks
metabolitnya akan terbuang lewat ginjal akson ini.14
dan sekitar 0,1% terbuang lewat
feses.12-13 Levodropropizine
Efek samping yang dapat timbul dari Obat ini bekerja dengan cara
penggunaan dekstrometorfan adalah mengatur efek neuropeptida sensorik
mual dan gangguan sistem pencernaan yang merangsang batuk di saluran
disertai rasa kantuk. Satu penelitian napas. Mekanisme lainnya terjadi
menunjukkan penggunaan dosis tinggi dengan cara menghambat efek serat C
diatas 4 mg/kgbb akan menyebabkan dan neuropeptida yang dihasilkan dari
euforia dan halusinasi visual serta rasa saluran napas bawah melewati sistem
seperti sedang kehilangan kesadaran. slowly adapting receptors (SARs),
Kebanyakan efek samping akan hilang rapidly adapting receptors (RARs).
dalam hitungan hari setelah dosis Levodropropizine telah diteliti
pemberian terakhir dan belum pernah menunjukkan efek yang baik pada
tercatat masalah terkait gangguan pasien anak maupun dewasa. Secara
jantung serta pernapasan. Level serum statistik hasilnya lebih baik
dari dekstrometorfan diatas 400 ng/ml dibandingkan dengan obat yang bekerja
akan meningkatkan efek samping yang secara sentral dalam hal menurunkan
muncul terkait obat.12,13 intensitas batuk, frekuensi batuk dan
terbangun malam hari akibat batuk.15,16
Obat Anti Batuk Dengan Efek Kerja Obat ini akan menunjukkan nilai
Perifer. konsentrasi puncak plasma sekitar 90-
Obat batuk dengan mekanisme kerja 120 menit pasca konsumsi oral. Obat ini
perifer bekerja dengan cara dapat menembus sawar darah plasenta
menghambat aktivasi saraf sensoris di namun tidak ada penelitian yang
saluran napas mulai laring sampai menyebutkan bahwa obat ini
saluran napas bawah. Laring memiliki terakumulasi di dalam plasenta.
saraf yang sensitif terhadap stimulus Keseluruhan obat ini hampir dieliminasi
klorida yang merangsang batuk. Pada melalui feses dan hanya sedikit yang
saluran napas bawah terdapat rapid dibuang melalui ginjal atau urine.
adapting receptor (RAR) dan serat C Terdapat 10 penelitian yang
yang memiliki peran penting dalam menunjukkan bahwa penghentian obat
merangsang respon batuk saluran terkait dengan kejadian remisi jika
napas. Reseptor opioid perifer penyebab utama batuk masih belum
menghambat pelepasan RAR dan serat ditangani dengan baik. Perbandingan
C sehingga sering bekerja secara efek yang dihasilkan dibandingkan
sinergis dalam menghambat refleks dengan penekan batuk yang bekerja
batuk.14 sentral menunjukkan bahwa obat ini
Bukti nyata refleks vagal aferen lebih tidak menimbulkan efek sedatif.
dapat mengaktifkan serat C yaitu Pada pasien anak, profil keamanannya
timbulnya substansi neuropeptida P, lebih tinggi dibandingkan golongan
neurokinin A dan kalsitonin dari cabang lain.16
saraf perifer tanpa melibatkan sistem

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 78


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

ACCP juga merekomendasikan efek yang diharapkan adalah


penggunaan obat batuk yang bekerja peningkatan sekresi cairan kedalam
perifer dibandingkan dengan obat batuk lumen saluran napas untuk
sentral pada kasus batuk kronik dewasa. mempermudah pembuangan mukus.
Penelitian menyatakan bahwa Obat golongan ini mengalami
levodropropizine memiliki efek metabolisme di liver serta dibuang
farmakologi menurunkan frekuensi sebagian besar lewat urine. Sekitar 60%
batuk, menurunkan frekuensi dari keseluruhan dosis yang diberikan
terbangun malam akibat batuk serta dimetabolisme dalam waktu 7 jam.
intensitas batuk pada kasus batuk Waktu paruh dalam plasma berkisar
kronik non infeksi dibandingkan kodein antara 3 jam dan mula kerja sekitar 15-
dan dekstrometorfan.11,16 30 menit.18-19
Penggunaan obat golongan
Golongan Ekspektoran ekspektoran baik digunakan pada
Golongan ekspektoran diberikan pasien dengan kecenderungan produksi
dengan tujuan untuk meningkatkan sputum yang meningkat baik karena
kemampuan sekresi mukus purulen dan kerusakan organ maupun gangguan
untuk meningkatkan sekresi cairan klirens mukosilier murni. Penelitian lain
saluran napas yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa golongan
mengencerkan lendir agar tidak lengket ekspektoran tidak menyebabkan
di permukaan saluran napas. Efek obat perubahan nilai fungsi paru, gas
ini diharapkan dapat merangsang efek trapping dan perubahan kandungan
batuk untuk mengeluarkan dahak yang sputum. Penggunaan pada pasien
akan semakin banyak jika saluran napas dengan batuk yang disebabkan oleh
mengalami dehidrasi yang penyakit infeksi saluran napas tidak
menyebabkan lendir menjadi lengket. menunjukkan perubahan yang
Efek kerja lain dari golongan ini adalah bermakna dibandingkan dengan
dengan menstimulasi jalur kolinergik plasebo walaupun sudah diberikan
dan meningkatkan sekresi mukus yang dengan dosis yang optimal. Pengunaan
berasal dari lapisan submukosa lumen obat ini dengan penghambat refleks
saluran napas namun akan berefek batuk juga dilarang karena
toksik jika langsung diberikan ke epitel menyebabkan retensi sputum akibat
saluran napas.17 gangguan pembuangan mukus yang
Golongan obat ini yang sering sudah diencerkan oleh obat
digunakan secara umum adalah ekspektoran.18,19
guaifenesin yang menghambat sekresi
musin dengan menginduksi senyawa Anti Histamin
Mucin5AC yang mempengaruhi level Histamin adalah suatu molekul kimia
protein pada sputum, kekentalan yang dihasilkan oleh sel mast. Respon
sputum serta pergerakan mukosilier yang dihasilkan oleh histamin adalah
sputum sehingga diharapkan akan reaksi alergi dan inflamasi, sekresi asam
meningkatkan pengeluaran sputum.17 lambung dan neurotransmiter di otak.
Penggunaan obat baru pada Beberapa lokasi pembentukan dan
golongan ekpektoran seperti P2Y2 pelepasan histamin antara lain di paru,
purinergik agonis memiliki mekanisme kulit, pembuluh darah serta saluran
kerja meningkatkan kalsium intraseluler cerna. Sebagian besar dihasilkan oleh
dengan cara melibatkan trisiklik sel mast dan basofil dengan
nukleotida, uridin trifosfate dan pembentukan awal dari dekarboksilasi
adenosin trifosfat yang akan asam amino histidin oleh enzim histidin
menyebabkan perbedaan potensial dekarboksilase. Sekresi histamin
osmolaritas trans membran dengan

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 79


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

dihasilkan oleh rangsangan akibat Efek yang timbul akibat penggunaan


kerusakan sel pada kondisi dingin, racun antihistamin antara lain efek sedasi
tanaman atau binatang serta reaksi yang paling banyak diakibatkan oleh
alergi dan anafilaksis. Mekanisme kerja golongan generasi pertama.
antihistamin yaitu berikatan selektif Klorfeniramin, difenhidramin,
dengan beberapa reseptor histamin. hidroksizin dan prometazin memiliki
Reseptor H1 akan menginduksi proses efek samping sedasi kuat karena
terkait kontraksi otot polos, bekerja di sistem saraf pusat.
peningkatan permeabilitas vaskuler, Difenhidramin dapat menyebabkan
peningkatan jumlah nitrit oksida dan hiperaktivitas paradoksikal, kelelahan,
sekresi sitokin proinflamasi. Mekanisme pusing kepala, gangguan koordinasi dan
timbulnya reaksi alergi akibat histamin tremor. Generasi pertama jika diberikan
muncul akibat mediator serotonin, bersama obat antikolinergik akan
leukotriene dan eosinofil. Reseptor ini meningkatkan efek antikolinergik
terkait dengan penyakit rinitis alergi, dengan manifestasi mulut kering,
dermatitis atopi, konjungtivitis, pandangan mata kabur dan retensi
urtikaria, bronkokontriksi, asma dan urine. Penggunaan obat bersamaan
anafilaksis. Hal yang berbeda terjadi dengan minuman beralkohol akan
pada reseptor H2 yaitu merangsang mengganggu sistem saraf pusat serta
peningkatan sekresi asam lambung menyebabkan efek seperti alzheimer.
karena berikatan dengan sel parietal Dosis toksik pada penggunaan anti H1
lambung.20 akan menyebabkan halusinasi, ataksia
Golongan antihistamin dapat dan kejang serta jangka panjang
dibedakan menjadi 2 golongan utama menyebabkan depresi sistem
21
yaitu golongan pertama dan kedua. kardiorespirasi.
Golongan pertama masih sering
digunakan karena kerjanya efektif Mukolitik dan Mukokinetik
dengan harga yang terjangkau, namun Golongan mukolitik digunakan untuk
efek terhadap sistem saraf pusat sangat mengatasi batuk produktif dengan
kuat dan menyebabkan kantuk. sekresi dahak berlebih. Obat ini bekerja
Sedangkan golongan kedua spesifik dengan cara mengubah kandungan
berikatan hanya dengan reseptor H1 mukus menjadi lebih encer dengan cara
karena memiliki gugus karboksil yang mendegradasi polimer musin,
diturunkan dari generasi pertama. deoxyribonucleic acid (DNA), fibrin atau
Golongan generasi kedua yaitu F-aktin dari sekresi saluran napas. Obat
loratadin, desloratadin dan fexofendine ini tidak memiliki mekanime kerja untuk
tidak memiliki efek sedatif dibandingkan melancarkan klirens sputum secara
cetirizine dan levocetirizine. Golongan langsung, namun diharapkan dengan
antagonis Reseptor H1 sering diberikan viskositas sekret yang berkurang, proses
secara oral dengan kadar maksimum pengeluaran sputum akan semakin
dalam serum sekitar 1-2 jam. Waktu mudah. Mukokinetik adalah obat yang
paruh generasi satu dalam plasma dapat meningkatkan klirens mukus dari
berkisar antara 4-6 jam sedangkan saluran napas dengan mengaktifkan
generasi kedua memiliki waktu paruh silia. Jenis golongan obat mukokinetik
plasma sekitar 12-24 jam. Semua yang sering digunakan adalah surfaktan
generasi 1 akan terdistribusi sampai ke yang diharapkan dapat menghantarkan
saraf pusat oleh karena itu dapat pergerakan mukus lebih baik dengan
menyebabkan kantuk. Seluruh generasi cara menghambat adhesi berlebih
obat antihistamin akan dimetabolisme antara mukus dengan sekret saluran
di hepar.21 napas.22

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 80


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

Secara patofisiologi, peradangan alfa) atau F-aktin (gelsolin dan timosin)


saluran napas akan menghasilkan dan paling efektif ketika sputum lebih
fosfolipase A2 yang dihasilkan sebagai cenderung ke arah pus. Golongan obat
produk asam arakidonat, fosfolipase A2 yang sering digunakan pada tipe ini
akan memecah elemen fosfolipid adalah dornase alfa untuk
surfaktan menjadi lisofosfolipid yang penatalaksanaan kistik fibrosis. Sediaan
tidak aktif. Fosfolipase A2 ini akan aerosol dornase alfa akan menurunkan
menghasilkan menyebabkan viskositas sputum purulen dan
eksaserbasi akibat peningkatan mencegah perlengketan di saluran
produksi sputum. Obat Ambroksol juga napas serta meningkatkan nilai VEP1
dapat merangsang sekresi surfaktan dan pada pasien. Penelitian lain yang
sering digunakan di Eropa sebagai menilai efektivitas pada pasien bronkitis
tatalaksana bronkitis kronik. Terdapat kronik tidak menunjukkan perbedaan
dua golongan obat mukolitik menurut nilai yang bermakna pada pasien karena
mekanisme kerjanya antara lain tidak menurunkan kekentalan sputum
mukolitik klasik dan mukolitik peptida.22 dan eksaserbasi. Golongan aktin pada
Mukolitik klasik bekerja secara jenis mukolitik peptida berperan
langsung melakukan depolimerasi penting dalam menjaga integritas
glikoprotein musin dengan seluler. Pada kondisi normal, aktin akan
menghidrolisasi ikatan disulfida yang membentuk senyawa polimer untuk
menghubungkan monomer musin. Obat menjadi F-aktin. Senyawa ini yang akan
golongan ini yang paling sering berkaitan dengan dornase alfa untuk
digunakan adalah N-asetil L-sisteine menghasilkan efek yang lebih baik
(NAC). Kekurangan obat NAC adalah sebagai mukolitik.19
jenis obat ini mudah sekali terdegradasi
pada pemberian oral sehingga efeknya Ringkasan
tidak banyak bermakna. Penggunaan Batuk adalah gejala dan muncul
obat ini sering diharapkan sebagai sebagai refleks pertahanan tubuh untuk
antioksidan pada penyakit paru kronik membersihkan sekret dan partikel pada
akibat pajanan polusi gas. Penggunaan saluran napas. Penyebab batuk dapat
pada kasus pasien anak dengan kistik terjadi akibat masalah di paru maupun
fibrosis masih menjadi kontroversi. dari luar paru. Obat anti batuk dapat
Obat ini memiliki mekanisme kerja bekerja secara sentral pada sistem saraf
untuk mendepolarisasi polimer musin di pusat dan perifer pada saluran napas.
saluran napas, namun meninggalkan Tujuan utama tatalaksana batuk
jenis polimer DNA dan F-aktin yang terutama adalah mengatasi penyebab
bersifat patologis bagi saluran napas batuk
sehingga dapat berefek infeksi dan
peradangan saluran napas karena
mengganggu proteksi mukus normal Daftar Pustaka
saluran napas.19
Mukolitik peptida baik digunakan 1. Sinaga B, Wiyono W. Batuk.
pada jenis mukus yang lebih kental dan Dalam: Rasmin M, Jusuf A, Amin
terdiri atas campuran mediator M, Taufik, Nawas MA, Rai IBN, et
inflamasi seperti pada peradangan al, editors. Buku ajar pulmonologi
saluran napas. Polimer sekunder pada dan kedokteran respirasi jilid 1.
mukus saluran napas yang Jakarta: Universitas Indonesia;
menunjukkan tanda inflamasi 2017. hlm. 490–7.
cenderung bersifat purulen. Golongan 2. Grimpi M, Senior R, Callen J.
mukolitik peptida memiliki fungsi kerja Approach to the patient with
untuk mendepolimerisasi DNA (dornase respiratory symptoms. Dalam:

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 81


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

Grimpi M, Elias J, Fishman J, Pharmacol. Ther. 2016;164:170-


Kotloff R, Pack A, Senior R, 82 (12)
editors. Fishman’s pulmonary 12. Nguyen L, Thomas KL, Lucke-
diseases and disorders. USA: Mc Wold BP, Cavendish JZ, Crowe
Graw Hill Education; 2015. MS, Matsumoto RR.
hlm.374–411. Dextromethorphan: An update on
3. Irwin RS, French CL, Chang AB, its utility for neurological and
Altman KW. Classification of neuropsychiatric disorders.
cough as a symptom in adults and Pharmacol. Ther. 2016;159:1-
management algorithms. Chest. 22.(13)
2018;153:196-209 (6). 13. Canning BJ. Anatomy and
4. Lamas A, Ruiz de Valbuena M, neurophysiology of the cough
Máiz L. Cough in children. Arch reflex. CHEST. 2006;129:33. (14)
Bronconeumol. 2014;50:294–300 14. Blasio FD, Virchow J, Polverino M,
(7). Zanasi A, Behrakis P, Kilinç G, et
5. Polverino M, Polverino F, Fasolino al. Cough management: a
M, Andò F, Alfieri A, Blasio FD. practical approach. Cough.
Anatomy and neuro- 2011;7:1-12. (15)
pathophysiology of the cough 15. De Blasio F, Dicpinigaitis PV, De
reflex arc. Multidiscip Respir Danieli G, Lanata L, Zanasi A.
Med. 2012;7:1-5 (3). Efficacy of levodropropizine in
6. Bolser DC. Cough. Dalam: Bolser pediatric cough. Pulm.
DC, editors. Cough. USA: Elsevier; Pharmacol. Ther. 2012;25: 337-
2017. hlm.1-5 (5). 42. (16)
7. Chung KF, Pavord ID. Prevalence, 16. Woo T. Pharmacology of cough
pathogenesis, and causes of and cold medicines. J Pediatr
chronic cough. Lancet. 2008;371: Health Care. 2008;22: 73-9 (17)
1364–74. (8) 17. Seagrave JC, Albrecht H, Park YS,
8. Tobias JD, Green TP, Coté CJ. Rubin B, Solomon G, Kim KC.
Codeine: time to say “no”. Effect of guaifenesin on mucin
Pediatrics. 2016;138(4): production, rheology, and
e20162396. (9) mucociliary transport in
9. Bolser DC, Davenport PW. differentiated human airway
Codeine and cough: an ineffective epithelial cells. Exp Lung Res.
gold standard. Curr Opin Allergy 2011;37: 606–14 9 (18)
Clin Immunol. 2007 February ; 18. Rubin BK. Mucolytics,
7(1): 32–36. (10) expectorants, and mucokinetic
10. Zanasi A, Lanata L, Fontana G, medications. Respir Care.
Saibene F, Dicpinigaitis P, De 2007;52(7):859–65 (19)
Blasio F. Levodropropizine for 19. Bolser DC. Older-generation
treating cough in adult and antihistamines and cough due to
children: a meta-analysis of upper airway cough syndrome
published studies. (uacs): efficacy and mechanism.
Multidisciplinary Respiratory Lung. 2008;186: 74–7 (20)
Medicine. 2015; 10:19 (11) 20. Panavelli TA. Antihistamines. In:
11. Taylor CP, Traynelis SF, Siffert J, Whalen K, Finkel R, Panavelil TA,
Pope LE, Matsumoto RR. editors. Lippincott illustrated
Pharmacology of reviews: pharmacology sixth
dextromethorphan: relevance to edition. China: Lippincott-Raven
dextromethorphan/quinidine Publishers; 2015.p.393-400 (21)
(Nuedexta®) clinical use.

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 82


Adityo Wibowo l Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk

21. Poole P, Sathananthan K, Database of Systematic Reviews.


Fortescue R. Mucolytic agents 2019, Issue 5 (22)
versus placebo for chronic
bronchitis or chronic obstructive
pulmonary disease. Cochrane

JK Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Oktober 2021 | 83

Anda mungkin juga menyukai