(PENYAKIT BATUK)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Apt. Titik Sunarni, S.Si., M.Si
Kelas C Kelompok 19
Disusun oleh :
B. Etiologi
Pemicu batuk adalah adanya berbagai iritan yang memasuki saluran nafas
melalui inhalasi (asap, debu, atau asap rokok) atau melalui inhalasi (sekresi
jalan nafas, benda asing, atau isi lambung). Batuk karena iritasi karena sekresi
jalan nafas (seperti postnasal drip) atau isi lambung biasanya faktor pemicunya
tidak dikenal dan batuknya bersifat persisten. Jika terus terpapar oleh iritan
maka dapat memicu batuk dan sensitifitas jalan nafas meningkat. Infeksi
pernafasan karena virus maupun bakteri yang menyebabkan inflamasi,
konstriksi, dan kompresi jalan nafas juga dapat menyebabkan batuk. Adanya
kelainan pada jantung, yaitu gagal jantung kongestif, juga dapat menimbulkan
batuk karena adanya edema di daerah peribronkial dan interstisial. Penggunaan
obat golongan ACEI juga sering dihubungkan dengan kejadian batuk, diduga
berhubungan dengan akumulasi bradikinin atau substance P yang juga
didegradasi oleh enzim ACE.
C. Patofisiologi
Batuk membantu membersihkan jalan nafas saat ada banyak partikel-partikel
asing yang terhirup, lendir dalam jumlah yang berlebihan, dan jika ada substansi
abnormal pada jalan nafas, seperti cairan edema atau nanah. Refleks batuk
dimulai dengan adanya stimulasi pada reseptor, dimana reseptor batuk
merupakan golongan reseptor yang secara cepat beradaptasi terhadap adanya
iritan. Ada ujung syaraf yang berlokasi di dalam epitelium di hampir sepanang
saluran nafas yang paling banyak dijumpai pada dindng posterior trakea, karina,
dan daerah percabangan saluran nafas utama. Pada bagian faring juga terdapat
reseptor batuk yang dapat dipicu oleh adanya stimulus kimia maupun mekanis.
Reseptor mekanis sensitif terhadap sentuhan an perubahan; terkonsentrasi di
laring, trakea, dan karina. Reseptor kimia sensitif pada adanya gas dan bau-
bauan berbahaya; terkonsentrasi di laring, bronkus, dan trakea.
D. Gejala-Gejala
E. Mekanisme Batuk
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk,
saraf aferen, pusat batuk, saraf eferen, dan efektor. Refleks batuk tidak akan
sempurna apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya rangsangan pada
reseptor batuk akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk yaitu medula untuk
diteruskan ke efektor melalui saraf eferen. Reseptor batuk terdapat pada farings,
larings, trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal), telinga, lambung, dan
perikardium sedangkan efektor batuk dapat berupa otot farings, larings,
diafragma, interkostal, dan lain-lain. Proses batuk terjadi didahului inspirasi
maksimal, penutupan glotis, peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis
terbuka, dan dibatukkan secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang
ada pada saluran respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume
udara sebanyak-banyaknya sehingga terjadi peningkatan tekanan intratorakal.
Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan mempertahankan volume
paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot
ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal
tinggi tekanan intraabdomen pun tinggi. Setelah tekanan intratorakal dan
intraabdomen meningkat maka glotis akan terbuka yang menyebabkan
terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat sehingga terjadi pembersihan
bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dan lain-lain. Setelah fase
tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat berlangsung singkat
atau lama tergantung dari jenis batuknya. Apabila diperlukan batuk kembali
maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk persiapan batuk.
F. Klasifikasi Batuk
Secara umum penyakit batuk dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu
batuk produktif dan batuk tidak produktif. Pengelompokan ini didasarkan
pada ada dan tidaknya dahak yang diproduksi oleh si penderita.
1) Batuk Produktif
Masyarakat umumnya menebutnya dengan sebutan batuk berdahak.
Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan dihasilkannya
dahak. Batuk berdahak sangat mengganggu karena terasa gatal dan
dahak akan keluar seiring dengan batuk. Batuk jenis ini biasanya
disebabkan oleh alergi dan disertai flu.
2) Batuk Tidak Produktif
Batuk tidak produktif, atau batuk tidak berdahak atau disebut juga
batuk kering, adalah jenis batuk yang tidak disertai produksi dahak
yang berlebihan. Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh benda asing
yang mengiritasi tenggorokan ataupun disebabkan efek samping obat
golongan ACEI.
Adapun jenis batuk berdasarkan berapa lama batuk tersebut bertahan
yaitu:
1) Batuk Akut
Batuk akut merupakan jenis batuk yang berlangsung kurang dari 2
minggu. Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh masuk angin,
influenza, atau infeksi sinus.
2) Batuk Kronik
Batuk kronik merupakan jenis batuk yang bertahan selama lebih dari 2
minggu, bahkan ada juga yang menahun. Jenis batuk ini juga terjadi
secara berulang. Penyebab batuk kronik antara lain adalah asma, TB,
dan batuk rejan. Batuk rejan dapat dicegah sejak dini dengan cara
memberikan imunisasi DPT.
c. Mukolitik
CONTOH KASUS
1. Kasus 1
Enda (20th) mengalami batuk berdahak disertai pilek selama 3 hari dan pasien juga
merasa demam. Dia mengaku belum pernah di periksa dan tidak mempunyai riwayat
penyakit sebelumnya.
a. Pembahasan
Metode SOAP
S = Mengatakan bahwa pasien mengalami batuk, pilek selama 3 hari disertai
dengan demam, sakit tenggorakan.
O = Pilek, demam, sakit tenggorokan dan adanya ssuara tambahan saat tidur
(sindor) berhubungan dengan saluran pernapasan
A = Pilek berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran pernapasan, pasien
menyatakan menghirup udara ke hidung secara berulang-ulang dengan adanya
suara tambahan.
P = Berikan Bromhexine, paracetamol, Pseudoephedrine
Terapi Farmakologi
1. Bromhexine (3 x 1)
Indikasi : Mukolitik untuk meredakan batuk berdahak
Dosis : - Dewasa & anak > 10 tahun : 1 tablet atau 1 ml sirup 3xsehari
- Anak 5-10 tahun : 1/2 tablet atau 5 ml sirup 3x sehari
- Anak 2-5 tahun: 1/2 tablet atau 5 ml sirup 2x sehari
Efek Samping : Hipersensitifitas, bronkospasme,
Interaksi Obat : Pemberian bersama antibiotik dapat meningkatkan kadar
antibiotik dalam jaringan paru
2. Paracetamol 500 mg 3 x 1
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam
Dosis : - Dewasa: 500 mg-1000 mg per kali, diberikan tiap 4-6 jam.
Maksimum 4 g perhari.
- Anak <12 tahun: 10 mg/kgBB/kali
Efek Samping : Kerusakan hati
Interaksi Obat : Kolestramin menurunkan absorbsi parasetamol.
Metoklopramide & domperidon meningkatkan efek
paracetamol. Paracetamol meningkatkan warfarin.
3. Pseudoephedrine HCL 4x60 mg/hari
Indikasi : Untuk meringankan gejalah bersin & hidung tersumbat
Dosis : - Dosis dewasa : 4x60 mg/hari
- Anak > 12 tahun 3x30 mg/hari
- Anak 6-12 tahun 3x15 mg/hari
- Anak 2-5 tahun : 3x7,5 mg/hari
Efek Samping : Susah tidur, palpitasi, pusing, mual, muntah & hipertensi
Interaksi Obat : Penggunaan bersama antidepresan MAOI mengakibatkan
krisis hipertensi
2. Kasus 2
Anak Reina (12) tahun mengalami batuk dengan dahak sejak 3 hari yang lalu. Batuk
mulai menyerang setelah dia pulang dari rumah temannya, ketika ditanya Reina
mengaku telah makan keripik kentang dalam jumlah banyak. Kondisi Reina yaitu
lemas, malas makan, dan batuknya mengganggu tidurnya. Reina alergi terhadap MSG
berlebih dan coklat.
Pembahasan
Metode SOAP
S = Batuk mulai menyerang setelah dia pulang dari rumah temannya, ketika ditanya
Reina mengaku telah makan keripik kentang dalam jumlah banyak. Kondisi
Reina yaitu lemas, malas makan, dan batuknya mengganggu tidurnya. Reina
alergi terhadap MSG berlebih dan coklat.
O = Anak Reina (12) tahun sedang batuk sejak 3 hari yang lalu
A =
P = Memberikan obat OTC Benadryl sirup 3 x 5 ml /hari
Terapi Farmakologi
1. Benadryl
Bentuk sediaan : Sirup
Indikasi : Meredakan batuk berdahak dan mempermudah pengeluaran dahak
Aturan pakai : - Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 3x10 ml per hari
- Anak 6-12 tahun : 3x5ml/hari
- Anak 2-6 tahun : 3 x 2,5 ml/hari
- Anak dibawah 2 tahun sesuai dengan rekomendasi dokter
Komposisi : Tiap 5 ml mengandung:
- Bromhexine Hydrocloride 4 mg
- Guaifenesin 100 mg
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal
Terapi Non-Farmakologi
Terapi non farmakologi yang disarankan kepada pasien adalah perbanyak minum
air (minimal 8 gelas perhari), minum minuman hangat seperti teh atau jus lemon
dan konsumsi madu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Basic Pharmacology & Drugs Notes Edisi 2017. Medical Mini Note Publishing
Makasar
2. Guyton A.C. dan Hall, J.E., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11,
ECG, Jakarta.
4. Supriyatno, B., 2010, Batuk Kronik pada Anak, Maj Kedokt Indon, 60(6), 286.
7. Puspitasari, I., 2010, Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri, B-First : Yogyakarta, 44-
45