Anda di halaman 1dari 10

Se k olah Ting g i Ilmu Ke se hatan Samarinda FA RMA KO TE R A P I

Farmakoterapi
Batuk
Novita Oktaviani
18.4840118.1286

01
BA CTE RIA VS. VIRA L INFE CTIO NS

Definisi Batuk
• Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran nafas. Batuk juga membantu melindungi
paru-paru dari masuknya benda asing dari saluran cerna atau
saluran nafas bagian atas (Guyton, 2008)
• Batuk bukanlah penyakit, melainkan tanda atau gejala adanya
gangguan pada saluran pernafasan. Selain itu batuk juga
merupakan jalur penyebaran infeksi (Ikawati, 2011)

Batuk dapat menimbulkan rasa


tidak nyaman dan mengganggu
kehidupann normal
03
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Berdasarkan Durasi
• Batuk Akut (<3 Minggu)

Klasifikasi
Penyebab tersering adalah ISPA, namun juga bisa
diakibatkan oleh pneumonia atau CHF
• Batuk Sub Akut (3-8 Minggu)
Diakibatkan oleh batuk pasca infeksii, sinusitis

Batuk
bacterial atau asma
• Batuk Kronis (> 8 Minggu)
Pada perokok akibat COPD atau bronchogenic
carcinoma, bisa juga akibat penggunaan ACE-Inh,
GERD dab Asma

Berdasarkan Tanda Klinis


Batuk kering → seringkali sangat menganggu, tidak
dimaksudkan untuk membersihkan saluran nafas, pada
kondisi tertentu berbahaya (pasca operasi) → perlu
ditekan karena mekanisme pengeluaran dahak susah

Batuk berdahak → mekanisme pengeluaran sekret atau


benda asing di saluran nafas → sebaiknya tidak ditekan.

05
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Etiologi Batuk Mekanisme Batuk


• Iritan yag terhirup
• Iritasi sekresi jalan nafas atau isi
lambung
Fase 1 Fase 2
• Infeksi bakteri/virus Iritasi Inspirasi
• Adanya kelainan pada jantung
• Penggunaan obat ACE-Inh
• Asma
• TBC
Fase 4 Fase 3
• Interstisial lung disease, pneumonia Ekspirasi Kompresi
dan lung abcess
04
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Patogenesis Batuk
Sebagian besar reseptor diduga
berlokasi di sistem pernafasan,
sedangkan pusat batuk diduga berada
Melibatkan suatu kompleks rangkaian
di medula. Hubungannya yaitu jika
refleks yang bermula dari stimulasi
bradikinin berikatan dengan reseptor
terhadap reseptor iritan.
di saluran pernapasan → transduksi
sinyal → impuls/rangsangan → otak
→ batuk.

Batuk yang efektif tergantung pada Komplikasi batuk : gejala dari


kemampuan untuk mencapai aliran insomnia, hoarseness (sedikit
udara yang tinggi dan tekanan mengorok), musculoskeletal pain (nyeri
intrathoraks, sehingga meningkatkan perut), exhaustion (kehabisan nafas),
proses pembersihan mukus pada sweating (berkeringat), dan urinary
07
saluran nafas. incontinence (susah menahan pipis).
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Tatalaksana Terapi
Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak berdahak yang dibahaskan di sini adalah
mukolitik, ekspektoran dan antitusif.

Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan secret saluran pernafasan dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah
viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein.
1. Bromheksin 2. Ambroxol
Indikasi : Untuk batuk berdahak Indikasi : Untuk batuk berdahak
Dosis : Dewasa dan anak > 10 tahun 1x 3 Dosis : Anak < 2 tahun (2 x sehari ½ Cth), 2-5 tahun
tablet, Anak 5 – 10 tahun 3×1/2 tablet, (3 x sehari ½ Cth) , 5-10 tahun (2-3 x sehari 1
Anak 2 – 5 tahun 2×1/2 tablet Cth atau 3 x sehari ½ talet), Dewasa dan anak
ESO : Saluran pencernaan, kemerahan pada > 10 tahun (3 x sehari 1 tablet)
kulit karena alergi (jarang) ESO : mual, muntah, dan nyeri pada ulu hati, kulit
KI : Penderita yang hipersensitif terhadap kemerahan, bengkak pada wajah, sesak nafas
Bromhexine HCI dan kadang-kadang demam
Interaksi :Pemberian bersamaan dengan KI : Riwayat alergi terhadap ambroxol dan
antibiotika (amoksisilin, sefuroksim, penderita ulkus pada lambung
09 doksisiklin) akan meningkatkan Interaksi : Pemberian bersamaan dengan antibiotika
konsentrasi antibiotika pada jaringan akan meningkatkan konsentrasi antibiotika
paru. pada jaringan paru
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Ekspektoran
Memiliki aktivitas dengan merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran dahak/ekspektorasi. Contohnya
gliseril guakolat atau guaifenesin.

1. Ammonium Klorida 2. Gliseril Guaiakolat


Indikasi : Pengeluaran dahak (kombinasi dengan Indikasi : Pengeluaran dahak
eskpektoran lain atau antitusif) Dosis : dewasa (2-4 tablet tiap 4 jam), anak
Dosis : Dewasa 300mg (5mL) tiap 2 - 4 kali 6-12 thn ( 1-2 tablet tiap 4 jam), anak
sehari 2-6 tahun ( ½-1 tablet tiap 4 jam)
ESO : Pusing, mual, muntah dan mengantuk ESO : kantuk, mual, dan muntah
(ringan), asidosis dan hipokalemia (jika KI : Penderita yang hipersensitif terhadap
dosis tinggi) komponen obat ini
KI : Hati-hati pada pasien dengan Interaksi :-
insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru.
Interaksi : Spironolactone sehinnga resiko asidosis
(bentuk injeksi)

09
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Antitusif
Antitusif memiliki mekanisme kerja dengan menekan refleks batuk. Obat golongan antitusif terdiri dari derivate
senyawa opiate (noskapin, etilmorfin, dan kodein) dan juga dekstrometorfan.

1. Dextrometorphan 2. Kodein
Indikasi : Menekan batuk Indikasi : Menekan Batuk
Dosis : Dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali Dosis : Dewasa adalah 10-20 mg setiap 4-6
sehari jam dan tidak melebihi 120 mg dalam
ESO : menimbulkan depresi pernafasan (dosis 24 jam
tinggi) ESO : mual, muntah, konstipasi, palpasi,
KI : Penderita yang hipersensitif terhadap pruritus, rasa mengantuk, hiperhidrosis,
komponen obat ini dan agitasi
Interaksi : Dapat terjadi rangsangan SSP dan KI : hipersensitivitas terhadap kodein,
depresi pernafasan yang berat pada depresi pernafasan akut, amfisema,
pemberian bersamaan dengan asma, gagal hati, semua pasie anak
penghambat MAO <18 thn, ibu menyusui dll
Interaksi : obat MAOI, TCA, hipnotik, antipsikotik,
metoclorpramide, domperidone dll.

09
FA RMA KO TE R A P I BA TUK

Terapi Non Pada umunya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat
dikurangi dengan cara sebagai berikut:

Farmakologi • Memperbanyak minum air putih untuk membantu


mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal.
• Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang
merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak
dan minuman dingin.
• Menghindari paparan udara dingin.
• Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat
mengiritasi tenggorokan sehingga dapat memperparah
batuk.
• Menggunakan zat - zat Emoliensia seperti kembang gula,
madu, atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi
untuk melunakkan rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi
pada tenggorokan dan selaput lendir.

04
TERIMA
KASIH
Novita Oktaviani
18.4840118.1286

05

Anda mungkin juga menyukai